RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SORGUM (Shorgum bicolor) TERHADAP FREKUENSI DAN DOSIS PUPUK NITROGEN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG BOGOR PADA BERBAGAI TINGKAT KERAPATAN TANAM DAN FREKUENSI PENYIANGAN*

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

I. PENDAHULUAN. Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) adalah tanaman serealia yang potensial

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani Tanaman Sorgum. Berdasarkan klasifikasi botaninya, Sorghum bicolor (L.) Moench termasuk

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan dan krisis energi sampai saat ini masih menjadi salah satu

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays, L.) PIONEER 27

PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merill)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia sumber karbohidrat kedua

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KERAGAAN PERTUMBUHAN JAGUNG DENGAN PEMBERIAN PUPUK HIJAU DISERTAI PEMUPUKAN N DAN P

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KOTORAN KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KAILAN (Brassica oleraceae. L)

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia komoditas tanaman pangan yang menjadi unggulan adalah padi,

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.)

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

Kata kunci : kompos, Azolla, pupuk anorganik, produksi

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

0 (N 0 ) 12,34a 0,35 (N 1 ) 13,17a 0,525 0,7 (N 2 ) (N 3 )

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia yang memiliki sumber

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam

KAJIAN PERIMBANGAN PEMBENTUKAN ORGAN SOURCE-SINK TANAMAN BABY CORN PADA TLNGKAT PENYIANGAN DAN PEMBERIAN UREA YANG BERBEDA

JURNAL SAINS AGRO

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

Volume 11 Nomor 2 September 2014

PENGARUH KOMPOS JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KAILAN (Brassica alboglabra, L.) PADA TANAH PODSOLIK MERAH KUNING

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

I. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BABY CORN (Zea mays L) PADA BEBERAPA MACAM PENYIAPAN LAHAN DAN KETEBALAN MULSA JERAMI

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI Azolla pinnata TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.))

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012).

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

PENGARUH DOSIS DAN UKURAN BUTIR PUPUK FOSFAT SUPER YANG DIASIDULASI LIMBAH CAIR TAHU TERHADAP SERAPAN P DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI(Glycine max (L.)Merill) ARTIKEL ILMIAH RITA SARI

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu tanaman pangan penting

PENGUJIAN GALUR-GALUR HARAPAN KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS MALABAR DAN KIPAS PUTIH PADA DOSIS PUPUK FOSFOR (P) RENDAH

UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN

Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

Jurnal Cendekia Vol 12 No 2 Mei 2014 ISSN

Vol 3 No 1. Januari - Maret 2014 ISSN :

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KOMBINASI DOSIS PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tomat merupakan salah satu dari kelompok sayuran yang memiliki banyak manfaat, diantaranya digunakan

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

Shella A.J.W., Kajian Pemberian Pupuk Hijau Eceng Gondok Pada Tanah Gambut Terhadap Pertumbuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

RESPON TIGA VARIETAS KEDELAI TERHADAP APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR DI TANAH ULTISOL

RESPON PENAMBAHAN ABU SEKAM DAN DOLOMIT TERHADAP PERTUMBUHAN KEDELAI DI TANAH ALFISOL Aditya Perdanatika 1, Suntoro 2, Pardjanto 2

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan semusim yang termasuk golongan rerumputan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan dan energi masih menjadi salah satu perhatian besar di

Vol 2 No. 1 Januari - Maret 2013 ISSN :

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

PENGARUH SISTEM TANAM LEGOWO DAN KONSENTRASI PUPUK PELENGKAP CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI. Abstrak

I. PENDAHULUAN. lebih tahan terhadap hama dan penyakit (Sumarno dan Karsono 1996 dalam

PENGARUH BOKASHI SEKAM PADI TERHADAP HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays, L Sacharata) PADA TANAH ULTISOL

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH DI DATARAN MEDIUM KABUPATEN REJANG LEBONG BENGKULU PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015).

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

Transkripsi:

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SORGUM (Shorgum bicolor) TERHADAP FREKUENSI DAN DOSIS PUPUK NITROGEN Edhi Turmudi Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu Jl. Raya Kandang Bengkulu 38371 A. Telp. (736) 2129,2117 Pest. 26,226 ABSTRAK Produksi sorghum sebagai bahan pangan alternative perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Masalah yang harus dipecahkan adalah perbaikan teknik budidaya terutama pemupukan dan pengendalian gulma. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis optimal pupuk N pada berbagai frekuensi penyiangan. Penelitian untuk menguji empat taraf dosis pupuk Nitrogen pada tiga taraf frekuensi penyiangan dilaksanakan dalam bentuk percobaan lapangan dengan rancangan acak kelompok lengkap yang disusun secar faktorial. Hasil penelitian ini menunjukan dosis pupuk optimal bagi tanaman sorgum adalah 147,56 kg N ha-1 pada frekuensi penyiangan dua kali dengan bobot biji kering tertinggi sebesar 2378,7 gram per petak atau serata dengan 3 ton per hektar. Kata Kunci : sorgum, pupuk N, penyiangan. I. PENDAHULUAN Usaha peningkatan produksi bahan pangan terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan terutama makanan pokok terus meningkat sejalan dengan laju pembangunan dan pertambahan penduduk. Usaha ini tidak terbatas pada tanaman pangan utama (padi) melainkan penganekaraman (diversifikasi) dengan mengembangkan tanaman pangan alternatif seperti sorghum (Sorghum bicolor (L). Moench). Sorghum merupakan komoditas pangan alternatif yang memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan di Indonesia. Biji sorghum dapat digunakan sebagai bahan makanan yang banyak mengandung karbohidrat sebagai bahan dasar pembuatan minuman dan pakan ternak (Mudjishono dan Damardjati, 1987). Nilai keunggulan tanaman sorghum yang tidak dimiliki oleh tanaman serealia lain diantaranya produksi tanaman cukup tinggi serta mudah dibudidayakan (Sudaryono et al., 1994). Sorghum mengandung karbohidrat 83 %, protein 11 %, lemak 3,3 %, vitamin B1, mineral, Fe, P dan Ca (Nurmala, 1998). Menurut Roesmarkam et al. (1993) tanaman sorghum memiliki adaptasi yang luas, toleran terhadap kekeringan dan genangan serta dapat tumbuh di lahan yang kurang subur. Teknik budidaya sorghum yang diterapkan umumnya masih sangat sederhana yakni tanpa pengolahan tanah, pemupukan dan pemberantasan hama dan penyakit tanaman dilakukan seadanya (Roesmarkam et al., 1993). Menurut Saleh et al. (199) produktivitas 11

sorghum yang rendah di lahan petani karena teknik budidaya yang dilakukan belum sempurna, salah satu diantaranya yaitu rendahnya dosis pupuk yang diberikan. Pupuk merupakan sumber hara utama bagi tanaman. Pupuk yang diberikan pada dosis dan waktu aplikasi yang tepat akan membantu ketersedian unsur hara dalam tanah. Namun, pemupukan yang berlebihan dapat mengakibatkan keracunan pada tanaman, pertumbuhan terhambat dan berakibat kematian. Selain itu pemupukan melebihi kapasitas produksi tanah sebagian akan hilang melalui proses pencucian, terikat dalam bentuk tidak tersedia atau distribusi tidak merata di seluruh tanah (Harjadi, 1979). Nitrogen merupakan salah satu unsur hara makro esensial yang sangat dibutuhkan oleh tanaman sorghum. Penyerapan N oleh akar tanaman berlangsung selama fase vegetatif sampai generatif. Dalam peningkatan produksi tanaman, nitrogen menjadi faktor pembatas karena ketersedian nitrogen dalam tanah sangat terbatas (Sunarlim dan Gunawan, 1989). Pemupukan N menjadi tidak efisien akibat adanya gulma. Pemupukan yang tidak tepat, dosis, cara dan waktu yang digunakan dapat menigkatkan pertumbuhan gulma yang tanggap terhadap pemupukan. Gulma yang tumbuh di sekitar tanaman utama akan menurunkan kualitas dan kuantitas tanaman karena berkompetisi terhadap unsur hara, sinar matahari, air, CO 2, dan ruang tumbuh (Mercado, 1979 dalam Achadi, 1994). Pupuk yang diberikan pada dosis 45 kg N ha -1 mendorong pertumbuhan gulma karena unsur nitrogen penting dan paling banyak diperlukan pada fase pertumbuhan (Achadi, 1994). Disamping itu beberapa jenis gulma dapat mengeluarkan allelopathy yang bersifat racun bagi tanaman dan sebagai inang hama dan penyakit. Untuk mengantisipasi terjadinya kompetisi antara tanaman dengan gulma perlu dilakukan penyiangan. Menurut Dawson (1986) tanaman memerlukan penyiangan pada awal pertumbuhan. Penyiangan gulma secara terus menerus selama periode pertumbuhan tidak diperlukan. Penyiangan gulma dua kali saat tanaman berumur 3 minggu setelah tanam (mst) dan 6 minggu setelah tanam (mst) meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung (Sebayang et al., 21). Oleh karena itu, dosis pupuk N dan frekuensi penyiangan yang tepat perlu dikaji sehingga pemupukan yang dilakukan dapat memberikan pengaruh yang optimal bagi pertumbuhan tanaman sorghum. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis optimal pupuk N pada frekuensi penyiangan yang tepat guna mencapai pertumbuhan dan hasil tanaman sorghum yang maksimum. 12

METODOLOGI PENELITIAN Pelaksanaan Penelitian Penelitian berbentuk percobaan lapangan dilaksanakan sejak bulan Desember 23 sampai dengan April 24, di Desa Kandang Limun, Kecamatan Muara Bangkahulu, Kota Bengkulu pada ketinggian tempat 1 m di atas permukaan laut dengan jenis tanah Ultisol. Ada dua macam perlakuan yang dicoba yaitu : Faktor pertama adalah dosis pupuk nitrogen (N) terdiri dari N= kg N ha-1, N1= 75 kg N ha-1, N2= 15 kg N ha-1, dan N3= 225 kg N ha-1; Faktor kedua yaitu frekuensi penyiangan (W) terdiri dari W= tanpa penyiangan, W1= penyiangan satu kali saat tanaman umur 3 minggu setelah tanam (mst), dan W2= penyiangan dua kali saat tanaman umur 3 dan 6 minggu setelah tanam (mst). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang disusun secara factorial yang diulang 3 kali. Benih sorghum varietas no. 46 dengan viabilitas 93 % ditanam dengan jarak tanam 8 cm x 25 cm, pada petak percobaan beukuran 3,2 m x 2,5 m. Pupuk dasar yang digunakan yaitu urea dengan dosis sesuai perlakuan, SP-36 76,7 ha-1, dan KCl 1 kg ha-1. Pupuk urea diberikan dua kali yaitu 1/3 dosis pada saat tanam dan 2/3 dosis diberikan pada saat 42 hari setelah tanam (hst). Sedangkan pupuk SP-36 dan KCl diberikan sekaligus pada saat tanam. Pupuk diberikan pada larikan dengan jarak 1 cm dari barisan tanaman. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis keragaman (Uji F) pada taraf α.5. Untuk mengetahui hubungan antara dosis nitrogen dan frekuensi penyiangan terhadap peubah yang diamati digunakan metode orthogonal polynomial. Untuk mengetahui pengaruh frekuensi penyiangan digunakan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf α.5. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sorghum yang dipupuk pada Berbagai Dosis Nitrogen dan Frekuensi Penyiangan. Secara umum peubah-peubah pertumbuhan dan hasil tanaman sorghum menunjukkan respon yang berbeda terhadap dosis pupuk N pada setiap frekuensi penyiangan (terlihat pada Tabel 1). 13

Tabel 1. Rangkuman nilai F hitung peubah pertumbuhan dan hasil tanaman sorghum. F-hitung Interaksi Dosis Nitrogen Frek. Penyiangan Tinggi Tanaman 12, 59* 21, 54* 7,18* Luas Daun 5,* 2,71ns 1,81ns Derajat Hijau Daun 45,93* 84, 9* 32,31* Bobot Kering Akar 38, 73 * 42,51* 3,16* Bobot Kering Batang 2,54* 12,6*,97ns Bobot Kering Daun 26,3* 1,9* 1,64ns Bobot Kering Malai 17,4* 3,27* 2,87* Panjang Malai 3,41* 3,27* 3,27* Indeks Panen,44ns,67ns,66ns Bobot 1 Biji 21,31* 2,39ns,1ns Bobot Biji / Tanaman 24,75* 36,23* 3,58* Hasil per Petak 112,65* 42,72* 3,64* F Tabel 5% 3,5 3,44 2,55 Keterangan : * = nyata pada taraf α,5, ns = tidak nyata pada taraf α,5. Peubah Bentuk respon pertumbuhan dan hasil sorghum terhadap dosis N dan frekuensi penyiangan dapat dilihat pada Gambar 1 7. y W =.3 3 8 5 x + 1 5.6 1 R 2 =.7 6 8 8 ; R =,8 7 6 8 * 25 Tinggi tanaman (cm) 2 15 y W 2 =.1 7 6 x + 1 6 5.4 4 R 2 =.3 8 5 2 ; R =,6 2 6 * 1 y W 1 =. 4 6 2 x + 1 6 8.6 1 R 2 =.1 2 8 4 ; R =,3 5 8 3 * 5 Wo W1 W3 75 15 225 D o s is n itro g e n (k g /h a ) Gambar 1. Respon Tinggi Tanaman terhadap Dosis N dan Frekuensi Penyiangan 25 Panjang Malai (cm) 2 15 y W =. 1 9 x + 1 6.2 9 3 2 R =.4 6 1 1 ; R =,6 7 9 * 1 W W1 W2 y W 1 =. 1 6 x + 1 9. 4 8 2 R =. 1 6 ; R =,1 2 6 9 n s 5 y W 2 =. 1 4 x + 1 7.6 8 1 2 R =.7 5 6 ; R =,8 4 * 75 15 225 D o s is N itr o g e n (k g /h a ) Gambar 2. Respon Panjang Malai terhadap Dosis N dan Frekuensi Penyiangan 14

