Nur Gutanto 1, Sri Hendarsih 2, Christin Wiyani 3 INTISARI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

D I A N A FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

NASKAH PUBLIKASI GUSRINI RUBIYANTI NIM I PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

RABIATHUL IRFANIAH NIM I

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

Muzayyin 1, Abdul Wakhid 2, Tri Susilo 3 AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO UNGARAN ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

PENGARUH TERAPI KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERINTERAKSI KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RSJD DR.AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

EFFECT OF ACTIVITY GROUP THERAPY: THE SOCIALIZATION OF THE CLIENT S VERBAL COMMUNICATION SKILL WITH SOCIAL ISOLATION IN THE PSBL PHALA MARTHA

Cindy K Dastian 1, Idi Setyobroto 2, Tri Kusuma Agung 3 ABSTRACT

PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KUALITAS HIDUP KLIEN SKIZOFRENIA DI KLINIK KEPERAWATAN RSJ GRHASIA DIY

PENGARUH PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN. Abstrak

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

Patria Asda, A., Perbedaan Persepsi Pasien...

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PADA KLIEN STROKE DI RSUD WATES

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Terapi Aktifitas Kelompok Oleh Perawat Pada Pasien Rawat Inap di RSD Madani Palu Tahun 2013

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA YOGYAKARTA

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK


HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: RITA SUNDARI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI PERAN MEDIA VISUAL

Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : KIKI RIZKI ANANDA

Ni Wayan Sri Utami 1, Abdul Ghofur 2, Wahyu Rochdiat 3 ABSTRACT

E-Journal Keperawatan (EKP) Volome 4 Nomor 1, Februari 2016

PENGARUH TERAPI MUSIK POPULER TERHADAP TINGKAT DEPRESI PASIEN ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

Pengaruh Terapi Individu Generalis Dengan Pendekatan Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terhadap Frekuensi Halusinasi Pada Pasien Halusinasi

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG OBAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DI DESA BANARAN KULON PROGO YOGYAKARTA

GAMBARAN STRES KELUARGA DENGAN ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI POLI JIWA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVSU MEDAN

Inpatient Satisfaction of Nursing Services in RSUP Dr. Kariadi Semarang

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

SibueaSH,Angraini DI, AdnyaniNMD Faculty of Medicine Lampung University

DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA PASIEN GANGGUAN ANSIETAS MENYELURUH DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

PENGARUH AKTIVITAS TERJADWAL TERHADAP TERJADINYA HALUSINASI DI RSJ DR AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI TRI NURIKA Disusun Oleh:

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN SOSIALISASI PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT GHRASIA PROVINSI DIY

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER SERVIKS TERHADAP MINAT PEMERIKSAAN IVA PADA KELOMPOK IBU PENGAJIAN

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI. Nugrahaeni Firdausi

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG SEX EDUCATION

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITAS SESI I-III TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA KLIEN HALUSINASI DI RSJD Dr.

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP IBU DALAM MENGATASI KETIDAKNYAMANAN KEHAMILAN TM III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAWANGSARI SUKOHARJO

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERAWATAN PAYUDARA TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRISEMESTER III DI RSUD SURAKARTA

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung

Kata kunci: kepercayaan diri, perawatan ortodontik cekat, remaja, PIDAQ.

Fitri Sri Lestari* Kartinah **

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE PEER EDUCATION TERHADAP PENGETAHUAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS II SMP DI PONDOK TA MIRUL ISLAM SURAKARTA

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER PAYUDARA TERHADAP MOTIVASI MELAKUKAN SADARI PADA WANITA USIA SUBUR

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG

TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP RESPON PENERIMAAN OBAT PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Katinawati*) Ns. Sri Haryani, S.Kep**), Ns. Syamsul Arif, S.Kep.,M.Kes, Biomed**) ABSTRAK ABSTRACT

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PERUBAHAN STATUS MENTAL KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA. Skripsi

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA DINI TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN MELAKSANAKAN PENDOKUMENTASIAN ASKEP DI RUANG RAWAT INAP RS JIH YOGYAKARTA ABSTRACT

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS Laporan analisis kasus, September 2014 ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS PLERET BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

GAMBARAN SIKAP PERAWAT DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA ANAK USIA BALITA OVERVIEW ATTITUDE OF NURSES IN COMMUNICATION THERAPEUTIC IN CHILDREN

