BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang ahli dalam bidangnya atau yang disebut sebagai auditor.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menurut Monroe dan Woodliff (1993), definisi expectation gap adalah sebagai. auditor dalam memeriksa laporan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perusahaan dan tuntutan masyarakat atas jasa yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. McGough (1974) menyatakan bahwa auditor merupakan penghubung

BAB I PENDAHULUAN. tentang aktivitas perusahaan selama periode waktu tertentu. Pemakai internal

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum auditing adalah suatu proses sistemik untuk memperoleh dan

BAB I PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Belakangan ini profesi akuntan publik menjadi bagian dari sorotan

BAB I PENDAHULUAN. diantara pelaku bisnis semakin meningkat. Para pelaku bisnis melakukan berbagai

a. Pemisahan tugas yang terbatas; atau b. Dominasi oleh manajemen senior atau pemilik terhadap semua aspek pokok bisnis.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap perusahaan yang berbentuk perseroan terbuka, bidang

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang

BAHAN AJAR PEMERIKSAAN AKUNTAN 1. Oleh: Erni Suryandari F, SE., M.Si

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang dianggap sangat

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang belum atau tidak diaudit. keuangan yang terjadi akhir-akhir ini. Singgih dan Bawono (2010) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang dihasilkan oleh organisasi jasa profesi akuntan. Pihak - pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan sasaran utama bagi seorang auditor

BAB I PENDAHULUAN. manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada entitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PROFESIONALISME AUDITOR EKTERNAL TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS UNTUK TUJUAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN KLIEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Dalam melaksanakan proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Audit adalah jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap awal dan pertengahan tahun halaman-halaman surat kabar sering

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Sebagai pemakai dan penyedia laporan keuangan, investor dan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan banyak kerugian para stakeholder. Perusahaan energi terbesar di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia bisnis banyak pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan di setiap akhir periode akuntansi perusahaan dan akhirnya menjadi sebuah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah jasa auditor. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan

BAB V PENUTUP. bukti adanya expectation gap mengenai kegunaan laporan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang sesuai dengan perkembangan bisnis dan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba atau profit

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masing-masing. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum para pengambil kebijakan mengambil keputusan. Auditor menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan sejalan dengan berkembangnya berbagai badan usaha atau

BAB I PENDAHULUAN. penulisan secara umum yang akan ditulis.

BAB I PENDAHULUAN. pertama atau tepatnya pada tahun 1920-an akibat kondisi pasca perang.

KOMUNIKASI DENGAN MANAJEMEN

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik (KAP) menurut Aturan Etika Kompartemen

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan go public. Dalam kepemilikannya, perusahan go public

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan modern. Akuntansi dan auditing memainkan peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seorang auditor adalah melakukan pemeriksaan atau audit dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi memiliki dua fungsi dasar yang saling melengkapi, yaitu : untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kota Malang merupakan salah satu kota yang jumlah penduduknya cukup

BAB I PENDAHULUAN. Profesi audit internal mengalami perkembangan cukup signifikan pada

Bab I. Pengauditan dan Profesi Akuntan Publik. Dosen Pengampu: Dhyah Setyorini, M.Si.

SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH. Sumber: PSA No.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan terbentuknya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik yaitu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. publik menjadi kritikan karena diasumsikan memberikan informasi yang salah, hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang diberikan, profesionalisme menjadi syarat utama bagi. orang yang bekerja sebagai auditor. Ketidakpercayaan masyarakat

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Erlina dkk (2015:19) laporan keuangan adalah produk akhir dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan audit yang dapat diandalkan (Kurnia, dkk, 2014). Profesi

BAB I PENDAHULUAN. masih mengalami krisis ekonomi. Terjadinya krisis ekonomi ini menyadarkan

BAB I PENDAHULUAN. memastikan laporan keuangan tidak mengandung salah saji (misstatement)

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan juga merupakan media penting dalam memberikan informasi kinerja

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

TANGGUNG JAWAB AUDITOR. by Ely Suhayati SE MSi AK Ari Bramasto SE MSi Ak

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga akan berkualitas tinggi. etik profesi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) guna

