II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 250), efektivitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran dapat dimaknai sebagai landasan dasar untuk membentuk. atau mendisain program pembelajaran didalam kelas.

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian masalah bilangan pengertian tersebut terdapat pada Kamus Besar

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemahaman konsep, konsep luas persegi panjang, model pembelajaran kooperatif

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar, diantaranya adalah

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

II. KAJIAN PUSTAKA. menyampaikan sesuatu seperti menjelaskan konsep dan prinsip kepada siswa.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:17) menjelaskan bahwa belajar

TINJAUAN PUSTAKA. siswanya dan dalam perencanaannya berupa suatu metode pembelajaran, agar tercapailah

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. kuantitas dalam menghubungkan ide-ide yang sudah ada sebelumnya.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pernyataan Suherman, dkk. (2003: 25) bahwa matematika. matematika haruslah ditempatkan pada prioritas yang utama.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

I. PENDAHULUAN. untuk lebih menyiapkan anak didik dengan keterampilan-keterampilan baru,

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 2, Tahun 2012 Istiningrum & Sukanti Halaman 64-79

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS Model Pembelajaran Cooperative Learning Pengertian Model Pembelajaran

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mempersiapkan ataupun memperbaiki

TINJAUAN PUSTAKA. yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan. untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat,

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek yang biasanya

Peningkatan Hasil Belajar PKn Materi Organisasi melalui Model Numbered Head Together di Kelas V. Endah Tri Wahyuni

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah

HASIL DAN PEMBAHASAN. pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebesar

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pengertian Belajar Menurut Nasution (1982 : 2) belajar adalah perubahan tingkah laku akibat pengalaman

5. Siswa menerangkan kembali penjelasan kelompoknya kepada teman yang belum memahami materi 6. Guru meminta siswa mengerjakan latihan-latihan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif didasari oleh falsafah homo homini socius. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antara individual dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Matematika juga mempunyai peranan dalam berbagai disiplin ilmu lain,

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktivitas fisik semata. Siswa

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu pendidikan.

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

BAB II KAJIAN TEORITIS

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

I. PENDAHULUAN. dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya. Dengan. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

Disusun oleh : Nurul Fitria Febriyanti ( ) Puput Wulandari ( ) Zafira Syajarotun ( ) Mega Ayu Setyana ( )

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Cut Eva Nasryah 1) Arief Aulia Rahman 2) 2) Universitas Negeri Medan, Jalan William Iskandar Pasar 5 Medan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

I. PENDAHULUAN. Dari hasil observasi peneliti, menunjukkan bahwa kondisi pembelajaran mata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran dapat di artikan sebagai pedoman atau acuan dalam menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis (teratur) dalam pengorganisasian kegiatan (kompetensi belajar). Menurut Egge, dkk (Uno dan Mohamad, 2013: 107) pembelajaran kooperatif adalah sekumpulan strategi mengajar yang digunakan guru agar saling membantu dalam mempelajari sesuatu. Menurut Suprijono (2011: 46) model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan rancangan pembelajaran yang dijadikan pedoman atau acuan para guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik yang lebih baik. Model pembelajaran ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah. Suyanto dan Jihad (2013: 142) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif atau cooperative

11 learning merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif menempatkan siswa dalam satu kelompok dengan struktur kelompok yang heterogen dan siswa dilatih agar dapat bekerja sama dan bertukar pengetahuan dengan baik. Dengan menonjolkan interaksi dalam kelompok, model pembelajaran kooperatif dapat membuat siswa menerima siswa lain yang berkemampuan serta berlatar belakang yang berbeda. Shlomo Sharan (Uno dan Mohamad, 2013: 120), mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajaran harus memenuhi tiga kondisi, yaitu (a) adanya kontak langsung, (b) sama-sama berperan serta dalam kerja kelompok, dan (c) adanya persetujuan antar anggota dalam kelompok tentang setting kooperatif tersebut. Suyanto dan Jihad (2013: 142) mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif yaitu (a) bertujuan menuntaskan materi yang dipelajari dengan cara siswa belajar dalam kelompok, (b) anggota kelompok memiliki kemampuan yang heterogen, dan (c) penghargaan atas keberhasilan kelompok lebih diutamakan daripada perorangan. Model cooperative learning memiliki beberapa manfaat, diantaranya (a) mengajarkan siswa untuk mengurangi ketergantungannya pada guru, (b) siswa menjadi lebih percaya pada kemampuan diri sendiri sehingga siswa berani mengungkapkan ide-ide serta belajar bertanggung jawab dan belajar menerima perbedaan, (c) mempertinggi kemampuan siswa untuk menggunakan informasi dan keteranagn pelajaran abstrak yang kemudian dapat diubah menjadi suatu

