GOOD NGO GOVERNANCE. Oleh Lucky Jani

dokumen-dokumen yang mirip
AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI LSM: Perspektif Pemerintah Daerah

MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT

Akuntabilitas. Belum Banyak Disentuh. Erna Witoelar: Wawancara

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kelola yang baik (good corporate governance) tidak hanya berlaku bagi. pertanggungjawaban kinerja organisasi.

Reposisi Manajemen Keuangan dalam Menjawab Tuntutan Transparansi-Akuntabilitas Organisasi Nirlaba di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan lingkungan atau Corporate Social Responbility (CSR) sebagai

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

Informasi Mengenai LSM itu Hak Publik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEMERINGKATAN (RATING) LPZ DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya penyelamatan dan penyempurnaan yang meliputi produktifitas, efisiensi

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai

PENJELASAN ATAS UNDANGUNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bidang agar good governance yang dicita-citakan dapat tercapai. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah organisasi baik swasta maupun pemerintah dapat didukung

BAB I PENDAHULUAN. ditargetkan terdapat empat pilar standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat

Akuntansi Sektor Publik

BAB I PENDAHULUAN. 2003) mengenai manipulasi laporan keuangan, serta sering terjadinya mogok kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan korporasi pada awalnya dibentuk agar badan usaha dapat

BAB I PENDAHULUAN. disahkan 20 Juli 2007 menandai babak baru pengaturan CSR di negeri ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

LAPORAN REVIEW SOP SEMESTER II 2016

BAB I PENDAHULUAN. perorangan, masyarakat dan atau pemerintah oleh karenanya Perguruan Tinggi

PERENCANAAN STRATEGIS UNTUK ORGANISASI NON-PROFIT

PENILAIAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

BAB I PENDAHULUAN. langsung dalam pemelihan presiden dan kepala daerah, partisipasi. regulasi dalam menjamin terselenggaranya pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara. Awalnya, para pendiri Negara ini percaya bentuk terbaik untuk masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25

L A P O R A N K I N E R J A

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Good Governance. Etika Bisnis

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk

BAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 )

LOGICAL FRAMEWORK ANALYSIS (LFA) KONSIL LSM INDONESIA HASIL PERENCANAAN STRATEGIS MARET 2011

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

~ 1 ~ PEDOMAN TEKNIS DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KEBUMEN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dan hakpublik (Mardiasmo, 2002). Menurut Mahsun

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka merespon tuntutan masyarakat menuju good governance,

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perum mempunyai maksud

AKUNTANSI PEMERINTAHAN. Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, M.AB

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Organisasi sektor publik merupakan bagian dari sistem perekonomian negara

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA NOMOR 34 /Kpts/KPU-SLG /2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah di inginkan untuk berbuat lebih banyak dalam perubahan dengan

PERSEPSI KARAKTERISTIK INDIVIDU TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN. (Studi Kasus pada Pemerintah Kota Surakarta) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pemerintah merupakan organisasi sektor publik yang mempunyai tanggung

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak tuntutan publik agar terciptanya tata kelola yang baik, agar

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan sebagai wujud akuntabilitas pengelolaan keuangan negara/daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

POLITICAL COST DAN BUMN

BAB I PENDAHULUAN. Mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) merupakan

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT. I Pendahuluan 1. II Tujuan Pembentukan Komite Audit 1. III Kedudukan 2. IV Keanggotaan 2. V Hak dan Kewenangan 3

MATERI KAJIAN MANAJEMEN STRATEJIK 1. KONSEP DAN APLIKASI MANAJEMEN STRATEJIK 2. PERUMUSAN VISI, MISI DAN NILAI 3. ANALISIS LINGKUNGAN STRATEJIK 4.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pengklasifikasian, penganalisisan dan pelaporan transaksi keuangan dari

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. paradigma Good Governance, dimana keterlibatan pihak-pihak selain pemerintah