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara maka akan semakin kompleks masalah bisnis yang terjadi. Oleh karena itu

PELAPORAN PROSEDUR YANG DISEPAKATI

BAB I PENDAHULUAN. supremasi hukum. Namun, berdasarkan kondisi tersebut pemerintah masih tetap

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

Kompetensi Dasar 5.1 Mendeskripsikan akuntansi sebagai sistem informasi

PENGARUH KUALITAS AUDITOR, INDEPENDENSI DAN OPINI AUDITOR TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

STANDAR UMUM DAFTAR I SI. 201 Sifat Standar Umum Tanggal Berlaku Efektif 02

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kantor Akuntan Publik bertanggung jawab pada audit atas laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. keputusan bagi Manajer maupun Stakeholder. Sehingga pada. penyampaiannya laporan keuangan yang disampaikan oleh perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan audit report

AUDIT LAPORAN KEUANGAN. Pertemuan 3

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat memicu persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. memilih jurusan Ekonomi baik jurusan Manajemen maupun Akuntansi.

KD 5.1. Mendeskripsikan akuntansi sebagai sistem informasi

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Audit Laporan Keuangan Dalam setiap perusahaan besar pada umumnya memiliki laporan keuangan yang dibuat untuk suatu kepentingan perusahaan. Sebuah laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan pada umumnya perlu diaudit atau diperiksa oleh pihak yang ahli dalam bidangnya atau yang disebut sebagai auditor. Audit adalah pengumpulan dan pengevaluasian atas bukti-bukti. Dalam bukunya, Mulyadi menjelaskan bahwa audit adalah pemeriksaan yang dilaksanakan oleh akuntan publik terhadap laporan keuangan historis. Obyek yang diaudit seorang auditor adalah laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen. Laporan keuangan yang tediri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan modal dan laporan arus kas yang pada umumnya perlu diperiksa terlebih dahulu supaya tidak memberikan informasi yang bias kepada para pemakai sehingga pemakai mendapat informasi yang dipercaya dan tidak menyesatkan. Informasi yang bias tersebut kemungkinan bisa terjadi pada pemakai karena beberapa faktor (Jusup, 2001:44) 1. Informasi diterima dari pihak lain. Informasi atas laporan keuangan yang disajikan tidak diperoleh secara langsung, melainkan diterima dari pihak lain sehingga memunculkan perbedaan persepsi ataas informasi tersebut. 8

2. Bias dan motivasi pembuat informasi, hal ini terjadi apabila informasi disusun oleh pihak atau orang lain yang tujuannya tidak selaras dengan tujuan pengambilan keputusan. 3. Volume data transaksi yang semakin banyak sesuai dengan suatu organisaasi. 4. Kerumitan transaksi yang kompleks, hal ini dikarenakan transaksi usaha antar perusahaan telah berkembang semakin kompleks. Adanya kemungkinan kondisi tersebut, maka peran auditor sebagai pihak yang independen sangat bermanfaat dan merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan pihak manajemen untuk meningkatkan kepercayaan para pemakai laporan keuangan. Pemakai laporan keuangan sangat mengharapkan kepastian dari auditor bahwa laporan keuangan yang disajikan tersebut bebas dari pengaruh konflik kepentingan manajemen. Auditor adalah orang atau lembaga yang bertugas mengaudit sebuah laporan keuangan. Menurut Guy dan Sullivan (1993) seorang auditor harus memiliki sikap sebagai berikut : 1. Lebih bertanggungjawab dalam mendeteksi dan melaporkan kecurangan (faud) dan tindakan-tindakan ilegal (illegal act). 2. Meningkatkan efektivitas audit yaitu meningkatkan deteksi terhadap kekeliruan yang material. 9

3. Mengkomunikasikan kepada para pemakai laporan keuangan informasi yang lebih bermanfaat tentang sifat dan hasil dari suatu proses audit, termasuk peringatan dini mengenai kegagalan bisnis (business failure). 4. Berkomunikasi secara jelas dengan komite atau pihak-pihak lain yang berkepentingan atau bertanggungjawab terhadap reliabilitas laporan keuangan. Auditor dibagi kedalam beberapa jenis. Menurut Mulyadi dan Kanaka Puradiredja (1988; 26), menyebutkan bahwa : Orang atau kelompok yang melaksanakan audit dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu Auditor Independen, Auditor Pemerintah, dan Auditor Intern. Auditor Independen adalah auditor professional yang menyediakan jasanya untuk masyarakat umum, terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi seperti : kreditur, investor, dan bankir. 2.1.1. Profesi Akuntan Seperti yang telah disebutkan bahwa jenis auditor dibagi ke dalam tiga golongan, namun pada umumnya auditor atau profesi akuntansi dibagi kembali ke dalam tiga macam yaitu : (1) Akuntan Publik, (2) Akuntan Pemerintah, dan (3) Akuntan Perusahaan atau Internal Audit. Menurut Vitka (2009) ke tiga macam tersebut di jelaskan sebagai berikut : 10

1. Akuntan Publik Akuntan publik memiliki peran dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengauditan atas laporan keuangan suatu perusahan terbuka, umum maupun perusahaan kecil serta organisasi. 2. Akuntan Pemerintah Akuntan ini memeriksa dan melakukan audit atas keuangan negara pada instansi pemerintah berdasarkan data dan informasi melalui transaksi ekonomi. 3. Akuntan Perusahaan Tugas yang diberikan untuk profesi ini adalah untuk mengaudit perusahaan dimana auditor bekerja. Selain itu juga bertugas membantu manajemen perusahaan. Dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik per 1 Januari 2001, disebutkan bahwa : KAP adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang meemperoleh izin sesuai dengan perundang-undangan, yang berusaha di bidang jasa profesional dalam praktik akuntan publik Dan menurut Mulayadi dalam bukunya, umumnya hirarki penugasan audit dibagi ke dalam empat tingkatan yakni partner, manajer, auditor senior dan auditor junior. Partner merupakan jabatan tertinggi dalam penugasan audit, sedangkan manajer bertugas sebagai pengawas audit dan membantu audit senior. Jasa yang diberikan oleh kantor akuntan meliputi Jasa Assurance, Jasa Atestasi, dan Jasa Non-Atestasi. 11

2.2 Manajer Suatu entitas atau perusahaan pasti dikelola oleh individu supaya perusahaan tersebut dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan mencapai tujuannya. Menurut Stoner dalam bukunya Handoko : Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Melalui pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen mencakup beberapa hal yakni perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (leading), dan pengawasan (controlling). Maka, sebagai seorang manajer setidaknya harus menjalankan hal-hal tersebut. Menurut Daft (2006), empat hal tersebut dijelaskan sebagai berikut : a. Planning (Perencanaan) Perencanaan menentukan dimana organisasi ingin berada di masa depan dan bagaimana agar dapat sampai ke sana. Perencanaan berarti menentukan tujuan untuk kinerja organisasi di masa depan serta memutuskan tugas dan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. 12

b. Organizing (Kepemimpinan) Pengorganisasian umumnya dilakukan setelah perencanaan dan mencerminkan bagaimana perusahaan mencoba untuk mencapai rencananya. c. Leading (Kepemimpinan) Kepemimpinan merupakan penggunaan pengaruh untuk memberikan motivasi kepada karyawan untuk mencapaitujuan organisasi. Memimpin berarti menciptakan budaya dan nilai besama, mengkomunikasikan tujuan kepada karyawan di seluruh organisasi, dan memberikan masukan kepada karyawan agar memiliki kinerja dengan tingkat yang lebih tinggi. d. Controlling (Pengendalian) Pengendalian berarti mengawasi aktivitas karyawan, menentukan apakah organisasi dapat memenuhi target tujuannya, dan melakukan koreksi bila diperlukan. Manajer harus memastikan bahwa organisasi bergerak menuju tujuannya. Secara umum manajer berarti setiap orang yang mempunyai tanggung jawab atas bawahan dan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya. Manajer dapat dibagi menjadi tiga golongan yang berbeda, yakni sebagai berikut. 13

Manajer Puncak Manajer Menengah Manajer Lini Pertama Gambar 2.1 Tingkatan Manajer Tanggung jawab manajer puncak mencakup keseluruhan kinerja dan keefektifan suatu perusahaan. Segala kebijakan, keputusan dan strategi dilakukan oleh manajer puncak selain itu juga melakukan hubungan dengan perusahaan lain. Sedangkan untuk manajer menengah, tanggung jawab yang dilakukan adalah sebagai penengah hubungan antara manajer puncak dengan manajer lini pertama. Manajer menengah bertugas mengimplementasikan strategi yang diambil oleh manajer puncak. Tanggung jawab yang diberikan untuk manajemen lini pertama adalah mengawasi segala strategi yang telah dijalankan dan telah diputuskan oleh manajemen puncak. Semakin keatas jumlah manajer semakin sedikit. 2.2.1 Manajer Keuangan Bank Seperti kita ketahui, Bank juga merupakan suatu entitas yang didalamnya terdapat suatu kepemimpinan. Bank merupakan suatu lembaga yang berfungsi untuk menghimpun dana masyarakat untuk disalurkan kepada yang memerlukan dana 14

tersebut. Pada umumnya, manajer yang bertanggung jawab dalam pengelolaan dana pada bank adalah manajer keuangan. Secara umum fungsi manajer keuangan adalah : 1. Mengambil keputusan investasi. Menyangkut masalah pemilihan investasi yang diinginkan dari kesempatan yang ada, memilih satu atau lebih alternatif investasi yang dinilai paling menguntungkan. 2. Mengambil keputusan pembelanjaan (financing decision). Menyangkut masalah pemilihan berbagai bentuk sumber dana yang tersedia untuk melakukan investasi, memilih satu atau lebih alternatif pembelanjaan yang menimbulkan biaya paling murah. 3. Mengambil keputusan dividen (dividend decision). Menyangkut masalah penentuan besarnya persentase dari laba yang akan dibayarkan sebagai dividen tunai kepada para pemegang saham, stabilitas pembayaran dividen, pembagian saham dividen dan pembelian kembali saham-saham. Dari fungsi manajer keuangan diatas tersebut, menjadikan sebuah alasan mengapa manajer keuangan sangat membutuhkan laporan keuangan yang handal dan terpercaya. Sehingga membutuhkan jasa auditor untuk mendapatkan laporan keuangan yang handal dan memiliki informasi yang benar. Bank di Indonesia dibagi menjadi beberapa jenis yaitu : 1. Bank Sentral 2. Bank Pemerintah Bank Pemerintah adalah bank yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia. 15

Tabel 2.1 Nama Bank Pemerintah Nama Bank Pemerintah 1. Bank Negara Indonesia 2. Bank Rakyat Indonesia 3. Bank Tabungan Negara 4. Bank Mandiri 5. Bank Century 3. Bank Umum / Swasta Bank umum adalah lembaga keuangan uang menawarkan berbagai layanan produk dan jasa kepada masyarakat dengan fungsi seperti menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam berbagai bentuk, memberi kredit pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan, jual beli valuta asing / valas, menjual jasa asuransi, jasa giro, jasa cek, menerima penitipan barang berharga, dan lain sebagainya. 2.3. Expectation gap Istilah Expectation gap dapat ditelusuri awal mula penggunaannya di AS pada tahun 1974 saat American Institute of Certified Public Accountans (AICPA) membentuk Commission on Auditor s Responsibilities, yang selanjutnya disebut sebagai Cohen Commission. Komisi ini dibentuk untuk menanggapi kritik masyarakat mengenai kualitas kinerja auditor yang pada saat itu terdapat berbagai kasus yang memperlihatkan bahwa auditor gagal mendeteksi atau mengungkapkan kegagalan atau tindakan penyimpangan dari perusahaaan- 16

