NPM 1C Prodi Sistem Informasi (SI) Page 1 of 5 Nama Niko Arwenda Matkul Ilmu Sosial Dasar Kelas 1KA25 Kode HM011102

dokumen-dokumen yang mirip
[107] Akal-Akalan Cari Alasan Tuesday, 10 September :39

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bukan berarti rencana tersebut berhenti. Niat pemerintah membatasi pembelian atau menaikkan harga BBM subsidi tidak pernah berhenti.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Rezim Neolib Bergaya Merakyat Wednesday, 26 November :40

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari fosil hewan dan tumbuhan yang telah terkubur selama jutaan tahun.

Ratu Erma Rahmayanti, Ketua DPP Muslimah HTI

DARURAT KEBIJAKAN TAK PRO RAKYAT KADO PAHIT AWAL TAHUN 2017 #REFORMASIJILID2

BukuGRATISinidapatdiperbanyakdengantidakmengubahkaidahsertaisinya.

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM

Sikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi. (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo) ABSTRAK

WAJIBKAN INDUSTRI MEMRODUKSI MOBIL BER-BBG: Sebuah Alternatif Solusi Membengkaknya Subsidi BBM. Oleh: Nirwan Ristiyanto*)

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Karena banyak kalangan yang protes atas kebijakan perpanjangan kontrak tambang gas Blok

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Uka Wikarya. Pengajar dan Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat,

Maklumat Perlawanan Kenaikan Harga BBM. Tolak Kenaikan Harga BBM! Nasionalisasi Industri Migas di Bawah Kontrol Rakyat! Ganti Rezim, Ganti Sistem!

Buku GRATIS ini dapat diperbanyak dengan tidak mengubah kaidah serta isinya

Mengapa Harga BBM Harus Naik?

[108] Demokrasi, Sistem Buruk Thursday, 12 September :06

BAB 1 PENDAHULUAN. kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Cara Cerdas Sikapi Kenaikan BBM

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Pengendalian. Pengguna. Bahan Bakar Minyak.

I. PENDAHULUAN. Namun demikian cadangan BBM tersebut dari waktu ke waktu menurun. semakin hari cadangan semakin menipis (Yunizurwan, 2007).

2015, No Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhi

BEBAN SUBSIDI BBM DALAM APBN TAHUN 2013

KETERANGAN PERS PRESIDEN RI SETELAH SIDANG KABINET TERBATAS DI KANTOR KEPRESIDENAN, Senin, 12 Januari 2009

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta

BAB I PENDAHULUAN. separuh APBN terkonsentrasi pada pemberian subsidi. Menurut Kompas.com

Simulasi Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) tahun 2014

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 36 SERI E

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lemb

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat ke rumah sakit atau ke balai pengobatan itu sendiri. Hal ini tentunya

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG

TINJAUAN KEBIJAKAN HARGA BERSUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK DARI MASA KE MASA Jumat, 30 Maret 2012

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 17/PUU-XIV/2016 Kewenangan Daerah dan Penyediaan Tenaga Listrik

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Krisis perekonomian tersebut telah mengakibatkan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

Mencari Harga BBM Yang Pantas Bagi Rakyat Indonesia

KASUS 1 Apa yang harus dilakukan agar tindak kekerasan maupun tindak indisipliner tidak terulang lagi di dalam IPDN?

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang melakukan program subsidi

BAB II LATAR BELAKANG KEBIJAKAN KENAIKAN HARGA BBM PADA PEMERINTAHAN SBY-JK PERIODE

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 026 TAHUN 2017 TENTANG

Silahkan kutip dan sebar-luaskan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 46 SERI E

PERTUMBUHAN EKONOMI TAPANULI SELATAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan akar dari segala permasalahan. Pada saat ini

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar

PENDAHULUAN. Sumber : OPEC dalam Nasrullah (2009) Gambar 1 Perkembangan harga minyak dunia.

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya.

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar

BAB I A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat, tentunya kedaulatan yang diperoleh dari hasil semangat juang serta tetesan darah

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

CATATAN TENGAH TAHUN KINERJA SOSIAL EKONOMI PEMERINTAHAN JOKOWI-JK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAHAN BAKAR. Minyak. Harga Jual Eceran.

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan minyak tanah dalam kehidupannya sehari hari.

LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK BIDANG EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Dalam periode 2005

KOMUTER DKI JAKARTA TAHUN 2014

ANALISIS MASALAH BBM

Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Menurut Kadir (2006), pembangunan ekonomi membutuhkan jasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Mayoritas masyarakat menolak kenaikan BBM, termasuk mayoritas para pemilih partai yang mendukung kebijakan kenaikan BBM.

