HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI BAB I

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

Keywords : Mosquito breeding eradication measures, presence of Aedes sp. larvae.

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular

HUBUNGAN PELAKSANAAN PSN 3M DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD MAKASSAR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

HUBUNGAN ANTARA TINDAKAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK AEDES

Unnes Journal of Public Health

BAB I LATAR BELAKANG

Sitti Badrah, Nurul Hidayah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman 1) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN ABIANBASE KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG TAHUN 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG

HUBUNGAN PERILAKU PSN TERHADAP KEBERADAAN LARVA AEDES AEGYPTI DI WILAYAH KERJA PELABUHAN KETAPANG BANYUWANGI

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH KADER JUMANTIK DI PUSKESMAS GAYAMSARI SEMARANG

HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

Hubungan Faktor Lingkungan Fisik Rumah, Keberadaan Breeding Places, Perilaku Penggunaan Insektisida dengan Kejadian DBD Di Kota Semarang

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: OKVI NURNGAINI J PROGRAM FAKULTAS i

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KELUARGA TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN PANCORAN MAS ABSTRAK

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

JURNAL. Suzan Meydel Alupaty dr. H. Hasanuddin Ishak, M.Sc,Ph.D Agus Bintara Birawida, S.Kel. M.Kes

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: HAFSHAH RIZA FAWZIA J

: Suhu, Kelembaban, Perilaku Masyarakat dan Keberadaan jentik

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto L, dr., MH

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagianpersyaratan guna mencapai derajat sarjana strata 1 kedokteran umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

HUBUNGAN KEBERADAAN JENTIK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

SUMMARY HASNI YUNUS

ABSTRAK. Pembimbing II : Kartika Dewi, dr., M.Kes., Sp.Ak

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

HUBUNGAN PAPARAN MEDIA INFORMASI DENGAN PENGETAHUAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE PADA IBU-IBU DI KELURAHAN SAMBIROTO SEMARANG

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan ditularkan oleh nyamuk

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PERILAKU 3M DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK DI DUSUN TEGAL TANDAN, KECAMATAN BANGUNTAPAN, KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DAN LINGKUNGAN FISIK DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI RW.XII KELURAHAN SENDANGMULYO TEMBALANG SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKUDENGAN KEJADIAN CHIKUNGUNYA DI DUSUNPRINGWULUNG, CONDONG CATURDEPOK SLEMAN.

Lesly Joclin Efruan * ), dr.zaenal Sugiyanto, M.Kes ** ) Jl. Nakula 1 No Semarang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI PUSKESMAS GOGAGOMAN KOTA KOTAMOBAGU.

BAB III METODE PENELITIAN

Ni Luh Puspareni¹, I Made Patra², Ni Ketut Rusminingsih³

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

ANALISIS KEBERADAAN KONTAINER DAN KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti DI KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

SKRIPSI. HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN FISIK, KIMIA, SOSIAL BUDAYA DENGAN KEPADATAN JENTIK (Studi di Wilayah Kecamatan Gunung Anyar Kota Surabaya)

HubunganLingkungan Fisik dan Tindakan PSN dengan Penyakit Demam Berdarah Dengue di Wilayah Buffer Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Samarinda

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN RUMAH DAN KEPADATAN PENDUDUK DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIPATANA.

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti sp. DAN INTERVENSI PENGENDALIAN RISIKO PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PADANG TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA MEMASANG KAWAT KASA, MENGGANTUNG PAKAIAN DI DALAM RUMAH, DAN KEMAMPUAN MENGAMATI JENTIK DENGAN KEJADIAN DBD

HUBUNGAN JUMLAH PENGHUNI, TEMPAT PENAMPUNGAN AIR KELUARGA DENGAN KEBERADAAN LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD KOTA MAKASSAR

Al-Sihah : Public Health Science Journal. Sulaemana Engkeng 1, Roy Max Dotulong Mewengkang 2

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata kunci: DBD, Menguras TPA, Menutup TPA, Mengubur barang bekas