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI ORANG TUA DALAM MEMANFAATKAN ALAT-ALAT PERMAINAN EDUKATIF DI RUANG ANAK RS. BAPTIS KEDIRI ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP TINGKAT SOSIALISASI PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DI DESA BANARAN GALUR KULON PROGO YOGYAKARTA

PENGARUH HOME VISIT TERHADAP KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Venny Risca Ardiyantini

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE IVA TERHADAP MOTIVASI IBU DI KELURAHAN MOJOSONGO RW XIV SURAKARTA

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN HALUSINASI PENDENGARAN DI RS GRHASIA YOGYAKARTA

PENGARUH ELECTRO CONFULSIVE THERAPY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)

Effect of Therapy Group Activities Increase In Price of Self Interest Clients In The Soul Dr Seruni Rs Radjiman Wediodiningrat Lawang

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : RINI INDARTI PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA NEGERI RONGKOP GUNUNG KIDUL TAHUN 2012

Hubungan Pengetahuan Pasien dan Praktik Petugas Pasien BPJS Dengan Waktu Pelayanan Rawat Jalan Diloket Di RSUD Dr. Adhyatma, MPH Semarang Tahun 2016

Aristina Halawa ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

Transkripsi:

PENGARUH PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS) TERHADAP KEMAMPUAN SOSIALISASI PADA KLIEN DENGAN KERUSAKAN INTERAKSI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. RM SOEDJARWADI KLATEN JAWA TENGAH Nur Gutanto 1, Sri Hendarsih 2, Christin Wiyani 3 INTISARI Latar Belakang: Klien dengan kerusakan interaksi sosial tidak mampu membina hubungan dengan orang lain. TAKS merupakan salah satu terapi yang penting untuk meningkatkan hubungan interpersonal yang diawali dengan individu dalam kelompok. RSJD Soedjarwadi mempunyai peningkatan dalam jumlah pasien dengan kerusakan interaksi sosial dari 22,9% pada bulan November menjadi 23,2% pada bulan Desember. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan TAKS terhadap kemampuan sosialisasi klien dengan kerusakan interaksi sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM Soedjarwadi Klaten Jawa Tengah. Metode: Pra Eksperimen desain One Group Pretest-Postest. Sampel adalah 12 klien dengan kerusakan interaksi sosial yang tercatat dalam buku register RSJD Dr. RM Soedjarwadi Klaten bulan Maret 2012, diambil dengan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuisioner, wawancara, dan checklist. Data dianalisis secara univariat dengan uji deskriptif dan bivariat dengan uji paired t test. Hasil: Responden sebagian besar berumur 20-40 tahun sebesar 83,3%, berpendidikan SMP dan SMA masing-masing 33,3%, tidak bekerja yaitu 66,7%. Seluruh responden tidak memiliki kemampuan interaksi sosial sebelum TAKS diberikan. Skor kemampuan sosialisasi sebelum pelaksanaan TAKS pada klien dengan kerusakan interaksi sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM Soedjarwadi Klaten Jawa Tengah adalah 1,6667 dan setelah pelaksanaan TAKS adalah 2,1667. Hasil uji paired t test diketahui p-value 0,026 < 0,05. Kesimpulan: Ada pengaruh pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) terhadap kemampuan sosialisasi klien dengan kerusakan interaksi sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM Soedjarwadi Klaten Jawa Tengah. Kata Kunci: TAKS, Kemampuan Sosialisasi 1 Mahasiswa Prodi Ilmu Keperawatan Universitas Respati Yogyakarta 2 Dosen Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 3 Dosen Universitas Respati Yogyakarta 65

