BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi adalah jenis usaha jasa konstruksi yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi adalah jenis usaha jasa konstruksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. optimal dalam hal kinerja, mutu dan waktu, serta keslamatan kerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN PEMBENGKAKAN BIAYA PADA KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA CIREBON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dan untuk owner yang menjadi rangking pertama adalah: kurangnya kontrol

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengolah sumber daya proyek ( manpower, material, machines, method, money )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

lanjut. Ada enam bagian penting yang harus diperhatikan dalam proyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jadwal pekerjaan sebelum pelaksanaan proyek konstruksi yang dimaksudkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan.

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK DAN KEMAJUAN PEKERJAAN. secara menyeluruh mulai dari perencanaan, pembangunan fisik sampai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) pada proyek konstruksi, maka dapat diambil. kontraktor menengah sebesar 63,33%.

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

KAJIAN HUBUNGAN WASTE MATERIAL KONSTRUKSI DAN ORGANISASI PROYEK KONSTRUKSI. Yunita A. Messah *) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri konstruksi berhubungan erat dengan pelaksanaan

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dibuat (Arditi and Patel, 1989)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sektor jasa konstruksi selama ini sudah terbukti sebagai salah


Skema harga satuan pekerjaan, yang dipengaruhi oleh faktor bahan/material, upah tenaga kerja dan peralatan dapat dirangkum sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan

TINJAUAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PADA PEMBANGUNAN RUMAH DINAS BANK INDONESIA TYPE MUDA DI MANADO

A. PENGERTIAN PROYEK KONSTRUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dianggap sebagai akibat tidak dipenuhinya rencana jadwal yang telah

6.2.1 Pengendalian Mutu Pada umumnya dalam sebuah proyek konstruksi mengenal beberapa aspek pengendalian mutu yang sering diterapkan, diantaranya adal

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu

BAB II LANDASAN TEORI. menjadi manpower, material, machines, money, method (Ervianto,2005).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III...19 RENCANA KEGIATAN...19

\\ \upi\Direktori\E - FPTK\JUR. PEND.TEKNIK SIPIL\ ROCHANY NATAWIDJANA\25 FILE UNTUK UPI\BID PRICE.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan

COST CONTROL Rencana Anggaran Pelaksana

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA OVERRUN BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI MAKASSAR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan rincian pada bab IV, maka pada bab V ini dapat disimpulkan

KAJIAN FAKTOR PENYEBAB COST OVERRUN PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunannya. Hal ini terlihat dari banyaknya proyek-proyek konstruksi di

Analisa Time Cost-Trade Off Pada Pembangunan Perluasan Rumah Sakit Petrokimia Gresik

ANALISIS ARUS KAS PROYEK RUMAH TINGGAL. Theresita Herni Setiawan 1

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. sangatlah kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK

ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI. Estimasi dalam arti luas pada hakekatnya adalah upaya untuk menilai atau memperkirakan suatu nilai melalui

Tujuan Instruksional khusus

Adapun pengukuran produktivitas tenaga kerja dapat diketahui dengan beberapa metode sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki suatu keahlian atau kecakapan khusus.

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COST OVERRUNS PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek dengan tujuan mengatur tahap tahap pelaksanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.2 Keterlambatan Konstruksi

BAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK

BAB II LANDASAN TEORI. periode tertentu (temporer) (Maharesi, 2002). Menurut Nurhayati (2010) Proyek

BAB III PERHITUNGAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI. Manajemen pengadaan tersebut merupakan fungsi manajerial yang sangat

Owner (Pemilik Proyek)

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi tersebut. Sumber daya tersebut antara lain material, machines, method,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya, penelitian-penelitian tersebut, antara lain adalah :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Faktor-Faktor penghambat yang terjadi pada proyek konstruksi

MAKALAH MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI

BAB 1 - PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ESTIMASI BIAYA PROYEK KONSTRUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab I. Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin pesatnya era globalisasi yang ditandai dengan dimulainya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PEMBENGKAKAN BIAYA (COST OVERRUN) PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA AMBON

BAB III SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II LANDASAN TEORI. pekerjaan, baik pekerjaan yang dilelangkan ataupun yang dikerjakan sendiri

BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU

Mata Kuliah : Manajemen Proyek Kode MK : TKS 4208 Pengampu : Achfas Zacoeb SESI 6 HARGA SATUAN. zacoeb.lecture.ub.ac.id

Teknik, 36 (2), 2015, ANALISIS BIAYA TIDAK LANGSUNG PADA PROYEK PEMBANGUNAN BEST WESTERN STAR HOTEL & STAR APARTEMENT SEMARANG

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata penghambat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diterjemahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lintas fungsi organisasi sehingga membutuhkan bermacam keahlian (skills) dari

ANALISA RISIKO KONSTRUKSI PADA PROYEK RUSUNAMI KEBAGUSAN CITY JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya tersebut anatara lain manpower, material, machines, method, money.

ANALISA FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COST OVERRUNS (Pembengkakan Biaya ) PADA PROYEK- PROYEK PT.MECO INOXPRIMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teknologi Konstruksi (Construction Technology) yaitu mempelajari metode

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jasa Konstruksi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi adalah jenis usaha jasa konstruksi yang menyediakan layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, yang dibedakan menurut bentuk usaha, klasifikasi dan kualifikasi usaha jasa pelaksana konstruksi (LPJK, 2008). Kegiatan konstruksi juga merupakan sebuah kegiatan wajib dilakukan oleh beberapa pihak. Oleh sebab itu, dibutuhkan perencanaan yang matang agar pembangunan berjalan dengan apa yang diharapkan. Setelah perencanaan dilakukan dengan baik oleh tim leader, maka kegiatan konstruksi akan diserahkan kepada kontraktor untuk dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan dan ketetapan yang berlaku. Dengan kata lain, usaha jasa konstruksi merupakan usaha yang mengedepankan rangkaian terpadu antara perencana dengan pelaksana di lapangan dalam membangun suatu rancangan yang diminta oleh pihak pemberi tugas. 2.2. Manajemen Proyek Konstruksi Manajemen Proyek Konstruksi adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) sampai selesainya proyek untuk menjamin bahwa proyek dilaksanakan tepat waktu, tepat biaya, dan 5

6 tepat mutu. Manajemen konstruksi mempunyai ruang lingkup yang cukup luas karena mencakup tahapan kegiatan sejak awal pelaksanaan sampai dengan akhir pelaksanaan yang berupa hasil pembangunan. Sumber daya dalam proyek konstruksi dapat dikelompokkan menjadi manpower, material, machines, money, method (Ervianto, 2004). Selain itu, manajemen konstruksi juga merupakan suatu metode memenuhi kebutuhan kebutuhan pemilik akan bangunan yang efektif, dimana metode ini membicarakan tahapan-tahapan perencanaan proyek, rancangan dan konstruksi sebagai tugas yang terpadu dalam sebuah tim konstruksi yang terdiri dari pemilik, manejer konstruksi dan insinyur arsitek. Secara ideal para anggota tim konstruksi bekerja sama sejak perrmulaan proyek sampai penyelesaiannya dengan sasaran umum yaitu melayani kepentingan-kepentingan pemilik seoptimal mungkin dengan memperhatikan interaksi antara biaya konstruksi, kualitas, dan saksama (Bush,1983). Kegagalan menggunakan dan menjaga sistem manajemen yang sesuai untuk material konstruksi akan berakibat buruk bagi kemajuan dalam pelaksanaan pekerjaan, antara lain mencakup tidak tersedianya bahan saat di butuhkan, material yang akan di gunakan rusak, dan material yang tersedia tidak memenuhi persyaratan sesuai dengan spesifikasi. Kegiatan konstruksi adalah kegiatan yang harus melalui suatu proses yang panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan, disamping itu dalam kegiatan konstruksi terdapat suatu rangkaian yang berurutan dan berkaitan. Biasanya dimulai dari lahirnya suatu gagasan yang muncul dari suatu

7 kebutuhan, pemikiran kemungkinan keterlaksaannya, keputusan untuk membangunan dan membuat penjelasan (penjabaran) yang lebih rinci tentang rumusan kebutuhan, menuangkannya dalam bentuk rancangan awal, membuat rancangan yang lebih rinci dan pasti, melakukan persiapan administrasi untuk melaksanakan pembangunan dalam lokasi yang telah disediakan, serta melakukan pemeliharaan dan mempersiapkan penggunaan bangunan. Kegiatan membangun berakhir pada saat penggunaan bangunan tersebut. Sebelum pelaksanaan kegiatan proyek konstruksi dimulai, biasanya didahului dengan penyusunan rencana kerja kegiatan yang disesuaikan dengan metode konstruksi yang akan digunakan. Oleh karena itu kontraktor menyusun strategi pelaksanaan pekerjaan (Soeharto,1995) : 1. Rencana persiapan pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi antara lain : rencana site, rencana waktu/penjadwalan, organisasi pelaksanaan, rencana sumber daya, rencana anggaran pelaksanaan, rencana kebutuhan tenaga kerja, rencana kebutuhan bahan, rencana kebutuhan alat, metode kerja, rencana teknis (gambar kerja, gambar teknis), dan rencana pengendalian. 2. Pengkajian dokumen kontrak. 3. Pengenalan kondisi lapangan. 4. Rencana kerja.

8 5. Penerapan rencana pelaksanaan : jenis pekerjaan, kondisi geologi setempat, lingkungan, peralatan yang dipunyai, waktu yang disediakan, biaya yang telah dianggarkan, dan keterampilan sumber daya manusia. 6. Scedule pelaksanaan : metode konstruksi yang sesuai, pemilihan peralatan yang sesuai, ketergantungan alat satu dengan alat lainnya, dan waktu. 2.3. Rencana Anggaran Biaya Rencana anggaran biaya (RAB) adalah besarnya biaya yang diperkirakan akan digunakan dalam pekerjaan suatu proyek konstruksi yang disusun berdasarkan gambar atau bestek. RAB bukan merupakan biaya yang sebenarnya, melaikan biaya yang dipakai kontraktor untuk menetapkan harga penawaran, sehingga dalam pelaksanaan nantinya tidak menghabiskan biaya yang lebih tinggi dari penawaran dan bila memungkinkan biaya kurang dari penawaran yang di tetapkan. 2.4. Perencanaan Proyek Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen proyek yang sangat penting, yaitu memilih dan menentukan langkah-langkah kegiatan yang akan datang yang diperlukan untuk mencapai sasaran. Hal ini berarti pertamatama kita harus menentukan sasaran yang hendak dicapai kemudian mencoba menyusun urutan langkah-langkah kegiatan untuk mencapainya.

9 Dalam menyelenggarakan proyek, tahap dan kegunaan perencanaaan dapat dibedakan menjadi perencanaan dasar dan perencanaan pengendalian. Segera setelah kegiatan proyek dimulai maka dipersiapkan perencanaan dasar yang berupa penyusunan jadwal induk, anggaran, penetapan standar mutu, penetapan organisasi pelaksana, dan urutan langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan. Jadi perencanaan tahap ini dimaksudkan untuk meletakan dasar-dasar berpijak bagi suatu penyelenggara proyek, oleh karena itu disebut sebagai perencanaan dasar. Pada tahap penyelenggaraan proyek, yaitu bila pelaksanaan fisik sudah berjalan, data-data dan informasi ini kemudian dianalisis dan dibandingkan dengan data-data perencanaan dasar (Soeharto, 1995). Kegiatan ini berupa menganalisis dan membandingkan hasil pelaksanaan fisik di lapangan terhadap perencanaan dasar kemudian membuat pembetulan-pembetulan yang diperlukan, seringkali harus diikuti dengan pembuatan perencanaan ulang. Pembuatan perencanaan ulang bertujuan agar pelaksanaan pekerjaan selalu terbimbing menuju sasaran yang disebut perencanaan untuk pengendalian. Unsur-unsur perencanan yang berkaitan dengan manajemen proyek adalah jadwal, prakiraan, sasaran, prosedur, dan anggaran material. Tidak semua perencanaan mengandung semua unsur tersebut. Suatu perencanaan yang baik memerlukan keterangan yang jelas mengenai unsur-unsur yang menjadi bagian dari perencanaan, sehingga seluruh bagian organisasi dan personil yang terlibat mengetahui arah tindakan yang dituju. Penjelasan lebih lanjut dari unsur tersebut

