BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Setelah adanya UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

DAFTAR ISI. Halaman Pengesahan.. Ii. Daftar Isi... Iii. Daftar Tabel. V. Daftar Gambar. Ringkasan... Viii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang..

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat

BAB I BUDAYA POLITIK DI INDONESIA

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA

Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEDOMAN PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT HUKUM ADAT. BAB I KETENTUAN UMUM.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

PENGELOLAAN KOMUNITAS ADAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MASYARAKAT ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB I PENDAHULUAN. majemuk. Sebagai masyarakat majemuk (plural society) yang terdiri dari aneka

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN KEDAMANGAN

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN KHUSUS TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BUDAYA POLITIK. 2. Menganalisis tipe-tipe budaya politik yang berkembang dalam masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, dan dari kebiasaan itu yang nantinya akan menjadi kebudayaan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

TRIANI WIDYANTI, 2014 PELESTARIAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM MENJAGA KETAHANAN PANGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG HUTAN HAK

BAB I PENDAHULUAN. dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakikatnya akan hidup sebagai kelompok, hal tersebut

CATATAN KETERANGAN PEMERINTAH TENTANG RUU DESA.

Sosiologi. Kelompok & Organisasi Sosial MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 07

TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

- 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I BUDAYA POLITIK DI INDONESIA Menganalisis type-type budaya politik yang berkembang dalam masyarakat Indonesia

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Masyarakat Kampung Mosso di perbatasan provinsi papua kota Jayapura

2 kenyataannya masih ada, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria; c. bahwa ha

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MASYARAKAT HUKUM ADAT (VERSI KEMENDAGRI)

KERANGKA ACUAN PENGKAJIAN UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA WAWO WAE DALAM PENGELOLAAN KAWASAN CA WATU ATA, NGADA TGL 25 NOP S/D 20 DES 2002

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut menjadi isu yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI

2015 KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR KESATUAN BANGSA DAN POLITIK

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

BAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat

STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA PELAJARAN PKn Ekram Pw, Cholisin, M. Murdiono*

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140), yang disebut lingkungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1 Y, Wartaya Winangun, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hal

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini merupakan sifat dasar masyarakat. Perubahan masyarakat tiada hentinya, jika

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG MASYARAKAT ADAT

-1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG KEHUTANAN ACEH

BUPATI KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik dalam arti luas. Masyarakat sebagai kumpulan individu-individu memiliki harapan sekaligus tujuan yang hendak di wujudkan. Untuk mewujudkan harapan tersebut diperlukan adanya norma-norma atau kaidah-kaidah yang mengatur berbagai kegiatan bersama dalam rangka menempatkan dirinya di tengah-tengah masyarakat yang senantiasa ditegakan. Upaya menegakan normanorma tersebut mengharuskan adanya lembaga pemerintah yang memiliki otoritas tertentu agar norma-norma yang ada ditaati. Dengan demikian kegiatan individu dalam masyarakat terjadi sekurang-kurangnya karena ada kesempatan, normanorma, serta kekuatan untuk mengatur tertib mayarakat kearah pencapaian tujuan. Unsur-unsur yang terurai di atas merupakan kesatuan yang terkait dalam politik, dan oleh karenanya, masyarakat di dalamnya merupakan kelompok individu yang tidak terlepas dari persoalan politik. Magstadt dan Peter (Darmawan, 2008 : 6) mengemukakan bahwa politik merupakan segala sesuatu mengenai bagaimana manusia diperintah, yang berkaitan dengan tatanan, kekuasaan, dan keadilan. Secara umum, setiap manusia pernah dan selalu membutuhkan sesuatu baik untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, masyarakat, atau yang lainnya. Sejalan dengan kebutuhan ini, semua kebutuhan tersebut tidak akan terpenuhi apabila tidak ada cara dan alat-alat yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Proses penentuan cara dan alat-alat yang akan digunakan serta tujuan yang ingin dicapai sebenarnya sudah merupakan bagian dari politik. Manusia merupakan mahluk berpolitik. Hal itu mengandung arti bahwa manusia tidak sekedar bersifat instingtif, tetapi juga mengaktualisasi dirinya ditengah masyarakatnya dalam suatu bentuk tingkah laku politik. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tingkah laku politik manusia

