BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tersebut diucapkan sebagai bentuk perjanjian suami atas isterinya, diucapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan agar hidup berdampingan, saling cinta-mencintai dan. berkasih-kasihan untuk meneruskan keturunannya.

BAB I PENDAHULUAN. perceraian. Selanjutnya persoalan yang terjadi di Indonesia telah diatur bahwa

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SAMPANG. NOMOR: 455/Pdt.G/2013.PA.Spg.

BAB I PENDAHULUAN. adalah berhimpun atau wata, sedangkan menurut syara artinya adalah suatu

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. insan (yang berlainan jenis) untuk selama-lamanya sampai ajal menjemput,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan sunnah Rasul yang dilakukan oleh kaum muslim

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG CERAI TALAK

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT (Studi Putusan Nomor 0164/Pdt.G/2014/PA.Mlg)

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan sesuai dengan ketentuan agama dan peraturan perundang-undangan yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi khalifah Allah di bumi, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur an surat

Prosiding Peradilan Agama ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi utuh. Dalam syariat Islam ikatan perkawinan dapat putus bahkan

BAB I PENDAHULUAN. bahagia dan kekal yang dijalankan berdasarkan tuntutan agama. 1

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. semua mahluk, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Seperti firman Allah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pembahasan perwalian nikah dalam pandangan Abu Hanifah dan Asy-

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah merupakan makhluk sosial yang

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM MENETAPKAN WALI ADHAL DALAM PERKAWINAN BAGI PARA PIHAK DI PENGADILAN AGAMA KELAS 1A PADANG

------Pengadilan Agama Poso yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu. pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan atas perkara Cerai Talak

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena perkawinan itu pula menjadikan seorang laki-laki dengan seorang

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 786/PDT.G/2010/PA.MLG PERIHAL KUMULASI PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DAN IS BAT NIKAH

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ini. Salah satu jalan dalam mengarungi kehidupan adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

A. Pertimbangan Hukum Hakim dalam Perkara Perceraian Putusan. mediator yang tujuannya agar dapat memberikan alternatif serta solusi yang terbaik

BAB IV. Agama Bojonegoro yang menangani Perceraian Karena Pendengaran. Suami Terganggu, harus mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Perceraian (Putusan. Banyuwangi) perspektif UU No.

BAB I PENDAHULUAN. untuk akad nikah.nikah menurut syarak ialah akad yang membolehkan seorang

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB III PERTIMBANGAN DAN DASAR HUKUM PUTUSAN NOMOR: 0151/Pdt.G/2014/PA.Mlg

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

------Pengadilan Agama Poso yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu. pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan atas perkara Cerai Gugat

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

P E N E T A P A N Nomor 0026/Pdt.P/2013/PA Slk

SALINAN P U T U S A N Nomor 144/Pdt.G/2011/PAJP BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor 20/Pdt.P/2013/PA Slk

P U T U S A N. Nomor: 0072/Pdt.G/2010/PA.Spn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HAKIM MENGABULKAN CERAI GUGAT DENGAN SEBAB PENGURANGAN NAFKAH TERHADAP ISTERI

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT. menciptakan manusia berpasang-pasangan. Dalam Al Qur an, Allah SWT. berfirman :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

------Pengadilan Agama Poso yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu. pada tingkat pertama menjatuhkan putusan atas perkara Cerai Gugat yang

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi sunnatullah, bahwa kehidupan di muka bumi ini diciptakan

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perempuan dari kedua jenis tersebut Allah menjadikan mereka saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PUTUSAN Nomor 0223/Pdt.G/2015/PA.Pkc. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

PUTUSAN Nomor : 301/Pdt.G/2011/PA.Pkc.

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

ALASAN PERCERAIAN DAN PENERAPAN PASAL 76 UU NO.7 TAHUN 1989 YANG DIUBAH OLEH UU NO.3 TAHUN 2006 DAN PERUBAHAN KEDUA OLEH UU NOMOR 50 TAHUN 2009

PUTUSAN. Nomor : 1615/Pdt.G/2013/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor: 174/Pdt.G/2012/PA.Pkc.

PUTUSAN Nomor 0109/Pdt.G/2015/PA.Pkc

Salinan. P U T U S A N Nomor: 0078/Pdt.G/2010/PA.Dmk. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PA DEMAK NO. 619/PDT.G/2003/PA.DMK TENTANG PENOLAKAN MAJELIS HAKIM TERHADAP NAFKAH ANAK (HADHANAH)

BAB V PEMBAHASAN. A. Praktek Dan Pemahaman Masyarakat Desa Pinggirsari Kecamatan Ngantru tentang Kafa ah Dalam Perkawinan

NOMOR : 19/Pdt.G/2013/PA.Sgr. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak mampu. Walaupun telah jelas janji-janji Allah swt bagi mereka yang

ب س م الله ال رح م ن ال رح یم

Nomor : 561/Pdt.G/2011/PA.Tbh.

BAB I PENDAHULUAN. dalam surat ar-rum ayat 21 sebagai berikut: Artinya: Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah Dia menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

P U T U S A N Nomor 239/Pdt.G/2012/PA.Pkc

IMPLIKASI PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DALAM PRESFEKTIF HUKUM ISLAM DAN UU NO. 1 TAHUN 1974

ÉΟŠÏm 9$# Ç uη q 9$#

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam agama Islam mempunyai kedudukan yang sangat

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

P U T U S A N No. : 0219/Pdt.G/2012/PA.PRA

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

SALINAN PENETAPAN Nomor : XX/Pdt.P/2012/PA.Ktbm

PUTUSAN Nomor : 31/Pdt.G/2010/PA.Rks. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor : 1636/Pdt.G/2012/PA.Plg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 1 Tahun Dalam Pasal 1 Undang-undang ini menyebutkan :

P U T U S A N. Nomor: 0133/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SALINAN P U T U S A N

P U T U S A N. Nomor: XXX/Pdt.G/2012/PA.GM

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan menurut istilah ilmu fiqih dipakai perkataan nikah dan perkataan ziwaj, nikah menurut bahasa mempunyai arti sebenarnya ( hakikat ) dan arti kiasan ( majaz ). Arti yang sebenarnya dari nikah ialah dham yang berarti menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha yang berarti setubuh atau aqad yang berarti mengadakan perjanjian pernikahan. 1 Para ahli fiqih berbeda pendapat tentang arti kiasan yang mereka pakai, Imam Abu Hanifah memakai arti setubuh, sedangkan Imam Asy-Syafi I memakai arti mengadakan perjanjian pernikahan. 2 Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaaqon gholidhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah, perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah untuk melaksanakan perkawinan harus ada calon suami, isteri, wali nikah, kedua orang saksi dan ijab qabul. 3 1 Kamal Mukhtar,Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, ( Jakarta :Bulan Bintang, 1997 ) h.1 2 Ibid 3 Departemen Agama, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia ( Bandung : Humanioka utama press, 1991 ), h. 41. 1

2 Dalam perkawinan hendaklah pasangan tersebut memelihara hakekat perkawinan, yaitu untuk menghadapi segala keadaan yang terjadi atau yang mungkin terjadi. Perkawinan bukan hanya hubungan jasmani tetapi merupakan hubungan kemanusiaan untuk menyongsong kehidupan dengan segala problemnya. Perkawinan merupakan kesepakatan sepasang suami isteri saling setia tetap sebagai sebuah keluarga yang utuh yang merupakan dambaan suatu kesempurnaan rohani. Oleh karena itu perkawinan harus sedapat mungkin dipertahankan supaya jangan terjadi perceraian. 4 Perceraian itu sendiri adalah hal yang amat dibenci oleh Allah swt. Sebagaimana hadis Nabi yang berbunyi : ن و وا : و ن غ و م ض ا و ال و وا ر ا و ا و و ن م و را ن ر ر و را و ن ر ن ر م و و و ر ال ن ر و ل ا و و ن ر و و ن 5 و ن و و ن وال نال و م. )ا ه أ و ) Artinya : Dari Muharib bin Ditsar Ibnu Umar R.A. dari Nabi SAW, bersabda : paling dibenci perkara halal terhadap Allah SWT itu ialah talak. ( HR. Abu Daud ). 6 Alasan untuk terjadinya perceraian disebutkan dalam pasal 39 undangundang nomor 1 tahun 1974 ayat (2) yang berbunyi : untuk melakukan h. 102 4 Peonah Daly,Hukm Perkawinan Dalam Islam, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1997 ), 5 Abu daud Sulaiman Ibnu Asy ats, Sunan Abu Daud, Juz II ( Indonesia : Maktabah Dahlan, t, th ), h. 255 6 Bey Arifin, et, al, Terjemah Sunan Abu Daud, ( Semarang : Asy-Syifa, 1992, Juz III). H. 87-88

3 perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami isteri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri 7 Di Indonesia perceraian dapat dinyatakan sah apabila dilakukan di depan sidang pengadilan.hal ini ditegaskan dalam undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam pasal 39 ayat 1 jo. Undang-undang nomor 7 tahun 1989 tentang peradilan agama pasal 65 yang berbunyi : Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak behasil mendamaikan kedua belah pihak Adapun alasan-alasan perceraian disebutkan dalam pasal 19 peraturan pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan undang-undang nomor 1 tahun 1974. Dalam proses persidangan, salah satu hal yang harus dilakukan oleh pengadilan adalah mendamaikan. Hal ini diatur dalam undang-undang nomor 7 tahun tahun 1989, asas tersebut tercantum dalam pasal 65 dan pasal 82 jo pasal 39 undang-undang nomor 1 tahun1974 dan peraturan pemerintah nomor 9 tahun 1975 pasal 31, yang berbunyi : 1. Hakim yang memeriksa gugatan perceraian berusaha mendamaikan kedua belah pihak 2. Selama perkara belum diputuskan, usaha mendamaikan dapat dilakukan pada setiap kali sidang pemeriksaan. 8 7 Tim penyusun, Himpunan Peraturan Perundang-undangan dalam lingkungan peradilan agama, ( Jakarta : Di Rektorat Pembinaan Peradilan Agama, 2003 ), h.274 8 Yahya Harahap, Kedudukan dan Kewenangan Acara Peradilan Agama, (Jakarta, Sinar Grafika, 2001 ), h. 67

4 Dalam pemeriksaan perkara perceraian, fungsi upaya hakim untuk mendamaikan para pihak, tidak terbatas pada sidang pertama saja. Ketentuan pasal 82 ayat (4) undangundang nomor 7 tahun 1989 jo pasal (3) ayat (2) dan pasal 21 peraturan pemerintah nomor 9 tahun 1975 melampaui prinsip tersebut. Menurut ketentuan pasal yang di maksud, upaya mendamaikan dalam perkara perceraian adalah berlanjut selama proses pemeriksan berlangsung dan mulai dari sidang pertama sampai pada tahap putusan belum dijatuhkan oleh karena itu, pada setiap pemeriksaan sidang berlangsung, hakim tetap di bebani fungsi mengupayakan perdamaian. 9 Dari pengamatan penulis di peroleh gambaran bahwa di kota Banjarmasin terdapat para suami yang melakukan pengabaian terhadap isterinya sendiri. Dan ternyata si isteri mengatakan bahwa sebelum suaminya menikahi wanita lain, suami tersebut melaksanakan kewajibannya dengan baik. Tapi sayang ketika suami setelah menikahi wanita lain, suami tersebut tidak melaksanakannya dengan baik. Menurut pengamatan penulis, setelah suami menikahi wanita lain tidak memberikan nafkah kepadanya baik secara lahir maupun batin, demikian juga terhadap anak kandungnya sendiri. Dari pengabaian yang dilakukan suami maka sekarang ini kehidupan isteri terlunta-lunta atas perbuatan suami, kehidupan isteri tidak diperhatikan dan tidak dibiayai oleh suami, serta kehidupan anak yang kurang kasih sayang dari seorang ayah. Setelah terjadinya pengabaian yang dilakukan suami terhadap isteri dan anaknya, maka isteri berkeinginan untuk mengajukan cerai gugat terhadap 9 Ibid

5 suaminya. Keinginan isteri untuk mengajukan cerai ternyata ditolak oleh suaminya dengan ancaman membunuh terhadap isterinya apabila si isteri tersebut bersikap keras untuk minta cerai, dengan alasan itu isteri tidak mau mengajukan cerai gugat ke pengadilan agama, sehingga perbuatan suaminya jelas melanggar norma-norma agama. Berdasarkan hal-hal di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian yang lebih jauh mengenai kondisi terjadi pada rumah tangga orang yang melakukan pengabaian ini dan apa yang mendasari mereka melakukan hal ini. Permasalahan ini dituangkan dalam penelitian yang berjudul : KEENGGANAN ISTERI YANG DI ABAIKAN SUAMI UNTUK MENGAJUKAN GUGAT CERAI DI KOTA BANJARMASIN B. Rumusan Masalah Untuk terarahnya penelitian ini, maka dibuat perumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran keengganan isteri yang diabaikan suami untuk mengajukan gugat cerai di kota Banjarmasin? 2. Apa yang menjadi alasan keengganan isteri yang diabaikan suami untuk mengajukan gugat cerai di kota Banjarmasin? 3. Apa dampak keengganan isteri yang diabaikan suami untuk mengajukan gugat cerai di kota Banjarmasin?

6 C. Tujuan Penelitian dan Signifikansi Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Gambaran keengganan isteri yang diabaikan suami untuk mengajukan gugat cerai di kota Banjarmasin. 2. Alasan keengganan isteri yang diabaikan suami untuk mengajukan gugat cerai di kota Banjarmasin. 3. Dampak keengganan isteri yang diabaikan suami untuk mengajukan gugat cerai di kota Banjarmasin. D. Definisi Operasional Untuk menghindari kehancuran atau kesalahpahaman terhadap istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka penulis merasa perlu memberikan penegasan istilah sebagai berikut : 1. Keengganan adalah ketidaksudian. 10 2. Diabaikan adalah tidak diperdulikan baik secara lahir maupun batin. 11 3. Mengajukan adalah mengemukakan suatu permintaan cerai kepada Pengadilan. 12 322 10 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Yakarta: Balai Pustaka,). H. 11 Ibid, h. 1 12 Ibid, h. 15

7 4. Gugat cerai adalah pengajuan dari seorang isteri untuk meminta cerai terhadap suaminya. 13 Jadi definisi operasional penelitian yang penulis maksudkan di sini adalah ketidaksudian mengemukakan suatu permintaan cerai kepada Pengadilan dari seorang isteri terhadap suaminya yang tidak dipedulikannya baik secara lahir maupun batin. E. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian nantinya yang diharapkan oleh penulis berguna untuk : 1. Bahan informasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Ahwal al-syaksiyah. 2. Informasi bagi yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut pada permasalahan yang sama dari sudut pandang yang berbeda. 3. Bahan masukan dalam memperkaya khazanah perpustakaan IAIN Antasari Banjarmasin 4. Bahan informasi bagi masyarakat khususnya orang banjar untuk dapat di kaji, direnungkan serta diamalkan dalam karya ilmiah ini. F. Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan signifikansi penelitian, definisi 13 Ibid, h. 387

8 operasional, kegunaan penelitian, kerangka penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Beberapa ketentuan umum dalam perceraian yang terdiri dari pengertian perceraian, dasar hukum perceraian, pelaksanaan - perceraian menurut hukum islam, dan pelaksanaan perceraian menurut hukum positif. BAB III : Metode penelitian yang terdiri dari jenis dan pendekatan penelitian serta sifat dan lokasi penelitian, subyek dan obyek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, analisis data, dan tahapan penelitian. BAB IV : Laporan hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, uraian deskrifsi kasus perkasus disertai dengan matriks untuk menyederhanakan sehingga memudahkan menganalisis pembahasan isteri yang diabaikan suami untuk mengajukan gugat cerai di kota Banjarmasin, dan tentang perkawinan dan pengabdian. BAB V : Penutup, yang berisikan simpulan dan saran-saran