EFFECT OF SOCIALIZATION GROUP ACTIVITY THERAPY (SGAT) IMPLEMENTATION TO SOCIALIZATION CAPABILITY OF CLIENTS WITH SOCIAL INTERACTION DISORDER AT DR. RM SOEDJARWADI MENTAL HOSPITAL KLATEN JAWA TENGAH Nur Gutanto 1, Sri Hendarsih 2, Christin Wiyani 3 ABSTRACT Background: Clients with social interaction disorder are unable to maintain relationship with others. SGAT is an important therapy to increase interpersonal relation initiated by an individual within a group. Dr. RM Soedjarwadi Mental Hospital had an increased number of patients with social interaction disorder from 22.9% in November 2010 to 23.2% in December 2010. Objective: To identify effect of SGAT implementation to socialization capability of clients with social interaction disorder at Dr. M Soedjarwadi Mental Hospital Klaten Jawa Tengah. Method: The study was a pre experiment with one group pretest posttest design. Samples were purposively selected, as many as 12 clients with social interaction disorder registered at Dr. M Soedjarwadi Mental Hospital in March 2012. Research instruments were questionnaire, interview, and checklist. Data analysis used univariate with descriptive test and bivariate with paired t test. Results: Most of the respondents were of 20-40 years old (83.3%), junior and senior high school education (33.3% each), unemployed (66.7%). All did not have social interaction capability before SGAT implementation with score of socialization capability 1.6667. After SGAT implementation the score was 2.1667. The result of paired t test was p 0.026 <0.05. Conclusion: There was effect of SGAT implementation to socialization capability of the clients with social interaction disorder at Dr. M Soedjarwadi Mental Hospital Klaten Jawa Tengah. Keywords: social group activity therapy, socialization, social interaction disorder 1. 2. 3. The students of Nursing Respati University, Yogyakarta Health Polytechnic, Yogyakarta Respati University, Yogyakarta 66

PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk yang unik dan utuh yang terdiri dari: bio-psikososial-spiritual. Dalam keadaan sehat (terhindar dari stress dan ketegangan) individu berada dalam keadaan seimbang. Dalam kehidupan, sepanjang periode tumbuh kembang individu akan menghadapi kejadian yang menegangkan, untuk ini individu akan berespon. Apabila individu tidak siap menghadapi kejadian yang menegangkan disebabkan oleh persepsi individu terhadap kejadian yang menyimpang, dukungan sosial yang kurang, mekanisme koping yang dimiliki individu yang tidak sehat, menyebabkan kondisi yang tidak seimbang atau krisis. Gejala yang sering ditunjukkan oleh individu dalam keadaan krisis diantaranya adalah perasaan tidak berdaya, kebingungan, depresi, menarik diri, dan perasaan diasingkan oleh lingkungannya. 1 Klien dengan kerusakan interaksi sosial pada umumnya merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain. Oleh karena itu, penting untuk dilaksanakan Terapi Aktivitas Kelompok sosialisasi (TAKS) bagi klien atau pasien dengan kerusakan interaksi sosial agar dapat mengurangi kerusakan yang terjadi dalam hubungan interpersonalnya (kemampuan sosialisasi). Terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosial dengan individu yang ada di sekitar klien. Pelaksanaan TAKS ini bertujuan untuk meningkatkan hubungan interpersonal antar kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan dan memberikan tanggapan terhadap orang lain, dimana dalam meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok dilakukan secara bertahap. Apabila TAKS tidak dilakukan maka peningkatan hubungan interpersonal menjadi kurang cepat. 2 Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi ini lebih menguntungkan karena adanya kontribusi dari tiap anggota kelompok dan pemimpin kelompok dalam mencapai tujuan kelompok, sehingga terjadi saling berbagi pengalaman dan saling membantu antar anggota kelompok. Jika anggota kelompok berbagi cara mereka menyelesaikan masalah, maka kelompok berfungsi dengan baik. Kelompok merupakan laboratorium tempat mencoba dan menemukan hubungan interpersonal dan perilaku. 3 Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi yang dilakukan oleh perawat tidak mungkin secara drastis mengubah kebiasaan pasien dalam berinteraksi dengan orang lain karena kebiasaan tersebut telah terbentuk dalam jangka waktu yang lama. Pada awalnya, pasien hanya akan akrab dengan perawat, tetapi setelah itu perawat harus membiasakan pasien untuk dapat berinteraksi secara bertahap dengan orang-orang di sekitarnya. 4 Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan cara mengboservasi rekam medik di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM Soedjarwadi Klaten diketahui bahwa pada bulan Desember tahun 2010 terdapat 246 klien yang dirawat inap. Jumlah klien yang mengalami kerusakan interaksi sosial sebanyak 57 klien (23,2%). Jumlah klien rawat inap pada bulan sebelumnya yaitu bulan November 2010 sebanyak 253 klien dan yang mengalami kerusakan interaksi sosial sebanyak 58 klien (22,9%). 67

Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM Soedjarwadi Klaten telah dilakukan sesuai jadwal yang telah terstruktur. Hasil TAKS yang telah dilakukan terhadap 58 klien yang mengalami kerusakan interaksi sosial pada bulan Desember 2010 masih terdapat 9 klien (15,5%) dengan rentang respons sosial yang statis dan pada bulan November 2010 terdapat 8 klien (13,7%) dengan rentang respon sosial yang statis. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah Pra Eksperimen dengan desain One Group Pretest-Postes. Jumlah sampel adalah 12 orang yang diambil dengan teknik purposive sampling terhadap pasienpasien dengan kerusakan interaksi sosial yang tercatat dalam buku register Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM Soedjarwadi Klaten Jawa Tengah pada bulan Maret 2012. Variabel penelitian ini adalah TAKS sebagai variabel bebas dan kemampuan sosialisasi sebagai variabel terikat. Kemampuan sosialisasi digolongkan dalam sekala nominal yaitu mampu dan tidak mampu bersosialisasi. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah wawancara dan checklist. Data dianalisis secara univariat dengan rumus persentase dan dengan uji paired t test untuk mengetahui pengaruh TAKS terhadap kemampuan sosialisasi. 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM. Soedjarwadi Klaten Jawa Tengah No Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%) 1 Umur 20-40 tahun 10 83,3 41-60 tahun 2 16,7 Jumlah 12 100,0 2 Jenis Kelamin Laki-laki 6 50,0 Perempuan 6 50,0 Jumlah 12 100,0 3 Pendidikan SD 3 25,0 SMP 4 33,3 SMA 4 33,3 PT 1 8,3 Jumlah 12 100,0 4 Pekerjaan PNS 1 8,3 Swasta 2 16,7 Petani 1 8,3 Tidak Bekerja 8 66,7 Jumlah 12 100,0 Sumber :Data primer 2012 68

Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas responden berumur 20-40 tahun yaitu 10 orang (83,3%), jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan sama yaitu masing-masing 6 orang (50,0%). Responden sebagian besar berpendidikan SMP dan SLTA masing-masing 4 orang (33,3%), dan tidak memiliki pekerjaan yaitu 8 orang (66,7%). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kemampuan Interaksi Sosial Sebelum dan Sesudah TAKS di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM. Soedjarwadi Klaten Jawa Tengah Sebelum TAKS Setelah TAKS No Kategori Frekuensi (n) Persentase (%) Frekuensi (f) Persentase (%) 1 Mampu 0 0,0 0 0,0 2 Tidak Mampu 12 100,0 12 100,0 Jumlah 12 100,0 12 100,0 Sumber :Data primer 2012 Tabel 2 menunjukkan bahwa sebelum dan sesudah diberi TAKS, seluruh responden tidak mampu berinteraksi sosial yaitu 12 orang (100,0%). Tabel 3. Tabel Silang antara Karakteristik Responden dengan Kemampuan Interaksi Sosial Sebelum dan Sesudah TAKS Kemampuan Interaksi Sosial Sebelum TAKS Setelah TAKS No Karakteristik Mampu Tidak Mampu Tidak Total mampu Mampu n % n % n % n % n % 1 Umur 20-40 tahun 0 0,0 10 100,0 0 0,0 10 100,0 10 100,0 41-60 tahun 0 0,0 2 100,0 0 0,0 2 100,0 2 100,0 Jumlah 0 0,0 12 100,0 0 0,0 12 100,0 12 100,0 2 Jenis Kelamin Laki-laki 0 0,0 6 100,0 0 0,0 6 100,0 6 100,0 Perempuan 0 0,0 6 100,0 0 0,0 6 100,0 6 100,0 Jumlah 0 0,0 12 100,0 0 0,0 12 100,0 12 100,0 3 Pendidikan SD 0 0,0 3 100,0 0 0,0 3 100,0 3 100,0 SMP 0 0,0 4 100,0 0 0,0 4 100,0 4 100,0 SMA 0 0,0 4 100,0 0 0,0 4 100,0 4 100,0 PT 0 0,0 1 100,0 0 0,0 1 100,0 1 100,0 Jumlah 0 0,0 12 100,0 0 0,0 12 100,0 12 100,0 4 Pekerjaan PNS 0 0,0 1 100,0 0 0,0 1 100,0 1 100,0 Swasta 0 0,0 2 100,0 0 0,0 2 100,0 2 100,0 Petani 0 0,0 1 100,0 0 0,0 1 100,0 1 100,0 Tidak 0 0,0 8 100,0 0 0,0 8 100,0 8 100,0 Bekerja Jumlah 0 0,0 12 100,0 0,0 0,0 12 100,0 12 100,0 Sumber :Data primer 2012 Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik mayoritas klien yang tidak memiliki kemampuan interaksi sosial sebelum dan sesudah TAKS terjadi pada klien yang berumur 20-40 tahun, berpendidikan SMP dan SMA, dan tidak memiliki pekerjaan. 69

Tabel 4. Hasil uji beda rata-rata sampel berhubungan (Paired T Test) Nilai t hitung p Rata-rata sebelum TAKS Rata-rata setelah TAKS Sumber :Data primer 2012 1,6667 2,1667-2,569 0,026 Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai t hitung dari hasil uji beda rata-rata dengan menggunakan Paired T Test sebesar -2,569. Nilai negatif pada harga T Test menunjukkan kemampuan sosialisasi pada klien dengan kerusakan interaksi sosial sebelum diberikan TAKS lebih kecil dibandingkan sebelum diberikan TAKS. Berdasarkan nilai signifikansi (p) = 0,026 (<0,05) maka bahwa ada beda kemampuan sosialisasi antara sebelum dengan setelah pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) pada klien dengan kerusakan interaksi sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM Soedjarwadi Klaten Jawa Tengah. PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Stres yang disebabkan karena kecemasan yang berkepanjangan dan terjadinya individu untuk tidak mempunyai kemampuan mengatasinya.hasil penelitian menunjukkan karakteristik mayoritas klien yang tidak memiliki kemampuan interaksi sosial sebelum dan sesudah TAKS terjadi pada klien yang berumur 20-40 tahun. Orang yang berumur 20-40 tahun cederung memiliki banyak hal yang harus difikirkan sehingga dapat menimbulkan stress dan akhirnya terjadi kerusakan interaksi sosial. Tahap tumbuh kembang terdapat tugas-tugas perkembangan yang harus terpenuhi. Apabila tugas-tugas tersebut tidak terpenuhi maka akan mempengaruhi hubungan sosialisasi. Misalnya: anak yang kurang kasih sayang, dukungan, perhatian dan kehangatan dari orang tua akan memberikan rasa tidak aman dan menghambat rasa percaya diri.klien yang tidak memiliki kemampuan interaksi sosial sebelum dan sesudah TAKS mayoritas berpendidikan SMP dan SMA. Orang yang mengalami kerusakan interaksi sosial ketika berpendidikan SMP dan SMA, disebabkan oleh karena masa transisi, dimana remaja menginginkan eksistensinya diakui sehingga membutuhkan perhatian. Apabila tidak memperoleh perhatian yang cukup dapat menyebabkan tidak terkontrolnya pola pikir sehingga menimbulkan masalah yang sulit diatasi oleh remaja dan akhirnya terjadi stress dan kerusakan interaksi sosial Kejadian atau perubahan dalam kehidupan sosialisasi budaya memicu kesulitan berhubungan dengan orang lain dan cara berperilaku. Klien yang tidak memiliki kemampuan interaksi sosial sebelum dan sesudah TAKS mayoritas tidak memiliki pekerjaan. Orang yang tidak bekerja kurang memiliki kegiatan atau kesibukan sehingga cara dan pola berfikir tidak luas yang dapat menyebabkan gangguan jiwa. Selain itu, gangguan jiwa juga dapat disebabkan oleh adanya kebutuhan ekonomi yang tidak terpenuhi sehingga mengganggu hubungan sosial dengan tetangga atau teman. 70