2 itu diwujudkan dalam proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik itu diselenggarakan untuk mewujudkan tujuan bersama dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.tujuan masyarakat dan bangsa secara umum pertama-tama adalah pembentukan identitas bersama. Melalui identitas bersama, masyarakat dan bangsa yang bersangkutan akan mudah membawa dirinya dan menyesuaikan dirinya sejalan dengan kesepakatan dan identitas bersama yang dibangun. Berbicara tentang politik, maka kita akan menemukan tentang apa yang dinamakan budaya politik. Karena pada dasarnya ada ketekaitan antara politik dengan kebudayaan politik. Almond dan Verba (1990: 16) mengartikan kebudayaan politik suatu bangsa sebagai distribusi pola-pola orientasi khusus menuju tujuan politik diantara masyarakat bangsa itu. Tidak lain adalah pola tingkah laku individu yang berkaitan dengan kehidupan politik yang dihayati oleh para anggota suatu sistem politik. Mengenai penjelasan tersebut, pada dasarnya setiap masyarakat dalam suatu negara memiliki budaya politik, demikian pula individu-individu yang hidup di tengah-tengah masyarakat yang senantiasa memiliki orientasi, persepsi terhadap sistem politiknya. Hal itu terjadi dalam masyarakat modern dan masyarakat tradisional atau masyarakat adat, bahkan masyarakat primitif sekalipun. Secara umum dapat dikatakan bahwa dalam kaitan budaya politik, individu-individu dalam masyarakat itu menilai tempat dan perannya di dalam sistem politik. Pada dasarnya budaya politik suatu masyarakat dengan sendirinya berkembang di dalam dan dipengaruhi oleh kompleks nilai yang ada dalam masyarakat tersebut. Dapat dikatakan bahwa kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh interaksi antarorientasi dan antarnilai. Interaksi yang demikian itu telah memungkinkan timbulnya kontak-kontak antar budaya suatu kelompok dengan budaya kelompok yang lain. Interaksi antarorientasi dan antarnilai itu pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan budaya politik bangsa. Dengan kondisi itu dapat dikatakan bahwa dalam kerangka pengembangan budaya politik suatu bangsa, diperlukan keterjalinan dan keterkaitan antarnilai budaya maupun antarkomponen orientasi dalam masyarakat sehingga dapat terjalin proses integrasi ke arah

3 pengembangan budaya. Kemudian lebih lanjut Kantaprawira (Sastroatmodjo, 1995 : 40) menambahkan bahwasannya budaya politik masyarakat sangat dipengaruhi oleh struktur politik, sedangkan daya operasional struktur politik ditentukan oleh konteks kultural tempat struktur itu berada. Berkenaan dengan hal itu, dilihat dari sudut fungsinya secara keseluruhan, Almond dan Verba (1990: 53) mengemukakan bahwa budaya politik bertujuan untuk memelihara stabilitas sistem politik yang demokratis. Berfungsinya budaya politik dengan baik pada prinsipnya ditentukan oleh tingkat keserasian antara kebudayaan itu dengan struktur politiknya. Dengan demikian, apabila struktur yang mereka dambakan dapat berjalan secara serasi, budaya politik telah dapat berfungsi dengan baik. Atau dengan kata lain budaya politik suatu bangsa telah mencapai tingkat kematangan. Budaya politik dapat tumbuh dan berkembang dalam dimana saja baik di masyarakat modern, masyarakat tradisional atau masyarakat adat, serta masyarakat primitive. Yang menjadi titik fokus dalam penelitian ini yaitu mengenai budaya politik di masyarakat adat. Masyarakat adat tersebut bisa dikategorikan ke dalam masyarakat (parochial) yaitu masyarakat yang cenderung pasif,tidak kritis terhadap kekuasaan. Disebabkan sistem politik yang relatif sederhana dan terbatasnya areal wilayahnya dan diferensiasinya, tidak terdapat peranan politik yang bersifat khas dan berdiri sendiri-sendiri. Masyarakat secara umum tidak menaruh minat begitu besar terhadap objek politik yang luas tetapi hanya dalam batas tertentu, yakni keterkaitan pada obyek yang relatif sempit seperti keterikatan pada profesi. Dalam dokumen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN;1982) disebutkan bahwa masyarakat adat adalah komunitas yang memiliki asal-usul leluhur secara turun-temurun yang hidup di wilayah geografis tertentu serta memiliki sistem nilai, ideologi, ekonomi, politik, budaya dan sosial yang khas. Selain itu peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN No. 5 (1999) menyebutkan bahwa masyarakat adat adalah sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum karena kesamaan tempat tinggal dan atas dasar keturunan.

4 Dalam Undang-Undang RI No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air penjelasan pasal 6 ayat 3 dikemukakan bahwa: masyarakat adat adalah sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum adanya sebagai warga bersama suau persekutuan hukum adat yang didasarkan atas kesamaan tempat tinggal atau atas dasar keturunan. Masyarakat adat yang sangat kental dalam memperrahankan tradisi-tradisinya sekarang dituntut untuk bisa aktif dalam kegiatan politik berupa pemilihan umum. Kekhasan budaya masyarakat adat yang dikenal dominan dengan kearifan budaya lokalnya sangat menarik untuk dikaji ketika dikaitkan dengan kondisi politik yang terjadi sekarang ini. Kampung Naga merupakan suatu perkampungan yang dihuni oleh warga sekitar 306 orang dengan jumlah laki-laki 153 orang dan jumlah perempuan 153 orang dengan kepala keluarga sebanyak 105 kepala keluarga (sumber: Arsip Desa Neglasari Kec. Salawu, Kab. Tasikmalaya 2012) yang masih mempertahankan tradisi, adat atau kebudayaan dari nenek moyangnya, yang mana taraf perekonomian dan pendidikan pun rendah. Tingkat pendidikan hanya sampai jenjang Sekolah Dasar/MI dan itu pun hanya sebagian dari masyarakat kampung naga yang mampu mensekolahkan anak-anaknya, dalam segi mata pencaharian tidak banyak yang bekerja di kepegawaian, hampir kebanyakan masyarakat disana mata pencahariannya adalah buruh tani ataupun pengrajin, aliran listrik pun belum ada di Kampung tersebut, selain mempertahankan tradisi mereka pun takut apabila terjadinya kebakaran yang disebabkan oleh arus listrik karena rumah mereka terbuat dari bahan yang mudah terbakar. Melihat hal seperti itu, dengan taraf perekonomian yang masih rendah, pendidikan yang relaif rendah serta dengan tidak adanya arus listrik sebagai fasilitas mendapatkan informasi atau berita, secara tidak langsung mempengaruhi kehidupan sosial mereka karena tidak bisa mendapatkan informasi yang beredar di masyarakat luas, apalagi berkenaaan dengan pemerintahan dan politik. Namun, Kampung Naga sedikit berbeda dengan masyarakat adat di daerah lain, lokasinya yang berada tidak jauh dari pusat pemerintahan kabupaten Tasikmalaya dan Garut menjadikan mereka mengalami interaksi yang intensif

5 dengan masyarakat luar. Kampung Naga terletak tidak jauh dari perbatasan kedua kabupaten tersebut. Terjadinya hubungan itu telah menimbulkan masuknya nilainilai baru dalam kehidupan sosial, budaya dan ekonomi masyarakat adat Kampung Naga. Namun satu hal yang menarik adalah bagaimana mereka menapis dan menyaring pengaruh nilai-nilai baru tersebut, tanpa mengakibatkan mereka mengisolasi diri. Setelah melakukan pra-penelitian pada saat pemilihan Gubernur tahun 2013 di kawasan Kampung Naga, peneliti melihat bahwasannya warga masyarakat adat Kampung Naga berbondong-bondong datang menuju tempat pemilihan dengan menggunakan baju adat yang biasa dipakai dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya itu, selain ikut berpartisipasi sebagai pemilih ada beberapa warga yang menjadi panitia pemilihan di kawasan Kampung Naga tersebut. Kemudian menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Ali Irawan (Partisipasi politik masyarakat adat Kampung Naga dalam Pemilukada kabupaten Tasikmlaya tahun 2012), bentuk partisipasi masyarakat adat Kampung Naga dapat digolongkan kedalam bentuk partisipasi konvensional. Kegiatan partisipasi konevensional merupakan bentuk demokrasi yang normal termasuk didalamnya kegiatan pemilihan yakni memberi suara, dan diskusi politik. Bentuk partisipasi politik yang dilakukan informan masyarakat adat Kampung Naga dilihat dari sifatnya maka mengarah kepada autonomousparticipation (partisipasi yang otonom). Partisipasi otonom adalah partisipasi yang tidak dimobilisasi atau bersifat mandiri. Melihat dari realita seperti itu apakah urusan pemerintahan serta politik bisa berkembang di masyarakat adat Kampung Naga, karena dalam kenyataannya mereka berusaha menapis dan menyaring pengaruh nilai-nilai baru demi terjaganya kelestarian budaya nenek moyang, namun disisi lain letak kampung mereka yang strategis menjadikan mereka mengalami interaksi yang intensif dengan masyarakat luar. Bagaimana perkembangan pemahaman dan kesadaran masyarakat Kampung Naga terhadap pemerintahan dan politik, apakah terjadi sistem politik di masyarakat adat tersebut melihat bahwasanya pranata, tata nilai serta unsur-unsur adat lebih banyak dipegang daripada persoalan pembagian peran politik. Pemimpin adat atau kepala suku yang nota-benenya adalah pimpinan

6 politik sekaligus dapat berfungsi sebagai pimpinan agama, pemimpin sosial masyarakat bagi kepentingan-kepentingan ekonomi. Selain itu, melihat bagaimana pemahaman dan kesadaran masyarakat tersebut terhadap urusan-urusan pemerintahan dan politik. Sehingga bisa di lihat budaya politik seperti apa yang di anut dan berkembang di masyarakat adat Kampung Naga, serta bagaimana partisipasi politik masyarakat tersebut terhadap pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013. Oleh karena itu peneliti mengusung judul BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (Studi Kasus di Masyarakat Adat Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya Dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun. B. RUMUSAN MASALAH DAN PEMBATASAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan beberapa masalah pokok dalam penelitian ini yaitu: 1. Rumusan Masalah Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka perlu dirumuskan hal yang menjadi fokus permasalahan secara umum. Masalah yang menjadi inti pembahasan dalam penelitian ini adalah Budaya politik seperti apa yang berkembang di masyarakat adat Kampung Naga tersebut. Berdasarkan masalah inti tersebut, untuk menentukan budaya politik yang dianut oleh masyarakat adat Kampung Naga, maka peneliti merumuskan masalah dari komponen orientasi politik masyarakat adat Kampung Naga tersebut 2. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya masalah yang terdapat dalam penelitian ini, maka perlu membatasi ruang lingkup kajian permasalahannya dengan merumuskan subpokoknya yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: a. Bagaimanakah orientasi kognitif masyarakat adat Kampung Naga dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013?

7 b. Bagaimanakah orientasi afektif masyarakat adat Kampung Naga dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013? c. Bagaimanakah orientasi evaluatif masyarakat adat Kampung Naga dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013? C. TUJUAN PENELITIAN Dari rumusan masalah yang ada, maka dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan tujuan sebagai berikut: 1. Tujuan Umum Secara umum tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui budaya politik yang berkembang di masyarakat adat Kampung Naga tersebut sehingga dapat dikatagorikan dalam kebudayaan politik yang sesuai dengan kondisi yang terjadi di masyarakat adat Kampung Naga, serta partisipasi masyarakat tersebut dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013. 2. Tujuan Khusus Tujuan merupakan hal utama yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan. Dengan tujuan, tindakan akan terarahkan secara fokus, begitupun dalam penelitian ini memilki tujuan. Dari rumusan masalah yang ada maka dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan tujuan sebagai berikut: a. Mengetahui bagaimanakah pemahaman dan penerapan orientasi kognitif masyarakat adat Kampung Naga dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013. b. Mengetahui bagaimanakah pemahaman dan penerapan orientasi afektif masyarakat adat Kampung Naga dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013. c. Mengetahui bagaimanakah pemahaman dan penerapan orientasi evaluatif masyarakat adat Kampung Naga dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013.