GAMBARAN FAKTOR KEBERHASILAN KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG DALAM PROGRAM KAWASAN BEBAS JENTIK

HUBUNGAN KEBERADAAN JENTIK

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: INDRIANI KUSWANDARI

SURVEI ENTOMOLOGI, MAYA INDEX DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK TERHADAP KEPADATAN LARVA

FAKTOR KEBERADAAN BREEDING PLACE DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI SEMARANG

PERBEDAAN PENGETAHUAN PEMANTAUAN JENTIK SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN (Studi Pada Siswa Kelas V SDN Karsamenak Kota Tasikmalaya Tahun 2017)

Fajarina Lathu INTISARI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Padukuhan VI Sonosewu

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh AGUS SAMSUDRAJAT J

HUBUNGAN PRAKTIK PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KBERADAAN JENTIK

ABSTRACT

Public Health Perspective Journal. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Praktik PSN-DBD Keluarga di Kelurahan Mulyoharjo

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar

Efryanus Riyan* La Dupai** Asrun Salam***

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES AEGYPTI DENGAN KEBERADAAN LARVA DI KELURAHAN KASSI-KASSI KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan. salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung

Transkripsi:

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI BAB I NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh: DHINA SARI J 410 080 043 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 1

2

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI Dhina Sari 1, Sri Darnoto 2*, Tri Puji Kurniawan 2* 1 Alumni Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ²Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Indonesia merupakan salah satu negara endemis DBD yang setiap tahun terjadi KLB. Kabupaten Boyolali merupakan salah satu kota dari bagian Propinsi Jawa Tengah yang mempunyai jumlah kasus DBD yang tinggi, selama tiga tahun terakhir kasus DBD tertinggi dari tiga belas kecamatan di Kabupaten Boyolali terdapat di Kecamatan Ngemplak. Desa Gagak Sipat termasuk wilayah kerja Puskesmas Ngemplak yang endemis DBD dan memiliki Angka Bebas Jentik (ABJ) sangat rendah yaitu kurang dari 95%. Kejadian DBD di Desa Gagak Sipat dari tiga tahun terakhir sebanyak 27 kasus dengan nilai ABJ di tahun 2010 yaitu 72% dan 76% pada tahun 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara breeding place dan perilaku masyarakat dengan keberadaan jentik vektor DBD di Desa Gagak Sipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali tahun 2012. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan Cross Sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh rumah di Desa Gagak Sipat sebanyak 2137 rumah dengan sampel sebanyak 96 responden. Teknik pengambilan sampel adalah imple random sampling. Hasil penelitian ini di uji secara statistik dengan uji Chi Square pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian uji bivariat dengan Chi Square menunjukkan ada hubungan antara breeding place (p=0,001) dan ada hubungan antara perilaku masyarakat (p=0,022) dengan keberadaan jentik vektor DBD di Desa Gagak Sipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. Sebaiknya penelitian ini dilakukan dengan jumlah wilayah yang lebih luas dan dengan jumlah sampel yang lebih banyak. Kata kunci masyarakat. : Keberadaan jentik vektor DBD, breeding place, perilaku 3

ABSRACT Indonesia is one of endemic DHF the country that always generate an extraordinary occurrence in every year. Boyolali regency is one of city from java center propince have high DHF case, the last three year s highes DHF case from threeteen sub-district in Boyolali regency is Ngemplak sub-district. Gagak Sipat village is inclusing the public health of Ngemplak area that endemic DHF and than have Free Number of Larvae (FNL) very lower was under 95%. The Incident of DHF in Gagak Sipat village from the last three year s have 27 cases toward FNL in 2010 year is 72% and 76% in 2011 year. The result of this research purpose was to know related between breeding place and the public behavior toward existence larvae vector DHF in Gagak Sipat village of Ngemplak subdistrict Boyolali regency in 2012 year. Type of research is observasional research with device of cross sectional. Approach population at this research is all house in Gagak Sipat village as many as 2137 house with samples as many as 96 respondents. The sampling technique is simple random sampling. The data is analyzed with Chi Square test at level confident 95%. The result of research bivariate test with Chi Square showed that there was relationship between breeding place (p=0,001) and there was relationship between society behavior (p=0,022) toward existence larvae vector DHF in Gagak Sipat village of Ngemplak sub-district Boyolali regency. The research is better with amount of larger regions and with amount of the most sampel. Key words: existence larvae vector DHF, breeding place, society behavior. PENDAHULUAN Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Di Indonesia merupakan daerah endemis DBD yang setiap tahunya terjadi KLB dan memiliki jumlah kasus Demam Berdarah cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya angka Demam Berdarah di berbagai kota di Indonesia disebabkan oleh sulitnya pengendalian penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti (Brahim dan Hasnawati, 2010). 4