keputusan yang riil, dan (d) memberikan kesempatan pada siswa untuk membandingkan jawaban dan mencocokkannya dengan jwaban yang benar. 12 Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif menurut Suyanto dan Jihad (2013: 144) yang disajikan dalam Tabel 2.1 berikut : Tabel 2.1. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif FASE KE- INDIKATOR 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. AKTIVITAS/ KEGIATAN GURU Guru mengomunikasikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar dengan baik. 2 Menyajikan informasi. Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompokkelompok belajar. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan tugas belajar secara efisien. Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar. 5 Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masingmasing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. 6 Memberikan penghargaan. Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok secara proporsional. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa yang tergabung dalam kelompok harus menjalin kerjasama yang baik serta harus menyadari bahwa setiap anggota kelompok mempunyai akibat langsung dalam keberhasilan kelompoknya.

13 2. Pembelajaran Koopertif Tipe NHT Model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together (NHT) atau penomoran merupakan suatu model pembelajaran yang menuntut siswa untuk mampu menggali berbagai informasi terkait materi pembelajaran. NHT pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Model pembelajaran NHT merupakan sebuah varian dari Group Discussion, namun pada NHT hanya ada satu siswa yang mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil diskusi, tetapi sebelumnya tidak diberi tahu siapa yang akan menjadi wakil dari kelompok tersebut. Lie (2004: 59) mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Model pembelajaran NHT dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dengan melibatkan siswa secara langsung dalam menelaah materi pelajaran dan mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Ibrahim (Istiyati, 2002: 4) terdapat tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran NHT, yaitu (1) hasil belajar akademik struktural yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, (2) pengakuan adanya keragaman yang bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang, serta (3) pengembangan keterampilan sosial.

Nurhadi (2004: 121) mengemukakan bahwa pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terdiri dari 4 tahap, yaitu : a. Penomoran (Numbering), guru mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok beranggotakan 3-5 siswa dengan ke-mampuan akademik yang berbeda, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. b. Pengajuan pertanyaan (Questioning), guru mengajukan pertanyaan kepada para siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum. c. Berpikir bersama (Heads Together), siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut. Ketika siswa berpikir secara bersama-sama maka akan terjadi sebuah interaksi yang akan membuat siswa lebih aktif mengomunikasikan ide atau pendapat. d. Pemberian jawaban (Answering), guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas. 14 Sedangkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Lie (Apriandi, 2012: 30) adalah sebagai berikut : a. Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor. b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. c. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawabannya. d. Guru menyebutkan salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang disebut melaporkan hasil kerjasama mereka. Teknis pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam penelitian ini yaitu guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan struktur kemampuan anggota yang heterogen dan masing-masing anggota diberi nomor (numbering). Guru mengajukan beberapa pertanyaan secara acak kepada siswa sebelum kegiatan diskusi dimulai (questioning). Kemudian guru membagikan lembar kerja kepada masing-masing kelompok yang akan dipikirkan secara bersama-sama dalam kelompok (heads together). Setelah selesai mengerjakan

15 lembar kerja yang diberikan, guru memanggil nomor secara acak dari masingmasing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya (answering). Dengan adanya pembelajaran kooperatif tipe NHT diharapkan siswa dapat menerima perbedaan pendapat, bekerjasama dengan teman yang berlatar belakang berbeda, dan memahami konsep pembelajaran karena terlibat secara langsung dalam diskusi. Suwarno (2008: 9-11) mengemukakan beberapa kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu (a) terjadinya interaksi antara siswa melalui diskusi/siswa secara bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, (b) siswa pandai maupun siswa lemah sama-sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif yang memungkinan konstruksi pengetahuan akan manjadi lebih besar sehingga siswa dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan, (c) dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan, dan (d) dengan pemanggilan secara acak, membuat setiap siswa memiliki tanggung jawab yang lebih untuk memahami materi karena mereka memiliki peluang yang sama untuk mempresentasikan hasil diskusi. Adapun kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu (a) siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah, (b) proses diskusi dapat berjalan lancar jika ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai, dan (c) pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus.

