BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERAMALAN (FORECASTING)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Manajemen Operasional

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

BAB 2 LANDASAN TEORI

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada

Pembahasan Materi #7

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERAMALAN (FORECASTING)

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Pengendalian Persediaan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut pendapat Assauri (2004,p.12) : Manajemen adalah kegiatan atau usaha

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERENCANAAN PERSEDIAAN BARANG MENGGUNAKAN METODE FORECASTING DAN EOQ PADA PT. COSMO MAKMUR INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi pada

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. SANTOSA AGRINDO. Ira Mutiara 1, Moh. Mukhsin 2

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EMA302 Manajemen Operasional

Manajemen Produksi dan Operasi. Inventory M-4

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian semakin ketat.perusahaan-perusahaan beroperasi dan

Matakuliah : Ekonomi Produksi Peternakan Tahun : Oleh. Suhardi, S.Pt.,MP

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2007:8), manajemen adalah proses pengoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Efisiensi mengacu pada memperoleh output terbesar dengan input terkecil, digambarkan sebagai melakukan segala sesuatu secara benar. Sedangkan efektivitas mengacu pada menyelesaikan kegiatan-kegiatan sehingga sasaran organisasi dapat tercapai; digambarkan sebagai melakukan segala sesuatu yang benar. Sedangkan, Heene dan Desmidt (2010:8), menyatakan bahwa manajemen adalah serangkaian aktivitas manusia yang berkesinambungan dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkannya. Selain itu, Stonner (1999), juga menjelaskan manajemen adalah suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengwasan terhadap aktivitas organisasi sesuai dengan sumber daya yang dimiliknya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses dari terjadinya pengoordinasian, perencanaan, pengarahan, pengawasan kegiatan sebagai aktivitas dari manusia yang berkesinambungan untuk mencapai suatu tujuan. 2.2 Manajemen Operasi 2.2.1 Definisi Manajemen Operasi Manajemen Operasi pada mulanya selalu diidentikkan dengan proses manufaktur, tetapi setelah kegiatan bisnis berkembang, meluas ke berbagai sektor non-manufaktur, maka dalam perkembangannya, manajemen operasi memiliki arti yang lebih luas. Kegiatan produksi dan operasi merupakan kegiatan menciptakan barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada konsumen, dan kegiatan ini menjadi fungsi utama perusahaan. Melalui kegiatan produksi dan operasi, segala sumber daya masukan perusahaan diintegrasikan untuk menghasilkan keluaran yang memiliki nilai tambah. Kegiatan produksi dan operasi merupakan kegiatan yang kompleks, tidak saja mencakup pelaksanaan fungsi manajemen dalam mengoordinasikan berbagai kegiatan dalam mencapai tujuan operasi, tetapi juga 11

12 mencakup kegiatan teknis untuk menghasilkan suatu produk yang memenuhi spesifikasi yang diinginkan, dengan proses produksi yang efesien dan efektif, serta dengan mengantisipasi perkembangan teknologi dan kebutuhan konsumen di masa mendatang. Heizer dan Render (2009:8), menjelaskan bahwa produksi merupakan proses penciptaan barang dan jasa. Manajemen Operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Menurut Fogarty dalam Herjanto (2007:2), manajemen operasi adalah suatu proses yang secara berkesinambungan (kontinu) dan efektif menggunakan fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efisien dalam rangka mencapai tujuan. Jadi, dapat disimpulkan manajemen operasi merupakan kegiatan untuk mengatur dan mengelola secara optimal atas sumber daya yang tersedia dalam suatu proses transformasi, sehingga menjadi output yang mempunyai manfaat lebih dari sebelumnya. Secara umum, kegiatan operasi merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan penciptaan atau pembuatan barang, jasa, atau kombinasinya melalui proses transformasi dari masukan sumber daya produksi menjadi keluaran yang diinginkan. Berkaitan dengan proses transformasi atau proses perubahan, terdapat dua pengertian tentang transformasi, yaitu : Little quality Merupakan transformasi yang sederhana, yaitu proses perubahan input menjadi output, sehingga menimbulkan value added. Dari output akan memberikan feedback untuk perbaikan input. Big quality Transformasi bukan sekedar proses perbuahan input menjadi output. Ketika perusahaan menyediakan input, ia akan berhubungan dengan supplier sebagai penyedia input serta mempertimbangkan value of customer sebagai pertimbangan atas input yang digunakan. Manajemen operasi mencakup dua jenis kegiatan, baik yang menghasilkan barang maupun jasa. Berikut ini menunjukan beberapa karakteristik yang membedakan kedua jenis produk.

13 Tabel 2.1 Perbedaan Karakteristik antara Barang dan Jasa Barang Berwujud Dapat disimpan Banyak menggunakan proses mesin Diproduksi lebih dulu baru dikonsumsi Kontak dengan konsumen rendah Kualitas bersifat obyektif Jasa Tidak berwujud Tidak dapat disimpan Banyak menggunakan proses manusia Diproduksi bersamaan waktunya dengan dikonsumsi Kontak dengan konsumen tinggi Kualitas bersifat subyektif Sumber : Prasetya dan Lukiastuti (2009) 2.2.2 Sejarah Manajemen Operasi 1. Periode pembagian tugas - Perkembangan manajemen operasi sudah dimulai sejak zaman Plato 400SM yang menyatakan bahwa spesialisasi dapat meningkatkan keahlian para tenaga kerja. Pendapat ini mendapat dukungan dari Tylor tahun 1470 dalam bukunya Wealth of Nation yang menyatakan bahwa pembagian tugas akan berpengaruh positif terhadap proses pembuatan suatu produk. Tahun 1831, Charles Barbage dalam bukunya On Economy of Mechiery and Manufacture, mengemukakan bahwa spesialisasi tenagga kerja tidak hanya mampu meningkatkan produktivitas tetapi memungkinkan perusahaan untuk membayar upah hanya untuk keterampilan tertentu yang diperlukan. 2. Periode revolusi industri - Merupakan pergantian tenaga kerja manusia dengan tenaga mesin. Sumbangan besar pada periode ini dilakukan oleh James Watt tahun 1746 dengan penemuan mesin uapnya. 3. Periode penggunaan metode ilmiah - Ide ini dipelopori oleh Frederick Winslow Tylor pada awal tahun 1990. Pemikiran aliran manajemen ilmiah bertujuan untuk menemukan metode kerja terbaik melalui penggunaan pendekatan ilmiah. 4. Periode hubungan manusia