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembara Negara

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan harga minyak tanah tentunya akan berdampak pada kondisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Naiknya harga BBM selalu menjadi isu yang ramai dibicarakan dan juga

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal

Transkripsi:

NPM 1C114899 Prodi Sistem Informasi (SI) Page 1 of 5 1. Konflik dan kontroversi a. Obyek: Kenaikan BBM: Kebijakan Bohong, Zhalim & Khianat b. Deskripsi obyek: Pengumuman kenaikan harga BBM bersubsidi pada Senin malam, 17 November 2014 oleh Presiden RI Joko Widodo mengundang berbagai aksi pro dan kontra. Kontroversi akan naiknya harga BBM bersubsidi ini telah lama berhembus, bahkan sejak masa kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden pada pemilihan umum awal tahun 2014 lalu. Dan secara resmi, kenaikan harga BBM jenis premium menjadi Rp 8.500/ liter, naik Rp 2.000 dari sebelumnya Rp 6.500/ liter. Kenaikan juga terjadi pada solar menjadi Rp 7.500 / liter. Naik Rp 2.000 dari sebelumnya Rp 5.500/ liter. Salah satu aksi kontra yang dilakukan atas keputusan tersebut adalah aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh Partai Politik Islam Non Parlemen: Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Sebelum putusan itu disahkah oleh Menteri ESDM, HTI sudah menggelar berbagai aksi kecaman dan penolakan terhadap rencana kenaikan harga BBM. HTI mengecam bahwa kenaikan BBM adalah kebijakan yang bohong, zhalim (menindas) dan khianat. Bohong, karena alasan yang dibuat-buat pemerintah sejatinya tidak masuk akan dan akalakalan saja. Pertama: dikatakan bahwa anggaran yang digelontorkan selama ini salah arah. Menurut Menteri ESDM Sudirman Said, subsidi BBM harus dialihkan untuk hal-hal produktif. Selama lima tahun ini subsidi BBM sudah mencapai Rp 700 triliun lebih. Jadi, kalau kita lihat ke belakang, ternyata kita telah mengeluarkan uang hanya untuk dibakar saja, katanya (InilahREVIEW, Edisi 12/IV). Bahkan ada ungkapan, Masak Rp 400 triliun hanya dibakar jadi asap. Ini sungguh ungkapan ngawur.

NPM 1C114899 Prodi Sistem Informasi (SI) Page 2 of 5 BBM itu seperti makanan untuk tubuh agar bisa melakukan berbagai aktivitas produktif. Jika ditotal, ribuan triliun habis untuk makan rakyat negeri ini. Tentu tidak ada yang berani mengatakan, Ternyata selama ini ribuan triliun hanya dimakan dan jadi kotoran yang dibuang. Faktanya, BBM digunakan untuk berbagai kegiatan ekonomi. Hasil dari pembakaran BBM itu sangat besar dan menghidupkan masyarakat. Kedua: dinyatakan bahwa subsidi BBM itu konsumtif. Alasan ini tak kalah ngaco-nya. Harus diingat, kehidupan sehari-hari rakyat negeri ini banyak bergantung pada BBM. Ada jutaan nelayan yang mencari ikan; jutaan petani yang menggerakkan traktor mereka; jutaan mahasiswa, pelajar dan pegawai/pekerja pulang-pergi menggunakan kendaraan; jutaan pengusaha kecil dan menengah menggunakan BBM untuk menggerakkan usaha mereka. Semua itu tentu kegiatan produktif. Semuanya bisa berjalan karena adanya BBM yang dibakar itu. Jadi, ngawur yang bilang semua itu hanya konsumtif. Ketiga: Dinyatakan bahwa subsidi BBM salah sasaran karena lebih banyak dinikmati orang kaya, artinya BBM subsidi lebih banyak diminum mobil mewah. Faktanya tidak begitu. Hasil Sensus Ekonomi Nasional (SUSENAS 2010) menunjukkan bahwa pengguna BBM 65%-nya adalah rakyat kelas bawah dan miskin, 27% menengah, 6% menengah ke atas, dan hanya 2% orang kaya. Data Korp Lalu Lintas Kepolisian RI mencatat, jumlah kendaraan yang masih beroperasi di seluruh Indonesia pada 2013 mencapai 104,211 juta unit. Mayoritasnya, 86,253 juta unit adalah sepeda motor. Lalu mobil penumpang 10,54 juta unit; mobil barang (truk, pikap, dan lainnya) 5,156 juta unit; bus 1,962 juta unit dan kendaraan khusus 297.656 unit. Dari mobil penumpang yang 10,54 juta unit, hanya sebagian kecil yang berupa mobil mewah, kira-kira 5%-nya. Itu artinya, BBM subsidi yang dinikmati oleh orang kaya dan pemilik mobil mewah sangatlah kecil, apalagi tak sedikit mobil mewah yang memakai BBM non-subsidi. c. Ulasan dan pendapat Sudah menjadi pengetahuan bersama, bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Sehingga banyak pihak luar yang mengincar dan ingin (bahkan sedang) mengeksploitasinya. Seharusnya, dengan pengelolaan yang benar dan tepat serta amanah, segala yang ada yang menjadi sumber pemasukan negara untuk menyejahterakan rakyat sangatlah cukup, bahkan berlebih. Namun, hal ini tidak terjadi. Dalam kasus sumber daya minyak, pihak swasta asing yang telah menguasai sebagian besar sektor hulu nampaknya segera merambah ke sektor hilir, dengan bantuan regulator yakni pemerintah. Dengan dalih APBN membengkak hanya untuk subsidi BBM, pemerintah mengambil kebijakan yang tidak bijak untuk mengurangi dan mengaku untuk mengalihkan ke sektor pelayanan publik seperti pendidikan dan kesehatan. Pemerintah seakan tidak mengetahui bahwa subsidi BBM telah melancarkan roda ekonomi masyarakat, dan ketika itu dikurangi bahkan dicabut, maka roda perekonomian tsb akan berat

