FJ Ismarianto CINDERELLA S FAIRY Penerbit Story Eater
Cinderella s Fairy Oleh: FJ Ismarianto Copyright 2011 by FJ Ismarianto This edition published by Story Eater via nulisbuku.com All Rights reserved. Penerbit Story Eater Blog: http://junareanto.com email: reatheryan@gmail.com Penyunting: R. I. Al Baluni Desain Sampul: Ronie S. Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com 2
Bagian Pertama GETARAN 3
1 Apa mungkin aku akan diberinya kesempatan lagi? Saphira bertanya-tanya dalam hati. Ditatapnya wanita berotot yang sedang membaca sebuah buku tebal di depannya. Entah apa yang dibacanya hingga keningnya berkerut. Mulutnya terkunci rapat. Kata-kata yang akan dilontarkannya menentukan masa depan Saphira. Diletakkannya buku besar yang sejak tadi dipegangnya di atas meja. Mulutnya sedikit terkuak. Jantung Saphira berdetak lebih cepat dan mulutnya komatkamit membaca doa tanpa suara. Namun wanita berotot itu hanya bersin. Saphira mendesah kecewa. Sudah hampir satu jam mereka duduk berhadap-hadapan. Tapi bahkan wanita berotot itu belum juga menunjukkan tanda-tanda untuk memberinya kesempatan. Atau, yang terburuk, menghancurkan harapan Saphira. Harapannya untuk bisa ke dunia manusia. Saphira berusaha keras untuk mengabaikan katakata temannya yang kembali terngiang di kepalanya. Kesempatan keempat? Hal mustahil untuk diperoleh. Bahkan meski dirinya adalah murid Akademi Peri paling cemerlang sekalipun. Ditambah fakta bahwa kepala sekolah Kemaro, wanita dengan badan yang kekar, bukanlah orang yang memiliki kemurahan hati. Kamu masih ingat dengan Riska, Saphira? wanita kekar itu mendadak bertanya, sambil menyeka hidungnya dengan saputangan. Saya iya, saya masih ingat, Saphira hendak menjelaskan perihal Riska, tapi kemudian buru-buru meralat ucapannya. 4
Tentu Saphira masih ingat dengan Riska. Cinderella ketiga yang menjadi tanggung jawabnya. Riska meninggal karena kecelakaan. Kecelekaan jelas bukan kesalahannya. Namun hanya ada satu fakta ketika Riska tak bisa bersatu dengan Pangerannya; tugasnya sebagai Peri Cinderella gagal. Wanita berotot itu mengangguk. Raut mukanya menunjukkan kekecewaan. Saphira menghela napas panjang. Entah sudah berapa kali dia menghela napas panjang sejak dia terkurung di ruangan itu. Dia mulai bisa menebak apa yang akan terlontar dari bibir Kemaro. Sejak kecil Saphira bermimpi bisa tinggal di dunia manusia, bumi. Almarhum orang tuanya sering menceritakan keindahan bumi. Airnya yang jernih seperti kristal. Dedaunan hijau yang mengingatkannya akan batu zamrud. Gunung-gunung yang menjulang gagah yang kadang menggunakan topi salju di puncak kepalanya. Belum lagi aneka flora dan faunanya yang beraneka ragam. Dia ingin sekali menjelajah tiap sudut bumi untuk melihat semuanya. Dalam impian terliarnya, dia ingin sekali mencoba hidup sebagai manusia. Ketika Penugasan pertamanya di Bumi, Saphira merasa sedikit kecewa. Mungkin orangtuanya terlalu berlebihan dalam menceritakan keindahan bumi. Dia sulit sekali menemukan yang namanya air jernih. Hampir setiap air sungai yang ditemuinya airnya berwarna cokelat. Dan bila beruntung, mendapatkan bonus barang-barang yang mengambang. Sama halnya dengan hutan. Penebangan liar jelas yang terparah. Saphira menyayangkan tindakan mengubah areal hutan menjadi pemukiman manusia. Tapi bukan berarti bumi tidak indah. Masih banyak keindahan yang ditawarkan olehnya. Bahkan manusia itu sendiri merupakan karya seni yang tiada duanya. 5
Aku akan memberimu satu kesempatan terakhir, kata Kemaro di luar dugaan. Butuh beberapa detik bagi Saphira untuk memahami kalimat yang dilontarkan oleh Kepala Akademi Peri sebelum dia bersorak gembira. Maaf, katanya ketika melihat tatapan Kemaro yang tidak senang. Jangan senang dulu. Ini kesempatan terakhirmu. Aku hanya memberimu waktu dua minggu. Mata Saphira kontan membesar. Dua minggu?? Tapi... Dua minggu adalah waktu yang sangat singkat. Waktu standar penugasan seharusnya antara empat sampai enam bulan. Namun bila Kepala Akademi Peri telah berkata dua minggu, maka Saphira harus menerimanya. Satu protes saja akan membuatnya kehilangan Penugasan ini. Dan itu artinya dia akan terperangkap di Komunitas Peri selamanya. Dan kalau pun beruntung Saphira masih bisa menjadi Penjaga Perbatasan. Mungkin tidak sesuai dengan hatinya, Penjaga Perbatasan tidak diijinkan meninggalkan Komunitas Peri. Tapi itu lebih baik dari pilihan karir bekerja di pabrik produksi. Kamu keberatan? Tanya Kemaro. Tidak, kata Saphira cepat. Dua minggu saya rasa... cukup. Saphira menampilkan senyum terbaiknya. Berterima kasih karena masih diberi kesempatan. Apalagi yang bisa dia lakukan? Kemaro memberi Saphira benda yang sudah tidak asing lagi baginya. Bola bening keempat yang diterimanya. Bola seukuran buah leci. Bola yang akan menuntunnya menemukan Cinderella dan pangerannya. 6
Hati-hati dengan pilihanmu, kata Kemaro sebelum Saphira mengucapkan terima kasih, pamit, dan berjalan keluar. Sebenarnya kata-kata terakhir Kemaro adalah sebuah pesan khusus. Setiap peri pasti mendapatkannya ketika penugasan. Saphira mendengar desas-desus bahwa pesan khusus itu ramalan dari Kepala Akademi Peri. Sangat dianjurkan untuk mematuhi apa yang dikatakannya. Tapi tidak semua kata-katanya mudah dimengerti. Seperti saat penugasannya sebagai peri pendamping Riska. Hingga sekarang, Saphira tidak bisa memahami arti kalimat Kemaro; 'Hindari konfrontasi. Belum waktunya'. Kadang Saphira bertanya-tanya, apakah sebuah kalimat bisa dikatakan ramalan bila kalimat itu mengandung teka-teki? Kenapa tidak menggunakan kata yang lebih mudah dipahami, semisal 'hati-hati di jalan, ada lubang' daripada kalimat misterius seperti 'perhatikan sekitar, berhati-hatilah karena kegelapan akan menelanmu'. Kadang itu bisa membuat frustasi. Gimana? Tanya Lado, sahabat Saphira, yang sedari tadi menunggunya di luar dengan wajah ingin tahu, sambil membenahi letak topi rajutnya. Topi yang tak pernah sedetik pun terlepas dari kepalanya setidaknya saat berada di luar rumahnya. Saphira pernah bertanya kenapa Lado selalu memakai topinya. Alasannya sangat sederhana, warna topi itu sesuai dengan cahaya cokelat yang memancar dari sayapnya. Saphira sering menyebutnya topi anak-anak. Bentuknya yang kecil hanya menutupi sebagian kepala Lado. Rambut bagian depannya mencuat seolah mencakar keningnya. Saphira iseng sedikit dengan memasang muka sedih. Dia membayangkan seolah dia tidak diberi 7
kesempatan oleh Kemaro. Meratapi nasibnya yang malang karena hanya bisa melihat bumi dari kejauhan. Dan untuk lebih meyakinkan lagi Saphira menghela napas yang sangat panjang hal yang mudah untuk dilakukan, apalagi selama satu jam di dalam kantor Kemaro dia tak hentihentinya menghela napas panjang keputusasaan. Lado, Aku... nggak kuat, entah darimana getaran dalam suara Saphira. Dia sampai geli melihat reaksi sahabatnya. Siapa yang tidak akan iba? Saphira telah menunggu saat ini begitu lama. Untuk mengajukan diri ke Penugasan ulang, butuh waktu paling sedikit satu tahun. Seperti mengulang satu tahun masa sekolah. Para murid yang mengulang Penugasan disatukan dalam satu kelas khusus; Kelas Nomor dua. Entah kenapa diberi nama Nomor Dua. Mungkin angka dua dikonotasikan sebagai perulangan. Ruang kelasnya juga sangat luas. Dua kali lipat dari kelas biasa. Kamu yang sabar ya, Saphira, kata Lado, matanya menatap Saphira iba. Dia meraih tangan Saphira. Menepuk-nepuk punggung tangan sahabatnya. Paling tidak aku masih bisa jadi Penjaga Perbatasan. Saphira menundukkan kepalanya dalam. Bibirnya dibuat bergetar Saphira sangat ahli dalam memperagakan bibir yang kedinginan seolah itu usaha terakhirnya agar air matanya tak tumpah. Tapi itu pekerjaan berat. Lado terlihat cemas. Penjaga Perbatasan adalah pilihan karir bagi peri yang kebanyakan tidak lulus Penugasan selama tiga kali berturut-turut. Murid Akademi Peri masih dinyatakan lulus dari sekolah. Tapi selama masa hidupnya dilarang berkunjung ke Bumi. Dalam kasus Saphira, bisa dikatakan dia sangat beruntung. 8
Tapi ada juga yang memang sejak awal menginginkan pilihan karir penuh bahaya itu. Lado tidak salah menyebutnya sebagai pekerjaan berat. Sebab setiap hari Penjaga Perbatasan harus siap siaga menghadapi serangan dari pixie. Pixie masih merupakan bangsa peri. Hanya mereka tidak seperti peri, yang ramah pada manusia. Mereka makhluk penuh amarah dan ingin mengambil alih bumi dari tangan manusia. Tangan yang menurut mereka membuat bumi rusak dan sakit-sakitan. Namun tugas Penjaga Perbatasan belum apaapanya bila dibandingkan dengan tugas Penjaga Perdamaian. Penjaga Perdamaian bertugas di Bumi salah satu keuntungannya. Memastikan para pixie tidak membuat onar. Memastikan mereka tidak membuat skenario kecelakaan; sedikit hal yang paling disukai para pixie. Tidak semua kecelakaan hasil perbuatan pixie. Seperti kecelakaan Riska contohnya. Saphira yakin hal itu bukan ulah pixie. Hal itu murni suratan takdir. Ditambah fakta tak terlihat satu pun Penjaga Perdamaian berkeliaran di dekat lokasi Riska mengalami kecelakaan. Penjaga Perdamaian memiliki alat khusus, teknologi peri yang canggih, yang bisa mendeteksi keberadaan para pixie melalui sihir terakhir yang mereka lancarkan. Bila Saphira lulus kelas Penyembuhan Pertama, mungkin dia akan memilih melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi supaya bisa berkarir sebagai Penjaga Perdamaian. Tentunya prioritasnya supaya bisa bebas keluar masuk ke Bumi. Seperti Lado yang tahun depan lulus dan mulai bertugas di sana. Bila seorang peri memilih untuk melanjutkan pendidikannya lebih tinggi, maka dia harus belajar tiga tahun lagi. 9
Aku nggak kuat nahan ketawa. Tawa Saphira kemudian meledak. Dasar! Lado ikut tertawa, setelah pemuda peri itu menoyor pelan kepala sahabatnya. Mereka kemudian berjalan bersisian menuju pintu gerbang sekolah. Aku diberi kesempatan, Do. Kamu percaya itu? Aku diberi kesempatan! Kali ini kamu pasti bisa lulus, kata Lado, kedengaran sangat yakin. Seharusnya itu kalimat yang diucapkan oleh Saphira. Tiga kali Lado mendengar sahabatnya mengucapkannya, membuatnya jadi hapal sendiri. Aku tidak yakin, kata Saphira teringat dengan waktu yang diberikan oleh Kemaro. Tumben pesimis, kata Lado, heran. Biasanya kamu menganggapnya sepele dan dengan angkuhnya bilang 'aku pasti lulus.' Ada apa? Mungkin itulah penyebab kegagalan Saphira tiga kali berturut-turut. Dia terlalu percaya diri. Terlalu tinggi menilai diri. Terlalu menyepelekan tugasnya. Entahlah. Mendadak aku merasa tak yakin. Jangan begitu. Bagaimana kamu mencapai keberhasilan bila kamu sendiri merasa tak yakin? Saphira tertawa. Kamu benar. Kalau begitu aku harus bergegas. Kenapa? Main ke Kafetaria dulu yuk. Kita rayakan penugasan keempatmu. Mungkin kita bisa pesan secangkir sari buah. Saphira menggeleng. Seandainya dia mendapatkan penugasan dengan waktu standar, tanpa perlu pikir dua kali dia akan menerima ajakan Lado. Dompetmu kering ya? Saphira tertawa lagi. Salah satunya. Tapi aku harus bergegas. 10