Kabupaten Boyolali merupakan salah satu kota dari bagian Propinsi Jawa Tengah yang mempunyai jumlah kasus DBD tinggi. Kasus DBD di Kabupaten Boyolali tahun 2009 mencapai 326 kasus dengan jumlah kematian 4 orang, tahun 2010 terjadi 403 kasus dengan jumlah kematian 7 orang, dan pada tahun 2011 terjadi 82 kasus dengan angka kematian 1 orang atau. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa angka kasus terbesar terjadi pada tahun 2010 yaitu 403 kasus dengan 7 angka kematian, sedangkan untuk tahun 2012 hingga bulan Juli ada 79 kasus dengan 1 angka kematian (Dinkes Boyolali, 2012). Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti di Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali diperoleh data bahwa angka kejadian DBD dari ketiga belas kecamatan di Kabupaten Boyolali pada tahun 2009 s/d bulan Juli tahun 2012, data tertinggi terdapat di Kecamatan Ngemplak. Data yang dihimpun dari Puskesmas Ngemplak diperoleh hasil, angka kejadian DBD di Kecamatan Ngemplak untuk tahun 2009 sebanyak 51 kasus, tahun 2010 sebanyak 81 kasus, tahun 2011 sebanyak 21 kasus, dan 5 kasus untuk tahun 2012 s/d bulan Juli (Dinkes Boyolali, 2012). Keberadaan jentik di suatu wilayah diketahui dengan indikator Angka Bebas Jentik (ABJ). Peningkatan jumlah kasus tersebut didukung rendahnya ABJ. Indikator keberhasilan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) adalah terwujudnya ABJ yaitu lebih dari 95% (Brahim dan Hasnawati, 2010). Berdasarkan hasil survei pendahuluan didapatkan jumlah kasus terbanyak di Kecamatan Ngemplak dari tahun 2009 hingga tahun 2012 bulan Juli ada di Desa Ngesrep dan Desa Gagak Sipat, yaitu Desa Ngesrep berjumlah 28 kasus dan Desa 5

Gagak Sipat berjumlah 27 kasus, tetapi untuk nilai ABJ Desa Gagak Sipat masih lebih rendah dibandingkan Desa Ngesrep. Desa Gagak Sipat pada tahun 2010 nilai ABJ 72%, sedangkan untuk Desa Ngesrep tahun 2010 ABJ 79% (Puskesmas Ngemplak, 2010). Nilai ABJ untuk tahun 2011 peneliti mendapatkan data dari para kader kesehatan di Desa Gagak Sipat dengan ABJ 76%, dan dari kader di Desa Ngesrep yaitu 79%. Nilai ABJ tersebut masih rendah dari nilai indikator keberhasilan ABJ yaitu 95% terutama nilai ABJ di Desa Gagak Sipat, maka sangat perlu diwaspadai, karena rendahnya ABJ menjadikan risiko adanya penyakit DBD terutama di Desa Gagak Sipat. Oleh karena itu penting untuk dilakukan penelitian di Desa Gagak Sipat mengenai tempat perindukan nyamuk (breeding place) dan perilaku masyarakat yang meliputi pemeriksaan Tempat Penampungan Air (TPA) terdiri dari TPA untuk keperluan sehari-hari, TPA bukan untuk keperluan sehari-hari, TPA alamiah, dan perilaku dalam pencegahan dan pemberantasan DBD dengan keberadaan jentik vektor DBD. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah yang ada di Wilayah Desa Gagak Sipat sebanyak 2137 rumah. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 96 rumah yang diambil dengan menggunakan sample random sampling. Proses pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi dengan menggunakan instrumen penelitian berupa lembar soal dan check list. Lokasi penelitian di Desa Gagak Sipat 6

Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. Variabel bebasnya adalah breeding place dan perilaku masyarakat, vareiabel terikatnya adalah keberadaan jentik vektor DBD. Untuk menganalisis data digunakan uji Chi Square. HASIL PENELITIAN Desa Gagak Sipat merupakan satu dari 208 desa atau kelurahan yang ada di wilayah Kabupaten Boyolali dan salah satu desa yang memiliki jumlah penduduk terbanyak dan terluas se-kecamatan Ngemplak yang terdiri dari 4 kadus dengan 13 RW dan 49 RT. Uji statistik hubungan antara variabel bebas dengan keberadaan jentik vektor DBD di Desa Gagak Sipat: a. Hubungan antara Tempat Perindukan Nyamuk (Breeding Place) dengan Keberadaan Jentik Vektor DBD. Tabel Analisis Hubungan antara Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Jentik Vektor DBD Tempat Keberadaan Jentik Vektor DBD Perindukan Total (Breeding Positif jentik Negatif jentik Place) f % f % f % Banyak 23 53,5 20 46,5 43 100 Sedikit 11 20,8 42 79,2 53 100 Total 34 35,4 62 64,6 96 100 ρ 0,001 Berdasarkan hasil uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai ρ-value sebesar 0,001 (ρ-value > α 0,05). Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara tempat perindukan nyamuk 7

(breeding place) dengan keberadaan jentik vektor DBD di Desa Gagak Sipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. b. Hubungan antara Perilaku Masyarakat dalam Pelaksanaan Pencegahan dan Pemberantasan DBD dengan Keberadaan Jentik Vektor DBD. Tabel Hubungan antara Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Jentik Vektor DBD Keberadaan jentik vektor DBD Perilaku Positif jentik Negatif jentik Total f % f % f % Baik 12 24,5 37 75,5 49 100 Buruk 22 46,8 25 53,2 47 100 Total 34 35,4 62 64,6 96 100 ρ 0,022 Berdasarkan hasil uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai ρ-value sebesar 0,022 (ρ-value α 0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara perilaku masyarakat dalam pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan DBD dengan keberadaan jentik vektor DBD di Desa Gagak Sipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. PEMBAHASAN Secara umum Desa Gagak Sipat merupakan endemis DBD dan memiliki nilai ABJ yang sangat rendah yaitu tahun 2010 ABJ 72% dan 76% untuk tahun 2011. Rendahnya ABJ ini memungkinkan adanya peluang terjadinya transmisi virus Dengue. Banyaknya Tempat Penampungan Air (TPA) di daerah Gagak Sipat yang ditunjukkan dengan padatnya pemukiman penduduk dapat berpotensi menjadi tempat perindukan vektor DBD. 8

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 96 responden di Desa Gagak Sipat, semuanya memiliki tempat penampungan air yang berpotensi menjadi tempat perindukan nyamuk, keberadaan jentik nyamuk dan penghuni berperilaku kurang baik terkait pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan DBD. Sampel penelitian mayoritas responden adalah ibu atau kaum perempuan dengan persentase 69,79% atau 67 responden. Hal ini dikarenakan pada saat dilaksanakan penelitian yaitu di waktu pagi hari, responden yang ada di rumah kebanyakan ibu atau kaum perempuan, hal ini juga mendukung dalam penelitian terkait variabel perilaku pencegahan dan pemberantasan DBD, dimana dalam mengurus rumah tangga termasuk dalam melakukan kegiatan kebersihan rumah adalah kaum perempuan. A. Hubungan antara Tempat Perindukan Nyamuk dengan Keberadaan Vektor DBD Hasil analisis uji Chi Square didapatkan nilai p = 0,001 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara jenis tempat perindukan dengan keberadaan jentik vektor DBD. Keberadaan jentik vektor DBD di Desa Gagak Sipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali tahun 2012 tergantung dari tempat perindukan nyamuk. Hal ini karena ditemukannya banyak tempat perindukan nyamuk di sebagian rumah responden dengan keberadaan jentik vektor DBD. Keberadaan tempat perindukan nyamuk sangat berperan dalam keberadaan vektor DBD, karena semakin banyak tempat perindukan maka akan semakin padat populasi vektor DBD. 9

Berdasarkan hasil penelitian dari 96 responden diketahui bahwa semua responden memiliki tempat penampungan air yang dapat dijadikan tempat perindukan nyamuk, tetapi tempat perindukan yang dinyatakan banyak dan positif jentik sebanyak 23 (53,5%), sedangkan tempat perindukan yang dinyatakan sedikit dan negatif jentik sebanyak 42 (79,2%). Banyak dan beragamnya jenis tempat penampungan air responden sangat berpotensi bagi vektor DBD terutama nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus untuk bertelur dan telah menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk dengan adanya jentik dalam tempat penampungan air tersebut. Keadaan ini hampir sama dengan penelitian Nurngaini (2011) yang menunjukkan bahwa adanya hubungan antara tempat perindukan nyamuk dengan kejadian Chikungunya. Tetapi hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2009) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tempat perindukan nyamuk dengan keberadaan jentik Aedes aegypti, karena dalam penelitian tersebut ditemukannya tempat perindukan pada semua rumah responden, yang mana dalam penelitian didapatkan hasil bahwa semua rumah responden termasuk dalam kategori ada tempat perindukan nyamuk, sehingga dalam analisis SPSS didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara tempat perindukan nyamuk buatan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti. Menurut Sembel (2008) dalam mencegah akan keberadaan jentik DBD maka perlu adanya pengendalian, salah satunya melalui sanitasi lingkungan yaitu membersihkan atau mengeluarkan tempat-tempat pembiakan nyamuk 10

seperti barang-barang bekas harus dapat dipendam atau dibakar. Selain itu tempat-tempat penampungan air temasuk sumur harus dibersihkan untuk mengeluarkan atau membunuh telur-telur, jentik-jentik, dan pupa-pupa nyamuk. B. Hubungan antara Perilaku dalam Pelaksanaan Pencegahan dan Pemberantasan DBD dengan Keberadaan Vektor DBD. Hasil analisis uji Chi Square diketahui ada hubungan antara perilaku dengan keberadaan jentik vektor DBD di Desa Gagak Sipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali yang ditunjukkan nilai p = 0,002 ρ-value = 0,002 0,05. Hal ini dikarenakan adanya keberadaan jentik di tempat penampungan air di rumah responden yang menunjukkan bahwa perilaku responden belum baik atau buruk. Responden banyak yang belum melakukan 3 M secara baik seperti menutup penampungan air, yang hampir di semua rumah responden tidak ada tutup penampungan air, kurangnya pemahaman responden di wilayah tersebut terhadap penyakit DBD yang mengakibatkan ketidak adanya kesadaran masyarakat setempat dalam mencegah penyakit DBD salah satunya dalam menguras tempat penampungan air dan pemberian tutup pada tempat penampungan air, selain itu banyaknya tempat penampungan air yang digunakan responden memperburuk keadaan tersebut karena banyaknya tandon yang digunakan mengakibatkan banyaknya pula jentik di berbagai bejana. Berdasarkan hasil penelitian ini, juga banyak responden yang belum melaksanakan pencegahan dan pemberantasan DBD secara kimia dan biologi, 11

secara kimia dapat dilakukan dengan menaburkan bubuk abate pada tempattempat penampungan air, akan tetapi bubuk abate sangat jarang digunakan responden karena mereka memiliki bubuk abate hanya apabila mendapatkan secara gratis dari instansi kesehatan, hal ini juga didukung karena kurangnya pengetahuan masyarakat setempat akan manfaat bubuk abate terutama bagi yang memiliki tempat-tempat penampungan air yang besar. Hal ini tentunya juga dapat menambah resiko bagi jentik nyamuk Aedes aegypti untuk hidup dan berkembangbiak pada tempat-tempat penampungan air. Pencegahan dan pemberantasan DBD secara biologi yang dilakukan dengan cara memelihara ikan pada tempat-tempat penampungan air juga belum dilakukan responden. Sebenarnya cara ini adalah cara alamiah dan cara yang cukup efektif untuk membasmi jentik Aedes aegypti, akan tetapi responden enggan melaksanakannya karena ikan yang dipelihara akan menyebabkan bau amis pada tempat penampungan air responden selain itu responden tidak mengetahui akan manfaat memelihara ikan pada tempat penampungan air. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nur aini (2006), bahwa ada hubungan antara perilaku responden dengan keberadaan jentik Aedes aegypti, selain itu juga sejalan dengan penelitian Nugroho (2009) yang menyatakan ada hubungan antara PSN DBD dengan keberadaan jentik Aedes aegypti. Notoadmodjo (2003) menyatakan bahwa bentuk perilaku seseorang itu ada 2 yaitu perilaku aktif dan perilaku pasif. Perilaku aktif seperti perilaku responden terhadap upaya pencegahan terjadinya DBD dapat berupa tindakan 12

untuk menambah pengetahuan mengenai penyakit DBD, upaya membersihkan dalam rumah atau luar rumah, sementara perilaku pasif adalah perilaku responden yang cenderung jarang membersihkan rumah meskipun memiliki pengetahuan penyakit DBD. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Ada hubungan antara tempat perindukan nyamuk (breeding place) dan perilaku masyarakat dalam pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan DBD dengan keberadaan jentik vektor DBD di Desa Gagak Sipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. Saran 1. Bagi Instansi Puskesmas a. Peningkatan penyuluhan secara intensif, guna memberikan pemahaman terhadap masyarakat tentang penyebab, gejala dan pencegahan penyakit DBD. b. Koordinasi dengan bidan desa dan kader-kader jumantik agar dapat melaksanakan pemeriksaan jentik berkala, guna memantau nilai ABJ di masing-masing wilayah. c. Memberikan bubuk abate kepada masyarakat terutama yang memiliki tandon atau tempat penampungan air dengan volume yang besar. 13

2. Bagi masyarakat lebih memperhatikan kegiatan pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan DBD secara mandiri dan teratur yang dapat mengurangi keberadaan jentik dan penularan penyakit DBD dapat ditekan. 3. Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang belum diteliti yang berhubungan dengan keberadaan jentik vektor DBD. Misalnya kondisi fisik rumah, suhu, kelembaban, dan kadar Ph pada jenis tempat-tempat penampungan dengan keberadaan jentik vektor DBD. DAFTAR PUSTAKA Brahim R, Hasnawati. 2010. Demam Berdarah Dengue. Buletin Jendela Epidemiologi. Vol.2. Agustus 2010. Dinkes Boyolali. 2012. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali 2012. Boyolali: Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali. 14

Notoatmodjo S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta. Nugroho FS. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. [Skripsi]. Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Nur aini AD. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Wilayah Kerja Puskesmas Karang Malang Kabupaten Sragen. [Skripsi]. Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Nurngaini Okvi. 2011. Hubungan Faktor Lingkungan Fisik dengan Kejadian Penyakit Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas Ampel I Kebupaten Boyolali. [Skripsi]. Boyolali. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Puskesmas Ngemplak. 2011. Profil Puskesmas Ngemplak Kabupaten Boyolali 2011. Boyolali: Profil Puskesmas Ngemplak. Sembel, DT. 2008. Entomologi Kedokteran. Edisi 1. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET. 15