1. SMA NEGERI 1 PAKUSARI SEBELUM MENEMPATI GEDUNG YANG TERLETAK DI PAKUSARI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB II SMA NEGERI 2 MEDAN

BAB IV KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN DI KALANGAN SISWA SMAN I RANTAU BADAUH KECAMATAN RANTAU BADAUH KABUPATEN BATOLA TAHUN 2007

PERATURAN SMA NEGERI 1 KARANGANYAR Nomor : 800/ 303 /2010

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Klakah ( SMAN 1 Klakah ), merupakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA. dalam pengadaan sumber belajar di MA Al-Fatah Palembang.

BIDANG KURIKULUM ( Sugiyanta (SMAN 48 Jakarta) /

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

LAPORAN MINGGUAN PELAKSANAAN PPL TAHUN: 2016

BAB IV MANAJENEN SARANA DAN PRASARANA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PENDIDIKAN DI SMP NEGERI 2 PENAWANGAN GROBOGAN

-1- PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANDAILING NATAL NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 PLUS PANYABUNGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. keadaan dari obyek yang erat kaitannya dengan penelitian. 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 26 Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus

BAB III GAMBARAN UMUM SMP NEGERI 1 TRAGAH BANGKALAN. A. Sejarah Singkat SMP Negeri 1 Tragah Bangkalan.

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN SEKSI PENDIDIK TENAGA KEPENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA BIDANG KETENAGAAN DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II DESKRIPSI SMAN 10 TANGERANG Sejarah Berdirinya SMAN 10 Tangerang Seiring dengan otonomi daerah yang digulirkan pemerintah pusat maka

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum SMAK Untung Suropati Sidoarjo. siswa untuk memperoleh prestasi di sekolah maupun di luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

I. PENDAHULUAN. Organisasi adalah sebuah unit sosial yang dikoordinasikan secara sadar oleh

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 SMPN 2 WATES Alamat : Jl. KH Wahid Hasyim, Bendungan, Wates, Kulon progo

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II DI SMA NEGERI 2 GRABAG TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 35 B. TUJUAN 35 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 36 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37

BAB I PENDAHULUAN. kepala sekolah yang selanjutnya diterapkan dalam menjalankan tugas pokoknya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SMAN 1 Rejotangan. SMPN 1 Rejotangan, dan SMK Rejotangan.

PENELITIAN DENGAN JUDUL: PENANAMAN NILAI-NILAI MORAL PADA SISWA DI SMA NEGERI SUKOHARJO RENCANA KERJA PENELITIAN DI SMA 1 SUKOHARJO

PEDOMAN OBSERVASI KONDISI DAN SITUASI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Kondisi Fisik

PEDOMAN OBSERVASI KONDISI DAN SITUASI SEKOLAH

DATA PEMINATAN PESERTA DIDIK KELAS X

BAB II HASIL SUREY. sarana dan prasarana serta sumber daya manusia (SDM).

BUPATI CILACAP TENTANG KABUPATEN CILACAP BUPATI CILACAP,

BAB II GAMBARAN UMUM INSTITUSI. 2.1 Profil & Sejarah Singkat SMA Kristen Kalam Kudus Surabaya. Tuhan turut campur tangan memberkati program ini.

RANGKUMAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMP, MTs, SMA, MA, DAN SMK) TAHUN PELAJARAN : 2013 / 2014

2. Keadaan Fisik Sekolah

BAB II GAMBARAN UMUM SMA NEGERI 1 PETIR

BAB II HASIL SURVEY. dan Kebudayaan No. 0296/0/1978, SMP Negeri 39 Surabaya dibangun di atas tanah

A. Analisis Situasi Sekolah 1. Sejarah SMK Kristen 1 Klaten berdiri pada tanggal 1 Agustus 1965 menempati gedung SD Krsiten III yang dahulu berada di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH. saat itu SMA Negeri 14 Surabaya belum mempunyai gedung sendiri dan

Lampiran-lampiran A. DOKUMENTASI 1. Denah Lokasi Penelitian. 2. Dokumentasi Wawancara peneliti

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BREBES SMA NEGERI 1 BUMIAYU website :

PROFIL SEKOLAH SMA NEGER1 6 GARUT TAHUN PELAJARAN 2015/2016

IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Puskur Balitbang 1

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Alamat :Jl. Lais Kel. Timbau (0541) , , ,

2. Rumus perhitungan jumlah kebutuhan Guru Agama dan Penjas

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 737 TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI 101 JAKARTA Sejarah Berdirinya SMA Negeri 101 Jakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Gunungkidul, dengan identitas sekolah sebagai berikut: 1. Nama Sekolah : SD Negeri Jetis

PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 11

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI. kelas dan ruang serbaguna yang memiliki luas 324 m 2.

Kasi. Kurikulum dan Penilaian SMP dan SMA BID. SMP dan SMA DISDIK PROV. DKI JAKARTA

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

TERWUJUDNYA INSAN PENDIDIKAN YANG BERPRESTASI DALAM ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN SENI BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Menengah Atas Negeri yang ada di ProvinsiRiau, Indonesia. Terletak di jalan

BAB I PENDAHULUAN. d. Ruang UKS b. Ruang Tata Usaha. e. Ruang BK c. Ruang Kepala Sekolah. f. Tempat ibadah

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

BAB I PENDAHULUAN. SMA Negeri 1 Boyolali beralamat di Jl. Kates nomor 8 Boyolali adalah

Halimatus Sa diyah Universitas Negeri Malang

1. Kompetensi sebagai Peneliti 2. Kompetensi sebagai Perancang 3. Kompetensi sebagai Fasilitator 4. Kompetensi sebagai Networker/ Pembangun

BAB IV GAMBARAN UMUM. Sekolah Dasar Negeri 2 Waringinsari Timur merupakan satu dari 4 sekolah yang

BAB VI LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Berdirinya MAN 1 Amuntai Kabupaten HSU. musyawarah dan mufakat dari Dekan Fakultas Ushuluddin dengan Dewan

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

Panduan Rekrutment Mahasiswa Baru Tahun Akademik 2016/2017

BAB II HASIL SURVEY. 2.1 Gambaran Umum SMA Intensif Taruna Pembangunan Surabaya

JADWAL PELAJARAN KELAS X-MIPA T.P. 2017/2018

1. Pembukaan 3. PAPARAN BK SMAN 21 JAKARTA. 4. Sambutan kepala sman 21 jakarta 6. Lain-Lain 7. PENUTUP

SMP NEGERI 2 KUNINGAN

BAB II HASIL SURVEY. dengan visi Prima dalam layanan, unggul dalam berprestasi dalam membangun

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUMAS

STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM SMA PATRA MANDIRI 1 PLAJU

Pengukuran Kerja. Capaian Tahun Sebelumnya. Target Realisasi % Realisasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, salah satunya adalah

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004, tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG BERJALAN

Ditulis oleh Administrator Jumat, 24 Desember :41 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 30 Januari :58

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

ANGGARAN 2015 URUT PROGRAM KEGIATAN

BIODATA CALON PESERTA DIDIK SMA Negeri 1 Cianjur

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

Lampiran 1 KUISIONER APLIKASI SISTEM INFORMASI BERBASIS WEB UNTUK PROMOSI SEKOLAH SMP CENDERAWASIH I JAKARTA SELATAN

P E N U T U P BAB V. 5.1 Kesimpulan

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

FORMAT OBSERVASI KONDISI SEKOLAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini kemajuan perekonomian bangsa ditambah dengan perkembangan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. SMA Ar-Risalah beralamat Jl. Aula Muktamar no.2 kota kediri,

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN DI SMA NEGERI 2 GRABAG TAHUN AJARAN 2012/2013

Transkripsi:

PENDAHULUAN Untuk mengenang berdirinya SMA N 1 Pakusari maka dibagi dalam 2 tahap : 1. Tahap pertama sebelum menempati gedung SMA N 1 Pakusari. 2. Tahap kedua setelah menempati gedung SMA N 1 Pakusari. 1. SMA NEGERI 1 PAKUSARI SEBELUM MENEMPATI GEDUNG YANG TERLETAK DI PAKUSARI Keberadaan SMA N 1 Pakusari berawal dari keinginan pihak Dinas Pendidikan untuk mendirikan sekolah yang paling bungsu di Kabupaten Jember, merupakan SMAN yang berada di urutan nomor 18. SMA N 1 Pakusari didirikan, dengan nama kelas paralel SMA N 1 Pakusari pada tahun pelajaran 2003/2004 disebut kelas paralel SMA N 2 Jember karena yang mengelola adalah SMA N 2 Jember, sebagian besar guru pengajarnya dari SMA N 2 Jember dan tenaga administrasi juga dari SMA N 2 Jember. Penanganannya diawali dari personil SMA N 2 Jember, karena memang belum ada tenaga yang ditugaskan di SMA N 1 Pakusari. Kemudian Kepala Sekolah masih dikendalikan oleh SMA N 2 Jember yaitu Drs. I Wayan Wesa Atmaja, M.Si dibantu pelaksana harian Drs. Pudji Juwono dengan tenaga pengajar dari SMA N 2 Jember termasuk para karyawan. Pertama kali berdiri sekolah kelas paralel SMA N 2 Jember para Waka juga diambil dari SMA N 2 Jember dengan harapan pembelajaran dapat berjalan secara lancar berada di kecamatan Pakusari. Kelas paralel SMA N 2 Jember pertama kali menempati SDN Kertosari IV pada siang hari. Persiapan telah dilakukan di SDN Kertosari IV dengan harapan pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Kemudian sarana prasarana juga telah dilengkapi termasuk penerangan listrik untuk pembelajaran pada siang hari, termasuk ruang guru dan tenaga pembantu kebersihan, TU dan pengamanan kendaraan. SDN Kertosari IV berada di dekat terminal dengan harapan transportasi mudah dan pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar. Kemudian setelah pembelajaran berlangsung sekitar satu minggu atas usulan orang tua siswa maka para siswa kelas paralel SMA N 2 Jember dipindah di SMA N 2 Jember karena fasilitas pembelajaran di SDN Kertosari IV tidak sesuai dengan kondisi para siswa SMA, misal kondisi bangku memang untuk tingkat SD sehingga tidak relevan untuk siswa SMA, termasuk sarana olah raga dan sebagainya. Agar lebih efektif maka pembelajaran dipindahkan di SMA N 2 Jember agar sesuai dengan kondisi siswa. Meskipun kegiatan pembelajaran berada di SMA N 2 Jember dan merupakan kelas paralel tetapi kegiatan lain yang ada di kecamatan Pakusari dapat berjalan dengan lancar. Pembelajaran di SMA N 2 Jember dapat berlangsung sampai tahun ketiga setelah itu sudah tidak dibuka lagi karena persiapan gedung di kecamatan Pakusari sudah dimulai.

1.1. KRONOLOGIS KEBERADAAN KELAS PARAREL SMA N 2 JEMBER DENGAN SMA N PAKUSARI 1.1.1. Kelas Pararel SMA N 2 Jember Berlokasi di Jl. Jawa 16 Jember Kelas I Kelas II Kelas III Tahun 2003/2004 dengan siswa 2 kelas Tahun 2004/2005 1 kelas IPS, kelas IPA integrasi ke SMA N 2 Jember Tahun 2005/2006 UNAS Bergabung dengan SMA N 2 Jember dilebur 1.1.2. SMA N 1 Pakusari Berlokasi di Jl. PB Sudirman No. 120 Pakusari Kelas X : 3 rombel Kelas XI : - Kelas XII : - Kelas X : 4 rombel Kelas XI : 3 rombel Kelas XII : - Kelas X : 4 rombel Kelas XI : 4 rombel Kelas XII : 3 rombel Tahun 2005/2006 Tahun 2006/2007 Tahun 2007/2008 UNAS I untuk kelas Pararel SMA N 2 Jember bergabung dengan SMA N 2 Jember Tidak ada UNAS di SMA N 1 Pakusari. Kelas paralel habis. UNAS I SMA N 1 Pakusari di Jl. PB Sudirman No. 120 Pakusari - Tahun pelajaran 2005/2006 merupakan tahun pertama penyelenggaraan UNAS I kelas pararel dengan SMA N 2 Jember dan tahun mulai berdirinya SMA N 1 Pakusari di Pakusari. - Tahun pelajaran 2006/2007 tidak ada penyelenggaraan UNAS karena tidak dibukanya lagi kelas pararel. Jadi kelas pada tahun pelajaran ini adalah kelas yang pertama SMA N 1 Pakusari dan terakhir untuk kelas paralel SMA N 2 Jember. 1.1.3. Sistem Penjaringan Siswa Sejak tahun pelajaran 2003/2004 sistem penjaringan siswa yang akan masuk SMA adalah dengan cara merata rata materi nilai UNAS SLTP dan nilai test dengan komposisi atau bobot yang telah disepakati bersama, pilihan bebas bisa memilih SMA dalam wilayah kabupaten Jember maupun luar kabupaten secara acak. Jadi luar kabupaten maupun kota mempunyai prioritas yang sama. Jika dilihat dari sistem yang dilakukan saat itu pada tahun pelajaran 2003/2004 sangat menguntungkan bagi siswa karena mereka dapat memilih sekolah dengan leluasa sesuai dengan keperluan dan minat siswa. Kelas pararel SMA N 2 Jember yang pertama kali diselenggarakan pada tahun pelajaran 2003/2004 di SDN Kertosari IV mengalami kegagalan sehingga untuk minggu berikutnya diselenggarakan di SMA N 2 Jember. Kegagalan karena pelajaran sangat pendek, transportasi gurunya juga agak sulit dan lama. Fasilitas pembelajaran juga sangat kurang, maka akhirnya kelas paralel SMA N 2 Jember dipindah di SMA N 2 Jember demi kesuksesan dalam pembelajaran

1.1.4. Susunan Pengelola Kelas Pararel Di SMA N 2 Jember No Nama Jabatan di Kelas Pararel SMA N 2 Jember Jabatan Dinas 1 Drs. I Wayan Wesa Atmaja, M.Si PLH Kepala SMA N 2 Jember 2 Drs. Pudji Juwono Pelaksana Teknis Koordinator waka SMA N 2 Jember 3 Drs. Mohammad Edi Suyanto Waka Kurikulum Waka Kurikulum 4 Ismanto, S.Pd Waka Kesiswaan Waka Kesiswaan 5 Ni Njoman Nana S Waka Sarana Prasarana Waka Sarana Prasarana 6 Dra. Rr Ratna Istiharti Waka Humas Waka Humas 1.1.5. Guru yang mengajar di kelas pararel SMA N 2 Jember No Nama Mata Pelajaran yang Diajarkan 1 Erlin Maduratni PPKn 2 Prasetyo Retno A, S.Pd Biologi 3 Budi Utomo, S.Pd Bhs. Indonesia 4 Drs. Pudji Juwono Kimia 5 Ismanto, S.Pd Fisika 6 Dra. Elok Hartina Sejarah 7 Eny Muffida, S.Pd Sosiologi 8 Dra. Dyah Widyorini Ekonomi 9 Sulistyowati, S.Pd Kesenian 10 Drs. Muksin Olah raga 11 Ni Njoman Nana S Matematika 12 Badrus Sholeh, S.Ag Pendidikan Agama Islam 1.1.6. Jumlah Rombel Kelas Pararel No Tahun Pelajaran Jumlah Rombel Jurusan Keterangan 1 2003/2004 2 - Umum 2 2004/2005 1 IPA IPS 3 2005/2006 1 IPA IPS Integrasi SMA N 2 Jember - Integrasi SMA N 2 Jember -