16 3. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang paling sederhana. Dalam pembelajaran tipe STAD, siswa dibagi ke dalam tim heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa. Menurut Utami (2011: 25) model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division merupakan salah satu tipe pembelajaran yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. STAD dapat digunakan untuk memberikan pemahaman konsep materi yang sulit kepada siswa dengan materi yang telah dipersiapkan oleh guru melalui lembar kerja. Teknik instruksional dalam pembelajaran tipe STAD menurut Slavin (2008: 143) terdiri dari lima langkah, yaitu : a. Presentasi. Pada awalnya guru menyampaikan garis besar materi dengan ceramah atau tanya jawab. Dan siswa harus memperhatikan dengan baik karena materi yang disampaikan akan sangat membantu siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok. b. Team Work. Guru membagikan lembar kerja kepada masing-masing kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari oleh mereka. Siswa dimotivasi untuk saling membantu satu dengan yang lainnya dan menyakinkan bahwa setiap anggota kelompoknya memahami dan mengerti materi. c. Kuis/tes. Siswa diberikan kuis berdasarkan materi mingguan secara individual dan tanpa saling membantu satu dengan yang lainnya. d. Nilai perkembangan individu. Tim/kelompok yang memperoleh nilai tertinggi berdasarkan poin peningkatan individu akan menjadi pemenang. Kriteria poin peningkatan individu menurut Slavin (2008: 159) disajikan pada tabel berikut : Tabel 2.2. Cara Perhitungan Skor Peningkatan Individu Skor Tes Skor Perkembangan Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 5 10 poin hingga 1 poin dibawah skor awal 10 Skor awal hingga 10 poin diatas skor awal 20 Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30 Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30

e. Penghargaan tim. Hasil tes siswa diberi poin peningkatan yang ditentukan berdasarkan selisih skor tes terdahulu. Setelah poin peningkatan individu dihitung, tim kemudian diberikan penghargaan berdasarkan poin kelompok. Untuk menentukan poin kelompok digunakan rumus berikut : 17 Keterangan : Nk = poin peningkatan kelompok Menurut Slavin (2008: 160) terdapat tiga kriteria penghargaan berdasarkan poin peningkatan kelompok, dengan modifikasi sebagai berikut : Tabel 2.3. Kriteria Penghargaan Kelompok Kriteria Predikat Kelompok Nk < 15 Cukup 15 Nk 25 Baik Nk > 25 Sangat Baik Teknis pelaksaaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam penelitian ini yaitu membagi siswa kedalam kelompok-kelompok kecil yang berangotakan 5-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan materi secara garis besar kemudian siswa duduk berkelompok. Guru membagikan lembar kerja yang telah dipersiapkan kepada masing-masing kelompok. Guru menjadi fasilitator dalam jalannya diskusi di kelas untuk memastikan semua siswa terlibat diskusi secara aktif. Setelah selesai mengerjakan lembar kerja, guru meminta setiap kelompok mengirimkan perwakilannya untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapan mengenai hasil diskusi kelompok yang menyajikan. Kemudian guru memberikan soal kuis dan siswa mengerjakan soal tersebut secara individu, bentuk soalnya ialah soal uraian.

