No.18/32/DPSP Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N

dokumen-dokumen yang mirip
No. 18/39/DPSP Jakarta, 28 Desember 2016 S U R A T E D A R A N

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/41/PBI/2016 TENTANG BILYET GIRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Perubahan ketentuan Bilyet Giro

DAFTAR ISI BAB II SYARAT FORMAL

INFORMASI PENTING! QUESTIONS & ANSWERS (Q & A) KETENTUAN BILYET GIRO DAN KETENTUAN TERKAIT LAINNYA

KETENTUAN BG DAN PERUBAHANNYA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

KETENTUAN BANK INDONESIA DAN KUHD TENTANG PENGUNAAN CEK DAN BILYET GIRO DALAM SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI

SOSIALISASI KETENTUAN BILYET GIRO. PBI Nomor 18/41/PBI/2016 Tanggal 21 November 2016 SE BI Nomor 18/32/DPSP Tanggal 29 November 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 18/40/DPSP Jakarta, 30 Desember 2016 S U R A T E D A R A N

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal I Angka 1 Pasal 1 Cukup jelas. Angka 2 Pasal 3 Cukup jelas.

No. 17/12/DPSP Jakarta, 5 Juni 2015 S U R A T E D A R A N

S U R A T E D A R A N

BILYET GIRO. Bank Indonesia Departemen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran 2017

No. 8/ 33 /DASP Jakarta, 20 Desember 2006 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PESERTA KLIRING DI INDONESIA

No. 2/ 7 /DASP Jakarta, 24 Februari 2000 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Perihal : Penyelenggaraan Kliring Lokal Secara Manual.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/ 29 /PBI/2006 TENTANG DAFTAR HITAM NASIONAL PENARIK CEK DAN/ATAU BILYET GIRO KOSONG GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/ 3 /PBI/1999 TENTANG

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA PESERTA SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA DI INDONESIA. Perihal : Penyelenggaraan Kliring Antar Wilayah

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/9/PBI/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TRANSFER DANA DAN KLIRING BERJADWAL OLEH BANK INDONESIA

No. 18/28/DPU Jakarta, 24 November 2016 Oktober Perihal : Tata Cara Klarifikasi atas Uang Rupiah yang Diragukan Keasliannya

No. 4/ 7 /DASP Jakarta, 7 Mei 2002 S U R A T E D A R A N. Kepada S E M U A B A N K DI INDONESIA. Penyelenggaraan Kliring Lokal Secara Otomasi

Sistem Pembayaran Non Tunai

8/34/DASP Jakarta,22 Desember 2006 S U R A T E D A R A N

No. 18/9/DPSP Jakarta, 2 Mei S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA

No. 9/ 25 /DASP Jakarta, 9 November 2007 S U R A T E D A R A N

No. 17/34/DPSP Jakarta, 13 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT

No. 4/ 11 /DASP Jakarta, 13 Agustus 2002 S U R A T E D A R A N

SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang diharapkan secara efektif dan efisien, selain itu prosedur juga dapat

No. 17/ 14 /DPSP Jakarta, 5 Juni S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/24/PBI/2000 TENTANG HUBUNGAN REKENING GIRO ANTARA BANK INDONESIA DENGAN PIHAK EKSTERN GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/16/PADG/2017 TENTANG KLARIFIKASI ATAS UANG RUPIAH YANG DIRAGUKAN KEASLIANNYA

DHN adalah informasi mengenai identitas pemilik rekening yang melakukan penarikan cek dan/atau bilyet giro kosong yang berlaku secara nasional.

