BAB I PENDAHULUAN. Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang

PENGARUH SAMPAH PLASTIK SEBAGAI BAHAN TAMBAH TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Jalan

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB I PENDAHULUAN. penduduk di Yogyakarta. Pembangunan hotel, apartemen, perumahan dan mall

KARAKTERISTIK MARSHALL DENGAN BAHAN TAMBAHAN LIMBAH PLASTIK PADA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT (SMA)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jalan sebagai prasarana transportasi adalah salah satu faktor yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. disektor ekonomi, sosial budaya, politik, industri, pertahanan dan keamanan.

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

BAB I PENDAHULUAN. dalam penunjang aktivitas di segala bidang. Berbagai aktivitas seperti

Djoko Sulistiono, Amalia FM, Yuyun Tajunnisa Laboratorium Uji Material Program Diploma Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

Pengaruh Plastik Polyethylene Perephtalate Pada HRS-WC

PENGGUNAAN LIMBAH HANCURAN GENTENG SEBAGAI ALTERNATIF AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN HOT ROLLED ASPHALT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan sarana transportasi, salah satunya adalah jalan. Jalan merupakan

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB III LANDASAN TEORI. keras lentur bergradasi timpang yang pertama kali dikembangkan di Inggris. Hot

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat.

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

perkerasan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, ukuran dan gradasi,

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman yang berkembang seperti saat ini pembangunan sarana

ANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN ABU BATU KAPUR DESA BUHUT JAYA KABUPATEN KAPUAS SEBAGAI TAMBAHAN FILLER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal.

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 ( ) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakkan roda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS KORELASI ANTARA MARSHALL STABILITY DAN ITS (Indirect Tensile Strength) PADA CAMPURAN PANAS BETON ASPAL. Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas:

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

BABII TINJAUAN PUSTAKA

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

NASKAH SEMINAR INTISARI

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

TUGAS AKHIR EVALUASI KINERJA FILLER ASBUTON DALAM CAMPURAN MORTAR HOT ROLLED ASPHALT. Oleh : Erwin Wisnu Wardana Ragil Purwanto

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian mengenai penggunaan Low Density Poly Ethylene

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting pada pengembangan kehidupan dalam memajukan kesejahteraan masyarakat. Jalan dikembangkan melalui cara pendekatan suatu wilayah agar tercapai keseimbangan pemerataan pembangunan antar daerah sehingga mewujudkan sasaran pembangunan nasional. Dengan meningkatnya perekonomian masyarakat berdampak pula terhadap kebutuhan pemakaian transportasi jalan raya, sehingga pemerintah harus membuat suatu prasarana transportasi jalan yang baru. Dalam hal ini pemerintah mengupayakan agar infrastruktur seperti jalan terus dibangun, guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan kelancaran lalu lintas orang, barang dan jasa. Kelancaran lalu lintas orang, barang dan jasa dapat terpenuhi dengan pemeliharaan jalan yang dilakukan secara rutin oleh pemerintah. Pemeliharaan jalan membutuhkan biaya yang tinggi, namun hal ini dihadapkan dengan dana dari pemerintah yang sangat terbatas. Pemeliharaan yang rutin dilakukan agar konstruksi jalan dapat mencapai umur rencana jalan dan menghindari dari kerusakan pada ruas jalan. Kerusakan yang sering dijumpai adalah kerusakan dini berupa retak, alur atau perubahan bentuk lainnya. Untuk mendapatkan jalan yang memiliki kondisi yang baik dan dapat mencapai umur rencana jalan, maka kualitas bahan penyusun struktur jalan perlu diperhatikan. 1