10 adalah sebagai berikut : jadwal, prakiraan, sasaran skebijakan dan prosedur, anggaran (Dipohusodo, 1996). 2.5. Pelaksanaan dan Pengendalian Proyek Tahap pelaksanaan di lapangan dimulai sejak ditetapkanya pemenang lelang, dan diawali dengan menerbitkan Surat Perintah Kerja serta penyerahan lapangan dengan segala keadanya kepada kontraktor. Kontraktor mengawali kegiatanya dengan mengeluarkan surat pembertitahuan saat mulai bekerja yang sekaligus memuat informasi mengenai organisasi dan petugas lapanganya. Kemudian dimulailah pekerjaan - pekerjaan persiapan, pengujian material, survey administrative. Selanjutnya perlu mengembangkan jadwal rencana kerja menjadi jadwal terinci. Pengembangan jadwal rencana kerja harus mampu mengantisipasi kemungkinan munculnya permasalahan dan pengukuran dan persiapan pula tata cara dan prosedur penanganan masalah- masalah. Hambatan, termasuk memperhitungkan jalan keluarnya. Jadwal rencana detail berlaku sebagai kerangka induk untuk dijabarkan lebih rinci lagi dalam bentuk jadwal, pengadaan material, alat-alat dan tenaga kerja, penagihan, pembayaran prestasi, dan penyusunan arus kas, kemudian perlu ditetapkan pedoman praktis mekanisme dalam rangka mewujudkan sistem pengelolaan, koordinasi, pengendalian dan pemerikasan pekerjaan kontraktor sampai sedetail mungkin (Soeharto,1995).

11 Pada kenyataannya, masalah-masalah persediaan material masih sering terjadi pada pelaksanaan suatu proyek konstruksi. Permasalahan yang timbul terutama menyangkut kuantitas, waktu pemesanan, dan biaya yang ditimbulkan. Masalah yang sering muncul antara lain (Soeharto,1995) : 1. Terjadi kehabisan persediaan material menyebabkan penyelesaian pekerjaan tertunda sehingga membuat waktu pelaksanaan proyek bertambah dan biaya total proyek meningkat. 2. Kerugian membayar upah pekerja dan sewa peralatan akibat tertundanya pekerjaan. 3. Material banyak yang datang tetapi baru sedikit yang digunakan menyebabkan terjadinya penumpukan sehingga biaya penyimpanan dan pemeliharaan meningkat. 4. Material mengalami kerusakan atau penurunan kualitas karena penyimpanan yang lama. 2.6. Material Material adalah bahan-bahan yang dibeli atau dibuat, serta disimpan untuk keperluan kemudian, baik untuk dipakai, diproses lebih lanjut atau dijual. Sedangkan menurut kamus induk istilah ilmiah material adalah benda benda atau bahan bangunan yang diperlukan untuk membuat suatu barang lain; bersifat kebendaan. Manajemen material adalah "suatu sistem yang mengkoordinasikan aktivitasaktivitas untuk merencanakan dan mengawasi volume dan waktu terhadap pengadaan

12 material melalui penerimaan/perolehan, perubahan bentuk, dan perpindahan dari bahan mentah, bahan yang sedang dalam proses dan bahan jadi" (Ervianto, 2004). Pada proyek-proyek konstruksi material dan peralatan merupakan bagian terbesar dari proyek yang nilainya bisa mencapai 50%-60% dari total biaya proyek (Soeharto, 1995). Biaya material nilainya dapat menghabiskan 60% dari biaya proyek konstruksi, tetapi dalam penanganannya tidak mendapat perhatian yang semestinya (Kerridge, 1995). Tiga tahap penting yang menjadi kunci keberhasilan dalam manajemen material adalah: pembelian material, penggunaan material, serta pengendalian pemborosan dan penyimpanan (Ahuja, 1980). 2. 7. Faktor-Faktor Penyebab Waste Material Waste material dapat terjadi karena bermacam-macam sebab menurut Asiyanto, 2005 yaitu: 1. Penyusutan Penyusutan dapat terjadi pada saat transportasi ke site dan pada saat pembongkaran material untuk ditempatkan pada gudang atau lokasi penumpukan. Penyusutan juga dapat terjadi pada proses pemindahan material dari satu tempat ke tempat lain dalam lokasi proyek, terutama untuk material lepas seperti pasir dan kerikil.