Selanjutnya guru menghitung poin individu dan kelompok, kelompok yang mendapatkan poin tertinggi diberi penghargaan. 18 Setiap penggunaan model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Beberapa kelebihan pembelajaran tipe STAD menurut Ruhadi (Susanti, 2012: 19) yaitu (a) terjadi interaksi yang postif atau kerjasama antara guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar, (b) siswa cenderung aktif dalam pembelajaran serta mendorong siswa untuk menghargai pendapat orang lain, dan (c) meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Adapun kekurangan/kelemahan pembelajaran tipe STAD yaitu (a) guru dituntut untuk bekerja cepat dalam menyelesaikan tugas yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran, (b) jika jumlah siswa terlalu banyak maka guru kurang maksimal dalam mengamati kegiatan belajar kelompok, dan (c) siswa kurang serius dalam berdiskusi karena hanya mengandalkan siswa yang pandai saja untuk mempresentasikan hasil diskusi. 4. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Belajar matematika merupakan proses aktif siswa untuk merekonstruksi makna atau konsep-konsep matematika. Aristoteles (Wikipedia, 2014) menyatakan dalam bukunya yang berjudul "The classical theory of concepts" bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia. Hal ini berarti, bahwa belajar matematika merupakan proses untuk menghubungkan materi yang dipelajari dengan pemahaman yang dimiliki.

19 Pemahaman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 714) adalah proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan. Hiebert dan Carpenter (Santoso, 2014) menyatakan bahwa pemahaman merupakan aspek yang sangat mendasar dalam belajar dan setiap pembelajaran matematika seharusnya lebih memfokuskan untuk menanamkan konsep berdasarkan pemahaman karena matematika tidak ada artinya jika hanya dihafalkan saja. Oleh karena itu, pemahaman konsep matematis menjadi salah satu tujuan pembelajaran matematika. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 520) konsep adalah rancangan, ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret. Adapun Winkel (2004: 44) mendefinisikan konsep sebagai suatu sistem satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri sama. Sedangkan matematis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 637) adalah sesuatu yang bersangkutan dengan matematika, bersifat matematika, sangat pasti dan tepat. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pemahaman konsep matematis adalah kemampuan siswa untuk mengemukakan kembali baik secara lisan maupun tulisan kepada orang lain tentang gagasan atau ide yang telah dipahaminya serta dapat mengelompokkan objek yang merupakan contoh dan bukan contoh dari ide atau gagasan tersebut. Depdiknas menjelaskan bahwa penilaian perkembangan anak didik dicantumkan dalam indikator dari kemampuan pemahaman konsep sebagai hasil belajar matematika. Berdasarkan Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/ Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004, indikator-indikator pemahaman konsep tersebut adalah sebagai berikut :

a. Menyatakan ulang suatu konsep, yaitu siswa mampu mengungkapkan kembali apa yang telah diperolehnya. b. Kemampuan mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsep, yaitu siswa mampu mengelompokkan suatu objek menurut jenisnya berdasarkan sifat-sifat yang terdapat dalam materi. c. Kemampuan memberi contoh dan bukan contoh, yaitu siswa mampu untuk membedakan contoh dan bukan contoh dari suatu materi/permasalahan yang diberikan. d. Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, yaitu siswa mampu memaparkan konsep secara berurutan yang bersifat matematis. e. Kemampuan mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep, yaitu siswa mampu mengkaji syarat perlu dan syarat cukup yang terkait dalam suatu konsep materi. f. Kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu, yaitu kemampuan siswa menyelesaikan soal dengan tepat sesuai dengan prosedur. g. Kemampuan mengaplikasikan konsep atau algoritma kedalam pemecahan masalah adalah kemampuan siswa menggunakan atau mengaplikasikan konsep serta prosedur dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. 20 Pemahaman konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa dapat menyatakan ulang sebuah konsep, mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis, dapat menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur tertentu serta dapat mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah tentang materi segi empat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD. B. Kerangka Pikir Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan karena siswa bekerja dalam sebuah kelompok sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran. Dengan berperan aktif dalam pem-

belajaran maka siswa akan lebih memahami konsep daripada mendengarkan penjelasan guru dengan metode ceramah. 21 Model pembelajaran kooperatif tersebut antara lain model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan model pembelajaran dengan menggunakan penomoran pada siswa. Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang paling sederhana dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif yang lainnya. Dalam pembelajaran tipe NHT, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5-6 siswa dengan struktur kemampuan anggota kelompok yang heterogen. Setiap siswa dalam kelompok diberikan nomor yang berbeda (numbering). Penomoran ini bertujuan untuk menunjuk siswa secara acak saat akan mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Dengan demikian, semua siswa akan terlibat langsung dalam diskusi karena mereka memiliki tanggung jawab yang lebih dan memiliki peluang yang sama untuk mempresentasikan hasil diskusi sehingga siswa dapat memahami konsep dengan baik. Setelah melakukan penomoran, guru menyampaikan materi secara garis besar dan mengajukan beberapa pertanyaan secara acak kepada siswa sebelum kegiatan diskusi dimulai (questioning). Kegiatan siswa pada tahap ini adalah siswa mendengarkan dengan saksama mengenai materi yang disampaikan guru sehingga mereka dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru secara acak. Dengan aktivitas tersebut siswa didorong untuk mampu mengungkapkan kembali konsep yang telah dipelajari dan dapat mengklasifikasikan objek menurut sifat tertentu.