2 Jenis-jenis perkerasan jalan yang digunakan di Indonesia antara lain, Laston (Lapis aspal beton), Latasir (Lapis tipis aspal pasir), Lataston (Lapis tipis aspal beton/hrs), SMA (Split Mastic Asphalt), HSMA (High Stiffness Modulus Asphalt) dan masih banyak lagi yang lainnya dengan sifat dan karakteristik yang berbeda-beda untuk masing-masing jenis perkerasan. Sejak tahun 1982 sampai dengan tahun 1983, pelaksanaan pembangunan sektor transportasi jalan di Indonesia mengalami perkembangan. Hal ini ditandai dengan peningkatan sarana jaringan jalan yang tersebar di seluruh Indonesia. Pembangunan jalan dilakukan pemerintah agar membuka daerah potensial dan terpencil, sehingga memberikan kemudahan pada masyarakat untuk mengembangkan pemasarannya. Kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi tepat guna di bidang jalan juga ditingkatkan antara lain penelitian penggunaan konstruksi Lapis tipis aspal beton murni (Latasbum) dan Lapis tipis aspal beton (Lataston). Penelitian tersebut telah dapat menerapkan konstruksi yang baik, murah dan sesuai dengan kondisi setempat. Lataston/HRS merupakan campuran yang mengadopsi dari campuran jenis Hot Rolled Asphalt (HRA) yang dikembangkan oleh Inggris sesuai dengan spesifikasi British Standards 594. Kemudian pada tahun 1983, Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga membuat pedoman dan peraturan tentang petunjuk pelaksanaan Lapis tipis aspal beton (flexible) (Lataston) untuk menjamin mutu jalan. Dalam perkembangannya Lataston merupakan salah satu jenis jalan beraspal yang diproses secara panas (hot mix), menggunakan agregat bergradasi senjang (gap graded) dengan maksud agar dapat mengakomodasi kadar aspal

3 yang relatif lebih tinggi daripada gradasi menerus (continuous graded), sehingga lebih fleksibel, namun masih cukup stabil untuk menahan lalu lintas yang relatif berat. Dibandingkan dengan aspal beton yang bergradasi rapat, Hot Rolled Sheet (HRS) yang bergradasi timpang memiliki kemudahan untuk dikerjakan, dihamparkan dan dipadatkan saat pengerjaan dilapangan. Hot Rolled Sheet (HRS) telah banyak digunakan sebagai lapisan permukaan pada perkerasan jalan di Indonesia, dikarenakan memiliki sifat yang kedap terhadap air. Dibandingkan dengan aspal beton lainnya, Hot Rolled Sheet (HRS) memiliki ketahanan terhadap fatigue/kelelahan yang cukup tinggi. Campuran agregat Hot Rolled Sheet (HRS) terdiri dari agregat yang bergradasi senjang, sehingga campuran tersebut memiliki lapisan aspal yang tebal. Lapisan aspal yang tebal dapat menghasilkan lapis aspal beton yang memiliki durabilitas/keawetan yang tinggi. HRS sendiri terdiri dari 2 tipe yaitu HRS tipe A (WC/Wearing Course) dan HRS tipe B (Base Course). Perbedaan antara kedua tipe ini pada beban lalu lintas yang direncanakan akan melewati lapisan keras itu dan gradasi agregat yang digunakan. HRS tipe A dipergunakan untuk jalan dengan beban lalu lintas ringan sampai dengan sedang, sedangkan pada HRS tipe B dipergunakan untuk beban lalu lintas sedang sampai dengan berat. Namun saat ini masih banyak terdapat ruas-ruas jalan beraspal yang mengalami kerusakan dini berupa retak, alur dan perubahan bentuk lainnya. Oleh karena itu agar Lataston dapat memenuhi umur rencana perkerasan jalan yang dibutuhkan pada suatu jalan raya, maka diperlukan penanganan dengan menggunakan suatu bahan tambah yang relatif tahan untuk menunda kerusakan dini pada lapisan beraspal.

