HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE ARTIKEL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia khususnya dikalangan pelajar. Walaupun sudah

Oleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau COPD (Chronic

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. perokok mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya (Sari, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stres muncul sejalan dengan peristiwa dan perjalanan kehidupan yang dilalui

BAB 1 PENDAHULUAN. diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA PENYAKIT KANKER PARU PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 DI RS. IMMANUEL KOTA BANDUNG

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu

PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

Yang Terhormat (orang tua / pengasuh)

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN PENDERITA RAWAT INAP STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada paru-paru terhadap partikel asing maupun gas (GOLD, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN. Asia Timur seperti Jepang dan China memiliki kejadian terendah PPOK, dengan

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA SKOR COPD ASSESSMENT TEST (CAT), INDEKS BRINKMAN DAN FUNGSI PARU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Volume maksimum oksigen (VO 2

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. SK/XI/2008 tentang pedoman pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik,

I. PENDAHULUAN. dapat ditemui pada kalangan remaja (Fatimah, 2006). kimia yang akan menimbulkan berbagi penyakit (Partodiharjo, 2008).

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rokok pada dasarnya merupakan tumpukan bahan kimia berbahaya. Satu batang rokok asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sekarang sedang menanggung beban ganda dalam kesehatan yang

GAMBARAN FAKTOR RISIKO PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK. Oleh : YULI MARLINA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil dari non-perokok yang terpapar asap rokok. Hampir 80% dari lebih 1

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

ABSTRAK PROFIL PENDERITA HEMOPTISIS PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP SANGLAH PERIODE JUNI 2013 JULI 2014

PENDAHULUAN Latar Belakang Masa remaja adalah periode waktu yang membentang dari masa pubertas ke awal usia 20-an. Individu mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014). Pneumonia pada geriatri sulit terdiagnosis karena sering. pneumonia bakterial yang didapat dari masyarakat (PDPI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. namun juga dapat menimbulkan kematian (Kementrian Kesehatan. Republik Indonesia, 2011). World Health Organization (WHO)

Fiensiska Intania Permata, Juli Pembimbing: Jahja Tegub Widjaja,

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral secara

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai dengan pembatasan aliran udara yang irreversibel (Celli & Macnee,

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013

HUBUNGAN MEROKOK DENGAN DERAJAT PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013

ABSTRAK PREVALENSI TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU ROTINSULU BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2007

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

Sri Wulandari : Pengetahuan Siswa Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMP Negeri 2 Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengambilan sampel penelitian dilakukan pada bulan Juni-Juli 2016 di bagian

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat

Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE 2011-2012 ARTIKEL Diajukan untuk memenuhi tugas akhir Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Ganesha Adi Turbaga 10100109031 UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN BANDUNG 2013

Hubungan, PPOK, merokok Ganesha HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2011-31 DESEMBER 2012 Ganesha Adi Turbaga 1, Tjoekra Roekmantara 2, Siti Anisa Devi Trusda 3 ABSTRAK Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan salah satu penyakit paru terbanyak di negara berpopulasi besar. PPOK sangat erat hubungannya dengan kebiasaan atau aktivitas merokok karena zat-zat yang terkandung dalam rokok bisa menyebabkan kerusakan baik secara struktur maupun fungsi. Dewasa ini kebiasaan merokok sudah menjadi hal yang lazim bagi wanita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara merokok dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronis pada wanita di Rumah Sakit HA. Rotinsulu Bandung periode 1 Januari 2011 sampai 31 Desember 2012. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan teknik pengambilan data menggunakan data sekunder berupa rekam medis dan pendekatan potong silang. Populasi penelitian ini berjumlah 72 subjek, diambil dari 87 subjek yang sisanya tidak memenuhi kriteria. Semua subjek digunakan untuk penelitian ini karena sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik studi populasi. Jumlah wanita dengan PPOK yaitu sebanyak 50 orang (69%) dan yang tidak menderita PPOK 22 orang (31%). Jumlah wanita yang memiliki kebiasaan merokok sebanyak 49 orang (68%) dan yang tidak memiliki kebiasaan merokok sebanyak 23 orang (32%). Terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan PPOK pada pasien wanita di Rumah Sakit HA. Rotinsulu Bandung periode 1 Januari 2011 sampai 31 Desember 2012. Kata kunci : merokok, PPOK, Rotinsulu Bandung 1 Korespondensi : Ganesha Adi Turbaga Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Universitas Islam Bandung Email : turbaganesha@gmail.com 2 Bagian Ilmu Radiologi, 3 Bagian Ilmu Paru