22 Kemudian tahap selanjutnya yaitu guru membagikan lembar kerja kepada masingmasing kelompok yang akan dipikirkan secara bersama-sama dalam kelompok (heads together). Kegiatan siswa pada tahap ini adalah siswa berpikir secara bersama-sama mengenai materi yang telah tersedia di lembar kerja. Ketika siswa berpikir secara bersama-sama maka akan terjadi sebuah interaksi yang akan membuat siswa lebih aktif mengomunikasikan ide atau pendapat. Dengan demikian kegiatan tersebut mampu mendorong siswa untuk menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis, menggunakan,memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu serta mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah. Setelah selesai mengerjakan lembar kerja yang diberikan, guru memanggil nomor secara acak dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya (answering). Kegiatan siswa pada tahap ini adalah siswa yang terpilih secara acak, menyampaikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas sedangkan kelompok lainnya memberi tanggapan dan pertanyaan melalui kegiatan tanya jawab. Guru membantu siswa untuk menyimpulkan tentang materi yang dipelajari. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki lima langkah utama yaitu presentasi, kerja kelompok, kuis/tes, nilai perkembangan individu, dan penghargaan tim. Model pembelajaran ini diawali dengan membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang berangotakan 5-6 siswa dengan struktur kelompok heterogen. Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan materi secara garis besar kemudian siswa duduk berkelompok. Guru membagikan lembar kerja

23 yang telah dipersiapkan kepada masing-masing kelompok. Guru menjadi fasilitator dalam jalannya diskusi di kelas untuk memastikan semua siswa terlibat diskusi secara aktif. Setelah selesai mengerjakan lembar kerja, guru meminta setiap kelompok mengirimkan perwakilannya untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapan mengenai hasil diskusi kelompok yang menyajikan. Kemudian guru memberikan soal kuis dan siswa mengerjakan soal tersebut secara individu, bentuk soalnya ialah soal uraian. Selanjutnya guru menghitung poin individu dan kelompok, kelompok yang mendapatkan poin tertinggi diberi penghargaan. Teknis pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD hampir sama. Namun ada sedikit perbedaan pembelajaran matematika yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD. Pada pembelajaran yang menggunakan model kooperatif tipe NHT setiap siswa mempunyai peluang yang sama untuk terpilih mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Dengan pemanggilan secara acak, mereka memiliki tanggung jawab yang lebih untuk memahami konsep materi yang sedang dipelajari, dengan demikian siswa akan belajar dengan sungguhsungguh. Sedangkan pada pembelajaran matematika yang menggunakan model kooperatif tipe STAD memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih sendiri perwakilan kelompoknya saat akan mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Dengan cara seperti ini, siswa menjadi kurang serius dalam berdiskusi karena hanya mengandalkan siswa yang pandai saja untuk mempresentasikan hasil diskusi.

24 Kegiatan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD tersebut sedikit dimodifikasi karena untuk menyesuaikan karakter siswa, waktu kegiatan belajar mengajar, dan kondisi pembelajaran siswa di SMP Negeri 10 Bandarlampung. Dengan demikian, peneliti berasumsi bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe STAD. C. Anggapan Dasar Peneliatian ini bertolak pada anggapan dasar sebagai berikut : 1. Semua siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 10 Bandarlampung tahun pelajaran 2014/2015 memperoleh materi pelajaran matematika yang sama dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. 2. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan pemahaman konsep matematis siswa selain model pembelajaran dianggap memberikan pengaruh yang sama. D. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini yaitu : 1. Ada perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe NHT dan STAD. 2. Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang pembelajarannya meng gunakan model kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe STAD.