No.16/3 /DPTP Jakarta, 3 Maret 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO)
|
|
- Budi Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 No.16/3 /DPTP Jakarta, 3 Maret 2014 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) Perihal : Pelaksanaan Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia Dalam Rangka Kredit Program Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/20/PBI/2003 tentang Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia Dalam Rangka Kredit Program (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4322) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/19/PBI/2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/20/PBI/2003 tentang Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia Dalam Rangka Kredit Program (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 262, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5370), perlu diatur ketentuan pelaksanaan mengenai pengalihan pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia dalam Surat Edaran Bank Indonesia sebagai berikut: I. UMUM A. Pengalihan pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) dalam rangka kredit program dari Bank Indonesia kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditunjuk Pemerintah, yaitu: 1. PT...
2 2 1. PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk, untuk selanjutnya disebut PT. BTN; dan 2. PT. Permodalan Nasional Madani (Persero), untuk selanjutnya disebut PT. PNM, dilakukan dengan Perjanjian Pengalihan Pengelolaan KLBI. Perjanjian Pengalihan Pengelolaan KLBI dapat diubah secara tertulis sesuai kesepakatan antara Bank Indonesia dengan masing-masing BUMN yang ditunjuk antara lain disebabkan oleh perubahan kebijakan, wewenang dan tanggung jawab, serta batas waktu penyampaian laporan. B. KLBI yang dialihkan pengelolaannya meliputi baki debet dan kelonggaran tarik posisi tanggal 16 November 1999 berdasarkan hasil rekonsiliasi antara Bank Indonesia dan Bank Pelaksana. Yang dimaksud dengan baki debet adalah jumlah KLBI pada posisi tertentu yang telah ditarik Bank Pelaksana dan masih tercatat dalam rekening pinjaman Bank Pelaksana di Bank Indonesia. C. Bank Indonesia tetap memiliki hak tagih atas KLBI yang telah dialihkan kepada BUMN dan memiliki hak tagih atas angsuran KLBI yang telah dikelola oleh BUMN, sampai dengan KLBI dimaksud jatuh tempo dan dilunasi atau dilunasi sebelum KLBI jatuh tempo. Yang dimaksud dengan jatuh tempo KLBI adalah tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran terakhir atau pelunasan KLBI sebagaimana disepakati dalam Surat Persetujuan Kredit (SPK). Dalam hal terdapat SPK individual maka yang menjadi acuan untuk penetapan tanggal jatuh tempo KLBI adalah SPK individual antara Bank Indonesia dengan Bank Pelaksana. D. Bunga atas KLBI yang masih berjalan dan telah dialihkan pengelolaannya kepada BUMN tetap merupakan hak Bank Indonesia dan tetap dihitung dan dibebankan kepada Bank Pelaksana sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. E. Ketentuan...
3 3 E. Ketentuan KLBI untuk masing-masing skim kredit atau proyek yang berjalan tetap berlaku sampai dengan KLBI jatuh tempo dan dilunasi atau dilunasi sebelum KLBI jatuh tempo. F. Terhadap KLBI yang dialihkan pengelolaannya, Bank Indonesia berwenang untuk: a. memberikan keputusan atas permohonan pencairan kelonggaran tarik yang diajukan oleh Bank Pelaksana melalui BUMN, dengan memperhatikan ketersediaan kelonggaran tarik dan kesesuaian dengan SPK proyek yang bersangkutan serta ketentuan yang berlaku; b. memberitahukan keputusan atas permohonan pencairan kelonggaran tarik yang diajukan oleh Bank Pelaksana; c. mengadministrasikan KLBI; d. menghitung dan membebankan bunga KLBI yang menjadi hak Bank Indonesia; e. mendebet rekening Bank Pelaksana pada saat jatuh tempo angsuran KLBI dan memindahbukukan angsuran KLBI dimaksud untuk untung rekening BUMN; f. menarik kembali KLBI yang jatuh tempo, KLBI yang dilunasi dan KLBI yang tidak sesuai dengan ketentuan, baik dari Bank Pelaksana maupun BUMN; g. melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan pengelolaan KLBI oleh BUMN dan penyaluran KLBI oleh Bank Pelaksana, termasuk melakukan pemeriksaan langsung terhadap proyek yang dibiayai dengan KLBI maupun proyek yang dibiayai dengan KLBI yang disalurkan oleh BUMN; h. mengenakan sanksi dan/atau denda kepada Bank Pelaksana dan atau BUMN dalam hal terjadi pelanggaran atas ketentuan Bank Indonesia yang mengatur kredit program dan pelaksanaan pengalihan; dan i. menyediakan kelonggaran tarik KLBI sesuai SPK dari Bank Indonesia kepada Bank Pelaksana. G. BUMN...
4 4 G. BUMN wajib mengembalikan KLBI pada saat jatuh tempo, sehingga tidak dimungkinkan adanya perpanjangan jangka waktu KLBI. H. Bank Pelaksana wajib mengembalikan angsuran terakhir KLBI kepada Bank Indonesia pada saat jatuh tempo sebagaimana diperjanjikan dalam SPK dan Akte F. II. WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB BUMN DALAM PENGELOLAAN KLBI Dalam rangka pengelolaan atas KLBI yang masih berjalan dan pengelolaan hasil angsuran pokok KLBI, BUMN memiliki wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut: 1. menerima permohonan pencairan kelonggaran tarik dari Bank Pelaksana; 2. menganalisa persyaratan teknis dan finansial terhadap permohonan yang diajukan oleh Bank Pelaksana sesuai SPK dan ketentuan masing-masing skim kredit dan bertanggung jawab atas hasil analisis dimaksud. Permohonan dapat berupa permohonan pencairan kelonggaran tarik, perubahan jadwal pembayaran angsuran, penggantian debitur, dan hal-hal lain yang dapat mengubah SPK dan/atau Akte F yang telah disetujui oleh Bank Indonesia; 3. membuat rekomendasi untuk Bank Indonesia atas permohonan pencairan kelonggaran tarik yang diajukan oleh Bank Pelaksana sebagai dasar analisis sebagaimana dimaksud dalam angka 1; 4. untuk dan atas nama Bank Indonesia menerbitkan perubahan SPK dan Akte F dan/atau perubahan jadwal angsuran KLBI dalam hal terjadi pelunasan dini atau terjadi penggantian debitur (novasi) untuk skim KKPA bertahap (multi years) dan PIR Trans Pasca Konversi; 5. memberitahukan keputusan atas permohonan pencairan kelonggaran tarik kepada Bank Pelaksana; 6. mengadministrasikan kelonggaran tarik KLBI yang dikelolanya; 7. melaksanakan...
5 5 7. melaksanakan pengawasan dan pemantauan atas penyaluran KLBI di masing-masing Bank Pelaksana, sehingga penyaluran KLBI dimaksud mencapai sasaran yang telah ditentukan; 8. melakukan koordinasi dengan Bank Pelaksana, sehingga penyaluran KLBI dimaksud mencapai sasaran akhir secara efektif dan efisien; 9. mengelola hasil angsuran pokok KLBI yang diterima dari masing-masing Bank Pelaksana untuk disalurkan kembali (relending) melalui Bank Pelaksana sampai dengan jatuh tempo KLBI. Penyaluran kembali KLBI dimaksud harus sesuai dengan skim KLBI yang dialihkan kepada masing-masing BUMN dan sesuai dengan ketentuan KLBI masing-masing skim kredit, kecuali ketentuan yang mengatur tata cara penyediaan plafon, pelimpahan, pelunasan, pengenaan sanksi dan pelaporan. Dalam hal BUMN bermaksud melakukan penyesuaian terhadap ketentuan KLBI diluar hal-hal yang telah disebutkan, BUMN harus mengajukan permohonan kepada Bank Indonesia. Keputusan atas permohonan dimaksud disampaikan oleh Bank Indonesia secara tertulis kepada BUMN; 10. mengupayakan agar Bank Pelaksana dapat memenuhi kewajibannya kepada Bank Indonesia sesuai jangka waktu yang telah ditetapkan, termasuk upaya penagihan terhadap KLBI yang belum dilunasi pada saat jatuh tempo; 11. mengembalikan dana angsuran KLBI yang dikelola pada saat jatuh tempo KLBI. Untuk keperluan tersebut, BUMN wajib menyediakan dana pada rekening giro di Bank Indonesia minimal sebesar kumulatif angsuran KLBI yang telah diterima dan jatuh tempo, pada saat jatuh tempo KLBI; 12. menyampaikan laporan perkembangan penerimaan angsuran, penyesuaian baki debet, penyaluran kembali dan pelunasan KLBI; 13. melakukan...
6 6 13. melakukan pengamanan kredit dan melakukan konsultasi mengenai hal tersebut kepada Bank Indonesia; dan 14. mengadministrasikan dana KLBI yang telah dialihkan dari Bank Indonesia kepada Bank Pelaksana dan penyaluran KLBI yang dilaksanakan oleh masing-masing Bank Pelaksana. III. TATA CARA PEMBAYARAN ANGSURAN KLBI A. Skim Kredit Dengan Pola Channeling 1. Bank Pelaksana wajib menyampaikan laporan angsuran KLBI kepada Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk masing-masing skim KLBI. 2. Bank Indonesia mendebet rekening giro Bank Pelaksana atas dasar laporan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 untuk mengurangi baki debet pinjaman KLBI Bank Pelaksana. B. Skim Kredit dengan Pola Executing 1. Bank Indonesia mendebet rekening giro Bank Pelaksana yang ada di Bank Indonesia sesuai dengan jadwal angsuran. 2. Bank Indonesia memindahbukukan angsuran KLBI untuk untung rekening giro BUMN di Bank Indonesia bagi KLBI yang belum jatuh tempo. 3. Untuk pelunasan KLBI yang telah jatuh tempo, hasil pendebetan rekening giro Bank Pelaksana untuk untung Bank Indonesia. 4. Bank Indonesia mendebet rekening giro Bank Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam angka 1 untuk mengurangi baki debet pinjaman KLBI Bank Pelaksana. C. BUMN dapat mengajukan permintaan secara tertulis untuk mendapatkan dokumen berupa fotokopi warkat pembukuan mutasi transaksi KLBI kepada Bank Indonesia untuk keperluan administrasi kantor BUMN. IV. TATA...
7 7 IV. TATA CARA PEMBAYARAN BUNGA KLBI A. Skim Kredit dengan Pola Channeling 1. Bank Pelaksana wajib menyampaikan laporan penerimaan bunga dari nasabah kepada Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur masing-masing skim KLBI. 2. Bank Indonesia mendebet rekening giro Bank Pelaksana di Bank Indonesia sebesar bunga yang menjadi hak Bank Indonesia berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud dalam angka Dalam hal masih terdapat bunga yang belum dilunasi sejak jatuh tempo dan berdasarkan laporan Bank Pelaksana terdapat penerimaan bunga dari nasabah maka Bank Indonesia akan menarik bunga KLBI yang menjadi hak Bank Indonesia. B. Skim Kredit dengan Pola Executing 1. Bank Indonesia mendebet rekening giro Bank Pelaksana sebesar bunga yang harus dibayarkan oleh Bank Pelaksana sesuai dengan ketentuan yang mengatur masing-masing skim KLBI yang berlaku. 2. Penghitungan dan pembebanan bunga KLBI menggunakan tanggal valuta yang sama dengan tanggal pembukuan. V. TATA CARA PELUNASAN KLBI A. Skim Kredit dengan Pola Channeling 1. Pada saat jatuh tempo KLBI, Bank Pelaksana wajib menyampaikan laporan pembayaran pelunasan dari nasabah yang telah diterima namun belum disetor kepada Bank Indonesia. 2. Bank Indonesia mendebet rekening giro Bank Pelaksana di Bank Indonesia berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud dalam angka Dalam...
8 8 3. Dalam hal masih terdapat KLBI yang belum dilunasi pada saat jatuh tempo, Bank Indonesia akan menarik sisa KLBI tersebut berdasarkan laporan pembayaran pelunasan dari nasabah yang disampaikan oleh Bank Pelaksana sampai dengan KLBI tersebut lunas sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai masing-masing skim kredit program. Dalam hal ini tidak perlu dilakukan penyesuaian SPK dan Surat Perjanjian Penerusan Kredit (SPPK). B. Skim Kredit dengan Pola Executing 1. Pada saat jatuh tempo KLBI, Bank Indonesia langsung mendebet rekening giro Bank Pelaksana sebesar saldo baki debet yang masih terutang. 2. Pada hari yang sama Bank Indonesia mendebet rekening giro BUMN sebesar jumlah angsuran KLBI yang telah diterima oleh BUMN. C. Pelunasan KLBI Lebih Cepat 1. Pelunasan KLBI lebih cepat oleh debitur dan/atau Bank Pelaksana a. Dalam hal debitur dan/atau Bank Pelaksana melunasi KLBI sebelum tanggal jatuh tempo maka Bank Pelaksana harus melaporkan pelunasan tersebut kepada Bank Indonesia dengan tembusan kepada BUMN, paling lambat 14 (empat belas) hari kalender terhitung sejak tanggal pelunasan dimaksud. b. Laporan pelunasan KLBI lebih cepat dimaksud paling kurang memuat informasi mengenai tanggal pelunasan, nama skim, nama proyek, nomor SPK, dan jumlah KLBI yang dilunasi. c. Untuk skim KIK Pasca Konversi PIR-Trans, laporan pelunasan KLBI lebih cepat sebagaimana dimaksud dalam huruf b ditambahkan informasi mengenai jumlah petani, tahap konversi, dan tahun tanam. d. Atas...
9 9 d. Atas dasar laporan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, Bank Indonesia mendebet rekening giro Bank Pelaksana sebesar baki debet KLBI yang dilunasi lebih cepat. e. Jumlah angsuran pokok KLBI yang telah diterima oleh BUMN akan didebet oleh Bank Indonesia pada saat jatuh tempo KLBI. 2. Pelunasan KLBI lebih cepat karena pembatalan SPK atau hal lain yang dapat membatalkan SPK a. Dalam hal proyek yang dibiayai oleh KLBI dibatalkan oleh Bank Indonesia karena adanya pelanggaran ketentuan atau hal lain yang dapat menyebabkan batalnya SPK maka Bank Indonesia mendebet rekening giro Bank Pelaksana sebesar baki debet KLBI yang dibatalkan. b. Jumlah angsuran pokok KLBI yang telah diterima oleh BUMN didebet oleh Bank Indonesia pada saat jatuh tempo KLBI. Atas dana angsuran KLBI yang telah dikelola BUMN untuk skim KLBI yang dipercepat pelunasannya sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan angka 2 maka Bank Indonesia menerbitkan Surat Penegasan kepada BUMN untuk mengelola angsuran KLBI yang telah diterima BUMN sebelum percepatan pelunasan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan angka 2, sampai dengan jatuh tempo KLBI sesuai dengan masing-masing SPK. Surat Penegasan dimaksud memuat paling kurang: a. nomor SPK; b. Bank Pelaksana; c. skim Kredit; d. nama debitur; e. jumlah angsuran KLBI yang telah diterima BUMN; dan f. tanggal jatuh tempo KLBI sesuai dengan masing-masing SPK. VI. PENYALURAN...
10 10 VI. PENYALURAN KEMBALI (RELENDING) ANGSURAN KLBI OLEH BUMN A. BUMN wajib menyampaikan rencana penyaluran kembali (relending) angsuran pokok KLBI yang dikelolanya kepada Bank Indonesia untuk 1 (satu) tahun anggaran berikutnya berdasarkan besarnya angsuran KLBI yang akan diterima dan dapat dikelola selama 1 (satu) tahun anggaran tersebut. Rencana dimaksud paling kurang menyebutkan rencana besarnya KLBI yang akan disalurkan kembali. B. Rencana penyaluran kembali KLBI dihitung dari jumlah angsuran KLBI yang akan diterima oleh BUMN pada tahun anggaran berikutnya, setelah memperhitungkan pelunasan KLBI pada tahun berikutnya dan saldo angsuran KLBI pada tahun sebelumnya. Contoh: Jumlah angsuran KLBI yang akan diterima oleh BUMN A pada tahun 2013 adalah sebesar Rp ,00 (seratus miliar rupiah), sedangkan jumlah pelunasan KLBI yang jatuh tempo pada tahun 2013 sebesar Rp ,00 (dua puluh miliar rupiah). Saldo angsuran KLBI pada tahun 2012 adalah Rp0,00. Berdasarkan data tersebut, maka rencana penyaluran kembali KLBI yang harus disampaikan oleh BUMN A adalah sebagai berikut: (Angsuran yang akan diterima pada tahun 2013) (pelunasan KLBI tahun 2013) + (saldo angsuran KLBI tahun 2012) Dengan demikian, rencana penyaluran angsuran KLBI adalah: = Rp ,00 Rp ,00 + Rp0,00 = Rp ,00. C. Dalam hal BUMN merencanakan penyaluran kembali kurang dari perhitungan sebagaimana dimaksud dalam huruf B maka: 1. BUMN...
11 11 1. BUMN menyampaikan rencana penyaluran kembali KLBI kepada Bank Indonesia disertai dengan alasan yang mendasari rencana penyaluran kembali KLBI dimaksud untuk mendapatkan persetujuan Bank Indonesia. 2. Dalam hal Bank Indonesia menyetujui permohonan BUMN sebagaimana dimaksud dalam angka 1 maka BUMN hanya akan memperoleh dana kelolaan sebesar rencana penyaluran KLBI. D. Laporan rencana penyaluran kembali KLBI sebagaimana dimaksud dalam huruf A disampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat pada akhir bulan November tahun berjalan. E. Dalam hal akhir bulan November jatuh pada hari libur, penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam huruf D dilaksanakan pada hari kerja sebelumnya. F. Laporan rencana penyaluran kembali KLBI sebagaimana dimaksud dalam huruf A dapat diubah paling banyak 1 (satu) kali dan paling lambat harus diterima oleh Bank Indonesia 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya tahun anggaran berjalan. G. Penyaluran kembali KLBI oleh BUMN kepada Bank Pelaksana harus sesuai dengan rencana penyaluran yang disampaikan oleh BUMN kepada Bank Indonesia. H. Bank Indonesia akan mengevaluasi realisasi penyaluran kembali KLBI yang dilakukan oleh BUMN untuk posisi akhir tahun atas dasar kompilasi laporan bulanan BUMN. I. BUMN dilarang menyalurkan kembali angsuran KLBI yang dikelolanya selain untuk tujuan kredit atau pembiayaan. J. Ketentuan penyaluran kembali KLBI harus sesuai dengan ketentuan masing-masing skim KLBI. BUMN dapat menetapkan ketentuan mengenai tata cara penyediaan plafon, tata cara pelimpahan, tata cara pelunasan, pengenaan sanksi, dan pelaporan, berbeda dengan ketentuan skim KLBI. K. Perubahan atau penyesuaian ketentuan pemberian KLBI di luar skim KLBI sebagaimana dimaksud dalam huruf J tidak menunda...
12 12 menunda pelaksanaan pembayaran kembali KLBI kepada Bank Indonesia pada saat jatuh tempo KLBI. L. Dalam hal diperlukan penyesuaian ketentuan pemberian KLBI di luar skim KLBI sebagaimana dimaksud dalam huruf J, BUMN harus mengajukan permohonan penyesuaian skim KLBI kepada Bank Indonesia. Atas dasar permohonan tersebut, Bank Indonesia menyampaikan persetujuan atau penolakan kepada BUMN. M. Pada saat jatuh tempo KLBI, Bank Indonesia akan mendebet rekening giro BUMN yang ada di Bank Indonesia sebesar jumlah KLBI yang dikelola oleh BUMN. Untuk keperluan tersebut, BUMN wajib menyediakan dana pada rekening giro yang ada di Bank Indonesia minimal sebesar kumulatif angsuran KLBI yang dikelola dan jatuh tempo. N. Dalam hal KLBI jatuh tempo pada hari libur, kewajiban penyediaan dana pada rekening giro BUMN yang ada di Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam huruf M dilakukan pada hari kerja sebelumnya. VII. PELAPORAN A. Bank Pelaksana wajib menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk masingmasing skim kredit program, dengan tembusan kepada BUMN. B. Kantor Pusat BUMN wajib menyampaikan laporan secara bulanan kepada Bank Indonesia cq. Departemen Pengelolaan Pinjaman dan Transaksi Pemerintah yang memuat informasi mengenai penerimaan angsuran, penyesuaian baki debet, penyaluran kembali, dan pelunasan KLBI, paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya. Dalam hal tanggal 15 jatuh pada hari libur, penyampaian laporan dilaksanakan pada hari kerja sebelumnya. C. Laporan sebagaimana dimaksud dalam huruf B disusun dengan mengacu pada format sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I dan Lampiran II untuk PT. BTN, serta Lampiran III dan Lampiran...
13 13 Lampiran IV untuk PT. PNM, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. VIII. TATA CARA PENGENAAN SANKSI A. BUMN yang terlambat menyampaikan rencana penyaluran kembali sebagaimana dimaksud dalam butir VI.D dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp ,00 (satu juta rupiah) untuk setiap keterlambatan. B. BUMN yang menyalurkan kembali angsuran pokok KLBI yang tidak sesuai dengan rencana penyaluran yang disampaikan kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam butir VI.G dikenakan sanksi berupa tidak dilimpahkannya angsuran KLBI yang diterima dari Bank Pelaksana kepada BUMN sebesar jumlah KLBI yang tidak disalurkan sesuai dengan rencana penyaluran. Contoh: BUMN B menyampaikan rencana penyaluran kembali KLBI tahun 2013 kepada Bank Indonesia sebesar Rp ,00 (seratus miliar rupiah). Atas dasar evaluasi yang dilakukan Bank Indonesia, realisasi penyaluran kembali KLBI yang dilakukan BUMN B selama tahun 2013 ternyata hanya mencapai Rp ,00 (tujuh puluh lima miliar rupiah). Atas pelanggaran tersebut, BUMN B dikenakan sanksi berupa tidak dilimpahkannya angsuran KLBI yang diterima dari Bank Pelaksana sebesar Rp ,00 (dua puluh lima miliar rupiah). C. BUMN yang menyalurkan kembali angsuran KLBI yang tidak sesuai dengan tujuan kredit atau pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam butir VI.I dikenakan sanksi berupa: 1. penarikan kembali angsuran KLBI yang disalurkan oleh BUMN di luar tujuan kredit atau pembiayaan dengan cara mendebet rekening giro BUMN yang ada di Bank Indonesia sebesar angsuran KLBI yang disalurkan oleh BUMN di luar tujuan kredit atau pembiayaan; dan 2. kewajiban
14 14 2. kewajiban membayar sebesar suku bunga Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR) overnight ditambah 200 bps dikalikan jumlah angsuran KLBI yang disalurkan di luar tujuan kredit atau pembiayaan, dan dihitung selama pelanggaran. Contoh 1: Berdasarkan pemeriksaan Bank Indonesia pada tanggal 1 Februari 2013, diketahui bahwa BUMN A telah melakukan pelanggaran berupa penggunaan angsuran KLBI sebesar Rp ,00 (satu miliar rupiah) yang ditempatkan dalam bentuk deposito terhitung sejak tanggal 3 Desember Atas temuan Bank Indonesia tersebut, BUMN A menghentikan penempatan deposito pada tanggal 1 Februari 2013 dan Bank Indonesia telah melakukan penarikan angsuran KLBI pada tanggal 20 Februari Atas pelanggaran tersebut, berikut: BUMN A dikenakan sanksi sebagai a. penarikan kembali angsuran KLBI dengan cara mendebet rekening giro BUMN A yang ada di Bank Indonesia pada tanggal 20 Februari 2013 sebesar Rp ,00 (satu miliar rupiah); dan b. kewajiban membayar sebesar: ((suku bunga JIBOR overnight tanggal 3 Desember bps)/360) X jumlah hari pelanggaran (sejak tanggal 3 Desember 2012 s.d tanggal 1 Februari 2013 (61 hari)) X Rp ,00 Dengan demikian, perhitungan sanksi adalah: ( Suku bunga JIBOR overnight bps ) X jumlah hari X nominal 360 = ((4,16840%+2%)/360) X 61 X Rp ,00 = Rp ,11 Contoh 2: Berdasarkan pemeriksaan Bank Indonesia pada tanggal 1 Februari 2013, diketahui bahwa BUMN B telah melakukan pelanggaran berupa penggunaan angsuran KLBI
15 15 KLBI sebesar Rp ,00 (satu miliar rupiah) yang ditempatkan dalam bentuk deposito terhitung sejak tanggal 3 Desember Atas temuan tersebut, BUMN B tidak menghentikan penempatan deposito dan Bank Indonesia melakukan penarikan angsuran KLBI pada tanggal 20 Februari Atas pelanggaran tersebut, BUMN B dikenakan sanksi sebagai berikut: a. penarikan kembali angsuran KLBI dengan cara mendebet rekening giro BUMN B yang ada di Bank Indonesia pada tanggal 20 Februari 2013 sebesar Rp ,00 (satu miliar rupiah); dan b. kewajiban membayar sebesar: ((suku bunga JIBOR overnight tanggal 3 Desember bps)/360) X jumlah hari pelanggaran (sejak tanggal 1 Desember 2012 sampai dengan tanggal 20 Februari 2013 (80 hari)) X Rp ,00 Dengan demikian, perhitungan sanksi adalah: ( Suku bunga JIBOR overnight bps ) X jumlah hari X nominal 360 = ((4,16840%+2%)/360) X 80X Rp ,00 = Rp ,56 D. BUMN yang menyalurkan kembali angsuran KLBI tidak sesuai dengan ketentuan skim KLBI sebagaimana dimaksud dalam butir VI.J. dikenakan sanksi berupa tidak dilimpahkannya angsuran KLBI dari Bank Pelaksana yang seharusnya dapat dikelola oleh BUMN sebesar jumlah KLBI yang disalurkan tidak sesuai dengan ketentuan skim KLBI. Contoh: Berdasarkan pemeriksaan Bank Indonesia pada tanggal 1 Februari 2013, diketahui bahwa BUMN A telah melakukan pelanggaran berupa penggunaan angsuran KLBI sebesar Rp ,00 (satu miliar rupiah) yang disalurkan untuk pemberian kredit konsumsi kepada karyawan sehingga tidak sesuai
16 16 sesuai dengan skim KLBI yang ditetapkan. Atas pelanggaran tersebut, BUMN A dikenakan sanksi berupa angsuran KLBI sebesar Rp ,00 (satu miliar rupiah) dari Bank Pelaksana tidak dilimpahkan kepada BUMN A. E. BUMN yang tidak dapat menyediakan dana pada rekening giro yang ada di Bank Indonesia sebesar kumulatif angsuran KLBI yang terutang sebagaimana dimaksud dalam butir VI. M. dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar suku bunga JIBOR overnight ditambah 200 bps dikalikan jumlah KLBI terutang, yang dihitung selama pelanggaran. Contoh: Skim KLBI jatuh tempo pada tanggal 31 Januari 2013 sebesar Rp ,00 (satu miliar rupiah). Pada tanggal tersebut, saldo rekening giro BUMN B hanya sebesar Rp ,00 (tujuh ratus juta rupiah). BUMN B baru dapat menyediakan kekurangan dana sebesar Rp ,00 (tiga ratus juta rupiah) pada tanggal 28 Februari Atas pelanggaran tersebut, BUMN B dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar: ((suku bunga JIBOR overnight tanggal 31 Januari bps)/360) X jumlah hari pelanggaran (sejak tanggal 31 Januari 2013 sampai dengan tanggal 28 Februari 2013 (29 hari)) X Rp ,00. Dengan demikian, perhitungan sanksi adalah: ( Suku bunga JIBOR overnight bps ) X jumlah hari X nominal 360 = ((4,18960% + 2%)/360) X 29 X Rp ,00 = Rp ,00 F. Bank Pelaksana yang tidak melaporkan pelunasan KLBI lebih cepat sebagaimana dimaksud dalam butir V.C.1 dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar suku bunga JIBOR overnight ditambah 200 bps dikalikan jumlah angsuran KLBI yang dilunasi lebih cepat, dan dihitung selama pelanggaran. Contoh
17 17 Contoh: Bank Pelaksana A tidak melaporkan pelunasan lebih cepat untuk skim KLBI yang debiturnya melakukan pelunasan lebih cepat pada tanggal 3 Desember 2012 sebesar Rp ,00 (seratus juta rupiah). Bank Pelaksana A baru melaporkan pelunasan kepada Bank Indonesia pada tanggal 1 Februari Atas pelanggaran tersebut, Bank Pelaksana A dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar: ((suku bunga JIBOR overnight tanggal 3 Desember bps)/360) X (jumlah hari pelanggaran tanggal 3 Desember 2012 sampai dengan 2013 (61 hari)) X Rp ,00. Dengan demikian, perhitungan sanksi adalah: yang dihitung sejak tanggal 1 Februari ( Suku bunga JIBOR overnight bps ) X jumlah hari X nominal 360 = ((4,16840% + 2%)/360) X 61 X Rp ,00 = Rp ,11 G. BUMN yang terlambat menyampaikan laporan yang memuat informasi mengenai penerimaan angsuran, penyesuaian baki debet, penyaluran kembali, dan pelunasan KLBI sebagaimana dimaksud dalam butir VII.B dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp ,00 (satu juta rupiah) untuk setiap keterlambatan. H. Pengenaan sanksi kewajiban membayar dilakukan oleh Bank Indonesia cq. Departemen Pengelolaan Pinjaman dan Transaksi Pemerintah dengan cara mendebet rekening giro masing-masing BUMN atau Bank Pelaksana di Bank Indonesia. IX. PENUTUP Dengan berlakunya Surat Edaran Bank Indonesia ini maka Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/30/BKr tanggal 18 November 2003 sebagaimana telah diubah dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/28/BKr tanggal 9 Juli 2004 perihal Perubahan Atas Surat Edaran Bank Indonesia No.5/30/BKr Tanggal 18 November 2003 Perihal Pelaksanaan Pengalihan Pengelolaan
18 18 Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia Dalam Rangka Kredit Program, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Surat Edaran Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal 3 Maret 2014 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Surat Edaran Bank Indonesia ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Demikian agar Saudara maklum. BANK INDONESIA, HILZAHRA PHENI KEPALA DEPARTEMEN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN TRANSAKSI PEMERINTAH
No. 5/30/BKr Jakarta, 18 November 2003 S U R A T E D A R A N. kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO)
No. 5/30/BKr Jakarta, 18 November 2003 S U R A T E D A R A N kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) Perihal : Pelaksanaan Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/20/PBI/ 2003 TENTANG PENGALIHAN PENGELOLAAN KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA DALAM RANGKA KREDIT PROGRAM
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/20/PBI/ 2003 TENTANG PENGALIHAN PENGELOLAAN KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA DALAM RANGKA KREDIT PROGRAM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Kredit Likuiditas
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/19/PBI/2012
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/19/PBI/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/20/PBI/2003 TENTANG PENGALIHAN PENGELOLAAN KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA DALAM RANGKA KREDIT PROGRAM
Lebih terperinciS U R A T E D A R A N. Kepada BANK PERKREDITAN RAKYAT / BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARI AH DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO)
No. 2/ 4 /DKr Jakarta, 11 Februari 2000 S U R A T E D A R A N Kepada BANK PERKREDITAN RAKYAT / BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARI AH DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) Perihal : Pelaksanaan
Lebih terperinciNo. 2/ 5 /DKr Jakarta, 11 Februari 2000 S U R A T E D A R A N. kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO)
No. 2/ 5 /DKr Jakarta, 11 Februari 2000 S U R A T E D A R A N kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) Perihal : Pelaksanaan Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas
Lebih terperinciGUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/12/PBI/ 2004 TENTANG KREDIT INVESTASI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN DENGAN POLA PERUSAHAAN INTI RAKYAT YANG DIKAITKAN DENGAN PROGRAM TRANSMIGRASI (PIR-TRANS) PRA KONVERSI GUBERNUR
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/3/PBI/2000 TENTANG PENGALIHAN PENGELOLAAN KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA DALAM RANGKA KREDIT PROGRAM
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/3/PBI/2000 TENTANG PENGALIHAN PENGELOLAAN KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA DALAM RANGKA KREDIT PROGRAM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Undang-undang
Lebih terperinciNo.10/ 33 /DPNP Jakarta, 15 Oktober Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KONVENSIONAL DI INDONESIA
No.10/ 33 /DPNP Jakarta, 15 Oktober 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam
Lebih terperinciS U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KONVENSIONAL DI INDONESIA
No.7/ 54 /DPNP Jakarta, 29 November 2005 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam
Lebih terperinciS U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KONVENSIONAL DI INDONESIA
No.7/42/DPNP Jakarta, 6 September 2005 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam
Lebih terperinciNo.6/ 26 /DPNP Jakarta, 30 Juni Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KONVENSIONAL DI INDONESIA
No.6/ 26 /DPNP Jakarta, 30 Juni 2004 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah
Lebih terperinciSURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA. Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat
No. 10/ 45 /DKBU Jakarta, 12 Desember 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat Sehubungan dengan ditetapkannya
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Pembangunan. Pasca Bencana Alam.
No.34, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Pembangunan. Pasca Bencana Alam. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 /PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYETORAN
Lebih terperinciS U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA
No. 7/43/DASP Jakarta, 7 September 2005 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Batas Nilai Nominal Nota Debet dan Transfer Kredit dalam Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional
Lebih terperinci2017, No menetapkan Peraturan Bank Indonesia tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : 1. Undang-Undang
No.82, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Umum. Konvensional. Jangka Pendek. Likuiditas. Pinjaman. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6044) PERATURAN
Lebih terperinciNo. 10/ 25 /DPM Jakarta, 14 Juli SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum
No. 10/ 25 /DPM Jakarta, 14 Juli 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor
Lebih terperinciNo. 6/7/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum
No. 6/7/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Bank
Lebih terperinciNo. 15/16/DInt Jakarta, 29 April 2013 SURAT EDARAN. Perihal : Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Berupa Realisasi dan Posisi Utang Luar Negeri
No. 15/16/DInt Jakarta, 29 April 2013 SURAT EDARAN Perihal : Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Berupa Realisasi dan Posisi Utang Luar Negeri Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/21/PBI/2012
Lebih terperinciSALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT
Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT Sehubungan dengan Peraturan
Lebih terperinciNo.18/13/DPM Jakarta, 24 Mei Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA
No.18/13/DPM Jakarta, 24 Mei 2016 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA Perihal : Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/2/DPM tanggal 28 Januari 2014 perihal
Lebih terperinciNo. 18/33/DKSP Jakarta, 2 Desember 2016 S U R A T E D A R A N
No. 18/33/DKSP Jakarta, 2 Desember 2016 S U R A T E D A R A N Perihal : Perubahan Keempat atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/10/DASP tanggal 13 April 2009 perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran
Lebih terperinciNo. 17/ 14 /DPSP Jakarta, 5 Juni S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA DI INDONESIA
1 No. 17/ 14 /DPSP Jakarta, 5 Juni 2015 S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA DI INDONESIA Perihal : Perlindungan Nasabah dalam Pelaksanaan Transfer Dana dan Kliring
Lebih terperinciPERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/ 7/PADG/2017 TENTANG TRANSAKSI SERTIFIKAT DEPOSITO DI PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/ 7/PADG/2017 TENTANG TRANSAKSI SERTIFIKAT DEPOSITO DI PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA FLPP BAB I FASILITAS LIKUIDITAS PEMBIAYAAN PERUMAHAN
LAMPIRAN 1 Permenpera Nomor : 15 Tahun 2010 Tanggal : 6 September 2010 PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA FLPP BAB I FASILITAS LIKUIDITAS PEMBIAYAAN PERUMAHAN A. Jenis Layanan 1. Layanan Fasilitas Likuiditas
Lebih terperinciNo. 17/44/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N
No. 17/44/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Penerbitan
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/ 24 /PBI/2010 TENTANG KEWAJIBAN PELAPORAN UTANG LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/ 24 /PBI/2010 TENTANG KEWAJIBAN PELAPORAN UTANG LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam upaya meningkatkan keberhasilan
Lebih terperinciNo. 3/16/DPBPR Jakarta, 18 Juli 2001 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA
No. 3/16/DPBPR Jakarta, 18 Juli 2001 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA Perihal : Persyaratan dan Tata Cara Pelaksanaan Jaminan Pemerintah Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.24, 2016 KEUANGAN OJK. BPR. Badan Kredit Desa. Transformasi. Status. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5847) PERATURAN OTORITAS JASA
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kondisi
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO GUBERNUR BANK INDONESIA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO GUBERNUR BANK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999, pinjaman penerusan yang dananya berasal
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT
SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,
Lebih terperinciNo. 11/8/DPM Jakarta, 27 Maret Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA
No. 11/8/DPM Jakarta, 27 Maret 2009 November 2003 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi
Lebih terperinciS U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal: Jumlah Modal Inti Minimum Bank Umum
No. 7/ 48 /DPNP Jakarta, 14 Oktober 2005 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal: Jumlah Modal Inti Minimum Bank Umum Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/15/PBI/2005
Lebih terperinciNo.6/4/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING
No.6/4/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING Perihal : Penerbitan dan Perdagangan Sertifikat Bank
Lebih terperinciNo. 8/13/DPM Jakarta, 1 Mei 2006 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK
No. 8/13/DPM Jakarta, 1 Mei 2006 SURAT EDARAN Kepada BANK, PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK Perihal : Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang Dalam rangka
Lebih terperinciNo.3/3 /BKr Jakarta, 16 Januari Kepada BANK UMUM DAN BANK PERKREDITAN RAKYAT
No.3/3 /BKr Jakarta, 16 Januari 2001 S U R A T E D A R A N Kepada BANK UMUM DAN BANK PERKREDITAN RAKYAT Perihal : Proyek Kredit Mikro Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.3/1/PBI/2001 tanggal 4 Januari
Lebih terperinciNo. 14/ 18 /DPM Jakarta, 8 Juni 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA
No. 14/ 18 /DPM Jakarta, 8 Juni 2012 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA Perihal : Perubahan Keempat atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010
Lebih terperinciBAB I. KETENTUAN UMUM
BAB I. KETENTUAN UMUM 1 1 Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan
Lebih terperinciNo. 9/4/DPM Jakarta, 16 Maret 2007 SURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan Surat Utang Negara
No. 9/4/DPM Jakarta, 16 Maret 2007 SURAT EDARAN Perihal: Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan Surat Utang Negara Sehubungan dengan diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia
Lebih terperinciSURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana
No. 7/30/DPM Jakarta, 25 Juli 2005 SURAT EDARAN Perihal: Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/19/PBI/2005 tanggal 25 Juli
Lebih terperinciPERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL
PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciNo. 17/43/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
No. 17/43/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 25 /PBI/2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/19/PBI/2008 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
Lebih terperinciSALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT
Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT Sehubungan dengan Peraturan
Lebih terperinciNo. 2/ 20 /DLN Jakarta, 9 Oktober 2000 SURAT EDARAN. Kepada BANK, BADAN USAHA BUKAN BANK, DAN PERORANGAN DI INDONESIA
No. 2/ 20 /DLN Jakarta, 9 Oktober 2000 SURAT EDARAN Kepada BANK, BADAN USAHA BUKAN BANK, DAN PERORANGAN DI INDONESIA Perihal: Kewajiban Pelaporan Utang Luar Negeri. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia
Lebih terperinciNo.5/ 28 /DPM Jakarta, 17 November 2003 S U R A T E D A R A N. Perihal : Tata Cara Penyelenggaraan Pusat Informasi Pasar Uang
No.5/ 28 /DPM Jakarta, 17 November 2003 S U R A T E D A R A N Perihal : Tata Cara Penyelenggaraan Pusat Informasi Pasar Uang Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/24/PBI/2003
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/11/PBI/1999
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/11/PBI/1999 TENTANG FASILITAS KHUSUS DALAM RANGKA MENGATASI KESULITAN PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM YANG DISEBABKAN MASALAH KOMPUTER TAHUN 2000 GUBERNUR BANK
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 16 /PBI/2012 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 16 /PBI/2012 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kondisi makro ekonomi
Lebih terperinciNo. 17/34/DPSP Jakarta, 13 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT
1 No. 17/34/DPSP Jakarta, 13 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT Perihal : Perlindungan Nasabah dalam Pelaksanaan Transfer Dana melalui
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/26/PBI/2004 TENTANG SUKU BUNGA DAN NISBAH ATAS PEMBIAYAAN DENGAN PRINSIP BAGI HASIL KREDIT PROGRAM
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/26/PBI/2004 TENTANG SUKU BUNGA DAN NISBAH ATAS PEMBIAYAAN DENGAN PRINSIP BAGI HASIL KREDIT PROGRAM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perkembangan kondisi ekonomi
Lebih terperinciNo. 3/ 9 /BKr Jakarta, 17 Mei S U R A T E D A R A N kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA
No. 3/ 9 /BKr Jakarta, 17 Mei 2001 S U R A T E D A R A N kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Kredit Usaha Kecil ----------------------------------------------------------------
Lebih terperinciNo.6/9/DPM Jakarta, 16 Februari S U R A T E D A R A N kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
No.6/9/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 S U R A T E D A R A N kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Pemberian Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah
Lebih terperinciNo.17/21/DPM Jakarta, 28 Agustus Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA
No.17/21/DPM Jakarta, 28 Agustus 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA Perihal : Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/15/DPM perihal Transaksi Valuta
Lebih terperinciNo. 16/ 2 /DPM Jakarta, 28 Januari 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM. Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank Indonesia.
No. 16/ 2 /DPM Jakarta, 28 Januari 2014 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank Indonesia. Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/16/PBI/2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/16/PBI/2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa batas waktu
Lebih terperinciNo. 14/ 27/DASP Jakarta, 25 September 2012 S U R A T E D A R A N. Perihal : Mekanisme Penyesuaian Kepemilikan Kartu Kredit
No. 14/ 27/DASP Jakarta, 25 September 2012 S U R A T E D A R A N Perihal : Mekanisme Penyesuaian Kepemilikan Kartu Kredit Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan
Lebih terperinciKodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Aset. Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset Kredit Likuiditas Bank Indonesia Tim Penyusun Ramlan Ginting Chandra Murniadi Dudy Iskandar Gantiah Wuryandani Siti Astiyah
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung telah
Lebih terperinciNo. 10/16/DPM Jakarta, 31 Maret 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH
No. 10/16/DPM Jakarta, 31 Maret 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH Perihal : Tata Cara Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Melalui Lelang. Sehubungan dengan
Lebih terperinci2017, No penerimaan negara bukan pajak dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana d
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1772, 2017 KEMENKEU. PNBP dari Hasil Pengelolaan Kekayaan Negara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.02/2017 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN PENERIMAAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.9, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PNBP. Surplus BI. Penyetoran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6/PMK.02/2013 TENTANG TATA CARA PENYETORAN
Lebih terperinciGUBERNUR BANK INDONESIA,
- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/ 12 /PBI/2001 TENTANG PERSYARATAN DAN TATACARA PELAKSANAAN JAMINAN PEMERINTAH TERHADAP KEWAJIBAN PEMBAYARAN BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciYang dimaksud dalam Surat Edaran ini dengan:
No. 8/4/DPM Jakarta, 7 Februari 2006 NoAAve SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Transaksi Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia Secara Repurchase Agreement (Repo) Dengan Bank Indonesia Di Pasar
Lebih terperinciSyarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth
Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth Syarat dan Ketentuan Umum untuk Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth 1. Definisi Syarat dan Ketentuan Umum ANGSURAN adalah suatu
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 19 /PBI/2008 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 19 /PBI/2008 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciSURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA
No. 7/29/DASP Jakarta, 22 Juli 2005 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Pemberian Persetujuan Terhadap Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia oleh Penyelenggara Kliring
Lebih terperinciNo.18/ 5 /DSta Jakarta, 6 April 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA DEBITUR UTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA
No.18/ 5 /DSta Jakarta, 6 April 2016 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA DEBITUR UTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA Perihal: Penerimaan Devisa Utang Luar Negeri Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/15/PBI/2004 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/15/PBI/2004 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kondisi perekonomian nasional
Lebih terperinciNo. 14/ 16 /DPbS Jakarta, 31 Mei 2012 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
No. 14/ 16 /DPbS Jakarta, 31 Mei 2012 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal: Produk Pembiayaan Kepemilikan Emas Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. Sehubungan
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/3/PBI/2003 TENTANG FASILITAS PEMBIAYAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/3/PBI/2003 TENTANG FASILITAS PEMBIAYAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam menjalankan kegiatan usahanya, Bank Syariah
Lebih terperinciSURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG DI INDONESIA
No.8/5/DPM Jakarta, 7 Februari 2006 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG DI INDONESIA Perihal : Transaksi Reverse Repo Surat Utang Negara Dengan Bank Indonesia Dalam Rangka Operasi Pasar Terbuka
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/7/PBI/2004 TENTANG SERTIFIKAT WADIAH BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/7/PBI/2004 TENTANG SERTIFIKAT WADIAH BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa jumlah bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
Lebih terperinciNo. 18/31/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada
No. 18/31/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Penempatan
Lebih terperinciNo. 17/45/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
No. 17/45/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement Sertifikat Bank Indonesia
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.683, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Piutang Negara. Petani. Eks Proyek. Perusahaan Inti Rakyat. Perkebunan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.05/2012
Lebih terperinciSistem Informasi Debitur. Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/ Januari 2005 MDC
Sistem Informasi Debitur Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/2005 24 Januari 2005 MDC PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/ 8 /PBI/2005 TENTANG SISTEM INFORMASI DEBITUR GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciNo. 1/5/DPNP Jakarta, 10 Desember 1999 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA
No. 1/5/DPNP Jakarta, 10 Desember 1999 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal: Persyaratan dan Tatacara Pengajuan Pengagunan Obligasi Pemerintah bagi Bank Umum peserta Program
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciSURAT EDARAN. Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING
No.6/5/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING Perihal : Pelaksanaan dan Penyelesaian Fasilitas Simpanan
Lebih terperinciNo. 17/42/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
No. 17/42/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement Surat Berharga Syariah
Lebih terperinciBUPATI PAKPAK BHARAT
BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN USAHA BAGI MASYARAKAT MELALUI KREDIT NDUMA PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciSURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM, PERUSAHAAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERUSAHAAN EFEK DI INDONESIA
No. 7/31/DPM Jakarta, 25 Juli 2005 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM, PERUSAHAAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERUSAHAAN EFEK DI INDONESIA Perihal: Tata Cara Persetujuan dan Pencabutan
Lebih terperinciNo. 2/ 23 /DSM Jakarta, 10 November 2000 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA LEMBAGA KEUANGAN NON BANK DI INDONESIA
No. 2/ 23 /DSM Jakarta, 10 November 2000 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA LEMBAGA KEUANGAN NON BANK DI INDONESIA Perihal: Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Oleh Lembaga Keuangan Non Bank Sehubungan
Lebih terperinciNo. 16/10/DSta Jakarta, 26 Mei 2014 SURAT EDARAN. Kepada: SEMUA DEBITUR DEVISA UTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA
1 No. 16/10/DSta Jakarta, 26 Mei 2014 SURAT EDARAN Kepada: SEMUA DEBITUR DEVISA UTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA Perihal : PENARIKAN DEVISA UTANG LUAR NEGERI Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia
Lebih terperinciBANK INDONESIA No. 2/21/DPM Jakarta, 30 Oktober S U R A T E D A R A N kepada SEMUA BANK DI INDONESIA
BANK INDONESIA --------------- No. 2/21/DPM Jakarta, 30 Oktober 2000 S U R A T E D A R A N kepada SEMUA BANK DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 1/PLPS/2005 TENTANG PROGRAM PENJAMINAN SIMPANAN DEWAN KOMISIONER LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN,
c SALINAN PERATURAN NOMOR 1/PLPS/2005 TENTANG PROGRAM PENJAMINAN SIMPANAN DEWAN KOMISIONER, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan perlu
Lebih terperinci1 of 6 21/12/ :38
1 of 6 21/12/2015 14:38 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115/PMK. 05/2012 TENTANG PENYELESAIAN PIUTANG NEGARA PADA PETANI PESERTA EKS PROYEK
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1973, 2014 KEMENKEU. Pajak. Penyetoran. Pembayaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242 /PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN
Lebih terperinciNo.10/ 37 /DPM Jakarta, 13 November 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG DI INDONESIA
No.10/ 37 /DPM Jakarta, 13 November 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG DI INDONESIA Perihal : Transaksi Reverse Repo Surat Utang Negara Dengan Bank Indonesia Dalam Rangka Operasi Pasar
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.172, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Moneter. Operasi. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5919) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/
Lebih terperinciS U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT DI INDONESIA
No. 10/10/DASP Jakarta, 5 Maret 2008 S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT DI INDONESIA Perihal : Pelaksanaan Transaksi Melalui Sistem Bank Indonesia Real
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG
PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN, ANGSURAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penyediaan Air Minum. Prosedur.
No.515, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penyediaan Air Minum. Prosedur. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 229/PMK. 01/2009 TENTANG TATACARA PELAKSANAAN PEMBERIAN
Lebih terperinciNo.15/3/DPM Jakarta, 28 Februari Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA
No.15/3/DPM Jakarta, 28 Februari 2013 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/42/DPD perihal Pembelian Valuta Asing
Lebih terperinciPERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/8/PADG/2017 TENTANG PEMBIAYAAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH
1 PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/8/PADG/2017 TENTANG PEMBIAYAAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,
Lebih terperinciNo. 17/48/DPD Jakarta, 7 Desember SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA
No. 17/48/DPD Jakarta, 7 Desember 2015 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA Perihal : Penerbitan, Tata Cara Lelang, dan Penatausahaan Surat Berharga Bank Indonesia dalam Valuta Asing Sehubungan
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan Bank Indonesia
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciNo. 17/29/DPM Jakarta, 26 Oktober 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA
No. 17/29/DPM Jakarta, 26 Oktober 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal: Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/23/DPM tanggal
Lebih terperinci