8 D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat penelitian ini ada dua yakni: 1. Secara Teoretik a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau bahan kajian terhadap budaya politik yang berkembang di Kampung Naga yang statusnya merupakan masyarakat adat yang masih menjunjung tinggi tradisi dan warisan budaya dari leluhurnya. b. Mengetahui pemahaman dan kesadaran masyarakat adat Kampung Naga tentang urusan-urusan pemerintahan dan politik yang sedang berkembang serta partisipasinya terhadap pemilukada yang berlangsung di daerahnya. 2. Secara Praktis a. Bagi peneliti, hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran budaya politik yang berkembang di masyarakat adat Kampung Naga, serta tingkat partisipasi masyarakat adat tersebut dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat. b. Bagi masyarakat adat Kampung Naga, dari penelitian yang dilakukan diharapkan bisa memberikan masukan dan gambaran mengenai budaya, suatu sistem, dan bentuk politik yang berkembang di luar wilayah Kampung Naga guna memberikan pemahaman dan orientasi tentang suatu sistem politik. c. Memberikan pengaruh atau dampak positif guna menumbuhkan dan membentuk masyarakat adat yang tetap mempertahankan tradisi dan budaya asli warisan leluhur menjadi warga negara yang baik yang paham, sadar dan mengerti hukum dan sistem politik. d. Secara tidak langsung memberikan pemahaman guna menumbuhkan kesadaran politik serta partisipasi masyarakat adat Kampung Naga terhadap pemilihan Gubernur ataupun Pemilu. E. SISTEMATIKA PENULISAN

9 Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V : Dalam bab ini peneliti menguraikan latar belakang masalah penelitian, kemudian rumusan masalah yang dijadikan acuan dalam melakukan penelitian, manfaat yang bisa diambil sampai dengan sistematika penulisan. : Dalam bab ini menjelaskan secara rinci tentang tinjauan pustaka atau teori yang digunakan dalam penelitian ini. Teori yang digunakan berkenaan dengan sistem politik, budaya politik, masyarakat adat, serta pemilukada. Pada bab ini lebih menekankan terhadap pengembangan dari budaya politik itu sendiri, karena pada dasarnya judul yang diusung berkenaan dengan budaya politik. : Dalam bab ini mengkaji tentang metodelogi penelitian yang digunakan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Peneliti melakukan observasi, wawancara, studi pustaka, serta studi dokumentasi dalam mengumpulkan dan mendapatkan data berupa informasi serta dalam menganalisis data tersebut. : Dalam bab ini dijelaskan secara rinci baik itu hasil penelitian maupun pembahasan dalam penelitian tersebut. Untuk hasil penelitian itu sendiri, adalah data asli yang penulis uraikan berdasarkan hasil penelitian dilapangan baik pada saat observasi maupun pada saat melakukan wawancara dengan informan. Untuk pembahasan hasil penelitian, peneliti mengkaitkan apa yang menjadi teori dari penelitian ini yang penulis susun dalam bab II dengan hasil penelitian dilapangan. :. Bab ini merupakan bab terakhir dalam sistematika penulisan skripsi, yang mana didalamnya diuraikan kesimpulan baik kesimpulan secara umum maupun secara khusus. Selain itu, saran pun ditambahkan dalam bab ini, yang bisa ditujukan untuk berbagai pihak. Dalam bab ini, peneliti

10 menyimpulkan bahwa apa yang dijadikan teori dasar dalam penelitian ini, tidak sesuai dengan apa yang peneliti dapatkan dilapangan, dilihat dari ciri-ciri maupun indikator yang ditemukan.