2. Kemampuan sosialisasi sebelum dilaksanakan TAKS Skor rata-rata kemampuan sosialisasi sebelum pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) pada klien dengan kerusakan interaksi sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM Soedjarwadi Klaten Jawa Tengah adalah 1,6667. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum, klien dengan kerusakan interaksi sosial di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soedjarwadi belum mempunyai kemampuan sosialisasi. Gejala klien dengan kerusakan interaksi sosial diantaranya adalah gejala subyektif yang berupa kurangnya respon verbal dan sangat singkatnya respon verbal.kemampuan sosialisasi klien sebelum diberikan TAKS masih belum baik karena berdasarkan pelaksanaan TAKS, komunikasi yang terjadi dalam hubungan interpersonal masih dalam tahap verbal yang belum sepenuhnya terbentuk dengan baik dan komunikasi non verbal masih belum terbentuk. Kurangnya komunikasi verbal dan belum baiknya komunikasi non verbal pada klien menunjukkan bahwa klien masih mengalami kerusakan interaksi sosial. Indikasi kemampuan sosialisasi yang terbentuk pada klien adalah kemampuan klien dalam menyebutkan nama panggilannya sendiri tetapi belum mampu menyebutkan nama lengkapnya sendiri, dan mampu menyebutkan tempat asal dirinya. Selanjutnya klien mampu menyebutkan nama panggilan seorang teman, tetapi belum mampu menyebutkan nama teman secara lengkap. Indikasi ini menunjukkan kemampuan respon verbal klien sudah terbentuk meskipun belum sepenuhnya baik. Adapun komunikasi non verbal pada klien sebelum diberikan TAKS masih belum baik yang dilihat kontak mata yang masih kurang dan posisi duduk masih belum baik yaitu posisi kaki ditekuk. Pemberian TAKS pada klien dengan kerusakan interaksi sosial yang dilakukan satu kali dengan 7 sesi oleh peneliti belum mampu menjadikan klien memiliki kemampuan verbal dan non verbal yang baik. Proses penyembuhan klien dari kerusakan interaksi sosial memerlukan waktu yang lama dan tidak cukup dengan dilakukan satu kali TAKS dalam 7 sesi. Namun demikian, komunikasi verbal yang ditunjukkan dengan kemampuan menyebutkan nama panggilan dan menyebutkan tempat asal diri sendiri ini merupakan indikasi telah berkembangnya konsep diri klien melalui perkembangan identitas. Kemampuan klien menyebutkan identitas diri menunjukkan bahwa klien telah memiliki kepercayaan dan harga diri yang lebih baik. Konsep ini dapat menjadi dasar untuk berkembangnya kemampuan interaksi sosial klien selanjutnya. Respon autonomy yang merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan, dalam hubungan sosial serta respon mutuality yang merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian, saling memberi dan menerima dalam hubungan interpesonal.selama proses TAKS dari sesi I sampai dengan sesi II belum terbentuk komunikasi antar individu baik verbal maupun non verbal secara umum belum terbentuk. 71

Satu-satunya sesi yang menunjukkan kemampuan verbal klien adalah pada sesi III terutama pada kemampuan verbal bertanya dan kemampuan verbal menjawab. Adapun kemampuan non verbal klien belum terbentuk. Kemampuan verbal yang terlihat pada sesi III adalah kemampuan bertanya dan menjawab dengan jelas ringkas. Klien yang mampu bertanya secara ringkas dan jelas menunjukkan bahwa klien telah memiliki keinginan untuk menyampaikan pikiran dan perasaannya yang terwujud dalam perilaku bertanya yang dilakukan secara jelas dan ringkas kepada anggota kelompok. 3. Kemampuan sosialisasi setelah dilaksanakan TAKS Skor kemampuan sosialisasi setelah pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) pada klien dengan kerusakan interaksi sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM Soedjarwadi Klaten Jawa Tengah adalah 2,1667. Setelah diberikan TAKS, klien menunjukkan bertambahnya kemampuan verbal dari sebelum diberikan TAKS dan terbentuknya kemampuan non verbal yang sebelum diberikan TAKS belum terbentuk. Peningkatan kemampuan verbal tersebut ditunjukkan oleh adanya pada kemampuan menyebut nama secara lengkap, kemampuan menyebut tempat asal, kemampuan menyebut nama panggilan teman yang sebelum diberikan TAKS belum dapat dilakukan oleh klien. Adapun peningkatan kemampuan non verbal ditunjukkan oleh adanya kontak mata yang baik pada beberapa klien. Kontak mata yang terwujud pada klien setelah diberikan TAKS menandakan bahwa klien telah mempunyai keinginan untuk terlibat dalam interaksi sosial. Komunikasi non verbal sama pentingnya dengan komunikasi verbal karena keduanya saling bekerja sama dalam proses komunikasi. Dengana danya komunikasi non verbal dapat memberikan penekanan, pengulangan, melengkapi dan mengganti komunikasi verbal sehingga lebih mudah ditafsirkan maksud pembicaraan klien. fokus terapi kelompok adalah membuat sadar diri, peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan atau ketiganya.peningkatan beberapa indikator kemampuan sosialisasi ini menunjukkan meningkatnya kesadaran klien dan terjadi peningkatan hubungan interpersonal pada klien. 4. Pengaruh pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) terhadap kemampuan sosialisasi Hasil penelitian menunjukkan p-value 0,026 < 0,05 yang artinya ada pengaruh pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) terhadap kemampuan sosialisasi pada klien dengan kerusakan interaksi sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM Soedjarwadi Klaten Jawa Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa TAKS yang diberikan pada klien dengan kerusakan interaksi sosial mampu meningkatkan kemampuan sosialisasi secara signifikan kepada klien TAKS yang diberikan kepada klien dengan kerusakan interaksi sosial di RS Dr. Soedjarwadi Klaten secara bertahap telah mampu membantu klien meningkatkan kesadaran diri dan meningkatkan hubungan interpersonal. Hal ini ditunjukkan oleh kemampuan klien untuk menyebutkan nama lengkap panggilan, nama panggilan, tempat asal dimana 72

sebelumnya klien tidak mampu menyebutkannya. Komunikasi non verbal juga terwujud dalam kontak mata. Kemampuan klien yang demikian, masih merupakan kemampuan interaksi sosial yang bersifat individu dan belum mencapai pada kemampuan interaksi kelompok dan massa. Hal ini menjadi awal dari pulihnya kemampuan sosialisasi klien. Tercapainya kemampuan interaksi kelompok pada klien memerlukan TAKS secara rutin dan lebih dari satu kali yang disertai dengan pengobatan. Pelaksanaan TAKS berikutnya pada klien dengan kerusakan interaksi sosial diharapkan dapat lebih meningkatkan kemampuan interaksi sosial yang lebih luas lagi berupa kemampuan klien untuk menyampaikan ide, pikiran, dan perasaannya sehingga klien mampu membina hubungan sosialisasi secara baik dengan lingkungan. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada di sekitarnya. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi adalah mempu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan ide serta menerima stimulus eksternal. 6 Hasil penelitian ini memiliki kelemahan yaitu tidak diberikannya jeda dalam pemberian TAKS antar sesi sehingga klien tidak ada waktu untuk mempraktikkan materi TAKS yang diberikan dalam setiap sesi. Klien yang dijadikan sampel penelitian juga tidak membedakan antara yang diberikan TAKS dan tidak diberikan TAKS sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian. KESIMPULAN 1. Skor kemampuan sosialisasi sebelum pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) pada klien dengan kerusakan interaksi sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM Soedjarwadi Klaten Jawa Tengah adalah 1,6667. 2. Skor kemampuan sosialisasi setelah pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) pada klien dengan kerusakan interaksi sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM Soedjarwadi Klaten Jawa Tengah adalah 2,1667. 3. Ada pengaruh pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) terhadap kemampuan sosialisasi klien dengan kerusakan interaksi sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM Soedjarwadi Klaten Jawa Tengah dengan t-hitung -2,569 dan p-value 0,026 < 0,05. 73

SARAN 1. Bagi Rumah Sakit Jiwa Dr. Soedjarwadi Klaten Rumah Sakit Jiwa Dr. Soedjarwadi disarankan untuk memberikan TAKS dengan frekuensi yang lebih banyak dan dengan jumlah peserta yang ideal yaitu 10-12 orang agar proses penyembuhan klien dengan kerusakan interaksi sosial dapat dilakukan lebih cepat. 2. Bagi Perawat di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soedjarwadi Klaten Perawat di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soedjarwadi Klaten dapat memanfaatkan TAKS sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan sosialisasi pada klien dengan kerusakan interaksi sosial. 3. Bagi Universitas Respati Yogyakarta Hasil penelitian agar dijadikan salah satu referensi di perpustakaan yang dapat dimanfaatkan sebagai informasi awal bagi adik-adik mahasiswa yang berminat melakukan penelitian serupa. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian serupa hendaknya memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai informasi dan memberikan jeda antara sesi 1, sesi 2, dan selanjutnya sehingga klien dapat mempraktikkan hasil TAKS yang diberikan sebelumnya. DAFTAR PUSTAKA 1. Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama. 2. Keliat, B.A., 2005. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC. 3. Riyadi, S dan Purwanto, T, 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu. 4. Keliat, B.A. dan Akemat, 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC. 5. Notoatmodjo, S. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 6. Purwaningsih, W K. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika. 74