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Non Bank. Hubungan Rekening Giro antara Bank Indonesia dengan Pihak Ekstern

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No.17/13/DPSP Jakarta, 5 Juni 2015 SURAT EDARAN

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/18/PBI/2005 TENTANG SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 18/ 8 /DPSP Jakarta, 2 Mei 2016 S U R A T E D A R A N

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/20/PADG/2017 TENTANG REKENING GIRO DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II URAIAN TEORITIS

SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. orang yang tidak berhak dapat menggunakan surat berharga itu, karena pembayaran dengan surat

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/13/PADG/2017 TENTANG PENUKARAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Jenis surat berharga diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

No.14/ 29 /DPU Jakarta, 16 Oktober 2012 SURAT EDARAN

No. 12/36/DPNP Jakarta, 23 Desember 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebenarnya tidak terdapat dalam KUHD maupun perundang-undangan lainnya, namun kita dapat

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Biaya dalam Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

No.18/ 7 /DPSP Jakarta, 2 Mei 2016 SURAT EDARAN

SURAT EDARAN. : Tata Cara Penyimpanan Sekuritas, Surat Yang Berharga dan Barang Berharga Pada Bank Indonesia

No. 3/ 28 /DASP Jakarta, 12 Desember 2001 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK DAN PERUSAHAAN JASA KURIR, DI INDONESIA

No. 14/ 1 /DPM Jakarta, 4 Januari Maret SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PERUSAHAAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING

SURAT EDARAN. Permintaan Klarifikasi oleh Masyarakat dan Bank atas Uang yang Diragukan Keasliannya dan Laporan Penemuan Uang Palsu oleh Bank

MENGENAL CEK DAN BILYET GIRO

No. 1/ 4 /DASP Jakarta, 29 November 1999 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK DI INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No. 18/2/DPTP Jakarta, 28 Januari S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA PEMILIK REKENING GIRO DI BANK INDONESIA

No. 5/12/DASP Jakarta, 7 Juli 2003 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT DI INDONESIA

No. 18/20/DPSP Jakarta, 23 September 2016 S U R A T E D A R A N

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

No. 2/ 10 /DASP Jakarta, 8 Juni 2000 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PESERTA KLIRING DI INDONESIA

No.7/37/DPM Jakarta, 8 Agustus S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No.13/ 9 /DPU Jakarta, 5 April 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

No. 18/25/DPU Jakarta, 2 November 2016 Oktober Perihal : Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR BANK INDONESIA,

No.18/1/DPSP Jakarta, 5 Januari 2016

GIRO & PINJAMAN REKENING

No.16/3 /DPTP Jakarta, 3 Maret 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO)

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PERUSAHAAN JASA KURIR DI INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

No.14/15/DPM Jakarta, 10 Mei 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK DI INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

No. 15/48/DSta Jakarta, 2 Desember 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK

CONTOH PENULISAN PESERTA KLIRING ANTAR WILAYAH PADA WARKAT KLIRING CEK

No. 2/ 24 /DASP Jakarta, 17 November 2000 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Perihal : Bank Indonesia Real Time Gross Settlement

POKOK POKOK PENGATURAN DAFTAR HITAM NASIONAL (DHN) PENARIK CEK DAN/ATAU BILYET GIRO KOSONG

No.18/13/DPM Jakarta, 24 Mei Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

No. 17/33/DPSP Jakarta, 13 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PESERTA SISTEM BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT

SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/24/PBI/2015 TENTANG REKENING GIRO DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Managemen Dana tentang DP 3

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

No. 16/1/DKSP Jakarta, 10 Januari 2014 SURAT EDARAN

BANK INDONESIA No. 2/21/DPM Jakarta, 30 Oktober S U R A T E D A R A N kepada SEMUA BANK DI INDONESIA

BAB 3 PENYIMPANAN UNTUK EFEK BERSIFAT EKUITAS

Transkripsi:

No.18/32/DPSP Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N Perihal : Bilyet Giro Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/41/PBI/2016 tentang Bilyet Giro (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 248, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5951), perlu mengatur ketentuan pelaksanaan mengenai bilyet giro dalam Surat Edaran Bank Indonesia sebagai berikut: I. KETENTUAN UMUM Dalam Surat Edaran Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan: A. Bank adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai perbankan termasuk kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri dan bank umum syariah termasuk unit usaha syariah sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai perbankan syariah. B. Rekening Giro adalah rekening giro Rupiah yang dananya dapat ditarik setiap saat dengan menggunakan cek dan/atau Bilyet Giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan. C. Bilyet Giro adalah surat perintah dari Penarik kepada Bank Tertarik untuk melakukan pemindahbukuan sejumlah dana kepada rekening Penerima. D. Penarik adalah pemilik Rekening Giro yang menerbitkan Bilyet Giro. E. Penerima adalah pemilik rekening yang disebutkan namanya dalam Bilyet Giro untuk menerima sejumlah dana. F. Bank Tertarik adalah Bank yang diperintahkan oleh Penarik untuk melakukan pemindahbukuan sejumlah dana dengan menggunakan Bilyet Giro. G. Bank...

2 G. Bank Penerima adalah Bank yang menatausahakan rekening Penerima. H. Tenggang Waktu Pengunjukan adalah jangka waktu berlakunya Bilyet Giro. I. Tenggang Waktu Efektif adalah jangka waktu yang disediakan oleh Penarik kepada Penerima untuk meminta pelaksanaan perintah dalam Bilyet Giro kepada Bank Tertarik. J. Tanggal Penarikan adalah tanggal yang tercantum pada Bilyet Giro dan merupakan tanggal diterbitkannya Bilyet Giro. K. Tanggal Efektif adalah tanggal yang tercantum pada Bilyet Giro dan merupakan tanggal mulai berlakunya perintah pemindahbukuan. II. TATA CARA PEMENUHAN SYARAT FORMAL BILYET GIRO A. Syarat Formal Bilyet Giro Bilyet Giro harus memenuhi syarat formal sebagai berikut: 1. nama Bilyet Giro dan nomor Bilyet Giro; 2. nama Bank Tertarik; 3. perintah yang jelas dan tanpa syarat untuk memindahbukukan sejumlah dana atas beban Rekening Giro Penarik; 4. nama dan nomor rekening Penerima; 5. nama Bank Penerima; 6. jumlah dana yang dipindahbukukan baik dalam angka maupun dalam huruf secara lengkap; 7. Tanggal Penarikan; 8. Tanggal Efektif; 9. nama jelas Penarik; dan 10. tanda tangan Penarik. B. Pemenuhan Syarat Formal oleh Bank Tertarik 1. Bank Tertarik wajib memenuhi syarat formal Bilyet Giro sebagaimana dimaksud dalam butir A.1, butir A.2, dan butir A.3 secara lengkap pada saat pencetakan Bilyet Giro. 2. Pemenuhan syarat formal sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. pemenuhan...

3 a. pemenuhan syarat formal dilakukan pada saat pencetakan warkat Bilyet Giro; b. pemenuhan syarat formal dilakukan dalam bahasa Indonesia dan dapat ditambahkan padanan katanya dalam Bahasa Inggris; dan c. khusus untuk pemenuhan syarat formal berupa nomor Bilyet Giro, dapat dilakukan oleh perusahaan percetakan dokumen sekuriti pada saat pencetakan warkat Bilyet Giro atau oleh Bank Tertarik sebelum diserahkan kepada nasabah. C. Pemenuhan Syarat Formal oleh Penarik 1. Penarik wajib memenuhi syarat formal Bilyet Giro sebagaimana dimaksud dalam butir A.4 sampai dengan butir A.10 secara lengkap pada saat penerbitan Bilyet Giro. 2. Pemenuhan syarat formal secara lengkap pada saat penerbitan Bilyet Giro sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dilakukan sebelum Bilyet Giro diserahkan oleh Penarik kepada Penerima. 3. Pemenuhan syarat formal sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dilakukan dalam bahasa Indonesia serta dapat ditambahkan padanan katanya dalam bahasa Inggris. 4. Pemenuhan syarat formal berupa jumlah dana yang dipindahbukukan sebagaimana dimaksud dalam butir A.6 dilakukan dalam mata uang Rupiah. 5. Pemenuhan syarat formal berupa Tanggal Efektif sebagaimana dimaksud dalam butir A.8 harus berada dalam Tenggang Waktu Pengunjukan, yaitu berada dalam tenggang waktu 70 (tujuh puluh) hari sejak Tanggal Penarikan. 6. Pemenuhan syarat formal berupa nama jelas Penarik sebagaimana dimaksud dalam butir A.9 diatur sebagai berikut: a. pencantuman nama jelas Penarik dapat dilakukan oleh Bank Tertarik melalui personalisasi nasabah; b. personalisasi...