perusahaan yang dimiliki publik. Komisi ini bertugas secara khusus memberikan rekomendasi tentang tanggung jawab auditor yang tepat (sesuai dengan profesi). Menurut Cohen Commission, para pemakai laporan keuangan audit biasanya mempunyai harapan yang masuk akal tentang kemampuan auditor dan keyakinan yang dapat diberikan auditor. Hal ini memberikan gambaran bahwa expectation gap lebih disebabkan karena kegagalan profesi akuntan publik untuk bereaksi dan berkembang agar tidak tertinggal oleh perubahan bisnis dan lingkungan sosial. Expectation gap menurut Guy dan Sullivan (1988) adalah perbedaan antara apa yang masyarakat dan pengguna laporan keuangan percaya sebagai tanggung jawab akuntan dan auditor dan apa yang akuntan dan auditor percaya sebagai tanggung jawabnya. Expectation gap menurut Abrema Glossary adalah kesenjangan (gap) antara standar kinerja auditor dan berbagai macam ekspektasi publik terhadap kinerja auditor. Porter (1993) membagi expectation gap atau kesenjangan harapan dalam dua komponen : 1. Reasonables Gap, yaitu kesenjangan antara apa yang diharapkan pemakai jasa audit tentang apa yang dikerjakan oleh auditor. 2. Performance Gap, yaitu kesenjangan kinerja antara apa yang diharapkan pemakai jasa audit dengan apa yang diharapkan auditor dengan pekerjaanya. 17

Pada dasarnya, expectation gap merupakan istilah adanya perbedaan persepsi yang timbul diantara dua belah pihak. Dalam kasus ini, persepsi yang ada pada pihak auditor berbeda dengan persepsi yang ada pada pihak pemakai laporan keuangan. Seperti definisi expectation gap yang diungkapkan oleh Konrath (2002) yang dikembangkan dalam gambar berikut : Ekspektasi Pemakai Laporan Keuangan Mendeteksi semua kekeliruan dan kecurangan Mengevaluasi kemampuan klien untuk melanjutkan kegiatan usahanya Expectation Gap Standar Profesional Akuntan Publik Melaksanakan audit dengan menggunakan kemahiran dan keahlian yang memadai dalam : Merancang audit yang mencakup penilaian kecurangan yang harus memberikan jaminan yang layak dalam mendeteksi kekeliruan dan kecurangan material. Mempertimbangnkan apakah terdapat keraguan substansil mengenai kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya dengan layak dalam suatu periode yang tidak melewati jangka waktu satu tahun dari tanggal mengaudit laporan keuangan. Gambar 2.2 Expectation gap Apa yang digambarkan pada gambar 2.2 menjelaskan bahwa auditor berusaha mewujudkan keinginan klien yakni pemakai laporan keuangan, namun kadang terjadi 18

perbedaan harapan maupun persepsi antara auditor dengan pemakai laporan keuangan (klien).pemakai laporan keuangan seringkali menginginkan auditor melaksankan fungsinya lebih dari yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan Standar Auditing yang berlaku umum. 2.3.1. Persepsi Manusia yang satu dengan manusia yang lain memiliki perbedaan akan menilai sesuatu. Manusia A belum tentu juga menyukai obyek yang disukai oleh manusia B, harapan yang diinginkan manusia A belum tentu sama dengan harapan yang diinginkan oleh manusia B tergantung dari persepsi dari masing-masing. Menurut Robin (2001), persepsi sebagai proses dimana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna pada lingkungan mereka. Jadi persepsi merupakan proses kognitif yang dialami setiap orang dalam memahami informasi di sekitar lingkungannya melalui indra pendengar, penciuman, penglihatan, perasa dan menyentuh. Dalam hal ini persepsi yang ada dalam benak pemakai laporan keuangan adalah persepsi mengenai kinerja auditor untuk lebih bertanggung jawab mendeteksi dan melaporkan kecurangan, memperbaiki keefektifan audit, serta mengkomunikasikan laporan keuangan yang lebih berguna kepada pemakai laporan keuangan. Namun untuk menggambarkan persepsi tentang audit, yaitu tentang peran dan tanggung jawab auditr, pada setiap kelompok maupun individu memiliki intepretasi yang berbeda-beda. 19

2.4. Tanggung Jawab Auditor 2.4.1 Tanggung Jawab Secara Umum Tanggung jawab auditor secara umum antara lain yaitu tanggung jawab auditor untuk mendeteksi dan melaporkan kekeliruan serta ketidakberesan (Jusup, 2001:66). Kekeliruan adalah salah saji (misstatement) atau hilangnya jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang tidak disengaja. Kekeliruan dapat berupa : 1. Kekeliruan dalam pengumpulan atau pengolahan data akuntansi yang dipakai sebagai dasar pembuatan laporan keuangan. 2. Kesalahan estimasi akuntansi yang timbul sebagai akibat dari kekhilafan atau salah menafsirkan keadaan. 3. Kesalahan dalam penerapan prinsip akuntansi yang menyangkut jumlah, klarifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan. Ketidakberesan adalah salah saji atau hilangnya jumlah atau pengungkpan dalam laporan keuangan yang disengaja. Ketidakberesan mencakup kecurangan dalam pelaporan keuangan yang dilakukan untuk menyajikan laporan keuangan yang menyesatkan. Faktor pokok yang membedakan kekeliruan dengan ketidakberesan adalah apakah penyebab salah saji itu disengaja atau tidak disengaja. Menurut PSA 32 (SA 316.05) menetapkan bahwa tanggung jawab auditor dalam kaitannya dengan kekeliruan dan ketidakberesan adalah sebagai berikut : 1. Menentukan resiko bahwa suatu kekeliruan dan ketidakberesan kemungkinan menyebabkan laporan keuangan berisi salah saji material. 2. Berdasarkan penentuan ini, auditor harus merancang auditnya untuk memberikan keyakinan memadai bagi pendeteksian kekeliruan dan ketidakberesan. 3. Melaksanakan audit dengan seksama dan tingkat skeptisme professional yang semestinya dan menilai temuannya. 20

Laporan keuangan yang mengandung salah saji material karena adanya kekeliruan dan ketidakberesan, maka laporan keuangan dikatakan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. Laporan keuangan tersebut harus direvisi pihak manajemen dan apabila telah selesai maka auditor menerbitkan laporan bentuk baku dengan pernyataan pendapat wajar tanpa pengecualian. 2.4.2 Tanggung Jawab Auditor untuk Mendeteksi Kecurangan Kecurangan merupakan suatu tindakan yang dapat menimbulkan suatu resiko membangkrutkan perusahaan. Dalam buku Boynton (2006) menyebutkan beberapa faktor yang dapat memperbesar kecurangan. Tabel 2.2 Faktor yang memperbesar kecurangan Faktor yang Memperbesar Kecurangan 2003 1998 1994 Kolusi antara karyawan dengan pihak ketiga 48% 31% 33% Kurangnya pengendalian intern 39% 58% 59% Manajemen mengenyampingkan pengendalian intern 31% 36% 36% Kolusi antara karyawan dengan pihak manajemen 15% 19% 23% Kurangnya pengendalian dari pihak manajemen yang lebih tinggi oleh direktur perusahaan 12% 11% 6% Ketidakefektifan/ ketidak berjalannya kesadaran akan etika atau program. 10% 8% 7% Dari tabel yang tertulis diatas, menunjukkan bahwa tindak kecurangan dari tahun ke tahun atas beberapa faktor mengalami peningkatan. Peningkatan yang terlihat terutama atas faktor ketidakefektifan / ketidak berjalannya kesadaran etika atau program. Faktor ini mengindikasikan bahwa masih adanya tindak kecurangan yang dilakukan pada etika maupun program yang dijalankan. Tanggung jawab auditor 21

dalam mendeteksi kecurangan (fraud) dalam hal ini merupakan bagian dari tanggung jawab auditor dalam menemukan dan melaporkan kekeliruan dan ketidakberesan. Tanggung jawab ini diatur dalam SA 316. 2.5 Pengembangan Hipotesis Seperti yang telah kita ketahui, dalam kasus Enron diketahui bahwa awal dari bencana kebangkrutan perusahaan energi terbesar di dunia tersebut adalah keikutsertaan auditor dalam sebuah perancangan manipulasi laporan keuangan. Enron telah mencatat keuntungan sebesar 600 juta Dollar AS padahal mengalami kerugian yang sangat banyak. Enron merupakan perusahaan energi yang mampu melakukan outsourching secara total, akibatnya Enron juga telah membuat banyak pengangguran atas kerugian yang dideritanya. Akibat kebohongan-kebohongan yang dilakukan Perusahaan Enron, KAP Anderson yang mengaudit mendapatkan citra yang buruk dan kepercayaan masyarakat terhadap auditor menjadi berkurang. Dalam hal ini auditor telah melanggar kode etik dan bertindak lebih dari tanggung jawab yang seharusnya auditor berikan. Tanggung jawab auditor secara umum antara lain yaitu tanggung jawab untuk mendeteksi dan melaporkan kekeliruan serta ketidakberesan (Jusup,2001). Kekeliruan serta ketidakberesan merupakan hal yang berbeda. Kekeliruan adalah misstatement atau hilangnya jumlah yang tidak disengaja. Sedangkan ketidakberesan adalah salah saji atau hilangnya jumlah dalam laporan keuangan 22

yang disengaja. Ketidakberesan ini terjadi pada Kasus Enron yakni terlibatnya auditor (KAP Andersen) untuk memanipulasi laporan keuangan Perusahaan Enron. Seringkali, terdapat adanya perbedaan kepentingan antara auditor dengan pihak manajemen. Manajemen menginginkan perusahaan yang dipimpinnya terlihat baik di mata publik melalui laporan keuangan yang diterbitkan sehingga manajemen menginginkan lebih dari apa yang bisa auditor berikan. Di sisi lain, auditor melaksanakan tugasnya untuk mendeteksi segala hal-hal yang membuat salah saji material yang kemudian memberikan pendapat atas pengumpulan bukti yang dilakukan melalui prosedur yang berlaku umum. Adanya perbedaan persepsi diatas didukung dengan hasil penelitian Vitka (2009) yang menyebutkan bahwa memang terdapat perbedaan persepsi tanggung jawab auditor dengan pemakai laporan keuangan khususnya di daerah Semarang terutama dalam mendeteksi dan melaporkan apabila terjadi kecurangan. Selain itu Koh (2001) juga mendapatkan hasil bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara auditor dengan manajemen atas persepsi mereka mengenai tanggung jawab auditor. Selain penelitian yang dilakukan Vitka (2009) dan juga Koh (2001), ada penelitian lain yang memiliki kesimpulan terhadap adanya Expectation gap. Misal seperti penelitian yang dilakukan oleh Fadzly dan Ahmed (2004) yang meneliti kesenjangan harapan audit dengan faktor tanggung jawab auditor dalam mendeteksi, menemukan dan melaporkan kekeliruan dan ketidakberesan serta 23

menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa adanya kesenjangan harapan audit pada faktor tanggung jawab auditor dalam mendeteksi, menemukan dan melaporkan kekeliruan dan ketidakberesan. Selain itu Nasrullah Jamil juga meneliti perbedaan persepsi tersebut ditinjau dari tiga faktor seperti yang dilakukan oleh Peter J Best di Singapura (2001) dengan menambahkan variabel antara auditor dengan investor, auditor dengan manajemen, dan auditor dengan bankir. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Jamil, juga menghasilkan sebuah kesimpulan akan adanya perbedaan persepsi antara auditor dengan investor, auditor dengan manajemen, dan auditor dengan bankir dalam mendeteksi, menemukan dan melaporkan kekeliruan terutama kecurangan. Beberapa penelitian mengenai expectation gap tentang tanggung jawab auditor juga dikembangkan dengan penelitian lain seperti yang Hian Chye Koh (2001) lakukan. Koh menambahkan pengalaman, umur serta gender sebagai variabel penelitian. Perbedaan persepsi antara auditor dan manajer yang diteliti mendapatkan hasil bahwa manajer menginginkan auditor mendeteksi dan mencegah kecurangan serta tindakan ilegal, juga menjamin keakuratan laporan keuangan. Sedangkan hasil yang diteliti oleh Kimberly E Frank (2001) menunjukkan auditor tidak setuju dengan peran auditor sebagai penjamin laporan keuangan. Semua hasil penelitian mengenai kesenjangan harapan ini menguatkan penelitian R Dixon yang dilakukan di Mesir bahwa kesenjangan harapan atau expectation gap merupakan hal yang selalu terjadi antara auditor dengan pemakai jasa audit. 24