Derajat kehijauan Daun 5 45 4 35 3 25 2 15 1 5 yw = -.14x 2 +.364x + 17.492 R=,9958 * R 2 =.9613 yw1 = -.11x 2 +.3123x + 23.33 ;R 2 =.9917 * yw2 = -.6x 2 +.1615x + 3.912 R 2 =.9342; R =,9665 * 75 15 225 Dosis Nitrogen (kg/ha) W W1 W2 Gambar 3. Respon Derajat Kehijauan Daun terhadap Dosis N dan Frekuensi Penyiangan Bobot Kering Akar (g) 45 4 35 3 25 2 15 yw2 = -.8x 2 +.2733x + 14.617 R 2 =.833; R =,9127 * yw = -.7x 2 +.294x + 4.8452 R 2 =.8736; R = 9347 * 1 yw1 = -.9x 2 +.2656x + 9.3719 5 R 2 =.9479; R =,9347* 75 15 225 Dosis Nitrogen ( kg/ha) W W1 W2 Gambar 4. Respon Bobot Kering Akar terhadap Dosis N dan Frekuensi Penyiangan. Bobot Kering Malai (g) 8 7 6 5 4 3 2 yw = -.14x 2 +.476x + 11.63 R 2 =.983; R =,991 * yw1 = -.17x 2 +.5472x + 12.55 R 2 = 1; R = 1* 1 yw2 = -.16x 2 +.4627x + 31.322 R 2 =.85; R =,8947* 75 15 225 Dosis Nitrogen (kg/ha) W W1 W2 Gambar 5. Respon Bobot Kering Malai terhadap Dosis N dan Frekuensi Penyiangan. 15

8 7 yw 2 = -.16x 2 +.4797x + 24.757 R 2 =.8135; R =,919 * Bobot Biji Per Tanaman (g/tan) 6 5 4 3 2 1 yw = -.13x 2 +.423x + 1.886 R 2 =.9996; R =,9999 * yw 1 = -.9x 2 +.366x + 22.783 R 2 =.9523;R =,9759* 75 15 225 W W 1 W 2 Dosis Nitrogen (kg/ha) Gambar 6. Respon Bobot Biji per Tanaman terhadap Dosis N dan Frekuensi Penyiangan. Hasil Per Petak (g/petak) 3 25 2 15 1 yw2 = -.64x 2 + 18.888x + 985.13 R 2 =.7975; R =,893 * yw = -.49x 2 + 15.973x + 419.43 R 2 =.9972; R =,9986 * 5 yw1 = -.348x 2 + 12.23x + 915.15 R 2 =.9597; R =,9796 * 75 15 225 Dosis Nitrogen (kg/ha) W W1 W2 Gambar 7. Respon Hasil per Petak terhadap Dosis N dan Frekuensi Penyiangan Dari Gambar 1 dan 2 dapat dilihat bahwa semakin tinggi dosis N yang diberikan maka tinggi tanaman dan panjang malai sorghum yang tidak disiang, disiang satu kali, dan disiang dua kali semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi tanaman dan panjang malai meningkat seiring dengan semakin tingginya dosis N yang diberikan. Peningkatan tinggi tanaman dan panjang malai dipengaruhi oleh ketersediaan N pada saat pertumbuhan tanaman. N yang tersedia saat pertumbuhan menyebabkan fotosintesis berjalan dengan aktif sehingga pemanjangan dan pembelahan sel akan lebih cepat. Seiring dengan bertambahnya pemanjangan sel tanaman maka tinggi tanaman akan meningkat. Pada saat memasuki fase generatif, sebagian fotosintat digunakan untuk pembentukan organ generatif seperti malai sehingga panjang malai juga meningkat. N mempengaruhi kegiatan enzim dalam pemanjangan dan pembelahan sel tanaman (Dwijosepoetro, 1984). Fungsi N adalah sebagai komponen utama berbagai senyawa di dalam tanaman seperti asam amino, klorofil, protein, dan protoplasma (Agustina, 199). 16

Gambar 1 dan 2 juga menunjukkan tinggi tanaman dan panjang malai bahwa sorghum yang tidak disiang mempunyai nilai slope sebesar,34 dan,11 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai slope penyiangan satu kali sebesar,5 dan,2, dan nilai slope penyiangan dua kali sebesar,18 dan,1. Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran gulma di sekitar tanaman sorghum lebih besar pengaruhnya terhadap pupuk N yang diberikan untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Selain itu, faktor penyinaran yang kurang sebagai akibat dari persaingan antara tanaman dan gulma pada awal pertumbuhan tanaman menyebabkan tanaman cenderung menuju cahaya untuk memenuhi kebutuhan dalam proses metabolisme. Menurut Gardner et al., (1991) bahwa pemanjangan dan pembelahan sel disebabkan oleh meristem yang menghasilkan sel baru pada batang. Gambar 1 dan 2 juga menunjukkan bahwa pengaruh penyiangan dua kali terhadap tinggi tanaman dan panjang malai sorghum lebih besar dari penyiangan satu kali. Hal ini disebabkan penyiangan dua kali umur 3 mst dan 6 mst dapat menekan pertumbuhan gulma, sehingga tanaman mempunyai kesempatan lebih banyak untuk memanfaatkan unsur nitrogen dan faktor tumbuh lainnya untuk pertumbuhan tinggi tanaman. Penyiangan dua kali umur 3 mst dan 6 mst meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan luas daun (Sebayang et al., 21). Sorghum sangat peka terhadap gangguan gulma umur 5 3 hst (Mudjisihono dan Suprapto, 1987). Artinya, umur 5-3 hari setelah tanam (hst) merupakan periode kritis tanaman sorghum. Penyiangan satu kali saat tanaman umur 3 mst mampu menekan pengaruh gulma yang merugikan sehingga faktor tumbuh yang dibutuhkan oleh tanaman tersedia untuk pertumbuhan. Gambar 3 7 menunjukkan bahwa peningkatan dosis N hingga mencapai dosis optimal pada setiap frekuensi penyiangan meningkatkan pertumbuhan dan hasil sorghum. Hal ini mengindikasikan bahwa pemberian pupuk N pada dosis optimal, kebutuhan tanaman terhadap unsur N tersedia untuk mendukung pertumbuhannya. Sedangkan pemberian pupuk N melebihi dosis optimal menurunkan pertumbuhan dan hasil tanaman karena pada dosis tersebut melebihi kebutuhan tanaman. Pada Gambar 3 7 dapat diketahui dosis N optimal sorghum yang tidak disiang yaitu 13; 149,57; 168,7; 162,99 dan 147,56 kg ha -1 dengan nilai maksimum sebesar 45,47; 2,51 g; 51,18 g; 45,3 g/tanaman dan 1712,115 g/petak berturut-turut untuk derajat kehijauan daun, bobot kering akar, bobot kering daun, bobot biji per tanaman dan hasil per petak. Dosis N optimal untuk sorghum yang disiang satu kali masing-masing 141,92; 147,56; 16,94; 15,3 dan 172,74 kg ha -1 dengan nilai maksimum masing-masing sebesar 45,47; 28,97g; 58,58 g; 48,9 g/tanaman dan 1953,6 g/petak sedangkan dosis N optimal 17

untuk sorghum yang disiang dua kali yaitu 134,58; 17; 144,59; 144,91 dan 147,56 kg ha -1 dengan nilai maksimum sebesar 41,38; 34,96 g; 64,77 g; 6,71 g/tanaman dan 2378,7 g/petak berturut-turut untuk derajat kehijauan daun, bobot kering akar, bobot kering daun, bobot biji per tanaman dan hasil per petak. Pertumbuhan dan hasil sorghum menurun jika gulma tidak disiang. Hal ini dapat dilihat dari nilai maksimum sorghum yang tidak disiang lebih rendah dengan dosis N optimal lebih tinggi dari sorghum yang disiang. Sebagian N yang diberikan dimanfaatkan oleh gulma. Gulma mempunyai daya saing yang tinggi terhadap penggunaan unsur hara, air, cahaya matahari dan ruang tumbuh sehingga dapat menurnkan pertumbuhan dan hasil tanaman (Sastroutomo, 199). Nilai maksimum sorghum yang disiang dua kali lebih tinggi dengan dosis N optimal lebih rendah dari sorghum yang disiang satu kali. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat persaingan antara tanaman dan gulma terhadap pupuk N yang diberikan pada sorghum yang disiang dua kali lebih rendah dari sorghum yang disiang satu kali. Penyiangan dua kali saat tanaman umur 3 mst dan 6 mst dapat menekan pertumbuhan gulma, sehingga kesempatan tanaman menguasai ruang tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan gulma. Jika tanaman menguasai ruang tumbuh maka kebutuhan tanaman terhadap N yang diberikan tersedia untuk mendukung pertumbuhannya. N berfungsi merangsang pertumbuhan tanaman. Unsur N yang diserap oleh akar - tanaman dalam bentuk NO 3 dan NH + 4 digunakan untuk pembentukan klorofil dan senyawa-senyawa penting dalam proses metabolisme. Klorofil berperan langsung dalam proses fotosintesis. Fotosintat yang dihasilkan akan ditranslokasikan pada berbagai organ vegetatif seperti akar, batang dan daun sebagai cadangan makanan pada saat tanaman memasuki fase generatif. Sebagian fotosintat digunakan untuk pembentukan organ generatif seperti malai dan sebagiannya lagi ditranslokasikan ke biji. Rangkaian proses ini menunjukkan bahwa hasil tanaman sorghum yang dibudidayakan tidak terlepas dari pertumbuhan vegetatifnya. Pertumbuhan vegetatif yang baik memungkinkan tanaman dapat melakukan fotosintesis secara optimal sehingga fotosintat yang dihasilkan meningkat. Selanjutnya fotosintat digunakan untuk pembentukan malai dan pengisian biji pada akhirnya akan meningkatkan bobot kering malai, bobot biji per tanaman dan hasil per petak. Pemberian pupuk N dosis 225 kg ha -1 cenderung menurunkan pertumbuhan dan hasil sorghum (Gambar 3 7). Kecenderungan penurunan ini disebabkan dosis tersebut melebihi kebutuhan tanaman. Pemberian N melebihi kebutuhan tanaman akan menghambat pembentukan biji sehingga biji yang dihasilkan tidak sempurna akibatnya 18

menurunkan bobot biji. Hasil penelitian Ispandi dan Ismail (1992) pemberian N dosis 18 kg ha-1 menurunkan hasil sorghum. Hasil penelitian Turmudi, (22) menunjukkan bahwa pemupukan N pada dosis 135 kg ha-1 pada tanaman jagung menurunkan bobot biji per tanaman dan bobot 1 biji. Pemupukan N dosis tinggi menyebabkan tanaman sorghum rentan terhadap serangan hama semut merah dan Aphis sehingga respon sorghum terhadap pupuk N yang diberikan menjadi optimal. 4.4 Pengaruh Pemupukan Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Hasil Sorghum Respon pertumbuhan dan hasil sorghum terhadap pupuk N dapat dilihat pada Gambar 8 11. 9 Luas Daun (cm2) 8 7 6 y = 5.4793x + 1127.9 2 R =.138; R =,322 * 5 4 3 2 1 75 15 225 Dosis Nitrogen (kg/ha) Gambar 8. Respon Luas Daun terhadap Dosis N 25 y = -.28x2 +.9124x + 34.279 R2 =.516; R =,782 * Bobot Kering Batang (g) 2 15 1 5 75 15 225 Dosis Nitrogen (kg/ha) Gambar 9. Respon Bobot Kering Batang terhadap Dosis N 19

y = -.6x2 +.1778x + 17.144 R2 =.3528; R =,5939 * 5 Bobot Kering Daun (g) 45 4 35 3 25 2 15 1 5 75 15 225 Dosis Nitrogen (kg/ha) Gambar 1. Respon Bobot Kering Daun terhadap Dosis N 4.5 4 Bobot 1 Biji (g) 3.5 3 2.5 2 y = -2E-5x +.72x + 3.224 2 R =.5563; R =,7459 * 2 1.5 1.5 75 15 225 Dosis Nitrogen ( kg/ha) Gambar 11. Respon Bobot 1 Biji terhadap Dosis N Gambar 8-11 menunjukkan bahwa dosis N berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil sorghum. Pada Gambar 8 memperlihatkan semakin tinggi dosis N yang diberikan maka luas daun semakin meningkat secara linier. Setiap peningkatan 1 kg ha-1 akan diikuti dengan bertambahnya luas daun sebesar 5,48 cm2. Hal ini sejalan dengan penelitian Bunafi (21) pemupukan N dosis kg ha-1 sampai dengan dosis 135 kg ha-1 meningkatkan luas daun dengan pola linier positif. Hasil penelitian Ariffin et al. (22) menunjukan pemberian pupuk nitrogen dengan dosis 2 g urea/tanaman berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan luas daun pada tanaman meniran. Luas daun berhubungan dengan produksi tanaman (Jumin, 1991). Peningkatan jumlah energi matahari untuk proses fotosintesis sejalan dengan bertambahnya luas daun yang dapat menangkap sinar matahari. Pada fase vegetatif, hasil dari proses fotosintesis (fotosistat) berupa karbohidrat ditranformasikan menjadi biomassa tanaman untuk membentuk organ-organ vegetatif 2

seperti daun, batang ataupun akar. Sedangkan pada fase generatif khususnya fase pengisian biji, fotosintat sebagian besar digunakan untuk pembentukan cadangan makanan pada biji. Pada Gambar 9 11 dapat diketahui bahwa nilai maksimum dicapai pada dosis N optimal masing-masing sebesar 162,93; 148,17; 18 kg ha-1 berturut-turut untuk bobot kering batang, bobot kering daun dan bobot 1 biji. Pemberian N melebihi dosis optimal menurunkan pertumbuhan dan hasil sorghum (Gambar 9 11). Pada kondisi N yang tinggi maka proses metabolisme di dalam tubuh tanaman akan terhambat akibatnya fotosintat yang dihasilkan tidak sempurna. Hal ini mengindikasikan bahwa luas daun yang maksimal tidak selalu mencerminkan bobot kering tanaman dan bobot biji meningkat. Meskipun luas daun pada dosis tertinggi masih meningkat tetapi pemberian N di atas dosis optimal menurunkan bobot kering batang, bobot daun dan bobot 1 biji 4.5 Pengaruh Frekuensi Penyiangan terhadap Pertumbuhan dan Hasil Sorghum Respon peubah bobot kering batang dan bobot kering daun terhadap frekuensi penyiangan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Respon bobot kering batang dan bobot kering daun terhadap frekuensi penyiangan. Peubah Bobot kering batang (g) Bobot kering daun (g) W 62,234 b 21,146 b W1 77,722 b 25,399 a W2 16,53 a 27,682 a Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNT taraf α,5. Bobot kering batang tertinggi diperoleh pada penyiangan dua kali yaitu 16,53 g/batang. Hal ini karena penyiangan dua kali pertumbuhan gulma tertekan, sehingga unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman tersedia cukup. Sementara itu berat kering daun pada penyiangan dua kali lebih tinggi dibandingkan penyiangan satu kali dan tanpa penyiangan. Penyiangan dua kali tingkat kompetisi dimenangkan tanaman sorghum. Unsur hara yang tersedia saat pertumbuhan menyebabkan fotosintesis berjalan aktif. Hasil fotosintesis akan ditranslokasikan keseluruh bagian tanaman untuk pembentukan organ tanaman dan sebagian akan tersimpan sebagai bahan kering (Jumin, 1991). Hasil bahan kering tanaman hampir 9 % dibentuk dari fotosintesis. Pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang, luas daun dan secara langsung akan meningkatkan bobot kering bagian atas tanaman (Gardner et al., 1991). 21

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan bahwa : Pertumbuhan dan hasil Sorghum menunjukkan pola respon yang berbeda-beda terhadap dosis N pada setiap frekuensi penyiangan. Hasil biji kering tertinggi sebesar 2378,7 g/petak atau setara dengan 3 ton per hektar dihasilkan pada tanaman sorghum yang dipupuk 147,56 kg N ha-1 dengan frekuensi penyiangan dua kali Saran 1. Untuk meningkatkan efektivitas penggunaan pupuk N pada tanaman sorghum sebaiknya digunakan dosis pupuk N 75 kg ha-1 hingga 15 kg ha-1. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan lebih memperhatikan saat pemberian pupuk N dan pengaturan tata pengairan yang tepat untuk meningkatkan produksi Sorghum. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada Sdri Jumniati SP. yang telah berperan banyak dalam membantu pelaksanaan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Achadi, T. 1994. Pengaruh dosis nitrogen dan gulma: 2. pengaruhnya terhadap pertumbuhan gulma dan hasil kedelai. J. Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Bengkulu. 2(2): 92-95. Agustina. 199. Nutrisi Tanaman. Kanisius, Yogyakarta. Ariffin., T. Ismail dan S. Kurniasari. 22. Upaya peningkatan produksi biomassa tanaman meniran melalui pengaturan jarak tanam dan pupuk nitrogen (urea). J. Agrivita 24(2): 96-1. Bunafi. 21. Pengaruh dosis pemupukan nitrogen terhadap pertumbuan dan hasil tanaman jagung yang ditumpangsarikan dengan tanaman kedelai dalam berbagai frekuensi penyiangan. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Bengkulu (tidak dipublikasikan). Dawson, J. H. 1986. The concept of periods thresholds. Proc. Of. EWRS. Symposium Economic Weed Control. 273-331. Dwijosepoetro, D. 1984. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta. 22

Gardner, F. P., R. B. Pearce., R. Roger and I. Mitchel. 1992. Physiologi of Plant. Lowa State University Press. Diterjemahkan oleh Tohari,S. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Hakim, N., M. Y. Nyakpa., A. M. Lubis., S. G. Nugroho., M. R. Saul., M. A. Diha., G. B. Hong, dan H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung. Harjadi, S. 1979. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta. Ispandi, A dan C. Ismail. 1992. Pertumbuhan dan hasil tanaman sorghum pada takaran, formulasi dan frekuensi pemberian pupuk urea di tanah aluvial Bojonegoro. Risalah Hasil Penelitian Tanaman Pangan, Malang. Jumin. 1991. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta. Marsono. 1999. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta. Mudjisihono, R., dan D. S.Damarjati. 1987. Prospek kegunaan Sorghum sebagai sumber pangan dan pakan ternak. J. Litbang Pertanian 6(1): 1-4. Mudjisihono, R. dan Suprapto. 1987. Budidaya dan Pengolahan Sorghum. Penebar Swadaya, Jakarta. Morgan, D. 23. What is plant nutrition. http://retiress.uwaterloo.co/~jerry/orchid/ nutri.htm. 9 February 23. Nurmala, T. 1998. Sumber Karbohidrat Utama. Rineka Cipta, Jakarta. Nyakpa, M. V., A. M Lubis., M. A. Paulung., A. G. Amrah, A. Munawar., G. B. Hong dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah Universitas Lampung, Lampung. Rismunandar. 1989. Sorghum Tanaman Serbaguna. Sinar Baru, Bandung. Roesmarkam, S., Sutoro dan Subandi. 1993. Sorghum: kegunaan, pola, dan teknik budidaya. hlm. 1176-1185. Pros. Simp. Penelitian Tanaman Pangan III, Bogor 1993. Russell, E. J. 1988. Soil condition and Plant Growth. 8 th. Ed. John Wiley & Son. Inc, New York. Saleh, N,. Trustinah., B. S. Radjit., I. K. Tasra., Sunardi., dan A. Winarto. 199. Hasil penelitian jagung dan sorghum. Risalah Hasil Penelitian Tanaman Pangan Balitan Malang. Sastroutomo, S. S. 199. Ekologi Gulma. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sebayang, H. T., N. E. Suminarti dan A. Setiawan. 21. Penggunaan herbisida glifosat pada system olah tanah dan periode penyiangan terhadap pertumbuhan dan hasil 23

tanaman jagung manis serta kacang hijau dalam system tumpangsari. hlm. 381-386. Pros Konf. HIGI XI 17-19 Juli di UNS Surakarta 21. Sitompul, S. M dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Soerjani, M., A. J. H. Kostermans and G. Tjiptrosoepomo. 199. Weed of Rice in Indonenesia. Balai Pustaka, Jakarta. Sudaryono, A Taupiq dan C. Ismail. 1994. Evaluasi paket teknologi budidaya sorghum pada lahan sawah tadah hujan di Ponegoro. Risalah Hasil Penelitian Tanaman Pangan Balitan Malang. Sunarlim, N dan Gunawan, W. 1989. Pengaruh pemupukan nitrogen dan pupuk kandang terhadap pertumbuhan, hasil dan komponen hasil kedelai di lahan kering Kabupaten Garut. J. Penelitian Pertanian 9(3): 127-132. Sutejo, M. M dan A. G. Kartosapoetro. 1988. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT Bina Aksara, Jakarta. Sutoto, S. B., D. S. Padmini dan I. Nenden. 21. Pengaruh cara pengendalian gulma terhadap pertumbuhan gulma dan hasil kedelai. hlm.278-284. Pros. Konf. Nas. HIGI XV. Surakarta, 17-19 Juli 21. Turmudi, E. 22. Produktivitas kedelai-jagung pada system tumpangsari akibat penyiangan dan pemupukan nitrogen. J. Akta Agrosia. 5(1): 22-26. 24