1.1.7. Waktu Pembelajaran No Tahun Pelajaran Masuk Sekolah Keterangan Tempat 1 2 3 2003/2004 2004/2005 2005/2006 Siang hari Pagi hari Pagi hari Kelas SMA N 2 Jember Sanggar PKG Sanggar PKG 1.1.8. Sistem Pembelajaran Sistem pembelajaran di SMA N 2 Jember mengacu pada ICT sehingga kelas pararel di SMA N 2 Jember juga harus menyesuaikan karena yang dijadikan tolak ukur dan standarisasi sekolah adalah SMA N 2 Jember, sehingga pada tahun pertama tahun pelajaran 2003/2004 masuk siang hari dengan rombel 2 kelas. Pada tahun berikutnya yaitu tahun pelajaran 2004/2005 diupayakan dapat masuk pagi hari sehingga kualitas sama dengan SMA N 2 Jember. Karena kelas pararel belum punya meja dan kursi belajar menempati gudang, maka orang tua siswa dikumpulkan kembali untuk bermusyawarah pengadaan meja kursi dalam pembelajaran kemudian saat kenaikan kelas disaring dengan ketat. Bagi yang tidak naik harus pindah karena kelas pararel tidak memiliki adik kelas merupakan sekolah yang pertama dan terakhir. Setelah diadakan penjurusan IPA dan IPS, yang masuk jurusan IPS dikelola dalam 1 kelas, jurusan IPA diintegrasikan dan dipecah masuk kelas di SMAN 2 Jember, sedangkan jurusan IPS dilangsungkan dengan sistem pembelajaran ICT. Ternyata siswa yang masuk kelas IPA integrasi dengan SMA N 2 Jember memiliki kualitas pembelajaran yang baik sehingga rangking atau prestasi yang diperoleh kelas paralel dapat lebih baik dibanding sebelumnya, sehingga dapat bersaing dengan siswa SMA N 2 sendiri. 1.1.9. Sukses UNAS 2005/2006 di Kelas Paralel SMA N 2 Jember Dalam rangka suskes UNAS ada beberapa langkah yang ditempuh : 1. mengantisipasi kenaikan siswa kelas X ke kelas XI dengan mengharuskan pindah sekolah bagi siswa yang tidak naik kelas, karena tidak punya adik kelas 2. selalu melakukan koordinasi dengan orang tua setiap menentukan langkah dan kebijakan 3. pembelajaran menyesuaikan dengan SMA N 2 Jember yaitu dengan menggunakan metode ICT ( menggunakan OHP dan CD pembelajaran) 4. mengupayakan masuk pada pagi hari meskipun menggunkan gudang sanggar 5. mengintensifkan bimbingan belajar dan tambahan pelajaran pada sore hari 6. memanggil siswa yang melanggar tata tertib dan memberikan motivasi dalam belajar 7. mengintegrasikan siswa yang masuk jurusan IPA untuk bergabung dan bersaing dengan SMA N 2 Jember 8. memberikan latihan UNAS dari tahun tahun sebelumnya

1.1.10. Hasil yang Dicapai Secara global setelah dievaluasi ternyata yang tidak lulus hanya satu anak karena pada hari pertama tidak mengikuti ujian, sedangkan yang diterima melalui jalur PMDK sebanyak 2 orang. Dari hasil evaluasi dapat dikatakan berhasil karena sesuai dengan tujuan dari sekolah yaitu melanjutkan ke Perguruan Tinggi dan sebagian juga ada yang bekerja terjun ke masyarakat. 1.1.11. Kegiatan-Kegiatan Kelas Paralel di Kecamatan Pakusari Kegiatan kegiatan kelas paralel di kecamatan Pakusari : 1. Pada Tahun Pelajaran 2004/2005 kegiatan upacara bersama Muspika, siswa SMP dan wakil dari beberapa SD di lapangan Sumber Pinang. 2. Pada Tahun Pelajaran 2005/2006 kegiatan serupa pada upacara 17 Agustus 2005 di kecamatan Pakusari. 3. Sedangkan kegiatan kelas paralel di SMA N 2 Jember sangat banyak karena memang satu halaman dengan SMA N 2 Jember antara lain kegiatan Magenta, peringatan ULTAH Perak SMA N 2 Jember kegiatan olah raga dan kegiatan kegiatan lain, termasuk lomba kelas di SMA N 2 Jember. 2. SMA NEGERI 1 PAKUSARI BERALAMAT DI JL. PB SUDIRMAN 120 PAKUSARI 2.1. Proses Pendirian SMA N 1 Pakusari Proses pendirian SMA N 1 Pakusari diawali dengan musyawarah masyarakat Pakusari, pihak muspika dan Dispendik serta Desa dalam rangka merealisasi tanah untuk berdirinya SMA N 1 Pakusari. Kemudian dicapai mufakat bahwa SMA N 1 Pakusari dapat beridiri di jalan PB Sudirman 120 Pakusari denbgan mengambil tanah kas desa Pakusari dengan luan 10.700 m 2 berarti seluas 1 hektar lebih 700 m 2. Kemudian diadakan rapat pertama di Dispendik dalam upaya untuk membuka SMA Negeri 1 Pakusari secara prosedur. Sebelum dibuka SMA Negeri 1 Pakusari di Jl. PB Sudirman No. 120 Pakusari diadakan musyawarah bersama antara Dispendik, Perangkat Desa, Muspika dan UPTD kecamatan Pakusari dan bertempat di kantor Dinas Pendidikan kabupaten Jember. Sambil menunggu proses penyelesaian dan persiapan berdirinya SMA N 1 Pakusari. Kemudian di sekolah sendiri diadakan rapat dari perwakilan SMA N 2 Jember sebagai pengelola, pihak Muspika dan UPTD dan tokoh masyarakat untuk mengadakan rapat bersama sambil evaluasi persiapan pembelajaran kemudian melengkapi sarana prasarana yang ada diadakan tsyakuran bersama di sekolah SMA N 1 Pakusari.

2.2. Proses Rekrutmen Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Pakusari Sistem rekrutmen siswa SMA N 1 Pakusari seperti tahun-tahun sebelumnya yaitu melalui jalur test dan pembobotan nilai UNAS SMP sehingga para siswa dapat secara bebas memilih sekolah yang dicita-citakan. Jadi seorang siswa bisa memilih secara silang misal kota, kabupaten terus pilihan ketiga kota lagi atau ketiga-tiganya kota dan bisa juga semuanya luar kota. Dengan mengacu pada score yang diperoleh dari test dan NUN SMP. Karena SMA N 1 Pakusari masih belum dikenal masyarakat dan belum banyak sarana dan prasarana yang dimiliki maka jumlah pendaftar pertama sebanyak 26 siswa, sedangkan jumlah yang akan diterima sebanyak 3 rombel maka pada pengumuman keluar sekitar 64 siswa berarti masih terdapat kekurangan 56 siswa. Karena belum memenuhi target maka dibuka gelombang kedua dengan harapan dapat memnuhi jumlah siswa yang ada. Cara pengambilan siswa pada gelombang kedua dengan cara mendaftar siswa yang pernah test pada gelombang I yang tidak diterima dapat memilih SMA N 1 Pakusari dari jumlah pendaftar sebanyak 212 siswa hanya diambil sebanyak 56 siswa berarti membuang sebanyak 156 siswa. Dari jumlah animo pendaftar maka tiap tahun menjadi bertambah dari jumlah pendaftarnya maupun rombelnya. 2.3. Guru Pengajar di SMA Negeri 1 Pakusari Guru pengajar di SMA N 1 Pakusari pertama sebanyak 3 orang yaitu guru Matematika, guru Kimia dan guru Ekonomi. Dari ketiga guru tersebut langsung jadi staf Waka di SMA N 2 Jember. Kebanyakan guru pengajar dari SMA N 2 Jember ditambah guru sukwan dan tambahan dari luar karyawan TU juga masih bergabung dengan SMA N 2 Jember ditambah dengan TU baru atau honorer. Secara bertahap maka guru dan karyawan SMA N 2 Jember ditarik secara perlahan-lahan. Pada tahun pelajaran 2005/2006 ada beberapa guru tambahan dan 3 orang guru tetap dari penempatan guru di SMA N 1 Pakusari. Tahun pelajaran 2006/2007 ditambah guru tetap dari pindahan maupun penempatan guru dari penempatan. Tahun pelajaran 2007/2008 jumlah guru tetap mencapai 16 orang, tenaga TU dan karyawan lapangan belum ada tenaga pegawai negeri. Sampai dengan tahun pelajaran 2008/2009 jumlah guru dan karyawan sebanyak 52 personil. 2.4. Sarana Prasarana yang ada Pada tahun pelajaran 2005/2006 jumlah siswa sebanyak 3 rombel sedangkan jumlah kelas sebanyak 2 kelas. Kemudian yang satu kelas menempati rukonya Kepala Desa H Kusyono, sekaligus jadi ruang kantor SMA N 1 Pakusari. Sedangkan sarana prasarana yang belum ada saat itu termasuk kamar kecil buat darurat kemudian papan tulis, meja dan kursi kantor, lemari, tiang bendera juga belum ada. Tahap berikutnya pada tahun pelajaran 2005/2006 juga dimulai pembangunan USB dengan 3 ruang belajar, kantor, ruang BK, perpustakaan, ruang Waka dan Kesiswaan.

Akhir semester ganjil maka pembangunan sudah selesai dapat ditempati para siswa SMA N 1 Pakusari. USB dengan beberapa perangkat seperti komputer, meja tamu, meja dan kursi guru. Kemudian kantor dan ruang pembelajaran pindah ke tempat baru menenmpati gedung USB. Tahap berikutnya setelah menempati gedung USB maka pada tanggal 17 Januari 2006 diadakan peresmian gedung USB di Pakusari oleh Bupati Kepala Daerah Kabupaten Jember MZA Djalal. Kemudian secara bertahap dilengkapi pembelajaran ICT dengan video, OHP dan pembelajaran yang lain dengan harapan SMA N 1 Pakusari dalam pembelajaran bisa menyamai sekolah lain. 2.5. Peresmian SMA Negeri 1 Pakusari Peresmian SMA N 1 Pakusari tepatnya pada tanggal 17 Agustus 2006 merupakan SMA yang terakhir di kabupaten Jember. Peresmian dihadiri oleh Bupati Kepala Daerah Kabupaten jember, Muspika, Kepala Dispendik, Kepala Bidang, Kepala Desa, tokoh masyarakat, Dewan Pendidikan dan Ketua DPRD kabupaten Jember. SMA N 1 Pakusari merupakan sekolah yang strategis terletak di jalan protokol menuju Banyuwangi. Undangan yang lain dari Guru-Guru SMA N 2 Jember, SMA N 1 Pakusari, guru SD, dari UPTD dan lain-lain. 2.6. Pengangkatan Kepala Sekolah Kepala Sekolah pertama yang dilantik atau diangkat adalah Drs. Pudji Juwono, yang sebelumnya dijabat oleh kepala SMA N 2 Jember Drs. I Wayan Wesa Atmaja, M.Si sekaligus menjadi Plh di SMA N 1 Pakusari. Jadi jabatan masih dirangkap oleh Kepala SMA N 2 Jembe. Kepala sekolah definitif pertama di SMA N 1 Pakusari diangkat pada tanggal 30 Juni 2006 yaitu Drs. Pudji Juwono yang sebelumnya adalah koordinator Waka di SMA N 2 Jember merangkap menjadi Plt di SMA N 1 Pakusari. Berdasarkan Keputusan Bupati Jember Nomor : 821-2/177/436.45/2006 tanggal 28 Juni 2006 sehingga tertanggal 29 Juni 2006 sebagai guru yang ditugasi menjadi Kepala Sekolah di SMA N 1 Pakusari. Kemudian diadakan serah terima di SMA N 1 Pakusari dari yang lama ke yang baru. 2.8. Pembentukan Komite Sekolah Komite Sekolah dibentuk dalam rangka untuk mitra kerja sekolah sehingga keberadaan Komite Sekolah sangat membantu dalam perkembangan sekolah. Tugas Komite Sekolah antara lain : - Memberi masukan pada sekolah. - Memberi pertimbangan pada sekolah. - Sebagai mediator dengan masyarakat dan orang tua murid. Sehingga peran Komite sangat kuat sebagai advisory sekolah. Komite Sekolah dibentuk setelah pelantikan Kepala Sekolah yang baru pada bulan Juni 2006. sebenarnya

Komite Sekolah sudah ada sebelumnya, yaitu merupakan Komite Sekolah dari SMA N 2 Jember karena dipandang perlu dilengkapi bagian-bagian dari struktur organisasi tersebut, maka setelah pelantikan Kepala Sekolah dibentuk komite yang baru disertai dengan Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Komite Sekolah sesuai dengan peraturan yang ada sehingga tidak timbul intervensi terlalu dalam di sekolah. 2.9. Penjaringan Sumbangan Melalui Rapat Komite Sekolah Penjaringan sumbangan dimulai dari masukkan teman-teman Waka kemudian direkap sesuai dengan kebutuhan dan diambil yang paling urgen. Kemudian dibawa dalam rapat dan dipilih kebutuhan dari yang paling urgen kemudian rekap lagi dari hasil rekapan kemudian dirapatkan dulu dengan Komite Sekolah tentang kebutuhan sekolah. Dari hasil diskusi maka kebutuhan sekolah disesuaikan dengan kondisi sekolah yang ada dengan sedikit revis. Dengan cara demikian maka jumlah pungutan sekolah sesuai dengan kemampuan masyarakat. Setelah matang maka diadakan perencanaan pertemuan dengan wali murid. Kalau disepakati wali murid kemudian diberikan besarnya sumbangan yang akan diberikan pada sekolah agar tidak timbul permasalahan di masyarakat. Penjaringan sumbangan melalui Komite Sekolah sudah terealisasi.