BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2016 dengan tujuan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Negara.Namun permasalahannya saat ini ialah banyak peserta didik yang kurang mencintai

BAB IV HASIL PENELITIAN. Pada hari Senin tanggal 24 Februari 2016 peneliti mengurus perizinan penelitian

BAB V PEMBAHASAN. A. Penerapan Metode Problem Solving. Berbicara tentang pemecahan masalah tidak bisa dilepaskan dari tokoh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu yang penting dalam kehidupan manusia.

OLEH EKA AGUS SETIA NINGSIH

BAB II LANDASAN TEORI. dari segala bidang (terutama sains dan teknologi), dibandingkan dengan negara lainnya yang

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil analisis tes dan wawancara terhadap 6 siswa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. siswa SMP dalam menyelesaikan masalah matematika berdasarkan Adversity

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA PADA MATERI REGULA FALSI

HALAMAN PERSEMBAHAN...

BAB V PEMBAHASAN. tentang kemampuan berpikir kreatif siswa berdasarkan gender kelas VII C MTs Darul

PROFIL PEMECAHAN MASALAH KONTEKSTUAL GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN ADVERSITY QUOTIENT (AQ)

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam Memecahkan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah,

BAB V PEMBAHASAN. penelitian mengenai Analisis Kreativitas Siswa Kelas VII A Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tidak hanya menekankan pada pemberian rumus-rumus melainkan juga

BAB II KAJIAN TEORITIK. mempelajari pola dari struktur, perubahan dan ruang. Adjie (2006) mengatakan bahwa matematika adalah bahasa, sebab matematika

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. 1. gunanya matematika diajarkan di sekolah dalam rangka mengembangkan dan

Abstrak. Kata Kunci: adversity quotient, adversity response profile, siswa climber, proses berpikir, pemecahan masalah matematika.

BAB IV HASIL PENELITIAN. sisawa dalam menyelesaikan masalah matematika berdasarkan Adversity Quotient

PROSES BERPIKIR SISWA QUITTER DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS

PENDAHULUAN. memberikan bekal untuk menjalani kehidupan. Berdasarkan pendapat. pelatihan. Oleh karena itu, setiap manusia memiliki kewajiban untuk

Kiky Floresta et al., Pelevelan Adversity Quotient (AQ) Siswa...

BAB I PENDAHULUAN. tetap relevan dengan perkembangan teknologi informasi dan perkembangan

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan temuan penelitian pada bab IV, peneliti mengetahui hasil atau

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DITINJAU BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

KECERDASAN LOGIS-MATEMATIS SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI KOMPOSISI FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. 1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi manusia. Kemampuan berpikir kreatif merupakan hasil dari interaksi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran matematika secara tuntas di setiap jenjang pendidikan.

Pendahuluan. Wisas Yuan Isvina et al., Proses Berpikir Kreatif dalam Memecahkan...

BAB II KAJIAN TEORETIK. lambang pengganti suatu aktifitas yang tampak secara fisik. Berpikir

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkup persekolahan. Suherman mendefinisikan pembelajaran adalah proses

IDENTIFIKASI TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF (TKBK) SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPEN ENDED PADA MATERI SEGIEMPAT DI KELAS VIII SMP

IDENTIFIKASI BERPIKIR LOGIS MAHASISWA TIPE CLIMBER DAN QUITTER DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI. FKIP, Universitas PGRI Madiun

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan menalar, hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu yang lain diperoleh

PROFIL KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA OPEN-ENDED MATERI PECAHAN BERDASARKAN TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA

BAB II KAJIAN TEORITIK. spesifik (Solso, 2008). Menurut Suherman (2001) pemecahan masalah merupakan

BAB V PEMBAHASAN. A. Berpikir Kreatif Siswa Berkemampuan Matematika Tinggi Mapel. Kreatif pada Tingkat 4 (Sangat Kreatif)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:43) analisis merupakan

IMPLEMENTASI SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH LINGKARAN

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2 Berkaitan dengan tujuan

Key Words: Identification Strategies, Problem solving, Surface Area and Volume Beams

BAB V PEMBAHASAN. jawaban dari rumusan masalah yang telah disusun peneliti sebelumnya, yaitu

BAB II KAJIAN TEORETIK. sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Winkel

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mengembangkan cara berfikir. Sehingga matematika sangat diperlukan baik

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyelesaikan berbagai permasalahan tersebut adalah adversity

II. TINJAUAN PUSTAKA. aktif mengungkapkan gagasan dan ide-ide secara individual maupun kelompok.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lahir sampai dewasa akan mempengaruhi kehidupan masing-masing. keberlangsungan hidup manusia itu sendiri.

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah..

Pembelajaran Grafik Fungsi Trigonometri Berbantu Aplikasi Geogebra untuk Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa

BAB II KAJIAN TEORI A. Masalah Matematika

BAB II KAJIAN TEORI. dapat ditemukan cara mengatasi situasi tersebut. Menurut Billstein a problem

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

BAB V PEMBAHASAN. peneliti memberikan masalah tentang matriks, siswa menemui kesulitan-kesulitan

1. PENDAHULUAN. berkemampuan rendah.

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Erman Suherman (dalam Apriyani, 2010) Pemecahan masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir logis dengan penyelesaian yang tunggal dan pasti. Hal ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk membawa siswa menuju tujuan yang ditetapkan.2

Kata Kunci: pemecahan masalah, masalah nonrutin, kesalahan siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Supardi Uki S (2012: 248), siswa hanya diarahkan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode deskriptif adalah suatu penggambaran atau penjelasan terhadap suatu

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan subjek yang sangat penting dalam sistem

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

JMEE Volume VI Nomor 2, Desember Anis Hanafiah 1, Riyadi 2, Imam Sujadi 3

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pentingnya pengembangan kemampuan berpikir kristis serta

BAB I PENDAHULUAN. sains dan biologi), disbanding dengan negara lainnya yang memberikan tempat

Volume 2 Nomer 1 Juli 2016

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya, baik pada dimensi intelektual moral maupun

PROFIL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA USIA TAHUN DI BANDA ACEH. Intan Kemala Sari 1. Abstrak

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV, peneliti mengetahui hasil atau

BAB III METODE PENELITIAN

Literasi Matematis Siswa SMP dalam Menyelesaikan Masalah Kontekstual Ditinjau dari Adversity Quotient (AQ)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PERILAKU PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA MATERI SEGIEMPAT KELAS VII SMPN 7 SURABAYA

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Penelitian dengan judul Karakteristik Berpikir Kreatif Dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan tujuan yang telah diungkapkan pada bab 1, tujuan penelitian ini

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN TEORI POLYA DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT TIPE CLIMBER

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No. 6 Tahun 2017 ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan siswa agar dapat memainkan

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA. Ardiyanti 1), Haninda Bharata 2), Tina Yunarti 2)

BAB I PENDAHULUAN. kebodohan menjadi kepintaran, dari kurang paham menjadi paham. Pendidikan

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TINGGI DAN GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT (FI)

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelajaran yang lain itupun siswa juga belum paham. Ukuran tersebut

Transkripsi:

1 BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2016 dengan tujuan untuk mengetahui Proses Berpikir Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika mengenai Persamaan Linier Beradasarkan Langkah-Langkah Polya Ditinjau dari Adversity Quotient. Secara khusus penelitian ini hanya mengkaji mengenai Proses Berpikir Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika mengenai Persamaan Linier Beradasarkan Langkah- Langkah Polya Ditinjau dari Adversity Quotient. Penelitian ini berlokasi di MA Al-Maarif Tulungagung dengan mengambil sampel 6 orang siswa yang terdiri dari 2 siswa tipe climber, 2 siswa tipe camper dan 2 siswa tipe quitter kelas X jurusan IPA. Memecahkan suatu masalah merupakan suatu akitivitas dasar bagi manusia. Sehingga memecahkan masalah merupakan kegiatan menerima masalah sebagai tantangan untuk diselesaiakan. Sedangkan pembelajaran untuk memecahkan masalah menekankan pada pembelajaran yang melibatkan siswa untuk belajar menggunakan strategi-strategi pemecahan masalah dalam permasalahan yang menantang, terutama yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Pemecahan masalah menyangkut tingkatan pengolahan informasi yang lebih tinggi. Bahkan pemecahan masalah menggerakakan persepsi, perhatian dan ingatan dalam usaha mencapai tujuan yang lebih tinggi, yaitu pemecahan masalah yang tepat. Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rumit.

2 Seseorang akan melakukan kegiatan berfikir ketika dihadapkan dengan suatu masalah. Masalah dapat diartikan suatu situasi atau pertanyaan yang dihadapi seorang individu atau kelompok ketika mereka tidak mempunyai aturan, algoritma/prosedur tertentu atau hukum yang segera dapat digunakan untuk menentukan jawabannya. Menurut Polya ada 4 tahap penyelesaian masalah soal matematika yaitu: 1. Memahami masalah, dirinci menjadi : membaca soal dan membicarakan soal (meliputi informasi yang diketahui, informasi yang ditanyakan dan informasi yang diperlukan). Fase pertama ini adalah memahami masalah. Tanpa ada pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar. Setelah siswa dapat memahami masalahnya dengan benar, 2. Merancang cara memecahkan soal dirinci menjadi: a. Menggambar diagram b. Membuat pola c. Membuat model matematika Pada fase ke dua ini mereka harus mampu menyusun rencana penyelesaian masalah. Kemampuan melakukan fase kedua ini sangat tergantung pada pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah. Pada umumnya, semakin bervariasi pengalaman mereka, ada kecenderungan siswa lebih kreatif dalam menyusun rencana penyelesaian masalah. Jika rencana penyelesaian suatu masalah telah dibuat, baik secara tertulis atau tidak selanjutnya dilakukan langkah berikutnya. 3. Menyelesaiakan soal, dirinci menjadi: a. Menerka dan menduga soal b. Menyelesaiakan soal cerita

3 Pada fase ke tiga ini dilakukan penyelesaian masalah sesuai dengan rencana yang dianggap paling tepat. 4. Pengecekan kembali, dirinci menjadi: a. Pemeriksaan jawaban dengan soal b. Pengecekan kemasuk akalan jawaban c. Menulis jawaban dan kesimpulan terakhir. Dan langkah terakhir dari proses penyelesaian masalah menurut Polya adalah melakukan pengecekan atas apa yang telah dilakukan mulaidari fase pertama sampai fase penyelesaian ketiga. 1 Dari soal tes yang telah diberikan peneliti melihat bahwa subjek tipe climber telah memecahkan suatu masalah menggunakan semua langkah dari Polya, mulai dari 1) memahami masalah, dengan menulis apa yang diketahui, apa yang ditanya, syarat yang diperlukan.2) merencanakan penyelesaian. 3) menyelesaikan masalah sesuai rencana, yaitu melakukan pengecekkan tiap langkah, dengan menjelaskan bahwa tiap langkah penyelesaian telah benar dan dapa memberikan penalaran terhadap kebenaran jawaban.4) memeriksa kembali hasil yang diperoleh. 2 Dan termasuk berfikir konseptual. Sedangkan subjek tipe camper tidak memenuhi satu langkah dalam menyelesaikan masalah menurut Polya karena beberapa hal salah dalam mengartikan soal. Dan termasuk berfikir semi konseptual. Untuk subjek terakhir tipe quitter tidak memenuhi penyelesaian masalah menut langkah polya. Subjek memerlukan seseorang yang dapat memberikan penjelasan terhadap masalah sehingga membuktikan bahwa subjek tidak menguasai materi Persamaan Linier dengan baik. Dan termasuk berfikir komputasional. Sehingga dengan kesulitan tersebut guru dapat melihat siswa yang memiliki tipe climber, 1 Erman Suherman, dkk, StrategiPembelajaran..., (Malang:UNM,2003), hal.9 2 Tatag Yuli Eko siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif, (Unesa University Press, 2008), hal.36

4 camper ataupun quitter. Dan pada penelitian terdahulu juga pernah di bahas bahwasanya subjek tipe climber dalam memecahkan masalah menggunakan semua langkah-langkah Polya. Dan tipe camper ada salah satu langkah dalam menyelesaikan masalah tidak mengikuti langkah Polya misalnya salah dalam menduga soal akhirnya jalan keluar yang diambil kurang tepat. dan yang terkhir tipe Quitter, pada tipe ini kebanyakan tidak memenuhi penyelesaian masalah menurut langkah polya. Berdasarkan uraian di atas, maka Proses Berpikir Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika mengenai Persamaan Linier Beradasarkan Langkah-Langkah Polya ditinjau dari Adversity Quotient sudah cukup baik. Tabel 5.1 Proses berfikir tipe climber, camper dan quitter Tipe climber Tipe camper Tipe quitter subjek tipe climber telah memecahkan suatu masalah menggunakan semua langkah dari Polya, mulai dari 1) memahami masalah, dengan menulis apa yang diketahui, apa yang ditanya, syarat yang diperlukan.2) merencanakan penyelesaian. 3) menyelesaikan masalah sesuai rencana, yaitu melakukan pengecekkan tiap langkah, dengan menjelaskan bahwa tiap langkah penyelesaian telah benar dan dapat memberikan penalaran terhadap subjek tipe camper tidak memenuhi satu langkah dalam menyelesaikan masalah menurut Polya karena beberapa hal salah dalam mengartikan soal. Dan termasuk berfikir semi konseptual subjek tipe quitter tidak memenuhi penyelesaian masalah menut langkah polya. Subjek memerlukan seseorang yang dapat memberikan penjelasan terhadap masalah sehingga membuktikan bahwa subjek tidak menguasai materi Persamaan Linier dengan baik. Dan termasuk berfikir komputasional

kebenaran jawaban.4) memeriksa kembali hasil yang diperoleh dan termasuk berfikir konseptual 5