PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya

BAB III METODE PENELITIAN

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

ABON IKAN 1. PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

TELUR ASIN PENDAHULUAN

LAPORAN ILMU TEKNOLOGI PANGAN Pembotolan Manisan Pepaya. Oleh :

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

: Laila Wahyu R NIM :

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g.

Penuntun Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak Islami

KERUPUK UDANG ATAU IKAN

BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA. Disusun oleh: Sandwi Devi Andri S1 teknik informatika 2F

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

INOVASI PEMBUATAN ANEKA PRODUK OLAHAN DARI BENGKUANG. OLEH : Gusti Setiavani, STP. MP

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3. METODOLOGI PENELITIAN

MANISAN BASAH BENGKUANG

MANISAN KERING BENGKUANG

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mie Berbahan Dasar Gembili

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN

: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

Karakteristik Dendeng Ayam Broiler Pada Berbagai Suhu dan Lama Pengeringan

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tapioka. Kerupuk sudah banyak dimodifikasikan dengan berbagai cita rasa

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pangan adalah mencegah atau mengendalikan pembusukan, dimana. tidak semua masyarakat melakukan proses pengawetan dengan baik dan

I. PENDAHULUAN. Budaya mengkonsumsi daging sudah menyebar di sebagian besar. masyarakat dunia. Kalau tidak ada daging mungkin dirasa kurang lengkap

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

TEKNOLOGI PEMBUATAN SUSU DARI TEMPE BENGUK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan merupakan hasil olahan dari kacang kedelai yang kaya akan

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN

TINJAUAN PUSTAKA. yang telah mengalami pemanasan sampai setengah matang (precooked), kemudian

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING DAN IKAN ABON

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

OLEH: YULFINA HAYATI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

PENDAHULUAN. yaitu kerupuk berbahan baku pangan nabati (kerupuk singkong, kerupuk aci,

METODE. Waktu dan Tempat

Pengawetan pangan dengan pengeringan

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING DAN IKAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk bertekstur garing dan

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Air dan Aktivitas Air

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengasapan Ikan. Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu. 3.2 Bahan dan Alat. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING

Metode penelitian Rancangan penelitian (reseach Design) Rancangan Percobaan

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN SOSIS AYAM

KUALITAS TEPUNG BERAS SEBAGAI BAHAN BAKU CAMPURAN RAGI TEMPE (Rhizopus oligosporus) DILIHAT DARI HASIL PRODUKSI TEMPE KEDELAI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei Juni Di

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS. Usaha Kecil Untuk Kelas Menengah BISNIS KRIPIK SINGKONG

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

3.1. Tempat dan Waktu Bahan dan Aiat Metode Penelitian

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan

Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS BISNIS RAMBAK KULIT IKAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

ANEKA RUJAK DAN ASINAN NAN SEGAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditi pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein, karena daging mengandung protein yang bermutu tinggi, yang mampu menyumbangkan asam amino esensial yang lengkap. Daging segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi mikroba. Oleh karena itu berbagai cara pengawetan daging perlu dikembangkan. Tujuan dari pengolahan dan pengawetan daging ialah untuk memperpanjang daya simpan dan untuk meningkatkan cita rasa yang sesuai dengan selera konsumen serta dapat mempertahankan nilai gizinya sehingga diharapkan dapat memperluas rantai pemasaran daging olahan tersebut. Salah satu cara pengolahan dan pengawetan daging sapi yang sudah dilakukan yaitu pengolahan dendeng sapi. Dendeng sapi adalah produk daging yang dibuat secara tradisional di Indonesia, dengan cara curing yaitu menaburkan gula, garam dan rempah-rempah pada irisan daging kemudian dijemur. Namun, sebelumnya daging yang akan dibuat dendeng harus dibersihkan terlebih dahulu dan direndam dengan garam. Hal inilah yang melatarbelakangi mengapa kami mengangkat judul Membandingkan Kualitas Dendeng dengan Perendaman dalam Asam Cuka dan Asam Jawa karena selama ini yang digunakan merendam dendeng adalah garam, maka kami mencoba merendam daging dalam asam cuka dan asam jawa untuk melihat apakah ada perubahan kualitas dan adakah perbedaan kualitas dendeng yang dihasilkan atau tidak.

Rumusan Masalah Dalam penyusunan usulan kegiatan ini, ada beberapa rumusan masalah yang hendak diamati, yakni sebagai berikut ; Bagaimana kualitas dendeng yang dihasilkan bila garam yang digunakan merendam daging digantikan dengan menggunakan asam jawa dan asam cuka? Apakah ada perbedaan palatabilitas (kesukaan) terhadap dendeng bila direndam dalam asam jawa dan asam cuka? Apakah ada perbedaan dalam hal penjemurannya, yang mana yang lebih cepat kering, yang direndam dengan asam jawa atau asam cuka? Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk melihat kualitas dendeng yang dihasilkan dan lama penjemuran dengan menggantikan garam sebagai perendam dengan asam cuka dan asam jawa.

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Kegiatan Project Base Learning (PBL) mengenai ini Membandingkan Kualitas Dendeng dengan Perendaman dalam Asam Cuka dan Asam Jawa akan dilaksanakan pada hari Jum at, 22 Oktober 2010, bertempat di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Materi Praktikum Bahan : - Daging 1 kg - Asam jawa 40 gr - Gula 200 gr - Bawang Merah 50 gr - Bubuk Ketumbar 20 gr - Lengkuas 30 gr - Bawang Putih 100 gr - Asam cuka + H 2 O ± 15 ml - Air 1 liter Alat : - Pisau. Alat ini digunakan untuk mengiris daging menjadi irisan tipis. Pisau yang digunakan hendaknya tajam. - Talenan. Alat ini digunakan untuk mengeringkan irisan daging (kalau tidak digantung).

- Keranjang peniris. Alat ini digunakan untuk meniriskan daging setelah direndam dengan larutan asam jawa dan asam cuka. - Penggiling bumbu. Alat ini digunakan untuk menggiling bumbu dendeng. - Panci. Alat ini digunakan untuk merebus bumbu. - Timbangan analitik untuk menghitung berat bahan. - Penggaris untuk mengukur ketebalan maupun panjang daging yang akan diiris. - Kulkas. Alat ini digunakan untuk menyimpan daging yang direndam di dalam larutan bumbu. Cara Pembuatan : 1. Pengirisan daging. Daging diiris tipis-tipis dengan panjang 3 cm dengan lebar 3-5 cm dengan ketebalan 3-5 mm. Sedapat mungkin pemotongan mengikuti arah jaringan otot. 2. Pembuatan larutan bumbu o Perlakuan I : Lengkuas, bawang putih, dan bawang merah digiling halus. Bumbu-bumbu ini dicampur dengan gula 100 gr, asam jawa 40 gr dan bubuk ketumbar 10 gr. o Perlakuan II : Lengkuas, bawang putih, dan bawang merah digiling halus. Bumbu-bumbu ini dicampur dengan gula 100 gr, asam cuka + H 2 O ± 15 ml dan bubuk ketumbar 10 gr. 3. Air sebanyak 1 / 2 liter direbus sampai mendidih. Kemudian ditambahkan bumbu yang telah disiapkan di atas. Baik campuran bumbu I maupun II dididihkan masing-masing selama 30 menit sambil diaduk-aduk. Untuk

campuran bumbu I diaduk sampai kental, sedangkan campuran bumbu II diaduk sampai mendidih. Setelah itu larutan bumbu didinginkan. 4. Perendaman di dalam larutan bumbu. o Irisan daging direndam dalam larutan bumbu selama semalaman pada suhu dingin di dalam kulkas. o Setelah itu, daging dikeluarkan dari larutan bumbu, dan dimasukkan ke dalam kantong plastik tersebut dibiarkan di udara terbuka sampai suhunya tidak dingin lagi (sama dengan suhu kamar). 5. Pengeringan. Setelah daging di dalam kantong tidak dingin lagi, daging dikeluarkan dari kantong, kemudian segera dijemur atau dikeringkan dibawah sinar matahari selama 1-2 hari, bila cuaca tidak mendukung bisa menggunakan oven selama 4-6 jam sampai diperkirakan kadar air di bawah 10%. Hasil pengeringan disebut dengan dendeng mentah. 6. Penggorengan. Dendeng daging yang telah kering dapat digoreng di dalam minyak panas ( ± 170 0 C ) selama 30-60 detik sambil dibolak-balik, kemudian cepat-cepat diangkat dan ditiriskan.

Diagram Alir Proses Pembuatan Dendeng Sapi DAGING SEGAR Dicuci Bersih Bumbu Diiris tipis-tipis Dihaluskan Dicampur Direndam Dikeringkan di bawah sinar matahari (1-2 hari) atau oven suhu 50 0 C - 69 0 C (4-5 jam) Digoreng (suhu ± 170 0 C ) selama 30-60 detik

Analisa Data Uji Organoleptik meliputi aroma, warna, rasa, bau dan kerenyahan. Aroma 0 5 10 Khas Daging Lemah Khas Daging Kuat Warna 0 5 10 Coklat Kehitam-hitaman Coklat Tua Rasa Penilaian Awal (sentuhan pertama oleh lidah) 0 5 10 Tidak Enak Sangat enak Bau 0 5 10 Tengik Khas Kerenyahan Penilaian Awal (sentuhan pertama oleh lidah) 0 5 10 Sangat lembek Renyah

TINJAUAN PUSTAKA A. Dendeng Daging Sapi Dendeng merupakan salah satu produk daging olahan sekaligus produk daging yang diawetkan yang diproduksi di Indonesia secara sederhana dan mempunyai daya terima yang tinggi di beberapa negara Asia. Pada umumnya dendeng yang ada di pasaran yaitu dendeng sapi, baik dendeng sapi giling maupun dendeng sapi iris (Soputan, 2004). Proses pembuatan dendeng belum dibakukan, tetapi pada umumnya menyangkut pengirisan daging dengan ketebalan 3 5 mm, diikuti pencampuran dengan garam, gula, serta ramuan bumbu seperti lengkuas, ketumbar, bawang putih, bawang merah yang diikuti dengan proses pengeringan sampai kadar air 25% bahan kering. Seluruh proses tersebut dapat disarikan sebagai kombinasi antara proses curing dan pengeringan (Soputan, 2004). Dendeng seringkali mengalami kerusakan seperti timbulnya ketengikan warna coklat yang kurang menarik dan kontaminasi mikroorganisme. Ketengikan dapat terjadi karena proses oksidasi oleh oksigen terhadap asam lemak tidak jenuh dalam lemak. Kontaminasi mikroba pada dendeng dapat terjadi pada setiap tahap dalam pengolahannya, terutama sebelum tahap pengeringan (Soputan, 2004). Dendeng sapi adalah produk daging yang dibuat secara tradisional di Indonesia, dengan cara kuring yaitu menaburkan gula, garam dan rempah-rempah pada irisan daging kemudian dijemur. Tujuannya yaitu untuk memperpanjang daya simpan daging, meningkatkan cita rasa dan dapat mempertahankan nilai gizi daging olahan (Soputan, 2004). B. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Dendeng

Dalam membeli suatu produk olahan kita harus mencermati dengan baik, dendeng daging sapi yang diperdagangkan, ada yang berkualitas baik, ada yang berkualitas sedang dan ada pula yang berkualitas kurang baik. Perbedaan kualitas dendeng tersebut kemungkinan besar dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : 1) Pemilihan bahan Untuk mendapatkan dendeng daging sapi yang bermutu baik, harus menggunakan bahan yang bermutu. Daging sapi yang digunakan harus berkualitas baik dan segar. Pemilihan bahan tambahan dan bumbu juga dapat mempengaruhi rasa dendeng. Jika daging sapi yang digunakan kurang atau tidak segar maka akan dapat mempengaruhi hasil dari dendeng, selain itu juga dendeng memiliki rasa dan aroma yang tidak sedap. Demikian pula jika bahan yang digunakan berkualitas baik,rasa, aroma, dan warna akan baik. Jika kualitas bumbu kurang / tidak baik, misalnya bawang putih agak busuk dapat berpengaruh terhadap rasa dan aroma (Haryvedca, 2010). 2) Proses pembuatan Faktor proses pembuatan yang dapat mempengaruhi kualitas dendeng antara lain yaitu proses kuring dan pengeringan : a) Proses kuring Pada pembuatan dendeng daging sapi, dilaksanakan menggunakan cara kuring kering yaitu bumbu dihaluskan, dicampurkan pada daging sapi iris tanpa penambahan air, lalu didiamkan selama 4 6 jam dapat mempengaruhi rasa karena bumbu kurang meresap. Jika proses kuring terlalu cepat kurang dari 5 jam, maka dapat mempengaruhi rasa karena bumbu kurang meresap (Haryvedca, 2010). b) Pengeringan

Proses pengeringan merupakan salah satu penentu kualitas dendeng. Pada saat proses pengeringan mengalami perubahan warna, aroma, tekstur dan zat gizinya. Tempat yang digunakan untuk pengeringan sebaiknya menggunakan nampan yang terbuat dari logam dan diberi alas plastik supaya dendeng menjadi cepat kering dan setiap 3 jam di balik supaya pengeringannya merata. Proses pengeringan yang kurang sempurna dapat mempengaruhi rasa dan aroma dendeng. Mengingat dendeng daging sapi harganya cukup mahal, kurang terjangkau oleh daya beli masyarakat golongan ekonomi rendah sehingga perlu memanfaatkan bahan yang lebih murah untuk dibuat dendeng (Haryvedca, 2010). C. Kandungan Zat Gizi Dendeng Kandungan gizi dalam dendeng cukup tinggi, terutama kandungan proteinnya. Dikutip dari Departemen Kesehatan RI, 1995 menyatakan bahwa bahan dasar dendeng umumnya adalah daging sapi. Dalam 100 gram daging sapi mempunyai kandungan protein 18,8 gram, jadi dendeng mengandung protein yang cukup tinggi (Dhanie, 2010). Menurut Soputan (2004) dikutip dari Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1981) bahwa komposisi daging sapi dan dendeng sapi dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel. Komposisi daging sapi dan dendeng sapi tiap seratus gram bahan Komponen Daging Sapi Dendeng Daging Sapi Kalori (kkal) 207 433 Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) 18.8 14.0 0 55 9 10.5

Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Vitamin A (SI) Vitamin B1 (mg) Vitamin C (mg) 11 170 2.8 30 0.08 0 30 370 5.1 0 0 0 Air (g) 66 Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1981). 25 C. Zat Aditif yang Terkandung Dalam Dendeng Garam (NaCl) Garam atau NaCl sejak dahulu hingga saat ini digunakan sebagai bahan pengawet terutama untuk daging dan ikan. Larutan garam yang masuk kedalam jaringan produk pangan akan mengikat kandungan air bebas yang terdapat dalam produk pangan tersebut. Kondisi ini akan menghambat pertumbuhan dan aktivitas bakteri penyebab pembusukan, kapang dan khamir. Produk pangan hasil pengewetan dengan garam memiliki daya simpan beberapa minggu hingga bulan. Sementara produk segarnya hanya tahan disimpan selama beberapa jam atau hari (Kobandaha, 2008). Garam adalah ingridien yang terpenting dalam campuran bahan curing untuk daging dan berfungsi untuk pemberi rasa produk, menurunkan aktivitas air dan membantu solubilisasi protein otot yang berfungsi mengikat partikel daging, serta penurunan air jaringan otot pada konsentrasi tinggi (5-8%) (Baghas, 2010). Gula atau sukrosa.

Gula merupakan karbohidrat dengan rasa manis yang sering pula digunakan sebagai bahan pengawet, khususnya untuk produk-produk pangan yang telah mengalami panas. Perendaman dalam larutan gula secara bertahap pada konsentrasi yang semakin tinggi merupakan salah satu cara pengawetan pangan dengan gula. Gula seperti halnya garam juga menghambat pertumbuhan dan aktivitas bakteri penyebab pembusukan, kapang dan khamir. Dendeng basah atau kering yang banyak dijual dipasaran merupakan contoh produk pangan yang diawetkan dengan gula (Kobandaha, 2008). Gula dapat juga digunakan sebagai bahan pengawet, namun konsentrasi yang sangat tinggi diperlukan dalam pangan untuk dapat berfungsi sebagai suatu pengawet (Baghas, 2010). Cuka atau Asam Asetat Cuka banyak digunakan dalam industri pengolahan pangan, industri farmasi dan industri kimia. Pada industri makanan, cuka berfungsi sebagai bahan pembangkit flavor asam dan pengawet, sebagai bahan penyedap rasa (edible vinegar), menambah rasa asam dan menghilangkan bau amis (Baghas, 2010). Asam Jawa Asam jawa dapat dijuga digunakan sebagai bahan pengawet, dan asam jawa ini memiliki kandungan kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C (Dini, 2009). DAFTAR PUSTAKA Baghas, V. 2010. Pembuatan Asam Asetat. http://bagasvanirawan.wordpress.com/2010/07/20/pembuatan-asam-asetat/. Diakses pada 16 Oktober 2010.

Dhanie. 2010. Manfaat Limbah dari Kulit Pisang. http://dhanie.student.umm.ac.id/2010/07/29/manfaat-limbah-dari-kulitpisang/. Diakses pada 16 Oktober 2010. Dini. 2009. Manfaat Asam Cuka. http://wrdini66.blogspot.com/2009/03/manfaatasam-cuka.html. Diakses pada 15 Oktober 2010. Haryvedca. 2010. Cara Membuat Dendeng. http://haryvedca.wordpress.com/2010/08/23/cara-membuat-dendeng/. Diakses pada 16 Oktober 2010. Kobandaha, L. 2008. Zat Aditif yang Terkandung dalam Bahan Makanan. http://www.g-excess.com/id/zat-aditif-yang-terkandung-dalam-bahanmakanan.html. Diakses pada 16 Oktober 2010. Soputan, J. EM. 2004. Dendeng Sapi Sebagai Alternatif Pengawetan Daging. Makalah Pribadi Pengantar ke Falsafah Sains. Sekolah Pascasarjana. IPB : Bogor. MAKALAH KELOMPOK PROJECT BASE LEARNING ILMU TEKNOLOGI DAGING Dosen : Prof. Dr. Ir. Effendi Abustam, M.Sc MEMBANDINGKAN KUALITAS DENDENG DENGAN PERENDAMAN DALAM ASAM CUKA DAN ASAM JAWA

OLEH KELOMPOK 2 HERLINA SELFIN TALA CAELSILIA MUH. SADDAM SUDIRMAN APRIANTO PALANGDA APRIANTO SUHAEDI MUH. THAMRIN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2010