14 - Menekankan pentingnya motivasi dan unsur manusia dalam desain pekerjaan. Pendekatan hubungan manusia dikembangkan oleh Elton Mayo dengan studinya yang terkenal, yairu Hawthorne. Studi tersebut menunjukan bahwa motivasi karyawan adalah unsur kursial dalam meningkatkan produktivitas karyawan. 5. Periode pendekatan model kuantitatif - Tujuannya adalah untuk menentukan nilai nilai yang optimal dan berbagai variabel keputusan yang dapat meningkatkan prestasi sistem dengan batasan batasan yang ada. 6. Periode penggunaan sistem komputerisasi - Kemajuan di bidang teknologi, khususnya komputer berdampak positif terhadap proses operasi. Karena berdampak pada proses operasi yang memungkinkan proses produksi lebih konsisten dan cepat dalam merespons keinginan konsumen. 2.3 Peramalan 2.3.1 Pengertian Peramalan Heizer dan Render (2009:162), mengatakan peramalan (forecasting) adalah seni atau ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan yang dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data historis dan memproyeksikannya ke masa mendatang dengan suatu bentuk model matematis. Peramalan memerlukan pengambilan data historis dan memproyeksikannya ke masa depan dengan beberapa bentuk model matematis. Adapun Lukiastuti dan Prasetya (2009:43), mejelaskan bahwa peramalan merupakan suatu usaha untuk meramalkan keadaan dimasa yang akan datang melalui pengujian keadaan dimasa lalu. Menurut Chuong dan Stevenson (2014:76), ramalan adalah pernyataan mengenai nilai yang akan datang dari variabel yang menarik. Sedangkan Deitiana (2011:32), berpendapat bahwa peramalan (forecasting) adalah seni dan ilmu untuk memprediksi kejadian di masa depan. Peramalan menjadi penting sebab situasi dan kondisi yang berkaitan dengan ekonomi dan kegiatan usaha dihadapkan pada : Meningkatnya kompleksitas organisasi Meningkatnya ukuran ukuran keberhasilan organisasi Perubahan lingkungan yang sangat cepat

15 Olalekan, Oyewole dan Olawande : 2012 menyatakan bahwa metode forecast didefinisikan sebagai tugas pemecahan solusi atau pengembangan peramalan yang menjamin bahwa identifikasinya berbeda dengan peramalan pengguna. Tujuan utama dari metode peramalan adalah untuk mengubah informasi saat ini ke masa depan dan mengubah informasi yang diproses menjadi sebuah peramalan. Karena banyaknya metode peramalan, oleh karena itu, analisis dilakukan dengan mengelompokkan mereka ke dalam kelompok-kelompok. Tergantung pada daerah penelitian dan objek penelitian, yang paling umum digunakan untuk meramalkan metode klasifikasi dalam literatur penelitian didasarkan pada beberapa kriteria yang meliputi jenis informasi (metode peramalan kuantitatif dan kualitatif), meramalkan waktu rentang (jangka pendek, jangka menengah dan metode pengembangan peramalan jangka panjang), obyek peramalan (metode peramalan indikator ekonomi mikro dan makro), peramalan tujuan (metode peramalan genetik dan normatif). Sehingga dapat disimpulkan bahwa peramalan adalah metode yang diggunakan untuk meramalkan atau memprediksi kejadian di masa depan yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi dan kegiatan usaha lainnya seiiring dengan semakin komplexnya suatu masalah dalam organisasi. 2.3.2 Tahapan dalam Proses Peramalan Chuong dan Stevenson (2014:79), menjelaskan bahwa terdapat enam tahapan dasar dalam proses peramalan yaitu : 1. Menentukan tujuan ramalan Bagaimana ramalan akan digunakan dan kapan akan dibutuhkan ramalan? Tahapan ini akan memberikan indikasi tingkat rincian yang diperlukan dalam ramalan, jumlah sumber daya yang dapat dibenarkan, serta tingkat keakuratan yang diperlukan. 2. Menetapkan rentang waktu Ramalan harus mengindikasikan rentang waktu, mengingat bahwa keakuratan menurun ketika rentang waktu meningkat. 3. Memilih teknik peramalan Memperoleh, membersihkan, dan menganalisis data yang tepat

16 Memperoleh data dapat meliputi usaha yang signifikan. Setelah memperoleh data, data mungkin perlu dibersihkan agar dapat menghilangkan objek asing dan data yang jelas tidak benar sebelum analisis. 4. Membuat ramalan 5. Memantau ramalan Ramalan harus dipantau untuk menentukan apakah ramalan ini dilakukan dengan cara yang memuaskan. Jika tidak memuaskan periksa kembali metode peramalan, asumsi, keabsahan data, dan lain lain. Kemudian mengubahnya sesuai kebutuhan serta menyiapkan revisi ramalan. 2.3.2 Meramalkan Horizon Waktu Menurut Heizer dan Render (2009:163), peramalan biasanya diklasifikasikan menurut horizon waktu masa depan yang dicakupnya. Horizon waktu terbagi atas beberapa kategori yaitu: Peramalan jangka pendek Peramalan yang rentang waktunya mencapai satu tahun tetapi umumnya kurang dari tiga bulan. Peramalan ini digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan, dan tingkat produksi. Peramalan jangka menengah Peramalan jangka menengah biasanya berjangka tiga bulan hingga tiga tahun. Peramalan ini sangat bermanfaat dalam perencanaan penjualan, perencanaan dan penganggaran produksi, penganggaran kas, dan menganalisis berbagai rencana operasi. Peramalan jangka panjang Peramalan yang rentang waktunya biasanya tiga tahun atau lebih. Digunakan dalam merencanakan produk baru, pengeluaran modal, lokasi fasilitas, atau ekspansi dan penelitian serta pengembangan. 2.3.4 Jenis Jenis Peramalan Dalam organisasi pada umumnya menggunakan tiga tipe peramalan yang utama dalam perencanaan organisasi di masa depan yang dikemukakan oleh Heizer dan Render (2009:164) yaitu : Peramalan ekonomi (economic forecast)

17 Menjelaskan siklus bisnis dengan memprediksi tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang dibutuhkan untuk membangun perumahan, dan indikator perencanaan lainnya. Peramalan teknologi (technological forecast) Memperhatikan tingkat kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang menarik, yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru. Peramalan permintaan (demand forecast) Adalah proyeksi permintaan suatu produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut juga peramalan penjualan, yang mengendalikan produksi, kapasitas, serta sistem penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia. 2.3.5 Pendekatan dalam peramalan Terdapat dua pendekatan umum untuk peramalan sebagaimana ada dua cara mengatasi semua model keputusan. Pendekatan yang satu adalah analisis kuantitatif dan pendekatan lain adalah analisis kualitiatif. 1. Peramalan kuantitatif (quantitative forecast) : menggunakan model matematis yang beragam dengan data masa lalu dan variabel sebab akibat untuk meramalkan permintaan. 2. Peramalan subjektif atau kualitatif (qualitative forecast) : menggabungkan faktor, seperti intuisi, emosi, pengalaman pribadi, dan sistem nilai pengambil keputusan untuk meramal. Dilain pihak Deitiana (2011:32), mengungkapkan bahwa peramalan dilihat dari sifat penyusunannya terbagi atas 2 macam yaitu : 1. Peramalan kualitatif : bersifat subjektif dan didasarkan atas perasaan atau intuisi dari orang yang menyusunnya. Dalam hal ini pandangan dari orang yang menyusunnya sangat menentukan baik tidaknya hasil ramalan tersebut. 2. Peramalan kuantitatif : didasarkan atas data historis yang relevan di masa lalu, mengikuti pendekatan statistika formal dan pendekatan yang sistematis yang meminimumkan kesalahan peramalan. 2.3.6 Metode Peramalan Kualitatif Merupakan metode yang didasarkan pada intuisi dan pandangan individu individu, penilaian orang yang melakukan dan tidak tergantung pada data

18 data yang akurat (pengolahan data dan analisis data historis yang tersedia), metode ini digunakan untuk peramalan produk baru dimana tidak ada data historis. Teknik pada metode ini yang digunakan adalah teknik delphi, kurva pertumbuhan, dll. Metode kualitatif, terbagi menjadi 4 teknik peramalan, yaitu: Juri dari opini eksekutif (jury of executive opinion) Dalam metode ini, pendapat sekumpulan kecil manajer atau pakar tingkat tinggi umumnya digabungkan dengan model statistik, dikumpulkan untuk mendapatkan prediksi permintaan kelompok. Metode delphi (delphi method) Ada 3 (tiga) jenis partisipan dalam metode delphi, yaitu: pengambil keputusan, karyawan, dan responden. Pengambil keputusan melakukan peramalan, karyawan menyiapkan, menyebarkan, mengumpulkan, dan meringkas kuesioner dan hasil survei. Responden adalah sekelompok orang yang ditempatkan di tempat yang berbeda di mana penliaian dilakukan. Komposit tenaga penjual (sales force composite) Setiap tenaga penjual memperkirakan berapa penjualan yang dapat ia capai dalam wilayahnya, dan melakukan pengkajian untuk memastikan apakah peramalan cukup realistis, baru kemudian digabungkan pada tingkat wilayah dan nasional untuk mendapatkan peramalan secara keseluruhan. Survei pasar konsumen (consumer market survey) Metode ini meminta masukan dari konsumen mengenai rencana pembelian mereka di masa mendatang. Hal ini juga membantu dalam menyiapkan peramalan, tetapi juga membantu dalam merancang desain produk baru dan perencanaan produk baru. Namun, metode ini dapat menjadi tidak benar karena masukan dari konsumen yang terlalu optimis. 2.3.7 Metode Peramalan Kuantitatif Metode kuantitatif, terbagi menjadi lima metode peramalan yang menggunakan data historis. Menurut Heizer dan Render (2009:168), peramalan memiliki dua model yang terdiri dari masing-masing metode yaitu : Model deret waktu Model deret waktu membuat prediksi dengan asumsi bahwa masa depan merupakan fungsi dari masa lalu. Dengan kata lain, mereka melihat apa yang

19 terjadi selama kurun waktu tertentu dan menggunakan data masa lalu tersebut untuk melakukan peramalan. Model asosiatif Model asosiatif (hubungan sebab akibat), seperti regresi linier, menggabungkan banyak variabel atau faktor yang mungkin mempengaruhi kuantitas yang sedang diramalkan. 2.3.8 Jenis Jenis Metode Peramalan dalam Penelitian Heizer dan Render dalam buku Manajemen Operasi (2009:170-175), menjabarkan metode - metode peramalan kuantitatif, yang terdiri dari : 1. Pendekatan Naif (Naive Method) Cara paling sederhana untuk meramal adalah berasumsi bahwa permintaan di periode mendatang akan sama dengan permintaan pada periode terakhir. Untuk beberapa jenis produk, pendekatan naif (naive method) merupakan model peramalan objektif yang paling efektif dan efisien dari segi biaya. Paling tidak, pendekatan naif memberikan titik awal untuk perbandingan dengan model lain yang lebih canggih. 2. Rata Rata Bergerak (Moving Average) Peramalan rata-rata bergerak menggunakan sejumlah data aktual masa lalu untuk menghasilkan peramalan. Rata-rata bergerak berguna jika kita dapat mengasumsikan bahwa permintaan pasar akan stabil sepanjang masa kita ramalkan. Secara matematis, rata-rata bergerak sederhana (merupakan prediksi permintaan periode mendatang) dinyatakan dengan rumus sebagai berikut : Rata - rata bergerak = Permintaan dalam periode n sebelumnya n dimana, n adalah jumlah periode dalam rata-rata bergerak. 3. Rata Rata Bergerak dengan Pembobotan (Weighted Moving Average) Apabila terdapat pola atau trend maka bobot (timbangan) bisa digunakan untuk menempatkan lebih banyak tekanan pada nilai baru, hal tersebut membuat teknik ini lebih responsive terhadap perubahan karena periode yang lebih baru mungkin mendapatkan bobot yang lebih besar. Pemilihan bobot

20 merupakan hal yang tidak pasti karena tidak ada rumus untuk menetapkannya, oleh karena itu pemutusan bobot mana yang akan digunakan membutuhkan pengalaman jika bulan atau periode terakhir diberi bobot yang terlalu besar, peramalan dapat mencerminkan perubahan yang terlalu cepat dan yang tidak biasa pada permintaan atau penjualan. Pembobotan rata rata bergerak dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut : Pembobotan rata - rata bergerak = (Bobot periode n)(permintaan dalam periode n) Bobot 4. Penghalusan Eksponential (Exponential Smoothing) Penghalusan Eksponensial merupakan metode peramalan rata-rata bergerak dengan pembobotan yang canggih, dan relative masih mudah digunakan. Penghalusan eksponential dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut : Peramalan periode mendatang = peramalan periode lalu + α (permintaan actual periode lalu peramalan periode lalu) dimana α adalah sebuah bobot atau konstanta penghalusan yang dapat dipilih oleh peramal yang mempunyai nilai antara 0 dan 1. Persamaan rumus diatas dapat ditulis secara sistematis sebagai berikut : F t = F t-1 + α (A t-1 F t-1 ) dimana, F t F t-1 = Peramalan baru = Peramalan sebelumnya α = Konstanta penghalusan (pembobotan) (0 α 1) A t-1 = Permintaan aktual periode lalu 5. Penghalusan Eksponential dengan Penyesuaian Trend (Exponential Smoothing with Trend) Metode peramalan ini merupakan pengembangan dari metode penghalusan eksponensial, dimana metode ini dapat memberikan respon terhadap trend yang terjadi. Dengan penghalusan eksponensial dengan penyesuaian tren, estimasi rata-rata dan tren dihaluskan. Prosedur ini membutuhkan dua konstanta penghalusan, α untuk rata-rata dan β untuk tren. Kemudian, kita

menghitung rata-rata dan tren untuk setiap periode. Penghalusan eksponential dengan penyesuaian trend dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut : dimana, F t FITt = Ft + Tt F = α( A ) + (1 α)( F + T ) t t 1 t 1 t 1 T = β( F F ) + (1 β) T t t t 1 t 1 = Peramalan dengan eksponensial yang dihaluskan dari data berseri pada periode t T t = Tren dengan eksponensial yang dihaluskan pada periode t A t = Permintaan aktual periode t α = Konstanta penghalusan untuk rata-rata (0 α 1) β = Konstanta penghalusan untuk rata-rata (0 β 1) 21 6. Regresi Linier (Linear Regression) Proyeksi Tren merupakan suatu metode peramalan yang mencocokan garis tren pada serangkaian data masa lalu, kemudian memproyeksikan garis pada masa mendatang untuk peramalan jangka menengah atau jangka panjang. Persamaan yang didapat : y = a + bx dimana, y = Nilai terhitung dari variabel yang akan diprediksi a = Persilangan sumbu y b = Kemiringan garis regresi (atau tingkat perubahan pada y untuk perubahan yang terjadi di x x = Variable bebas (dalam kasus ini adalah waktu). Untuk menentukan nilai a dan b, akan di jelaskan pada rumus dibawah ini : XY n( xy) b = 2 2 X n( x ) dimana, b = Kemiringan garis regresi = Tanda penjumlahan total X = Nilai variabel bebas yang diketahui

22 y = Nilai variabel terkait yang diketahui dimana, ȳ = Rata-rata nilai y xȳ = Rata-rata nilai x a X y = = = y n bx X n Y 7. Analisis Tren (Trend Analysis) Metode peramalan serangkaian waktu yang sesuai dengan garis tren terhadap serangkaian titik-titik data masa lalu, kemudian diproyeksikan ke dalam peramalan masa depan. Persamaan yang didapat : y = a + bx dimana, y = Nilai terhitung dari variabel yang akan diprediksi a = Persilangan sumbu y b = Kemiringan garis regresi (atau tingkat perubahan pada y untuk perubahan yang terjadi di x x = Variable bebas (dalam kasus ini adalah waktu). Untuk menentukan nilai a dan b, akan di jelaskan pada rumus dibawah ini : XY n( xy) b = 2 2 X n( x ) dimana, b = Kemiringan garis regresi = Tanda penjumlahan total X = Nilai variabel bebas yang diketahui y = Nilai variabel terkait yang diketahui

23 dimana, ȳ = Rata-rata nilai y xȳ = Rata-rata nilai x a X y = = = y n bx X n Y 2.3.9 Menghitung Kesalahan Peramalan Heizer dan Render (2009:177), mengatakan ada beberapa perhitungan yang biasa digunakan untuk menghitung kesalahan peramalan total. Perhitungan ini dapat digunakan untuk membandingkan model peramalan yang berbeda, mengawasi peramalan, dan untuk memastikan peramalan berjalan baik. Tiga dari perhitungan yang paling terkenal adalah deviasi mutlak rerata (Mean Absolute Deviation MAD), kesalahan kuadrat rerata (Mean Squared Error MSE), dan kesalahan persen mutlak rerata (Mean Absolute Percent Error MAPE). 1. Deviasi Rata-Rata Absolut (Mean Absolute Deviation) MAD merupakan ukuran pertama kesalahan peramalan keseluruhan untuk sebuah model. Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai absolut dari tiap kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah periode data n. MAD = aktual - peramalan n 2. Kesalahan Rata Rata Kuardrat (Mean Square Error) MSE merupakan cara kedua untuk mengukur kesalahan peramalan keseluruhan. MSE merupakan rata rata selisih kuardrat antara nilai yang diramalkan dan yang diamati. Kekurangan penggunaan MSE adalah bahwa ia cenderung menonjolkan deviasi yang besar karena adanya pengkuadratan. MSE = (kesalahan peramalan) n 2

24 3. Kesalahan Persen Rata Rata Absolut (Mean Absolute Percentage Error) Masalah yang terjadi dengan MAD dan MSE adalah bahwa nilai mereka tergantung pada besarnya unsur yang diramal. Jika unsur tersebut dihitung dalam satuan ribuan, maka nilai MAD dan MSE bisa menjadi sangat besar. Untuk menghindari masalah ini, kita dapat menggunakan MAPE. MAPE dihitung sebagai rata-rata diferensiasi absolut antara nilai yang diramal dan aktual, dinyatakan sebagai persentase nilai aktual. 100 aktuali ramalani / aktuali I = 1 MAPE = n 2.4 Persediaan 2.4.1 Pengertian Persediaan Herjanto (2007:237), menjelaskan persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Bagi banyak perusahaan, persediaan mencerminkan sebuah investasi, dan investasi ini sering lebih besar daripada yang seharusnya karena perusahaan lebih mudah untuk memiliki persediaan just in case (berjaga jaga kalau ada apa apa) daripada persediaan just-in-time (persediaan seperlunya). Perusahaan dapat mengurangi biaya dengan mengurangi tingkat persediaan di tangan, sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas bila suatu produk stocknya habis. Oleh karena itu, perusahaan harus mencapai keseimbangan antara investasi persediaan dan tingkat layanan konsumen. Setiap manager operasi menyadari bahwa manajemen persediaan yang baik sangat penting. Menurut Zulfikarijah (2005:4), persediaan adalah stok bahan baku yang digunakan untuk memfasilitasi produksi atau untuk memuaskan permintaan konsumen. Jenis persediaan meliputi : bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Sedangkan Assauri (2004:169) menyatakan bahwa persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan yang dimaksud untuk dijual dalam satu periode usaha yang normal atau persediaan barang baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Persediaan yang diadakan mulai dari yang bentuk bahan mentah sampai dengan barang jadi antara lain berguna untuk :

25 1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan. 2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan. 3. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran. 4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi. 5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal. 6. Memberikan pelayanan (service) kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya dimana keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi adalah memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut. 7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau penjualannya. Sehingga dapat disimpulkan, Persediaan (Inventory) adalah sumber daya yang disimpan untuk memenuhi penjualan dan permintaan ataupun untuk menunggu bahan proses sebelum menjadi barang jadi pada satu periode penjualan. 2.4.2 Jenis _ Jenis Persediaan Heizer dan Render (2010:82), menjelaskan untuk mengakomodasi fungsi fungsi persediaan, perusahaan harus memelihara empat jenis persediaan. Persediaan tersebut antara lain : Persediaan bahan mentah (raw material inventory) Merupakan bahan bahan yang biasanya dibeli, tetapi belum memasuki proses manufaktur. Persediaan barang setengah jadi (work in process WIP) Merupakan produk atau komponen yang tidak lagi merupakan bahan mentah, tetapi belum menjadi barang jadi. Persediaan pasokan pemeliharaan / perbaikan / operasi (maintenance, repair, operating MRO) Merupakan persediaan yang disediakan untuk pemeliharaan, perbaikan, operasi yang dibutuhkan untuk menjaga agar mesin mesin dan proses proses tetap produktif. Persediaan barang jadi

26 Merupakan produk yang telah selesai dan tinggal menunggu pengiriman. Barang jadi dapat dimasukkan ke persediaan karena permintaan pelanggan di masa mendatang tidak diketahui. Sedangkan Herjanto (2007:238), mengungkapkan persediaan dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis yaitu : Fluctuation Stock Merupakan persediaan yang dimaksudkan untuk menjaga terjadinya fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan sebelumnya, dan untuk mengatasi bila terjadi kesalahan atau penyimpangan dalam prakiraan penjualan, waktu produksi, atau pengiriman barang. Anticipation Stock Merupakan persediaan untuk menghadapi permintaan yang dapat diramalkan, misalnya pada musim permintaan tinggi, tetapi kapasitas produksi pada saat itu tidak mampu memenuhi permintaan. Persediaan ini juga dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan baku sehingga tidak mengakibatkan terhentinya produksi. Lot-size Inventory Merupakan persediaan yang diadakan dalam jumlah yang lebih besar daripada kebutuhan pada saat itu. Persediaan dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dari harga barang (berupa diskon) karena membeli dalam jumlah besar, atau untuk mendapatkan penghematan dari biaya pengangkutan per unit yang lebih rendah. Pipeline Inventory Merupakan persediaan yang dalam proses pengiriman dari tempat asal ke tempat dimana barang itu akan digunakan. Misalnya, barang yang dikirim dari pabrik menuju tempat penjualan, yang dapat memakan waktu beberapa hari atau minggu. 2.4.3 Fungsi Persediaan Deitiana (2011:186) berpendapat bahwa, persediaan berfungsi untuk melayani beberapa kepentingan dalam perusahaan agar operasi perusahaan dapat berjalan dengan fleksibel. Ada tiga fungsi utama dari manajemen persediaan ini, yaitu: 1. Penyelarasan antara produksi dan distribusi

27 2. Antisipasi terhadap perubahan harga dan inflasi 3. Pemanfaatan potongan harga karena kuantitas pembelian Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan. Pendekatan-pendekatan kuantitatif akan sangat membantu dalam memecahkan masalah ini. Alasan utama yang menyebabkan perhatian terhadap masalah pengendalian persediaan demikian besar adalah karena pada kebanyakan perusahaan persediaan merupakan bagian atau porsi yang besar yang tercantum dalam neraca. Persediaan yang terlalu besar maupun terlalu kecil dapat menimbulkan masalah-masalah yang pelik. Kekurangan persediaan bahan mentah akan mengakibatkan adanya hambatan-hambatan pada proses produksi. Kekurangan persediaan barang dagangan akan menimbulkan kekecewaan pada langganan dan akan mengakibatkann perusahaan kehilangan mereka sementara kelebihan persediaan akan menyebabkan biaya ekstra. Persediaan mempunyai beberapa fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan, antara lain : 1. Untuk member stok agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan terjadi. 2. Untuk menyeimbangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas karena membeli dalam jumlah banyak biasanya ada diskon. 4. Untuk hedging terhadap inflasi dan perubahan harga. 5. Untuk menghindari kekurangan stock yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan pasokan, mutu, ketidaktepatan pengiriman. 6. Untuk menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan dalam proses. 2.4.4 Macam Macam Biaya Berdasarkan pendapat Zulfikarijah (2005:13 17), biaya persediaan di dalam perusahaan umum dibedakan menjadi 4 jenis yaitu : 1. Biaya Pembelian (purchasing cost) Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang, jumlahnya tergantung pada yang dibeli dan harga barang per unit. 2. Biaya pengadaan (procurement cost) Merupakan biaya yang berhubungan dengan pembelian barang terdiri dari biaya pemesanan (ordering cost) apabila barang yang dikeluarkan berasal

28 dari luar perusahan dan biaya persiapan (setup cost). Biaya pengadaan ini terdiri dari 2 jenis, yaitu : - Biaya pemesanan, adalah semua pengeluaran yang disebabkan oleh adanya kegiatan mendatangkan barang dari luar, biaya ini meliputi biaya menentukan pemasok, pengetikan pemesanan, pengiriman pemesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan. - Biaya persiapan adalah semua pengeluaran yang disebabkan oleh kegiatan memproduksi suatu barang, biaya ini berasal dari pabrik yang meliputi : biaya menyusun peralatan produksi, menyetel mesin, mempersiapkan gambar kerja. 3. Biaya penyimpanan (carrying cost / holding cost) Semua pengeluaran yang disebabkan oleh adanya kegiatan menyimpan barang dalam periode waktu tertentu, biaya ini diwujudkan dalam bentuk persentase nilai rupiah per unit waktu. Biaya ini meliputi : - Biaya modal (cost of capital) merupakan adanya penumpukan barang dalam proses persediaan sama artinya dengan biaya penumpukan modal yang menyebabkan peluang untuk investasi lainnya berkurang. Modal ini dapat diukur dengan besarnya suku bunga bank, oleh karena itu biaya yang disebabkan oleh karena memiliki persediaan harus diperhitungkan dalam biaya sistem persediaan biaya modal diukur sebagai persentasi nilai persediaan untuk periode waktu tertentu. - Biaya penyimpanan (cost of storage) adalah biaya gudang yang dikeluarkan untuk tempat atau gudang penyimpanan barang, apabila gudang yang digunakan adalah sewa, maka biaya dapat berupa biaya sewa dan apabila gudang milik sendiri, maka biayanya merupakan biaya depresiasi. Adapun masukan dalam biaya gudang adalah biaya tempat, asuransi, dan pajak. - Biaya keusangan atau kadaluarsa (obsolence cost) adalah biaya keusangan atau penyimpanan barang barang dalam waktu yang relatif lama dapat berakibat menurun atau merosotnya nilai barang, hal ini dapat disebabkan oleh adanya perubahan teknologi, model dan trend konsumen. Biaya keusangan ini diukur dalam persentase berdasarkan pengalaman yang terjadi selama ini. - Biaya kehilangan (loss cost) dan biaya kerusakan (deterioration)

29 adalah penyimpanan barang yang dapat mengakibatkan dan penyusutan beratnya dapat berkurang atau jumlahnya berkurang karena kehilangan. Biaya kehilangan ini diukur dalam persentase berdasarkan pengalaman yang selama ini terjadi. - Biaya asuransi (insurance cost) adalah akibat lain dalam penyimpangan persediaan adalah adanya bahaya yang tidak dapat dikendalikan seperti bencana alam, kebakaran, dan lain lain. Beberapa perusahaan besar mengasuransikan persediaannya untuk mengantisipasi kerugian tersebut. Adapun jumlahnya sesuai dengan nilai, jenis persediaan dan kesepakatan dengan pihak asuransi. - Biaya administrasi dan pemindahan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk administrasi persediaan barang yang ada, baik pada saat pemesanan, penerimaan barang, maupun penyimpanannya dan untuk memindahkan dari dan ke tempat penyimpanan termasuk biaya tenaga kerja dan material handling. 4. Biaya kekurangan persediaan (stockout cost) Mereferensikan konsekuensi ekonomis yang disebabkan oleh adanya kehabisan persediaan. Kondisi ini sangat merugikan perusahaan karena proses produksi akan terganggu dan kesempatan untuk memperoleh peluang atau keuntungan akan hilang atau konsumen yang akan dapat pindah ke perusahaan lain karena permintaanya tidak terpenuhi yang pada akhirnya dapat berpengaruh pada citra perusahaan. Adapun yang termasuk dalam biaya stock out adalah : - Jumlah barang yang tidak terpenuhi. Adanya kehabisan barang yang menyebabkan kegiatan proses produksi terhenti dan sejumlah permintaan tidak terpenuhi sehingga perusahaan akan kehilangan peluang untuk memperoleh pendapatan dan keuntungan. Pengukuran biaya ini didasarkan pada peluang yang hilang tersebut yang disebut juga dengan biaya penalti dengan satuan rupiah per unit. - Waktu pemenuhan. Kekurangan persediaan dapat juga berakibat pada lambatnya waktu penyelesaian barang karena adanya waktu menganggur pada saat perusahaan harus memesan persediaan, waktu menganggur ini merupakan biaya kehilangan pendapatan. Pengukuran biaya ini didasarkan

30 waktu yang diperlukan untuk mengisi gudangn dengan satuan rupiah per satuan waktu. - Biaya pengadaan darurat. Biaya darurat ini sering kali diperlukan sebagai upaya untuk memenuhi permintaan konsumen dalam kondisi kehabisan biaya persediaan, sehingga biaya yang akan dikeluarkan lebih besar dibandingkan kondisi normal. Biasanya biaya ini dikarenakan pemesanan yang mendadak dimana perusahaan tidak mempunyai kesempatan untuk berpikir lebih jauh untuk menentukan pilihannya, baik harga, pemasok, atau biaya biaya yang mengikutinya. Pengukurannya didasarkan pada pemesanan setiap kali kehabisan persediaan. Sedangkan, Heizer dan Render (2010:91) mengungkapkan jenis-jenis biaya persediaan, antara lain : Biaya penyimpanan (holding cost) : biaya yang terkait dengan menyimpan persediaan selama waktu tertentu. Biaya pemesanan (ordering cost) : mencakup biaya dari persediaan, formulir, proses pesanan, pembelian, dukungan administrasi, dan lainnya. Biaya penyetelan (setup cost) : biaya untuk mempersiapkan sebuah mesin atau proses untuk membuat sebuah pesanan. Ini menyertakan waktu dan tenaga kerja untuk membersihkan serta mengganti peralatan atau alat penahan. 2.5 Model Kuantitas Pesanan Ekonomis (Economic Order Quantiy - EOQ) Sarjono dan Chandra : 2012 mengungkapkan berdasarkan Heizer dan Render Economic Order Quantity (EOQ) merupakan jumlah barang yang paling ekonomis dalam memesan setiap pembelian yang telah dibuat. Misalnya, kebutuhan dasar perusahaan selama setahun jumlah secara total menjadi 12.000 ton. Isu mengenai persediaan sebenarnya terdiri dari dua pertanyaan yaitu berapa banyak item untuk dipesan dan berapa banyak waktu yang harus diambil antara pesanan, yang berperan dalam meminimalkan biaya. Bahkan dengan identifikasi EOQ, masih ada kemungkinan bahwa bahan baku akan kehabisan stok selama proses produksi. Kemungkinan ini bisa menjadi kenyataan jika : 1. Kuantitas bahan baku yang digunakan dalam proses produksi lebih besar dari jumlah yang diperkirakan sebelumnya. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan persediaan sebelum pembelian baru / order tiba. Ini berarti bahwa ada ketidakpastian dalam penggunaan material.

31 2. Bahan baku pembelian atau pesanan tidak tiba tepat waktu (tertunda), yang berarti bahwa waktu tunggu yang diharapkan tidak dapat dipenuhi. Menurut Deitiana (2011:191), inventory model yang paling sederhana mengandung ciri ciri sebagai berikut : 1. Barang / bahan mentah yang dipesan dan disimpan hanya satu macam. 2. Kebutuhan / permintaanya per periode diketahui. 3. Barang / bahan mentah yang dipesan segera dapat tersedia dan tidak ada back order. Heizer dan Render (2010:92), menjelaskan model kuantitas pesanan ekonomis (economic order quantity) adalah sebuah teknik control persediaan yang meminimalkan biaya total dari pemesanan dan penyimpanan. Model kuantitas pesanan ekonomis ini memiliki beberapa asumsi yaitu : 1. Jumlah permintaan diketahui, konstan, dan independen. 2. Waktu tunggu yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan diketahui dan konstan. 3. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dengan kata lain, persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada suatu waktu. 4. Tidak tersedia diskon kuantitas. 5. Biaya variable hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan (biaya penyetelan) dan biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu (biaya penyimpanan). 6. Kehabisan persediaan (kekurangan persediaan) dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat. Adapun Herjanto (2007:245), berpendapat bahwa EOQ merupakan salah satu model klasik, diperkenalkan oleh FW Harris pada tahun 1914, tetapi paling banyak dalam teknik pengendalian dan paling banyak dipergunakan sampai saat ini karena mudah penggunaannya.

32 Sumber : Eddy Herjanto (2007) Gambar 2.1 Model Kuantitas Pesanan Ekonomis Perhitungan EOQ dapat dihitung dengan rumus : EOQ = 2.D.S H dimana, EOQ = Jumlah optimal barang per pemesanan (Q*) D = Permintaan tahunan barang persediaan dalam unit S = Biaya pemasangan atau pemesanan setiap pesanan H = Biaya penahan atau penyimpanan per unit per tahun Selain rumus EOQ, terdapat beberapa rumus untuk mendukung perhitungan biaya persediaan, antara lain : 1. 2. Persediaan rata - rata yang tersedia Jumlah pesanan yang diperkirakan = D 3. Biaya pemesanan tahunan =.S Q* Q* 4. Biaya penyimpanan tahunan =.H 2 Q * = 2 D Q * 5. Total harga per unit = Harga per unit x D

6. Total Harga Keseluruhan = Total harga per unit + Biaya pemesanan tahunan + Biaya penyimpanan tahunan 33 Menurut Assauri (2004:182) penentuan jumlah pesanan ekonomis (EOQ) ada 3 cara yaitu : 1. Tabular Approach Penentuan jumlah pesanan yang ekonomis dengan Tabular approach dilakukan dengan cara menyusun suatu daftar atau tabel jumlah pesanan dan jumlah biaya pertahun. 2. Graphical Aproach Penentuan jumlah pesanan ekonomis dengan cara Graphical approach dilakukan dengan cara menggambar grafik-grafik carying cost dan total cost dalam satu gambar, dimana sumbu horizontal jumlah pesanan (order) per tahun, sumbu vertikal besarnya biaya dari ordering cost, carrying cost, dan total cost. 3. Dengan menggunakan rumus (Formula Approach) Cara penentuan jumlah pesanan ekonomis dengan menurunkan didalam rumus-rumus matematika dapat dilakukan dengan cara memperhatikan jumlah biaya persediaan yang minimum terdapat, jika ordering costs sama dengan Carying costs. 2.5.1 Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point ROP) Heizer dan Render (2010:99), menjelaskan bahwa titik pemesanan ulang adalah tingkat persediaan di mana ketika persediaan telah mencapai tingkat tersebut, pemesanan harus dilakukan. Rumus untuk menentukan ROP adalah sebagai berikut : dimana, d = L = Permintaan per hari ROP = d x L Waktu tunggu pesanan baru dalam hari Persamaan untuk ROP ini mengasumsikan permintaan selama waktu tunggu dan waktu tunggu itu sendiri adalah konstan.

34 Permintaan per hari (d) dihitung dengan membagi permintaan tahunannya (D) dengan jumlah hari kerja dalam satu tahun : D Permintaan per hari = Jumlah hari kerja per tahun Titik pemesanan ulang (Reorder Point ROP), yakni tingkat persediaan dimana harus dilakukan pemesanan kembali. Agar pembelian bahan yang sudah ditetapkan dalam EOQ tidak mengganggu kelancaran kegiatan produksi, maka diperlukan waktu pemesanan kembali bahan baku. Faktor-faktor yang mempengaruhi titik pemesanan kembali adalah : 1. Lead Time. Lead time adalah waktu yang dibutuhkan antara bahan baku dipesan hingga sampai diperusahaan. Lead time ini akan mempengaruhi besarnya bahan baku yang digunakan selama masa lead time, semakin lama lead time maka akan semakin besar bahan yang diperlukan selama masa lead time. 2. Tingkat pemakaian bahan baku rata rata persatuan waktu tertentu. 3. Persediaan Pengaman (Safety Stock), yaitu jumlah persediaan bahan minimum yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya bahan baku, sehingga tidak terjadi stagnasi. 2.5.2 Persediaan Pengaman (Safety Stock SS) Menurut Assauri (2004:186), safety stock adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi dan untuk menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stock out). Kemungkinan terjadinya stock out disebabkan karena penggunaan bahan baku yang lebih besar dari pada perkiraan semula, atau keterlambatan dalam pengiriman bahan baku yang dipesan. Akibat pengadaan persediaan penyelamat terhadap biaya perusahaan adalah mengurangi kerugian yang ditimbulkan karena terjadinya stock out, akan tetapi sebaliknya akan menambah besarnya carrying cost. Oleh karena itu, pengadaan persediaan penyelamat oleh perusahaan dimaksudkan untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan karena terjadinya stock out, tetapi juga pada saat itu diusahakan agar carrying cost menjadi serendah mungkin. Faktor faktor yang menentukan besarnya persediaan penyelamat adalah : 1. Penggunaan bahan baku rata-rata

35 Salah satu dasar untuk memperkirakan penggunaan bahan baku selama periode - periode tertentu, khususnya selama periode pemesanan adalah rata rata penggunaan bahan baku pada masa sebelumnya. Hal ini perlu diperhatikan karena setelah kita mengadakan pesanan atau order penggantian, maka pemenuhan kebutuhan atau permintaan dari pelanggan sebelum barang yang dipesan datang harus dapat dipenuhi dari persediaan yang ada. 2. Faktor Lead Time Lead time adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan - bahan sampai dengan kedatangan bahan bahan yang dipesan tersebut dan diterima di gudang persediaan. Dengan ditemukannya EOQ, masih ada kemungkinan adanya kekurangan persediaan (out of stock) di dalam proses produksi. Kemungkinan kekurangan persediaan itu akan timbul apabila : Penggunaan bahan dasar di dalam proses produksi lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya. Hal ini akan berakibat persediaan akan habis diproduksi sebelum pembelian / pesanan yang berikutnya datang, sehingga terjadilah kekurangan persediaan. Pesanan / pembelian bahan dasar itu tidak dapat datang tepat pada waktunya. Dari dua keadaan tersebut diatas, maka perusahaan perlu menetapkan adanya proses persediaan cadangan (safety stock) untuk menjamin kelancaran proses produksi akibat kemungkinan adanya kekurangan persediaan tersebut. Untuk menaksir besarnya safety stock, dapat dipakai cara yang relatif lebih teliti yaitu dengan metode sebagai berikut : 1. Metode perbedaan pemakaian maksimum dan rata rata Metode ini dilakukan dengan menghitung selisih antara pemakaian maksimum dengan pemakaian rata-rata dalam jangka waktu tertentu misalnya perminggu, kemudian selisih tersebut dikalikan dengan lead time. Safety Stock = (Pemakaian Maksimum Pemakaian Rata-Rata) Lead Time 2. Metode statistika. Untuk menentukan besarnya safety stock dengan metode ini, maka dapat digunakan program komputer kuadrat terkecil (least square).

36 2.5.3 Lead Time Pengertian lead time yang dinyatakan Zulfikarijah (2005:96) merupakan waktu yang dibutuhkan antara pemesanan dengan barang sampai diperusahaan, sehingga lead time berhubungan dengan reoder point dan saat penerimaan barang. Lead Time muncul karena setiap pesanan membutuhkan waktu dan tidak semua pesanan bisa dipenuhi seketika, sehingga selalu ada Jeda waktu. Lead time sangat berguna bagi perusahaan yaitu pada saat persediaan mencapai nol, pesanan akan segera tiba diperusahaan. Dalam EOQ, lead time diasumsikan konstan artinya dari waktu ke waktu selalu tetap misal lead time 5 hari, maka akan berulang dalam setiap periode. Akan tetapi dalam prakteknya lead time banyak berubah-ubah, untuk mengantisipasinya perusahaan sering menyediakan safety Stock. Dari pembahasan diatas faktor waktu sangatlah penting dalam pengisian kembali persediaan karena terdapat perbedaan waktu yang kadang cukup lama saat mengadakan pesanan untuk menggantikan atau pengisian kembali persediaan.

37 2.6 Kerangka Pemikiran PT. BARINDO SURYA ARYATAMA Forecasting Naive Method Moving Average Exponential Smoothing with Trend Exponential Smoothing Weighted Moving Average Linear Regression Jumlah Pesanan yang Optimal dengan menggunakan metode EOQ Keputusan terhadap Hasil Peramalan dan Penentuan Jumlah Pesanan Optimal terhadap Target Perusahaan dengan menggunakan solusi alternatif Mencapai Target Tidak Mencapai Target Menjalankan Usaha dengan Metode yang Sedang Berjalan Menerapkan Metode Forecasting dan EOQ pada perusahaan Meningkatkan Pemasaran untuk Memperkenalkan Produk dari Perusahaan Membuat Strategi Baru untuk Tetap dapat Menjalankan Usaha tersebut Hasil Keputusan Rekomendasi Hasil Penelitian kepada Perusahaan Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Sumber : Peneliti