ABSTRACT Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is one of the lung diseases in countries with large population. COPD has close relation with smoking habit because of the composition could cause structural and functional disturbances. Nowadays, smoking has become a common habit in female population. The purpose of this research is to find the correlation between smoking and Chronic Obstructive Pulmonary Disease on female in HA. Rotinsulu Hospital within January 2011 - December 2012. Design of this research is descriptive with collection of data using secondary data from medical records in cross-sectional approach. From 87 population with COPD, 30 were excluded, so there was only 72 patients fulfill the criteria. The number of female patients with COPD is 50 (69%) and female patients without COPD is 22 (31%). The number of female patients with smoking habit is 49 (68%) and female patients without smoking habit is 23 (32%). There was a significant correlation between smoking habit and Chronic Obstructive Pulmonary Disease on female in HA. Rotinsulu Hospital Bandung in within January 2011 - December 2012. Keywords : smoking, COPD, Rotinsulu Bandung PENDAHULUAN Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang sulit dipecahkan. Apalagi saat ini merokok sudah menjadi masalah nasional, dan bahkan internasional. Survei yang diadakan oleh Yayasan Jantung Indonesia tahun 1990 yang dikutip oleh Saifuddin Azwar menunjukkan data pada anak-anak berusia 10-16 tahun sebagai berikut : angka perokok <10 tahun (9%), 12 tahun (18%), 13 tahun (23%), 14 tahun (22%), dan 15-16 tahun (28%). Mereka yang menjadi perokok karena dipengaruhi oleh teman-temannya sejumlah 70%, 2% diantaranya hanya coba-coba. Selain itu, menurut data survei kesehatan rumah tangga 2002 seperti yang tercatat dalam koran harian Republika tanggal 5 juni 2003, menyebutkan bahwa jumlah perokok aktif di Indonesia mencapai 75% atau 141 juta orang. Sementara itu, dari data WHO jumlah perokok di dunia ada

sebanyak 1,1 miliar orang, dan 4 juta orang di antaranya meninggal setiap tahun. Di tinjau dari segi kesehatan merokok harus dihentikan karena dapat menyebabkan beberapa penyakit fatal seperti kanker dan penyumbatan pembuluh darah yang dapat mengakibatkan kematian, oleh karena itu merokok harus dihentikan sebagai usaha pencegahan sedini mungkin. Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik untuk diri sendiri (aktif) maupun orang disekelilingnya (pasif). Dilihat dari sisi individu yang bersangkutan, ada beberapa riset yang mendukung pernyataan tersebut. Dilihat dari sisi kesehatan, pengaruh bahan-bahan kimia yang dikandung rokok seperti nikotin, CO (Karbonmonoksida) dan tar akan memacu kerja dari susunan syaraf pusat dan susunan syaraf simpatis sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat dan detak jantung bertambah cepat, menstimulasi kanker dan berbagai penyakit lain seperti penyempitan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, jantung, paru-paru, dan bronkitis kronis. 1 Menurut Centers for Disease Control (CDC), merokok menyebabkan kematian hampir 174.000 wanita di Amerika Serikat setiap tahun. Rata-rata, wanita yang merokok meninggal 14,5 tahun lebih cepat dibandingkan non-perokok. Survei Centers for Disease Control (CDC) terbaru tahun 2011, menunjukkan bahwa lebih dari 1 pada 6 wanita Amerika yang berusia 18 tahun merokok. Secara umum semakin rendah tingkat pendidikan seorang wanita, semakin besar kemungkinan dia merokok. Wanita cenderung memiliki tingkat pendidikan yang rendah karena asumsi bahwa wanita kelak hanya akan menjadi ibu rumah tangga. Secara keseluruhan wanita lebih cenderung untuk merokok dibandingkan laki-laki. Kebiasaan merokok lebih populer di kalangan wanita muda dibandingkan wanita yang lebih tua. Hampir 20% dari wanita berumur 25 tahun sampai 44 tahun merokok, 16,4% Wanita berumur 18 tahun sampai 24 tahun merokok, dan 7,1% wanita 65 tahun keatas. Jika wanita usia muda terus melakukan kebiasaan merokok, ketika usia mereka bertambah akan memiliki penyakit yang berhubungan dengan kecacatan. 2