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kinerja yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian hasil serta caracara

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya

BAB I PENDAHULUAN. maupun di daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga-lembaga

Standarisasi akuntansi dan pelaporan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan publik besar dan kantor akuntan publik (KAP) besar pada

PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN TINGGI DI INDONESIA

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

Pembangunan Integritas Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pendidikan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS TAHUN PENGADILAN AGAMA KOTABUMI

Pengertian dan ruang lingkup akuntansi sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. bersertifikat atau kantor akuntan publik yang melakukan audit atas entitas

Materi: 2 AKUNTANSI & LINGKUNGANNYA

Peraturan Lembaga Manajemen Kelembagaan dan Organisasi. Peraturan LeIP Tentang Manajemen Kelembagaan dan Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. konsep tradisional menuju New Public Managemen (NPM) dengan sistem

KRITERIA PENILAIAN STANDAR 2 : Tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan penjaminan mutu

Transkripsi:

GOOD NGO GOVERNANCE Oleh Lucky Jani Sumber : Buku Kritik & Otokritik LSM Membongkar Kejujuran dan Keterbukaan Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia (Hamid Abidin dan Mimin Rukmini) Halaman 40 45 Saat ini, kita sedang mengalami perkembangan yang funda-mental dalam pengelolaan institusi dan aktivitasnya. Di banyak negara, isu good governance menjadi sangat penting. Prinsip-prinsip dari good governance yang meliputi akuntabilitas, transaparasi, partisipasi dan kepastian hukum menjadi dasar bagi pengelolaan negara, sektor swasta dan civil society. Wacana tentang good governance saat ini ramai dibahas dalam forum-forum publik. Isu ini menggema seiring dengan tuntutan demokratisasi, hak azasi manusia dan antikorupsi. Institusi publik (legislative, eksekutif dan yudikatif) dituntut untuk menerapkan prinsipprinsip tersebut. Tujuannya agar institusi tersebut dapat melayani kepentingan publik dengan optimal. Di sektor swasta pun, isu good governance menjadi keharusan bagi perusahaanperusahaan untuk mengadopsi prinsip tersebut. Dalam sektor swasta good corporate governance menjadi bagian dari manajemen dan karakter suatu perusahaan. Perusahaan lebih berorientasi pada kepuasan dan perlindungan terhadap konsumen, selain efisiensi dan manajemen yang transparan. Bagaimana dengan sektor organisasi non-profit seperti Organisasi non-pemerintah (Ornop)? Dari pengamatan saya, wacana dan tuntutan akan good NGO governance tidaklah sekuat di sektor negara mau pun swasta. Kalaupun ada, tuntutan ini lebih berasal dari kalangan donor (funding agencies) dibandingkan dari publik secara luas. Beberapa kali media mengangkat berita mengenai mis-manajemen keuangan (yang mungkin saja terjadi praktik korupsi) di Ornop. Masih segar dalam ingatan kasus penyaluran dana JPS (Kompas, Media Indonesia, 1999), dalam pelaksanaan pemantauan pemilu 1999 (Gatra, 2002) ataupun dana korban banjir di Jakarta (Tempo interaktif, KCM, 2002). Indi Kator lain adalah tidak terukurnya aktivitas maupun efektivitas program dari Ornop. Hal ini sungguh ironis, karena Ornop adalah kalangan yang mendesak bagi diterapkannya good governance dalam institusi negara dan juga swasta. Perbandingan Institusi

Ada baiknya kita melihat perbandingan antarinstusi negara, sektor swasta dan Ornop (Tabel 1). Perbandingan ini berguna untuk melihat bagaimana sebaiknya good NGO governance kita definisikan. Melihat perbedaan karakter dari ketiga institusi pada table diatas, maka bisa ditarik kesimpulan bahwan Ornop sangat rentan dari segi akuntabilitas maupun efektivitas dalam menjalankan aktivitasnya. Akuntabilitas di sini tidak hanya menyangkut keuangan tetapi juga dari aspek efektivitas program kerja. Dari sisi program kerja, pada umumnya Ornop telah memiliki acuan atau panduan kerja yang berupa strategic plan dan program kerja tahunan. Dalam kedua bahan ini biasanya dijabarkan (dengan cukup detail) tujuan, bentuk aktivitas serta jadwal kegiatan. Akan tetapi, indicator keberhasilan dan efektivitas kerja tidak mudah untuk diukur. Tabel 1: Perbandingan Institusi Negara Swasta Ornop Orientasi Profit 1.Peran/Karakteristik Regulator Public Service Delivery Compliance 2.Sumber Pendanaan APBN Hutang Luar Negeri Obligasi 3.Akuntabilitas Jenis Politik Efektivitas dan Efisiensi Kebijakan Program Kepada UUD/Undangundang Otoritas Politik BPK/BPKP Pemegang Saham Kredit Perbankan Standar Mutu Pemegang Saham konsumen Karikatif Riset Advokasi Pressure group Donator Lokal Funding Agency program Tidak Jelas Funding Agency Masyarakat 4.Klien Tidak Jelas Konsumen Tidak Jelas Barang dan Jasa 5.Kompetisi Tidak Jelas Dari Tidak Jelas Perusahaan Lain 6.Indikator Sesuai dengan Profit bagi Tidak Jelas

Keberhasilan mandate Politik Efektivitas dan Efisiensi 7.Acuan Aktivitas Mandat GBHN Undang-undang Kebijakan Publik 8.Personil Life-time employed Sumber: diolah dari berbagai bahan, Stiglitz (2001,Lane (2002) Perusahaan Produk di Pasar Kepuasan Konsumen Corporate Strategy Market Research Contract Base Strategic Plan Program Kerja Tahunan Contract Base Atau Voluntary Akuntabilitas dan transparansi keuangan juga masih menjadi tanda Tanya. Selama ini dikalangan Ornop tidak terdapat pengaturan dan standar prosedur keuangan yang baku. Setiap organisasi menerapkan standar prosedur keuangan yang baku. Setiap organisasi menerapkan standar pengelolaan sendiri. Selain itu masih terbatas Ornop yang melakukan laporan keuangan tahunan terbuka kepada publik secara berkala. Laporan keuangan hanyalah dibuat sebagai laporan kepada donor. Kedua hal di atas terjadi karena ketidakjelasan pertanggungjawaban. Berbeda dengan institusi swasta yang memiliki konsumen, Ornop tidaklah memiliki klien yang jelas. Atau dengan institusi Negara yang dikontrol melalui proses politik (pemilu), undang-undang ataupun oleh pejabat politik (elected official), Ornop tidak memiliki atasan yang jelas. Konsumen bisa dijadikan indikator akan kualitas suatu produk ataupun tingkat kepuasan akan layanan jasa tertentu; begitu pula dengan pemilih (constituency) bagi institusi publik. Tabel 2: Tipe organisasi Outcomes Visible Outputs Visible Productif Instansi pajak, PU dan perusahaan swasta Outputs invisible Craft Militer Sumber: Wilson (1996) Outcome invisible Prosedural Institusi pendidikan, kepolisian Garbage Can Birokrasi (secara umum) Dari tabel di atas, maka institusi yang memiliki kinerja yang baik serta akuntabel adalah tipe produktif. Tipe ini dideskripsikan mempunyai program kerja dan aktivitas yang jelas serta terukur. Pertanyaannya, bagaimana membuat Ornop produktif? Performance Management

Melihat dari karakteristik Ornop, saya mengusulkan untuk menggunakan pendekatan performance management dalam pengelolaannya. Pemilihan ini didasarkan pada keunikan Ornop sebagai organisasi yang menciptakan nilai tertentu, independen, memiliki komitmen akan perubahan dan sumber pendanaan. Karakteristik dari organisasi berorientasi pada performance Memiliki misi yang jelas; Indicator keberhasilan yang terukur; Empowerment kepada personil dan kelompok masyarakat; Fleksibel dan kemampuan adaptasi yang cepat pada perubahan; Adanya kompetisi internal (dalam hal performance); Mengelola keuangan secara transparan dan teradministrasi dengan baik. Ornop harus melakukan pembenahan internal berupa: pertama, melakukan penguatan personil dengan memberikan insentif dan konsekuensi dalam aktivitas; kedua, menggunakan standar prosedur operasi dan standar manajemen keuangan; ketiga, melakukan program (cost effective analysis, program evaluation); melakukan audit dan membuat laporan tahunan secara berkala. Penting untuk dipikirkan bagaimana Ornop bisa menggalang donasi dari publik. Ini terkait tidak saja dengan isu selama ini bahwa Ornop merupakan perpanjangan tangan dari kepentingan asing, tetapi yang terpenting adalah bagaimana memperoleh dukungan secara luas dari masyarakat. Dengan adanya donasi dari masyarakat, maka Ornop bisa secara jelas mempunyai konstituen. Diharapkan konstituen ini bisa mengontrol akuntabilitas dari Ornop tersebut. Secara eksternal, perlu adanya kesepakatan antar- Ornop tentang kode etik sebagai aturan main yang mengikat. Juga perlu dipikirkan sanksi secara sosial terhadap Ornop yang terbukti lalai dalam manajemen keuangan. Akuntabilitas Ornop Berdasarkan UU Yayasan Undang-undang Nomor 16/2001 tentang Yayasan yang telah berlaku sejak 6 Agustus 2002 akan menimbulkan dampak yang sangat besar terutama bagi Ornop. Pemberlakuan undang-undang ini membuat perlunya pembenahan organisasi (kecuali bagi Ornop yang memutuskan untuk mengganti bentuk organisasinya) seperti aspek legal, struktur organisasi, dan manajemen keuangan. Bagi yayasan yang menerima bantuan lebih dari Rp 500 juta dan mempunyai kekayaan di luar harta wakaf lebih dari Rp 20 miliar, ada kewajiban melakukan audit oleh akuntan publik dan wajib mengumumkan ikhtisar laporan tahunanya melalui media massa umum.

Satu hal yang juga disiapkan oleh yayasan terkait dengan akuntabilitas publik ialah sebuah papan pengumuman di kantor yayasan. Pengumuman ikhtisar laporan keuangan ini mencakup kekayaan yayasan selama 10 tahun sebelum undang-undang ini di undangan. Terkait dengan sistem akuntabilitas publik di atas, praktik akuntabilitas dan transparansi yayasan tersebut memerlukan dukungan sistem akuntansi yang memadai. Selain kewajiban dokumentasi keuangan, dalam membuat ikhtisar laporan tahunan juga telah ditentukan standar akuntansi keuangan yang berlaku. Standar akuntansi keuangan yang digunakan bagi organisasi nirlaba tertuang dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 45 (PSAK 45) yang mulai efektif berlaku sejak 1 Januari 2000 lalu. Pengaturan akuntabilitas publik dan sistem akuntansi yayasan ini dimaksudkan agar yayasan tidak terasing dari publiknya. Publik merupakan stakeholder utama dari sebuah yayasan. Yayasan merupakan lembaga yang memproklamirkan dirinya sebagai entitas yang mengabdi bagi publik, sehingga kerja sama saling membangun dan transparan antara yayasan dengan masyarakat merupakan syarat wajib bagi aktivitas sosial itu sendiri. Dalam UU Yayasan (pasal 7), yayasan diperbolehkan untuk ikut serta dalam bisnis kendati dibatasi 25% dari total kekayaan. Hal ini bisa menimbulkan potensi konflik kepentingan dari misi suatu Ornop.