Secara garis besar hasil penelitian ke enam peneliti tersebut menyatakan bahwa expectation gap selalu terjadi diantara dua kelompok atau lebih. Beberapa peneliti tersebut diatas melibatkan tiga faktor sebagai variabel penelitian. Jamil, J Best dan Dixon memasukkan faktor responsibility, reliability dan decision usefulness pada kuisioner mereka dalam beberapa pertanyaan. 2.5.1 Responsibility Responsibility merupakan faktor yang menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk mendeteksi segala kecurangan, mencegah kecurangan, menjaga catatan akuntansi penyusunan laporan keuangan dan dan melindungi asset yang dimiliki oleh klien. Dalam penelitian J.Best, auditor berpandangan bahwa auditor memiliki peran dan tanggung jawab dalam mencegah kecurangan yang kecil namun bankir dan investor menganggap bahwa semua dari bentuk tindak pencegahan kecurangan merupakan tanggung jawab auditor. Fadzly dan Ahmed (2004) memberikan hasil bahwa ditemukan adanya kesenjangan harapan audit pada faktor tanggung jawab auditor dalam mendeteksi, menemukan dan melaporkan kekeliruan serta ketidakberesan. Berdasarkan dari hasil penelitian tersebut maka ditarik hipotesis sebagai berikut : H1: terdapat perbedaan persepsi tanggung jawab antara auditor dengan manajer bank tentang faktor tanggung jawab (responsibility). 25

2.5.2. Reliability Reliability merupakan faktor yang berkaitan dengan kehandalan laporan keuangan. Membuktikan apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, perusahaan terbebas dari tindak kecurangan, keakuratan laporan keuangan auditan dan jaminan kelangsungan hidupnya di masa yang akan datang (going concern). Apabila laporan keuangan yang diaudit menunjukkan laporan keuangan yang bebas dari salah saji material, maka auditor akan memberikan opini wajar tanpa pengecualian untuk laporan keuangan tersebut sehingga laporan keuangan dapat digunakan dengan baik karena memberikan informasi yang baik dan benar serta tidak bias (decision usefulness). Menurut J.Best, auditor lebih bersifat skeptis tentang adanya kecurangan yang dianggap mencerminkan kurangnya tanggung jawab untuk pencegahan dan pendeteksian. Dan menurut Schelluch (1996) dalam analisisnya mengenai kehandalan laporan keuangan bahwa potensi adanya expectation gap timbul dari adanya permasalahan jaminan dan komunikasi dalam kinerja audit namun sejauh bila ditemukan adanya kesepakatan responden pada kebijakan akuntansi dan jaminan. Atas dasar hasil penelitian diatas, maka disimpulkan hipotesis penelitian ini seperti berikut : H2: terdapat perbedaan persepsi tanggung jawab antara auditor dengan manajer bank tentang faktor kehandalan laporan keuangan (reliability). 26

2.5.3 Decision usefulness Sedangkan decision usefulness berkaitan dengan kegunaan laporan keuangan. Laporan keuangan auditan diharapkan dapat berguna untuk memonitor kinerja perusahaan, berguna untuk pengambilan keputusan, serta diharapkan laporan keuangan auditan dapat memberikan informasi yang benar dan wajar bagi pemakainya. Umumnya terdapat perbedaan persepsi mengenai kegunaan laporan keuangan antara auditor dengan pemakai laporan keuangan. Menurut manajemen bahwa kegunaan laporan keuangan pada umumnya hanya sebatas untuk membantu mengambil keputusan, namun bagi auditor laporan keuangan juga sebagai pandangan mengenai going concern sebuah perusahaan yakni layak atau tidaknya perusahaan tersebut untuk meneruskan kelangsungan usahanya karena dalam laporan keuangan menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta posisi perubahan keuangan perusahaan dari waktu ke waktu. Berdasarkan hal tersebut, maka disimpulkan hipotesis ketiga sebagai berikut : H3 : terdapat perbedaan persepsi tanggung jawab antara auditor dengan manajer bank tentang faktor kegunaan laporan keuangan (decision usefulness). 27