4 b. personalisasi nasabah sebagaimana dimaksud dalam huruf a dilakukan pada saat penerbitan buku Bilyet Giro sebelum diserahkan kepada nasabah; c. personalisasi nasabah sebagaimana dimaksud dalam huruf b paling sedikit memuat nama Penarik sesuai dengan yang ditatausahakan oleh Bank Tertarik; d. nama jelas Penarik tidak wajib dicantumkan apabila warkat Bilyet Giro telah dilakukan personalisasi nasabah oleh Bank Tertarik; dan e. dalam hal Penarik adalah badan hukum dan/atau badan usaha dan belum dilakukan personalisasi, nama jelas Penarik adalah nama badan hukum dan/atau badan usaha pemilik Rekening Giro. 7. Pemenuhan syarat formal berupa tanda tangan Penarik sebagaimana dimaksud dalam butir A.10 diatur sebagai berikut: a. tanda tangan dilakukan oleh Penarik dengan menggunakan tanda tangan basah; b. pengisian tanda tangan basah sebagaimana dimaksud dalam huruf a dilakukan langsung oleh Penarik sesuai dengan spesimen tanda tangan yang ditatausahakan oleh Bank Tertarik; c. untuk Penarik berupa badan hukum dan/atau badan usaha, tanda tangan dilakukan oleh: 1) pihak yang berwenang mewakili badan hukum dan/atau badan usaha; atau 2) pihak yang diberi kuasa oleh pihak yang berwenang mewakili badan hukum dan/atau badan usaha, yang nama dan spesimen tanda tangannya ditatausahakan pada Bank Tertarik; dan d. tanda tangan sebagaimana dimaksud dalam huruf c dapat dilengkapi dengan cap atau stempel sesuai dengan perjanjian pembukaan Rekening Giro. D. Pedoman...

5 D. Pedoman pemenuhan syarat formal sebagaimana dimaksud dalam huruf A mengacu pada Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. III. KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PENGGUNAAN BILYET GIRO A. Dalam Penggunaan Bilyet Giro, Bank Tertarik wajib: 1. memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir II.B.1 pada saat pencetakan Bilyet Giro; 2. menatausahakan Rekening Giro Penarik; 3. menatausahakan Bilyet Giro yang diberikan kepada Penarik; 4. melakukan verifikasi atas Bilyet Giro yang ditarik oleh Penarik, paling sedikit berupa: a. pengecekan keaslian Bilyet Giro yang diterima berdasarkan standar keamanan yang telah ditetapkan; b. pengecekan kelengkapan pemenuhan syarat formal Bilyet Giro yang diterima sebagaimana dimaksud dalam butir II.A; c. konfirmasi kepada Penarik dalam rangka pelaksanaan perintah pemindahbukuan, apabila diperlukan; d. pengecekan kesesuaian antara tanda tangan Penarik yang tercantum pada Bilyet Giro dengan spesimen tanda tangan yang ditatausahakan oleh Bank Tertarik; dan e. verifikasi kewenangan pihak yang menandatangani Bilyet Giro dengan spesimen tanda tangan yang ditatausahakan oleh Bank Tertarik; 5. melaksanakan perintah pemindahbukuan sejumlah dana sesuai dengan perintah dalam Bilyet Giro dengan ketentuan sebagai berikut: a. dalam hal hasil verifikasi Bilyet Giro sesuai dengan ketentuan dan saldo dalam Rekening Giro Penarik mencukupi maka pemindahbukuan sejumlah dana dilakukan sesuai dengan perintah dalam Bilyet Giro; atau b. dalam...

6 b. dalam hal hasil verifikasi Bilyet Giro sesuai dengan ketentuan namun saldo dalam Rekening Giro Penarik tidak mencukupi maka pemindahbukuan sejumlah dana tidak dapat dilakukan dan berlaku ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai daftar hitam nasional penarik cek dan/atau bilyet giro kosong; 6. menindaklanjuti pemblokiran pembayaran Bilyet Giro berdasarkan surat permohonan dari Penarik dan/atau pihak yang berwenang; 7. melakukan penolakan Bilyet Giro, dengan ketentuan sebagai berikut: a. penolakan Bilyet Giro dilakukan dalam hal hasil verifikasi sebagaimana dimaksud dalam angka 4 menunjukkan Bilyet Giro yang diterbitkan tidak memenuhi ketentuan; dan b. penolakan Bilyet Giro dilakukan dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam butir V.A.3; dan 8. menatausahakan penggunaan Bilyet Giro, paling sedikit mengenai: a. jumlah lembar Bilyet Giro yang: 1) dicetak oleh Bank Tertarik; 2) didistribusikan kepada nasabah; 3) diproses melalui loket Bank Tertarik dan kliring; dan 4) ditolak melalui loket Bank Tertarik dan kliring beserta alasannya; dan b. penyalahgunaan Bilyet Giro. B. Dalam penggunaan Bilyet Giro, Penarik: 1. harus mengisi syarat formal Bilyet Giro secara lengkap pada saat penerbitan Bilyet Giro dengan mengacu pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir II.C.1; 2. wajib menyediakan dana yang cukup pada saat Bilyet Giro diunjukkan kepada Bank Tertarik dalam Tenggang Waktu Efektif, yaitu sejak Tanggal Efektif sampai dengan berakhirnya Tenggang Waktu Pengunjukan; dan 3. harus...

7 3. harus menginformasikan dan meminta kepada Bank Tertarik untuk melakukan pemblokiran pembayaran Bilyet Giro yang hilang, dicuri, atau rusak. C. Dalam penggunaan Bilyet Giro, Penerima harus: 1. memastikan pemenuhan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir II.A, butir II.B.1, butir II.C.1, dan butir II.C.5 terhadap Bilyet Giro yang diterima dari Penarik, antara lain dengan cara memeriksa, meneliti, dan memastikan bahwa syarat formal Bilyet Giro telah dipenuhi secara lengkap; 2. menolak Bilyet Giro yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir II.A, butir II.B.1, butir II.C.1, dan butir II.C.5; dan 3. meminta Penarik untuk melakukan pemblokiran atas Bilyet Giro yang diterima, antara lain dalam hal Bilyet Giro yang telah diterima oleh Penerima hilang, dicuri, atau rusak. D. Dalam penggunaan Bilyet Giro, Bank Penerima wajib: 1. memastikan pemenuhan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir II.A, butir II.B.1, butir II.C.1, dan butir II.C.5 terhadap Bilyet Giro yang diterima dari Penerima; 2. melakukan verifikasi atas Bilyet Giro yang diterima dari Penerima, paling sedikit berupa: a. pengecekan jumlah koreksi yang tercantum di dalam Bilyet Giro; b. pengecekan masa berlaku Bilyet Giro; dan c. memastikan pihak yang mengunjukkan Bilyet Giro merupakan Penerima atau pihak yang memperoleh kuasa dari Penerima; 3. meneruskan Bilyet Giro kepada Bank Tertarik dalam hal hasil verifikasi sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan angka 2 sesuai dengan ketentuan; 4. melakukan penolakan Bilyet Giro, dengan ketentuan sebagai berikut: a. penolakan...

8 a. penolakan Bilyet Giro dilakukan dalam hal hasil verifikasi sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan angka 2 menunjukkan Bilyet Giro yang diterbitkan tidak memenuhi ketentuan; dan b. penolakan Bilyet Giro dilakukan dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam butir V.A.2; 5. memindahbukukan sejumlah dana yang diterima dari Bank Tertarik ke rekening Penerima; dan 6. menyampaikan informasi kepada Penerima dalam hal Bilyet Giro ditolak oleh Bank Tertarik disertai dengan alasan penolakan. IV. KOREKSI BILYET GIRO A. Dalam hal terdapat kesalahan penulisan dalam Bilyet Giro, Penarik harus melakukan koreksi. B. Tata cara koreksi kesalahan penulisan sebagaimana dimaksud dalam huruf A diatur sebagai berikut: 1. koreksi kesalahan penulisan dalam Bilyet Giro harus dilakukan dalam hal terdapat kesalahan penulisan pada: a. nama Penerima; b. nomor rekening Penerima; c. nama Bank Penerima; d. jumlah dana yang dipindahbukukan dalam angka; e. jumlah dana yang dipindahbukukan dalam huruf; f. Tanggal Penarikan; g. Tanggal Efektif; dan/atau h. nama jelas Penarik; 2. koreksi kesalahan penulisan dalam butir 1.a sampai dengan butir 1.h, masing-masing dianggap sebagai 1 (satu) kali koreksi; 3. dalam hal terdapat koreksi kembali pada koreksi kesalahan penulisan sebagaimana dimaksud dalam angka 2, dianggap sebagai penambahan jumlah koreksi; 4. koreksi...

9 4. koreksi kesalahan penulisan dilakukan dengan cara mencoret tulisan yang salah dan melakukan perbaikan penulisan apabila diperlukan; 5. setiap koreksi kesalahan penulisan sebagaimana dimaksud dalam angka 4 harus ditandatangani oleh Penarik di tempat kosong yang terdekat dengan tulisan yang dikoreksi; dan 6. perbaikan penulisan sebagaimana dimaksud dalam angka 4 harus dilakukan oleh Penarik di tempat kosong yang terdekat dengan tulisan yang dikoreksi. C. Koreksi kesalahan penulisan sebagaimana dimaksud dalam huruf A dilakukan paling banyak 3 (tiga) kali dengan memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf B. V. PENOLAKAN DAN PENAHANAN BILYET GIRO A. Penolakan Bilyet Giro 1. Penolakan Bilyet Giro dilakukan dengan alasan yang terdiri atas: a. tidak memenuhi syarat formal Bilyet Giro sebagaimana dimaksud dalam butir II.A; b. pencantuman Tanggal Efektif tidak dalam Tenggang Waktu Pengunjukan; c. terdapat koreksi yang tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir IV.B; d. diunjukkan tidak dalam Tenggang Waktu Efektif, yaitu sebelum Tanggal Efektif atau setelah berakhirnya Tenggang Waktu Pengunjukan; e. syarat formal Bilyet Giro diduga diisi oleh pihak lain selain Penarik; f. Bilyet Giro diblokir pembayarannya; g. tanda tangan tidak sesuai dengan spesimen tanda tangan yang ditatausahakan oleh Bank Tertarik; h. Bilyet Giro diduga palsu atau dimanipulasi; i. Rekening Giro Penarik telah ditutup; dan/atau j. tidak tersedia dana yang cukup pada Rekening Giro Penarik. 2. Bank...

