SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 003/ PP.IAI/1418/IX/2016 Tentang PERATURAN ORGANISASI TENTANG PEMBINAAN PRAKTIK KEFARMASIAN DI FASILITAS PELAYANAN KEFARMASIAN IKATAN APOTEKER INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Menimbang : a. Bahwa dalam rangka melakukan pembinaan, perlindungan, pembelaan, pendidikan keilmuan dan keprofesian dalam menjalankan profesinya sebagaimana diamanatkan pasal 47, pasal 48 dan pasal 49 Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia perlu disiapkan peraturan terkait pembinaan praktik kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian.;. b. bahwa sehubungan dengan butir a di atas perlu ditetapkan Surat Keputusan tentang Peraturan Organisasi tentang Pembinaan Praktik Kefarmasian di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian Ikatan Apoteker Indonesia Mengingat : 1. Pasal 10 dan Pasal 12, Anggaran Dasar Ikatan Apoteker Indonesia; 2. Pasal 47, Pasal 48 point dan Pasal 49 Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia; Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia pada tanggal 26 sampai 27 September 2016 di Yogyakarta. MEMUTUSKAN Menetapkan : Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia No. PO.003/PP.IAI/1418/IX/2016 tentang Pembinaan Praktik Kefarmasian di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini. Pertama : Peraturan Organisasi tentang Pembinaan Praktik Kefarmasian di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian ini menjadi ketentuan yang mengikat bagi anggota Hal 1 dari 5
dan Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia. Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan diperbaiki apabila terdapat kekeliruan. Ditetapkan di : Yogyakarta Pada tanggal : 27 September 2016 PENGURUS PUSAT IAKATAN APOTEKER INDONESIA Ketua Umum, Sekretaris Jendral, Drs. H. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt NA. 23031961010827 Noffendri Roestam, S. Si., Apt NA. 29111970010829 Hal 2 dari 5
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia Nomor : PO. 003/PP.IAI/1418/IX/2016 Tentang Peraturan Organisasi Tentang Pembinaan Praktik Kefarmasian di Fasilitas Kefarmasian. PERATURAN ORGANISASI PEMBINAAN PRAKTIK KEFARMASIAN DI FASILITAS PELAYANAN KEFARMASIAN A. PENJELASAN UMUM 1. Praktik kefarmasian adalah kegiatan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. 3. Fasilitas Pelayanan Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kefarmasian, yaitu apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek bersama. 4. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. 5. Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan /atau spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis. 6. Pembinaan Praktik kefarmasian adalah kegiatan monitoring pelaksanaan Praktik kefarmasian yang dilakukan oleh Apoteker dalam memberikan pelayanan kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian 7. Pelaksana Pembinaan Praktik Kefarmasian adalah Menteri, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai kewenangannya serta Organisasi Profesi 8. Tujuan Pembinaan Praktik Kefarmasian adalah untuk: a. melindungi pasien dan masyarakat dalam hal pelaksanaan Praktik Kefarmasian yang dilakukan oleh Tenaga Kefarmasian; b. mempertahankan dan meningkatkan mutu Praktik Kefarmasian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan Hal 3 dari 5
c. memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat, dan Tenaga Kefarmasian. 9. Pembinaan Praktik Kefarmasian oleh organisasi profesi ( I A I ) dilakukan baik secara mandiri atau bekerjasama dengan pemangku kepentingan terkait. 10. Pembinaan Praktik Kefarmasian secara mandiri dilakukan oleh tim. 11. Tim ditetapkan oleh Pengurus IAI tingkat daerah berdasarkan usulan dari cabang dan diberikan kewenangan untuk membina pelaksanaan Praktik Kefarmasian demi terwujudnya praktik Apoteker yang bertanggungjawab dan bermartabat. 12. Tim melaksanakan pembinaan di wilayah kerja yang ditentukan. 13. Pembinaan dilakukan secara rutin dan berkesinambungan dengan mempertimbangkan sumber pembiayaan dan menggunakan metode yang sesuai (sampling). B. SPO PEMBINAAN 1. Pengertian : Suatu tatacara Pembinaan Praktik Kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian 2. Tujuan : untuk memperkuat sistem Pembinaan dalam rangka meningkatkan pelayanan kefarmasian untuk menjamin mutu pelayanan dan peningkatan keselamatan pasien 3. Dasar hukum : - Ordonasi Obat Keras Statblaad th 1949 - Undang Undang no 36 th 2009 tentang Kesehatan - Undang Undang no 36 th 2014 tentang Tenaga Kesehatan - Peraturan Pemerintah no 51 TH 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian - Peraturan Menteri Kesehatan tentang Standar Pelayanan Farmasi di Apotek, Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik - Peraturan Menteri Kesehatan no 31..serta Pedoman pelaksanaan/ teknisnya - Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia - Kode Etik Apoteker Indonesia - Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia 4. Kebijakan : - Pembinaan Praktik Kefarmasian wajib dilaksanakan secara berkelanjutan dan terstruktur dalam program kerja Ikatan Apoteker Indonesia karena merupakan unsur dari pilar Praktek Apoteker yang bertanggung jawab. 5. Prosedur : a. PD IAI membuat surat tugas pembinaan fasilitas pelayanan kefarmasian di wilayahnya kepada Tim b. Tim melakukan kunjungan langsung kefasilitas pelayanan kefarmasian Hal 4 dari 5
c. Sebelum melakukan tugasnya, Tim memperkenalkan diri dan menunjukkan surat tugasnya kepada Apoteker di fasilitas pelayanan kefarmasian tersebut d. Tim melakukan pencatatan sesuai instrumen monitoring yang telah ditentukan organisasi e. Apabila diperlukan, Tim dapat meminta penjelasan dari tenaga / staf yang lain di fasilitas pelayanan pelayanan kefarmasian tersebut. f. Tim membuat laporan hasil kegiatan pembinaan kepada PC IAI g. PC IAI membuat laporan kegiatan pembinaan secara periodik( Tri wulan) disertai evaluasi dan rekomendasi untuk di sampaikan kepada unit terkait. h. Rekomendasi dari PC adalah : Pembinaan berupa Teguran dan/ Surat Peringatan, Penghentian sementara kegiatan/ pembekuan izin, Pencabutan izin, Reward poin / usulan Award i. Unit terkait selanjutnya dapat menindaklanjuti rekomendasi PC IAI sesuai dengan kewenangan masing masing. 6. Unit Terkait : PD IAI, PC IAI, BB POM, Dinas Kesehatan C. INSTRUMEN PEMBINAAN (terlampir) Hal 5 dari 5
LAMPIRAN 1. FORMAT INSTRUMEN MONITORING NAMA FASKES : ALAMAT : NO A SUBYEK PELAKSANAAN ADA/YA TIDAK ADA/ TIDAK SESUAI BELUM KETERANGAN KELENGKAPAN 1. SERTIFIKAT KOMPETENSI MasaBerlaku S/d 2. SURAT TANDA REGISTRASI APOTEKER MasaBerlaku S/d 3. SURAT IZIN PRAKTEK APOTEKER 4. SURAT IZIN APOTEK 5. IDENTITAS ( PENGGUNAAN JAS PRAKTIK ) SESUAI STANDAR 6. PAPAN PRAKTIK SESUAI STANDAR B PELAYANAN 1. JAM PRAKTIK 2. DURASI PRAKTIK 3. HARI PRAKTIK 4. BUKTI KEHADIRAN 5. SPO PELAYANAN KEFARMASIAN 6. PEMBERI PELAYANAN - APOTEKER PEMEGANG SIA - APOTEKER PRAKTEK - APOTEKER MAGANG - T T K - MAHASISWA - PETUGAS LAIN JENIS PELAYANAN 1. PELAYANAN RESEP 2. PELAYANAN SWA MEDIKASI 3. PELAYANAN LAIN - PUKUL S/D.. Jam JOB DESK, TASK SHIFTING DG PENDAMPINGAN DG MONITORING, DG MONITORING Jumlah :.Apoteker 1 LAMPIRAN 1. FORMAT INSTRUMEN MONITORING
- -. -. -. C PEMILIK SARANA APOTIK APOTEKER / NON APOTEKER / BADAN USAHA..,..2016 PETUGAS MONITORING : TTD APOTEKER FASKES : 1 :. :. 2.. : :. 3 :. 2 LAMPIRAN 1. FORMAT INSTRUMEN MONITORING