NPM 1C114899 Prodi Sistem Informasi (SI) Page 3 of 5 berputar. Tambang-tambang minyak sendiri justru diberikan hak kelolanya kepada swasta asing, sedangkan BUMN-nya sendiri (dalam hal ini Pertamina), diberikan hanya sedikit dan itupun tambang tua dan tinggal sedikit cadangan minyaknya yang tersisa. Ketika kurang, harus impor dari luar negeri yang itu hasil olahan pihak asing yang bahan mentahnya dari tambang Indonesia. Sungguh memperihatinkan. Pada akhirnya, kebijakan menaikkan harga BBM bersubsidi adalah bertentangan dengan amanat rakyat, dan sebisa mungkin dibatalkan. 2. Kesenjangan sosial a. Obyek: Asma Bu Ita & Dompet Dhuafa b. Deskripsi obyek: Bu Ita, 54 tahun, adalah satu dari ribuan kaum marginal yang menjadi member penerima manfaat kesehatan Dompet Dhuafa di Indonesia. Saat ditemui di ruang perawatan inap Al Halim di Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa (RST DD), beliau masih terbaring lemah dengan selang oksigen di hidungnya. Itu adalah hari kedua beliau di menginap di RST DD. Berdasarkan penuturan perawat jaga, Bu Ita masuk dengan diagnosa asma parah. Bu Ita adalah seorang janda beranak tiga yang bisa dibilang beruntung bisa mendapatkan akses kesehatan gratis dari dana ummat yang dikelola oleh lembaga sosial terkemuka di negeri ini, Dompet Dhuafa melalui rumah sakit perdananya, RST DD yang terletak di Jl. Raya Parung KM 42 Kel. Kemang Kec. Jampang Kab. Bogor, Jawa Barat. Saat diwawancarai, beliau ditemani oleh anak laki-lakinya yang dalam keseharian menjadi satu-satunya anggota keluarga yang

NPM 1C114899 Prodi Sistem Informasi (SI) Page 4 of 5 tinggal 1 atap di daerah Cibadak, Bogor, yang juga seorang buruh. Bersyukur, ketiga anaknya kini sudah tak menjadi beban Bu Ita dalam keseharian. Justru menjadi penopang kehidupan beliau setelah 3 tahun Bu Ita meninggalkan pekerjaan yang lama digelutinya, asisten rumah tangga, karena penyakit asma yang diidap sedari kecil itu. Saat memaparkan perihal kebutuhan hidup, dengan segala keterbatasan Bu Ita mengaku cukup, dengan segala keterbatasan yang ada. Kalau hanya sekedar makan dan membayar tagihan listrik, Bu Ita dan anaknya merasa sanggup. Namun kalau harus membayar biaya pengobatan yang dijalani selama ini hingga sekarang, mulai dari rawat jalan dan rawat inap, beliau tidak sanggup. Dengan mengucap syukur, beliau bercerita sedikit tentang bagaimana dulu di tengah kesakitan dan belum adanya satu bantuan pun dari pemerintah akan jaminan kesehatan seperti JAMKESDA (Jaminan Kesehatan Daerah) dan JAMKESMAS (Jaminan Kesehatan Masyarakat) datang seorang tenaga survei dari Dompet Dhuafa melakukan survei lapangan kepada Bu Ita yang saat itu menjadi calon member. Dan hasil survei beserta verifikasi dari tim kememberan pun meloloskan Bu Ita menjadi member penerima manfaat kesehatan dari Dompet Dhuafa. Sejak saat itu pun Bu Ita mendapatkan perawatan kesehatan yang terjamin secara cuma-cuma. c. Ulasan dan pendapat Bu Ita adalah satu dari 28,55 juta orang yang hidup di bawah garis kemiskinan negeri ini. Angka itu pun harus diperbarui mengingat publikasinya oleh BPS di Januari 2014 dan belum tercatat kenaikan jumlahnya seiring dengan kenaikan harga BBM (alias pengurangan subsidi BBM) per 18 November 2014 lalu. Sungguh ironi, negeri yang terkenal dengan kekayaan melimpah ini masih menjadikan kemiskinan dan kesenjangan sosial sebagai permasalahan turun temurun yang belum terselesaikan. Berbicara kesenjangan sosial, identik dengan perbincangan mengenai jarak status sosial kemasyarakatan. Saat pemerintah mengaku bahwa pertumbuhan ekonomi negeri ini naik di angka 5,12% pada triwulan ke-ii tahun 2014, maka seakan tutup mata mereka lupa bahwa pertumbuhan ekonomi tidak berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan tsb sejatinya tidak mengurangi jarak kesenjangan sosial-ekonomi masyarakat, malah justru makin besar. Pasalnya pertumbuhan tsb hanya dinikmati oleh segelintir kapitalis, dan tidak dirasakan oleh kaum menengah bawah. Apa yang dapat dirasakan mereka? Kalau patokannya pemenuhan kebutuhan pokok, tahun ini saja, kita disuguhkan fakta dan berita bahwa kenaikan harga sembako lebih sering naik ketimbang turun. Kalau pun turun, masih tinggi. Hal ini tak ayal membuat rakyat semakin menderita. Pemerintah melalui lembaga sosialnya nampak kewalahan mengayomi masyarakat lemah seperti Bu Ita ini, sehingga banyak lembaga sosial yang karena geram mengambil alih beberapa tugas pemerintah dan negara. Padahal memajukan kesejahteraan umum dan kecerdasan bangsa adalah amanat UUD 1945 yang tertuang dalam pembukaan.

NPM 1C114899 Prodi Sistem Informasi (SI) Page 5 of 5 Permasalahan kesenjangan sosial dan kemiskinan sebenarnya ada pada distribusi kekayaan. Karena permasalahan ini bukan pada kurangnya sumber daya baik alam maupun manusia dalam memenuhi kebutuhan pokok, namun lebih pada pengelolaan dan distribusi kekayaan yang tidak merata. Kekayaan dan potensi negeri ini bisa dibilang lebih dari cukup untuk diberikan kepada seluruh rakyat negeri ini. Hanya saja sistem ekonomi negeri ini yang memang neo-liberal mengamanatkan negara untuk lambat-laun melepaskan campur tangannya dalam perkara ekonomi masyarakat. Ekonomi harus diserahkan kepada mekanisme pasar yang bebas. Hal ini akan berimbas pada keterbatasan akses ekonomi pada golongan lemah, baik lemah pendidikan maupun lemah ekonomi secara mendasar. Jika sudah demikian, maka solusi dari permasalahan kesenjangan dan kemiskinan adalah mengganti sistem ekonomi kapitalis yang neo-liberal ini dengan sistem ekonomi yang menjamin pemerataan distribusi kekayaan negeri ini kepada seluruh masyarakat, yang juga secara penuh memiliki peran mengelola semua sumber daya alam negeri ini hanya oleh negara, tanpa campur tangan swasta dalam negeri maupun swasta asing. Sistem tersebut bukan sistem ekonomi sosialis yang otoriter, melainkan sistem ekonomi islam yang terpancar dari sistem pemerintahan islam, bukan demokrasi. Referensi: Hutasoid, Mokta. (2014, 17 November). Jokowi Umumkan Kenaikan Harga BBM, Premium Rp 8.500/Liter. DetikNews [online]. Tersedia: http://news.detik.com/read/2014/11/17/211635/2750936/10/jokowiumumkan-kenaikan-harga-bbm-premium-rp-8500-liter [18 November 2014] Hizbut Tahrir Indonesia. (2014, 14 November). Rezim yang Merakyat Tapi Menyusahkan Rakyat [online]. Tersedia: http://hizbut-tahrir.or.id/2014/11/13/rezim-yang-merakyat-tapi-menyusahkan-rakyat/ [14 November 2014] Badan Pusat Statistik. 2014. Profil Kemiskinan Di Indonesia September 2013 No. 06/01/Th. XVII, 2 Januari 2014. Jakarta: Badan Pusat Statistik Badan Pusat Statistik. 2014. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan II-2014 No. 63/08/Th. XVII, 5 Agustus 2014. Jakarta: Badan Pusat Statistik