13 2. Quantity yang ditolak Penerimaan material yang kurang teliti di-site dapat mengakibatkan ditolaknya sebagian material yang tidak memenuhi persyaratan mutu, bentuk, warna dan lain- lain. 3. Quantity yang rusak Penyimpanan material yang kurang baik dapat menyebabkan kerusakan, khususnya untuk material yang sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (temperature, kelembaban udara, tekanan, dan lainlain). Kerusakan material juga dapat terjadi karena kegiatan pengambilan, pengangkutan, pengangkatan dan pemasangan yang kurang 4. Quantity yang hilang Material-material yang muda dijual dipasaran atau banyak diperlukan oleh masyarakat (seperti semen dan lain-lain) rawan hilang akibat pencurian. Sistem pengamanan yang lemah dengan sistem kontrol yang lemah akan memperbesar kemungkinan hilangnya material-material tersebut. Material fiktif (quantity ada tapi fisik materialnya tidak ada), termasuk dalam kelompok quantity hilang. 5. Quantity akibat kelebihan penggunaan Waste jenis ini biasanya dilakukan oleh para pelaksana yang menggunakan material secara langsung, waste ini juga dapat disebabkan oleh over method, over quality atau ketidaktelitian tentang

14 ukuran/dimensi, sehingga dimensi pekerjaan yang terjadi lebih besar dari gambar. Kelebihan penggunaan material juga dapat disebabkan oleh metode yang kurang efisien dan juga akibat pekerjaan ulang yang terjadi. 2.8. Faktor-faktor Penyebab terjadinya Overrun Biaya pada Proyek Konstruksi Gedung (Fahirah, 2005) Fahirah. F melakukan penelitian tentang Identifikasi Penyebab Overrun Biaya Proyek Konstruksi Gedung yang bertujuan untuk -faktor yang paling mempengaruhi terjadinya overrun pembengkakan) biaya pada proyek konstruksi gedung di Makassar adalah adanya kenaikan harga material, harga/sewa peralatan yang tinggi, kerusakan material, terjadi fluktuasi upah tenaga kerja, pengendalian biaya yang buruk di lapangan, ketidak tepatan estimasi biaya, dan adanya kebijaksanaan keuangan yang baru dari pemerintah. Dalam penelitian ini yang digunakan untuk mencari faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut : 1. Data dan informasi proyek yang kurang lengkap. 2. Tidak memperhitungkan pengaruh inflasi dan eskalasi. 3. Tidak memperhitungkan biaya tak terduga (contingencies). 4. Tidak memperhatikan faktor resiko pada lokasi dan konstruksi. 5. Ketidak tepatan WBS (Work Breakdown Structure). 6. Ketidak tepatan estimasi biaya. 7. Menggunakan teknik estimasi yang salah.

15 8. Tingginya frekuensi perubahan pelaksanaan. 9. Terlalu banyak pengulangan pekerjaan karena mutu jelek. 10. Terlalu banyak proyek yang ditangani dalam waktu yang sama. 11. Waktu yang panjang antara SPK (Surat Perintah Kerja) dan pelaksanaan proyek. 12. Hubungan kurang baik antara owner-perencana kontraktor. 13. Kurangnya koordinasi antara construction manager-perencana-kontraktor. 14. Terjadi perbedaan/perselisihan pada proyek. 15. Manager proyek tidak kompeten/cakap. 16. Konsultan kurang mampu dalam pengawasan proyek. 17. Spesifikasi yang tidak lengkap. 18. Sering terjadi perubahan desain. 19. Dokumen Kontrak yang tidak lengkap. 20. Penunjukan subkontraktor dan suplier yang tidak tepat. 21. Adanya kenaikan harga material. 22. Terlambat/kekurangan bahan/material waktu pelaksanaan. 23. Kontrol kualitas yang buruk dari bahan. 24. Pemakaian bahan/material yang salah. 25. Pemakaian bahan/material yang diimpor. 26. Pencurian bahan/material. Kerusakan material. 27. Produksi material di luar lokasi proyek. 28. Kekurangan tenaga kerja.

16 29. Terjadi fluktuasi upah tenaga kerja. 30. Produktivitas tenaga kerja yang buruk/rendah. 31. Harga/sewa peralatan yang tinggi. 32. Biaya mobilisasi/demobilisasi peralatan yang tinggi. 33. Biaya pemeliharaan peralatan tidak sesuai rencana. 34. Cara pembayaran yang tidak tepat waktu. 35. Adanya fluktuasi suku bunga pinjaman 36. Pengendalian biaya yang buruk di lapangan. 37. Keterlambatan jadwal karena pengaruh cuaca. 38. Jadwal waktu kontrak diperpendek. 39. Sering terjadi penundaan pekerjaan. 40. Adanya kebijaksanaan keuangan yang baru dari pemerintah. 41. Terjadi huruhara/kerusuhan di sekitar lokasi proyek.