4 Dewasa ini peningkatan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat, hal ini berdampak pula terhadap penggunaan plastik. Plastik merupakan material yang digunakan secara luas dikarenakan plastik praktis, dapat digunakan untuk sekali pemakaian (disposable), ringan, dapat mudah dibentuk dan harganya yang murah. Dikarenakan hal tersebut plastik menjadi penyumbang terbesar volume sampah terutama di kota-kota besar di Indonesia. Menurut sumber data melalui Dinas Kebersihan DKI Jakarta pada tahun 2010 produksi sampah menyentuh angka 6.500 ton per hari. Diperkirakan pada tahun 2020 akan mencapai 7200 ton per hari, jika angka kenaikan per tahun tetap sebesar 5 %. Dari hasil data lainnya melalui Deputi Pengendalian Pencemaran Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH), menunjukan setiap individu rata-rata menghasilkan 0,8 kilogram sampah dalam satu hari, dimana 15 % sendiri terdiri dari plastik. Dengan asumsi terdapat 220 juta penduduk di Indonesia, maka jumlah timbunan sampah nasional diperkirakan mencapai 176.000 ton per hari, dan jumlah sampah plastik yang tertimbun mencapai 26.500 ton per hari. Namun hal ini tidak diimbangi oleh pengelolaan sampah yang terpadu oleh pemerintah, karena keterbatasan anggaran yang tersedia. Tas plastik sering digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman. Dikarenakan bukan berasal dari senyawa biologis, plastik anorganik memiliki sifat sulit untuk terdegradasi (undegradable). Sebuah sampah plastik membutuhkan waktu sekitar 100 hingga 500 tahun hingga dapat terurai. Upaya penanganan telah dilakukan demi mengurangi timbunan sampah, yaitu dengan pembakaran dan penimbunan. Pembakaran sampah plastik akan menyebabkan gas

5 dioksin yang beracun dan berbahaya bagi manusia. Selain itu pembakaran plastik menghasilkan gas metana (CH 4 ) yang membuat atmosfer makin tebal, sehingga panas matahari terjebak di dalam bumi. Dan apabila ditimbun sampah plastik dapat menurunkan kualitas tanah. Dengan mengetahui sifat plastik yang sangat mudah dibentuk apabila dilakukan pemanasan pada suhu tertentu, sehingga diharapkan plastik dapat digunakan sebagai bahan tambah untuk dimodifikasi pada perkerasan jalan. Menurut Kim dkk., (1997), LDPE (Low Density Poly Ethylene) merupakan polimer yang efektif meningkatkan kuat tarik dan stabilitas Marshall. LDPE (Low Density Poly Ethylene), juga dapat menunda kerusakan dini yang terjadi pada ruas-ruas jalan yang melayani beban lalu lintas berat dengan temperatur tinggi. Menurut Little, (1993), LDPE (Low Density Poly Ethylene) dapat sangat efektif mengurangi deformasi permanen maupun potensi terjadinya alur dalam campuran aspal dengan cara pencampuran yang tepat. Menurut Suroso, (2008), menyebutkan bahan yang digunakan untuk mutu aspal atau kinerja campuran beraspal salah satunya adalah dengan menambahkan plastik yang istilah kimianya disebut polimer. Suatu cara meningkatkan titik lembek aspal adalah dengan menambahkan plastik. Plastik LDPE (Low Density Poly Ethylene) mutu rendah dengan kadar 3 %; 3,5 % dan 4 % terhadap berat aspal, dicampurkan dengan menggunakan cara kering (dry process) dimana plastik ditambahkan ke dalam agregat panas. Berdasarkan hasil yang diperoleh di laboratorium, cara kering menghasilkan karakteristik Marshall, Stabilitas Dinamis dan Resilien Modulus lebih besar dibandingkan aspal tanpa campuran plastik.

6 Penelitian ini menggunakan plastik mutu rendah dikarenakan harganya yang cukup murah dan mudah didapat. Selain itu plastik mutu rendah belum banyak digunakan secara luas pada campuran aspal. Manfaat penelitian ini adalah diharapkan dapat merekomendasikan penggunaan sampah plastik jenis LDPE (Low Density Poly Ethylene) dalam meningkatkan mutu perkerasan lentur jalan raya. 1.2. Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang yang telah disampaikan, maka permasalahan yang ingin dikaji melalui penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Apakah dengan sampah plastik sebagai bahan tambah (additive) pada campuran Hot Rolled Sheet-B (HRS-B) dapat meningkatkan kualitas karakteristik Marshall? 2. Bagaimanakah pengaruh sampah plastik sebagai bahan tambah (additive) terhadap karakteristik Marshall pada Hot Rolled Sheet-B (HRS-B)? 1.3. Batasan Masalah Agar penulisan tugas akhir ini dapat terarah dan terencana, maka penulis membuat suatu batasan masalah sebagai berikut. 1. Gradasi yang digunakan adalah gradasi timpang untuk campuran HRS-B berdasarkan Bina Marga 2007. 2. Spesifikasi Marshall Properties mengacu pada peraturan Bina Marga 2007.

7 3. Bahan tambah yang digunakan adalah tas plastik jenis LDPE (Low Density Poly Ethylene) dengan variasi 0 %; 3 %; 3,5 %; 4 %; 4,5 % dan 5 % terhadap berat aspal. 4. Bahan pengisi (filler) yang digunakan adalah batu kapur. 5. Aspal yang digunakan adalah jenis AC 40/50 dengan variasi kadar aspal 5 %; 5,5 %; 6 %; 6,5 % dan 7 % terhadap berat total campuran. 6. Tas plastik yang akan digunakan dipotong dengan ukuran panjang 2 cm dan lebar 2 cm. 7. Teknik pencampuran plastik dalam campuran adalah dengan menggunakan cara kering (dry process). 8. Tinjauan terhadap karakteristik campuran pada pengamatan adalah hasil pengujian di laboratorium berdasarkan Marshall Test yang selanjutnya dibahas sesuai dengan teori serta dibandingkan dengan spesifikasi yang ditentukan oleh Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga 2007, tanpa membahas kandungan unsur kimia yang terkandung dalam bahanbahan penelitian dan reaksi kimia yang terjadi pada pencampuran akibat penggunaan plastik dan aspal. 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku Marshall pada HRS-B yang menggunakan sampah plastik sebagai bahan tambah dibandingkan dengan perilaku Marshall pada HRS-B yang tidak menggunakan sampah plastik sebagai bahan tambah. Campuran Marshall dipengaruhi oleh beberapa sifat.

8 1. Nilai Stabilitas (Stability). 2. Kelelehan (Flow). 3. Kepadatan (Density). 4. Nilai persentase rongga dalam campuran yang terisi aspal (Void Filled With Asphalt). 5. Nilai persentase rongga dalam campuran (Void In The Mix). 6. Hasil bagi Marshall (Marshall Quotient). 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana manfaat penggunaan sampah plastik sebagai bahan tambah untuk meningkatkan kualitas konstruksi lapis perkerasan sehingga diharapkan dapat merekomendasikan penggunaan sampah plastik untuk meningkatkan mutu perkerasan lentur jalan raya. 1.6. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih untuk pemeriksaan aspal dan pemeriksaan agregat dilaksanakan di Laboratorium Jalan Raya, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Pelaksanaan pengujian Marshall untuk mengetahui karakteristik campuran beton aspal dilakukan di Balai Pengujian, Informasi Permukiman dan Bangunan dan Pengembangan Jasa Konstruksi (Balai PIPBPJK), Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

9 1.7. Kerangka Penulisan Kerangka penulisan penelitian ini direncanakan terdiri dari 6 (enam) bab, yaitu bab pendahuluan, bab tinjauan pustaka, bab landasan teori, bab metodologi penelitian, bab hasil penelitian dan pembahasan, dan bab kesimpulan dan saran. a. Bab I Pendahuluan Bagian ini mengandung uraian mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, lokasi penelitian dan kerangka penulisan. b. Bab II Tinjauan Pustaka Bagian ini mengandung uraian mengenai bagian-bagian dari perkerasan jalan, bahan susun perkerasan yang akan digunakan di dalam penelitan, sifat-sifat Poly Ethylene dan karakteristik campuran dalam aspal. c. Bab III Landasan Teori Bagian ini mengandung uraian mengenai Lataston/Hot Rolled Sheet (HRS), spesifikasi campuran Lataston (HRS-B), bahan susun Lataston dan parameter Marshall Test. d. Bab IV Metodologi Penelitian Bagian ini mengandung uraian mengenai tahapan yang harus dilakukan dalam suatu penelitian aspal yaitu tahap persiapan, tahap pemeriksaan, tahap pembuatan benda uji, tahap pengujiaan Marshall dan tahap analisis data.

10 e. Bab V Hasil Penelitian dan Pembahasan Bagian ini mengandung uraian mengenai hasil analisis data pemeriksaan/pengujian agregat, aspal, Poly Ethylene dan karakteristik Marshall. f. Bab VI Kesimpulan dan Saran Bagian ini mengandung uraian mengenai kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis terhadap penelitian yang telah dilakukan. Disajikan juga saran-saran untuk kemungkinan penelitian lebih lanjut.