Perempuan yang merokok sering dimulai pada masa remaja, dalam banyak kasus sebelum usia 18. 2 kebiasaan merokok dinilai buruk terhadap kesehatan tubuh manusia, baik yang bersifat akut ataupun kronis. Penyakit-penyakit yang dipicu dari kebiasaan merokok dapat timbul pada berbagai sistem organ di tubuh manusia, seperti : sistem pernafasan, kardiovaskular, reproduksi, syaraf, genitourinaria, dan kulit. Penelitian ini memfokuskan pada penyakit-penyakit paru yang dapat dipicu dari kebiasaan merokok khususnya Penyakit Paru Obtruktif Kronis (PPOK). Menurut Wijayakusuma (2011) kebiasaan merokok berhubungan dengan penyakit-penyakit paru yang berisiko tinggi. Seperti asma, pneumonia, penyakit paru obstruktif kronis, emfisema, kanker paru dan tuberculosis paru. 3, 4 BAHAN DAN METODE Metode penelitian yang digunakan berupa deskriptif yaitu bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronis pada Wanita di Rumah Sakit HA. Rotinsulu Bandung Periode 1 Januari 2011-31 Desember 2012. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 72 wanita menderita PPOK dan melakukan perawatan inap di Rumah Sakit HA. Rotinsulu Bandung periode 1 Januari 2011-31Desember 2012. Dengan menggunakan bahan catatan rekam medis pasien PPOK di Rumah Sakit HA. Rotinsulu Bandung periode 1 Januari 2011-31 Desember. Tempatnya dilakukan pengambilan rekam medis di Rumah Sakit HA. Rotinsulu Bandung periode 1 Januari 2011-31 Desember 2012. Penelitian dilakukan dalam jangka bulan April-Juli 2013.

HASIL Frekuensi Penyakit Paru Obstruktif Kronis pada Pasien Wanita di Rumah Sakit HA. Rotinsulu Bandung Periode 1 Januari 2011 31 Desember 2012. Berdasarkan penelitian terhadap wanita yang dirawat di RS. HA Rotinsulu Bandung pada periode 1 Januari 2011 31 Desember 2012 dapat dijelaskan karakteristik wanita yang mengalami PPOK dan yang tidak mengalami PPOK pada Tabel 1.1. berikut ini : Tabel 1.1. Frekuensi Kejadian PPOK Kejadian PPOK (n) (%) PPOK 50 69% Non PPOK 22 31% Total 72 100% Dari Tabel 1.1. diatas terlihat bahwa dari total pasien wanita rawat inap sebanyak 72 orang ditemukan wanita yang mengalami PPOK sebanyak 50 orang (69%) dan yang tidak mengalami PPOK sebanyak 22 orang (31%). Frekuensi Kebiasaan Merokok pada Pasien Wanita di Rumah Sakit HA. Rotinsulu Bandung Periode 1 Januari 2011 31 Desember 2012 Berdasarkan penelitian terhadap wanita rawat inap di RS. HA Rotinsulu didapatkan karakteristik wanita yang memiliki kebiasaan merokok dan yang tidak memiliki kebiasaan merokok dapat dijelaskan pada Tabel 1.2. berikut ini: Tabel 1.2. Frekuensi Kebiasaan Merokok Kebiasaan Merokok (n) (%) Merokok 49 68% Tidak Merokok 23 32% Total 72 100%

Dari tabel 1.2. diatas didapatkan pada pasien wanita rawat inap di RS. HA Rotinsulu didapatkan bahwa sebanyak 49 orang (68%) memiliki kebiasaan merokok dan 23 orang (32%) tidak memiliki kebiasaan merokok. Hubungan Antara Merokok dan Penyakit Paru Obstruktif Kronis pada Pasien Wanita di RS HA. Rotinsulu Bandung. Dari data sebelumnya mengenai karakteristik wanita yang PPOK dan wanita yang memiliki kebiasaan merokok dapat dicari hubungan antara kedua variabel tersebut. Hubungan antara merokok dan penyakit paru obstruktif kronis pada pasien wanita di Rumah Sakit HA. Rotinsulu Bandung periode 1 Januari 2011 sampai 31 Desember 2012 dapat dijelaskan pada tabel distribusi silang berikut : Tabel 1.3. Distribusi silang mengenai hubungan penyakit paru obstruktif kronis dengan kebiasaan merokok Kejadian PPOK Total Nilai p PPOK Non PPOK n % n % n Merokok Ya 40 56 9 13 49 0,003 Tidak 10 13 13 18 23 Total 50 69 22 31 72 *) Chi Square Test α=0,05 Berdasarkan tabel 1.3. diatas tampak bahwa angka kejadian wanita PPOK yang memiliki kebiasaan merokok sebanyak 40 orang (56%) dan wanita PPOK yang tidak memiliki kebiasaan merokok sebanyak 10 orang (13%). Hubungan antara angka kejadian wanita PPOK dengan kebiasaan merokok secara statistik bermakna karena p< α yaitu sebesar p< 0,003.

PEMBAHASAN Jumlah pasien wanita dengan PPOK di Rumah Sakit HA. Rotinsulu Bandung pada periode 1 Januari 2011 sampai 31 Desember 2012 lebih banyak daripada pasien wanita tanpa PPOK. Hal ini terjadi karena lebih banyak pasien yang memiliki kebiasaan merokok. Secara teori merokok dapat menyebabkan kerusakan jaringan paru, peradangan paru, fibrosis dan hipersekresi mukus yang dapat menyebabkan terhambatnya proses bernafas. Keadaan ini sesuai dengan penelitian Setiyanto pada tahun 2008 bahwa kebiasaan merokok merupakan faktor terpenting dalam terjadinya PPOK. Pada penelitian tersebut ditemukan 109 pasien PPOK dengan kebiasaan merokok dari total 120 pasien dengan PPOK. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia bahwa PPOK merupakan penyakit yang sering terjadi pada orang yang mempunyai kebiasaan merokok. Semakin tinggi tingkat frekuensi merokok maka akan semakin meningkatkan risiko untuk tejadinya PPOK. 5 Jumlah pasien wanita yang merokok di Rumah Sakit HA. Rotinsulu Bandung pada periode 1 Januari 2011 sampai 31 Desember 2012 lebih banyak dari yang tidak merokok. Menurut survei yang dilakukan oleh CDC pada tahun 2011 hal ini bisa terjadi karena wanita yang pernah merokok pada usai muda cenderung akan merokok kembali pada usia tua. Selain itu faktor pendidikan yang rendah pada wanita juga turut mempengaruhi kebiasaan merokok pada wanita. 2 Peningkatan angka perokok wanita yang lebih tinggi dibandingkan pada pria menumbulkan kekhawatiran yang lebih tinggi untuk terjadinya PPOK pada wanita. Kebiasaan merokok bisa menyebabkan PPOK karena kandungan rokok yang berbahaya seperti Nikotin, Karbon monoksida dan Tar yang dapat menyebabkan inflamasi, kerusakan parenkim paru, hipersekresi mukus dan fibrosis yang bersifat kronis dan progresif. 1, 6 Pada penelitian yang dilakukan di RS. HA Rotinsulu pada wanita rawat inap pada periode 1 Januari 2011 sampai 31 Desember 2012 menunjukan bahwa terdapat hubungan bermakna

antara kebiasaan merokok dengan PPOK. Hal ini menguatkan teori yang dikemukakan oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia yang menyatakan bahwa kebiasaan merokok merupakan faktor utama terjadinya PPOK. Penilitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijayakusuma pada tahun 2011 yang menyatakan bahwa kebiasaan merokok berhubungan dengan penyakit-penyakit paru yang berisiko tinggi seperti asma, pneumonia, PPOK, emfisema, kanker paru dan tuberculosis. 19 SIMPULAN Jumlah wanita dengan PPOK yaitu sebanyak 50 orang (69%) dan yang tidak mengalami PPOK sebanyak 22 orang (31%). Jumlah wanita yang memiliki kebiasaan merokok sebanyak 49 orang (68%) dan yang tidak memiliki kebiasaan merokok sebanyak 23 orang (32%). Terdapat hubungan yang bermakna antara Kebiasaan merokok dengan PPOK. Didapatkan hasil bahwa wanita yang memiliki kebiasaan merokok lebih besar risiko untuk mengalami PPOK sebesar 5,7 kali lipat. UCAPAN TERIMAKASIH Peneliti mengucapkan terimakasih kepada institusi, dosen dan jajaran staf Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung, pihak rekam medis, pegawai ruang anak dari HA. Rotinsulu Bandung yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. PERTIMBANGAN MASALAH ETIK Aspek etik yang tersinggung pada penelitian ini adalah kerahasiaan pasien. Maka peneliti akan menjaga kerahasiaan pasien dengan tidak mencantumkan nama pasien. DAFTAR PUSTAKA 1. Prasetya D. Pengaruh Negatif Rokok bagi Kesehatan di Kalangan Remaja. Jakarta 2012. 2. Satcher, David. Women and Smoking. An epidemic of smoking-related cancer and disease in women. 2012.

3. Kusuma H. Rokok : Penyebab gangguan paru dan pembuluh darah. Available from : http://www.itokindo.org 4. Departemen Kesehatan R.I. Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif. 2008 5. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. 2003. 6. Amonia : Sifat, ph dan Kegunaannya. [diakses pada tanggal 28 Feb 13]. Tersedia di : http://bumbata.co/18207/amonia-sifat-kimia-ph-dan-kegunaannya/