10 2. Bank Penerima wajib menolak Bilyet Giro dalam hal Bilyet Giro memenuhi alasan penolakan sebagaimana dimaksud dalam butir 1.a sampai dengan butir 1.e. 3. Bank Tertarik wajib menolak Bilyet Giro dalam hal Bilyet Giro memenuhi alasan penolakan sebagaimana dimaksud dalam angka 1. 4. Penolakan Bilyet Giro oleh Bank Tertarik dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam butir 1.a, butir 1.b, butir 1.d, butir 1.f, dan butir 1.h, dilakukan tanpa memperhatikan ketersediaan dana dalam Rekening Giro Penarik. 5. Dalam hal penolakan Bilyet Giro dilakukan dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam butir 1.j, Penerima dapat mengunjukkan kembali Bilyet Giro terhitung sejak tanggal terjadinya penolakan sampai dengan berakhirnya Tenggang Waktu Pengunjukan. 6. Penatausahaan penolakan Bilyet Giro mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai daftar hitam nasional penarik cek dan/atau bilyet giro kosong. B. Penahanan Bilyet Giro 1. Bank Tertarik yang melakukan penolakan sebagaimana dimaksud dalam butir A.1.h wajib menahan dan menunda pembayaran Bilyet Giro yang diduga palsu atau isi Bilyet Giro diduga dimanipulasi. 2. Penahanan dan penundaan pembayaran Bilyet Giro sebagaimana dimaksud dalam angka 1 wajib ditindaklanjuti dengan verifikasi paling lama sampai dengan 1 (satu) hari kerja berikutnya. 3. Dalam hal hasil verifikasi sebagaimana dimaksud dalam angka 2 menunjukkan bahwa indikasi pemalsuan tidak terbukti, Bilyet Giro diproses sesuai dengan ketentuan. 4. Mekanisme penahanan Bilyet Giro sebagaimana dimaksud dalam angka 1 mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai daftar hitam nasional penarik cek dan/atau bilyet giro kosong. VI. PEMBATALAN...

11 VI. PEMBATALAN DAN PEMBLOKIRAN PEMBAYARAN BILYET GIRO A. Pembatalan Bilyet Giro Penarik tidak dapat membatalkan Bilyet Giro selama Tenggang Waktu Pengunjukan. B. Pemblokiran Pembayaran Bilyet Giro 1. Penarik dapat melakukan pemblokiran pembayaran Bilyet Giro dengan alasan antara lain: a. hilang atau dicuri; dan/atau b. Bilyet Giro tidak dapat digunakan antara lain karena rusak. 2. Pemblokiran pembayaran sebagaimana dimaksud dalam butir 1.a harus disertai dengan surat keterangan dari kepolisian. 3. Pemblokiran pembayaran sebagaimana dimaksud dalam butir 1.b harus disertai dengan Bilyet Giro yang rusak. 4. Tata cara pemblokiran pembayaran sebagaimana dimaksud dalam angka 1 mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai daftar hitam nasional penarik cek dan/atau bilyet giro kosong. VII. SPESIFIKASI WARKAT BILYET GIRO A. Warkat Bilyet Giro wajib memenuhi spesifikasi rancang bangun dan standar keamanan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. B. Standar keamanan sebagaimana dimaksud dalam huruf A paling sedikit menggunakan 5 (lima) unsur pengaman. C. Spesifikasi rancang bangun dan standar keamanan sebagaimana dimaksud dalam huruf A mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penyelenggaraan transfer dana dan kliring berjadwal oleh Bank Indonesia. D. Rancang bangun sebagaimana dimaksud dalam huruf A mengacu pada Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. VIII. KETENTUAN...

12 VIII. KETENTUAN PENUTUP Pada saat Surat Edaran Bank Indonesia ini mulai berlaku, Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 28/32/UPG tanggal 4 Juli 1995 perihal Bilyet Giro, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. 2017. Surat Edaran Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal 1 April Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Surat Edaran Bank Indonesia ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Demikian agar Saudara maklum. BANK INDONESIA, BRAMUDIJA HADINOTO KEPALA DEPARTEMEN PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN