BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dikatakan masa yang paling menyenangkan dan berkesan.masa remaja terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum masa dewasa (DeBrum dalam Jahja, 2011). Pada masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa seseorang mengalami perubahan yang terjadi pada dirinya,baik perubahan fisik maupun perubahan psikis. Perubahan fisik yang terjadi menimbulkan dorongan seksual yang akibat pematangan organ yang dialami (Pangkahila, 2010).Seks merupakan dorongan yang sering terhalang atau dirintangi, yang pada akan menjadi sumber dari konflik dan frustasi. Sering pula terjadi penyimpangan dalam mencari kepuasan seks antara lain dengan kegiatan onani, homoseksual, lesbianism, pelacuran, pornografi, bestiality, gerontoseksual, dan incest (Willis, 2014). Remaja memiliki berbagai macam dorongan pada diri mereka.hal tersebut berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan yang sangat khas bagi remaja.apabila kebutuhan-kebutuhan remaja tersebut dapat dipenuhi, maka dorongan seksual yang ada pada diri mereka dapat dialihkan.pengalihan dorongan seksual tersebut dapat diartikan bahwa remaja mampu mengendalikan emosi yang mereka miliki (Kusumawati, 2013). 1
2 Dorongan seksual yang ada pada remaja diakibatkan oleh adanya rangsangan internal yaitu meningkatnya kadar testosteron pada laki-laki dan estrogen pada perempuan (Pangkahila, 2010). Banyak remaja yang bermasalah dengan dorongan seksual mereka, bukan karena dorongan seksual tersebut yang menjadi masalah, namun remaja yang tidak mampu mengelola dengan baik dorongan seksual tersebut yang berpotensi menimbulkan masalah (Surbakti, 2009). Hasil Survey Kesehatan Reproduksi Remaja tahun 2012 mengungkap beberapa perilaku berpacaran remaja, antara lain sebanyak 29,5% remaja pria dan 6,2% remaja wanita pernah meraba atau merangsang pasangannya, sebanyak 48,1% remaja laki-laki dan 29,3% remaja wanita pernah berciuman bibir, sebanyak 79,6% remaja pria dan 71,6% remaja wanita pernah berpegangan tangan dengan pasangannya (BKKBN, 2013). Perilaku seksual pranikah dapat menyebabkan berbagai kerugian, diantaranya adalah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi tidak aman, penularan penyakit menular seksual, dan gangguan psikososial(sarwono, 2015).Hasil penelitian Putri (2013), 6 dari 10 responden yang hamil di luar nikah berhasil menggugurkan kandungannya melalui aborsi sengaja maupun tidak, dan empat responden sisanya terus melanjutkan kehamilannya sambil terus mencoba menggugurkan kehamilannya. Selain itu perilaku seksual pranikah merupakan pembuka jalan penularan penyakit menular seksual dan HIV/AIDS.Kedua penyakit
3 menakutkan ini kemungkinan besar terjadi karena remaja melakukan berhungan seksual sebelum menikahdan cenderung berganti-ganti pasangan. Selain itu perilaku seksual pranikah juga menyebabkan kehamilan di luar nikah dan pernikahan dini (Rikesda, 2013). Menurut Effendi dan Makhfudi dalam Putri (2014), keluarga dipandang sebagai sumber utama pembentukan kepribadian dan penyampaian pesan kesehatan, termasuk kesehatan reproduksi remaja. Keluarga merupakan unit atau wadah pertama dan utama yang dianggap mampu melakukan upaya promotif dan preventif pada seluruh individu yang menjadi anggota keluarga agar tidak berperilaku seksual beresiko sebelum menikah. Hasil penelitian Putri (2013) yang berjudul Peran Faktor Keluarga dan Karakteristik Remaja terhadap Perilaku Seksual Pranikah, menunjukkan bahwa perilaku seksual pranikah paling banyak dilakuan remaja dengan pola asuh orang tua secara permisif. Pola asuh orang tua secara permisif cenderung membiarkan anak melakukan hal-hal yang diinginkan, sehingga anak lebih bebas dalam bergaul dan mengekspresikan dorongan seksualnya.selain itu perilaku seks pra nikah itu cenderung dilakukan karena pengaruh lingkungan yang kurang sensitif terhadap perilaku remaja.perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah pada variabel penelitian dan teknik sampling. Dari hasil studi pendahuluan di SMK Batik 1 Surakarta dengan cara wawancara dengan guru BK didapatkan hasil bahwa dalam selama tahun
4 2014 terdapat 1 siswa keluar karena hamil di luar nikah, sedangkan pada tahun 2015 dari 5 siswa yang dikeluarkan salah satunya karena hamil di luar nikah. Berdasarkan latar belakang di atas penulis untuk mengetahui Perbedaan Perilaku Seks Bebas Remaja Ditinjau dari Tipe Pola Asuh Orang Tuadi SMK Batik 1 Surakarta. B. Perumusan Masalah Adakah perbedaan perilaku seks bebas remaja ditinjau dari tipe pola asuh orang tua? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan perilaku seks bebas remaja ditinjau dari tipe pola asuh orang tua 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui perilaku seks bebas remaja pada pola asuh tipe authoritative. b. Untuk mengetahui perilaku seks bebas remaja pada pola asuh tipe authoritarian c. Untuk mengetahui perilaku seks bebas remaja pada pola asuh tipe permissive d. Untuk menganalisis perbedaan perilaku seks bebas remaja pada pola asuh tipe authoritative, authoritarian, dan permissive
5 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Orang Tua dan Masyarakat Dapat memberikan informasi tentang pentingnya pendidikan seks dan pola asuh orang tua sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya seks bebas. 2. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat berguna sebagai bahan acuan untuk penelitian yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja.