BAB I BUDAYA POLITIK DI INDONESIA Menganalisis type-type budaya politik yang berkembang dalam masyarakat Indonesia
|
|
- Yohanes Kartawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I BUDAYA POLITIK DI INDONESIA Standar Kompetensi : 1. Menganalisis budaya politik di Indonesia Kompetensi Dasar : 1.2. Menganalisis type-type budaya politik yang berkembang dalam masyarakat Indonesia B. Tipe Tipe Budaya Politik Almond dan Sidney Verba mengidentifikasi tiga tipe budaya politik, yaitu parochial, subyek / kaula, dan partisipan. Perhatikanlah deskripsi budaya politik berikut ini, selanjutnya jawablah pertanyaan di bawahnya! Budaya Politik Jawa Budaya politik Jawa dipengaruhi etika kawulo gusti yang dibangun semenjak zaman kerajaan. Orang Jawa dikenal tabah dan ulet. Dalam hubungan satu lain mereka terhubung melalui pola bahasa kromo inggil. Pola hubungan inilah yang menciptakan keharmonisan dan kerukunan hidup masyarakat Jawa. Berbagai falsafah berkembang dan dilaksanakan secara konsisten. Seperti dalam menghadapi tantangan hidup mereka menerapkan falsafah nrimo ing pandum (menerima dengan pasrah). Dalam meniadakan kesombongan, mereka memakai istilah ojo dumeh (jangan mentang mentang). Dalam menghormati orang yang dituakan dan mengangkat jasa jasanya untuk dicontoh dan membenamkan dalam-dalam kekeliruan para tokoh tersebut supaya tidak terulang mereka menggunakan istilah mikul duwur mendhem jero. Sementara itu, untuk meningkatkan kebersamaan dan kekeluargaan dikenal istilah mangan ora mangan waton kumpul (makan atau tidak makan asal bersatu). Dalam hal pekerjaan agar dilaksanakan dengan benar dan teliti dikenal istilan alon alon waton klakon. Untuk merendahkan diri dan mengurangi kesewenang-wenangan, walaupun terhadap bawahan dikenal istilah ngono yo ngono ning ojo ngono. Ini sejalan dengan tata karma dalam menyampaikan kritik sekalipun terhadap pihak yang kalah, masyarakat Jawa menerapkan istilah ngluruk tanpa bolo, digdaya tanpa aji, menang tanpa ngasorake. Oleh karena itu, dalam politik orang Jawa relativ merendah dibanding suku suku lain di Indonesia. Ini terlihat dari bagaimana mereka menyelipkan keris. Apabila orang Bugis, Makasar, Minangkabau, Banjarmasin, dan Aceh menyelipkan senjata di depan (perut) sehingga mudah dilihat, maka orang Jawa menyimpan kerisnya di belakang punggung agar tidak tampak mengancam. Itulah sebabnya dalam politik orang Jawa lebih suka berkelahi di belakang daripada berhadap hadapan. (Inu Kencana S, 2004 : 61)
2 Analisa Kasus IV 1. Menurut deskripsi budaya politik di atas, bagaimanakah kesadaran politik orang Jawa? 2. Apakah yang menjadi landasan sikap orang Jawa dalam berpolitik? Bagaimanakah orang Jawa mengembangkan hubungan antara penguasa dengan rakyatnya, sebagaimana terungkap dalam deskripsi budaya politik di atas? Apakah orang Jawa menyampaikan kritik terhadap tokoh politik atau sesama warganegara, identifikasilah bagaimana cara mereka menyampaikan kritik, jelaskan alasanmu?... Sekarang cermatilah materi mengenai tipe-tipe budaya politik di bawah ini! Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada beberapa negara Almond dan Verba menyimpulkan tipe dan ciri budaya politik sebagai berikut : 1. Budaya politik parochial, yang berciri : a. Tidak memiliki orientasi atau pandangan sama sekali (nol), baik sikap (afektif), pengetahuan ( kognitif) maupun penilaian (evaluatif) dan tidak memiliki harapan terhadap sistem politik.
3 b. Masyarakat bersikap acuh tak acuh terhadap obyek politik, tetapi tetap peduli terhadap nilai-nilai primordial seperti adat istiadat, etnis dan agama. c. Obyek politik yang paling utama adalah pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik,contohnya pemilihan Kepala Desa, Pilkada, Pemilu DPR/DPD/DPRD dan Pilpres Budaya budaya politik parochial umumnya terbatas pada suatu wilayah yang sempit, ada pada masyarakat tradisional dan sederhana dimana belum berkembang spesialisasi. Tokoh melaksanakan peran ganda, sebagai tokoh politik, ekonomi, agama dan lain lain serta tidak ada peranan politik yang bersifat khas berdiri sendiri. Masyarakat cenderung tidak menaruh minat terhadap objek politik yang luas kecuali daerahnya sendiri, tidak menyadari dan mengabaikan adanya pemerintahan atau politik. Mereka tinggal di daerah terpencil dan bermata pencaharian petani, buruh yang bekerja di perkebunan dimana kontak dengan sistem politik kecil. 2. Budaya politik subyek, yang berciri : a. Memiliki orientasi terhadap output atau pelaksanaan kebijakan publik yang sangat tinggi, tetapi orientasi terhadap input dan diri sendiri sebagai aktor politik sangat rendah. b. Peran politik masyarakat bersifat pasif. c. Masyarakat menyadari otoritas pemerintah, sehingga hanya melahirkan kepatuhan dan ketaatan tanpa disertai sikap kritis 3. Budaya politik partisipan, yang berciri : a. Masyarakat memiki orientasi terhadap seluruh obyek politik, baik input maupun output, dan terhadap diri sendiri sebagai aktor politik. b. Memiliki kepercayaan yang tinggi bahwa dirinya sebagai aktor politik mampu mempengaruhi kehidupan politik bangsa dan negaranya. c. Aktif rasional, berperan aktif dalam proses politik tetapi juga tunduk pada hukum dan kewenangan pemerintah Dalam kenyataannya tidak satupun negara yang memiliki budaya politik murni salah satu dari tiga tipe di atas. Menurut Muhtar Masoed dan Colin MacAndrews ada 3 model kebudayaan politik berdasarkan proporsi ketiga tipe budaya politik sebagaimana disebutkan Almond dan Sidney Verba, yaitu model: a. Masyarakat demokratis industrial yang terdiri dari aktivis politik. Jumlah partisipan mencapai 40 s/d 60%, subyek 30% dan parochial 10%. Mereka kritis melindungi kepentingan khusus mereka. b. Sistem politik otoriter dimana sebagian besar rakyat sebagai subyek yang pasif, tunduk pada hukumnya tapi tidak melibatkan diri dalam urusan politik dan pemerintahan. Sebagian lagi berbudaya partisipan (seperti mahasiswa, kaum intelektual, pengusaha, dan tuan tanah) dan parochial (seperti petani dan buruh yang hidup didaerah perkebunan). c. System demokratis pra industrial, sebagian masyarakat berbudaua politik parochial, Hidup di desa dan buta huruf. Pengetahuan dan keterlibatan dalam politik sangat sedikit. Jumlah partisipan sangat kecil, biasanya dari kaum profesional terpelajar, pengusaha, dan tuan tanah. Demikian pula jumlah budaya politik subyek sangat kecil.
4 Dengan demikian selain 3 jenis budaya politik di atas. Ada variasi diantara ketiga tipe tersebut yaitu budaya politik: 1. Subyek - parochial Budaya politik yang sebagian besar warganya telah menolak tuntutan masyarakat feodal atau kesukuan. Telah mengembangkan kesetiaan terhadap sistem politik yang lebih komplek dengan stuktur pemerintah pusat yang bersifat khusus. Cenderung menganut sistem pemerintahan sentralisasi. 2. Subyek partisipan Sebagian besar masyarakatnya telah mempunyai orientasi input yang bersifat khusus dan serangkaian pribadi sebagai seorang aktivis. Sementara sebagian kecil lainnya terus berorientasi kearah struktur pemerintahan yang otoriter dan secara relatif mempunyai serangkaian orientasi pribadi yang pasif. 3. Parochial partisipan Berlaku di negara-negara berkembang yang masyarakatnya menganut budaya dalam stuktur politik parokial. Tetapi untuk keselarasan diperkenalkan norma-norma yang bersifat partisipan. 4. Kewarganegaraan Merupakan budaya politik ideal, yaitu kombinasi yang seimbang atau proporsional antara karakteristik aktif rasional (tidak emosional), memiliki informasi yang cukup mengenai politik, loyalitas, kepercayaan, dan kepatuhan terhadap pemerintah, kepercayaan sesama warga negara dan keterikatan pada keluarga, suku, dan agama (Cholisin). Analisa Kasus V Jawaban kalian pada pertanyaan nomor 1 sampai dengan 4 pada kasus budaya politik Jawa di atas pasti mempermudah pemahaman kalian mengenai tipe tipe budaya politik. Setelah mencermati materi mengenai ciri ciri tipe budaya politik di atas, simpulkanlah tipe budaya politik Jawa, ungkapkan dengan jelas alasanmu!.....
5 A. Budaya Politik di Indonesia Rusadi Sumintapura menyimpulkan Indonesia menganut budaya politik yang bersifat parokial-kaula di satu pihak dan budaya politik partisipan di pihak lain. Selain itu sikap ikatan primodalisme dan paternalisme masih mengakar kuat. Pendapat lain menyatakan bahwa di Indonesia berkembang budaya politik elit, terdiri dari kaum pelajar yang berpengaruh dan lebih berperan dalam pemerintahan, dan budaya politik massa yang kurang memahami politik sehingga mudah terbawa arus. Clifford Geertz, seorang antropolog dari Amerika Serikat, membagi budaya politik masyarakat Indonesia menjadi tiga, yaitu: a. Budaya politik abangan ditunjukkan oleh golongan petani kecil b. Bdaya politik santri yang ditunjukkan pemeluk agama Islam yang taat, dan c. Budaya politik priyayi yaitu golongan yang terdiri dari kaum terpelajar dan golongan atas dan penduduk kota terutama para pegawai. Hampir senada Herbert Feith, seorang Indonesianis dari Australia, menyatakan bahwa selain budaya politik nasional, di Indonesia berkembang sub budaya politik yang dominan yaitu budaya politik aristocrat jawa dan wiraswastawan Islam dibanding sub budaya politik yang lain. Affan Gaffar, menyatakan bahwa pola budaya politik Indonesia sangat didominasi kelompok etnis yang dominan, yaitu Jawa. Budaya etnis Jawa sangat mewarnai sikap, perilaku, dan orientasi politik kalangan elit politik Indonesia. Menurutnya, ada tiga ciri dominan yang terdapat dalam budaya politik Indonesia, yaitu : 1. Hirarki yang ketat/tegas Sebagian besar masyarakat di Indonesia, terutama masyarakat Jawa pada dasarnya bersifat hirarkis. Hal ini tampak dari adanya pemilahan tegas antara penguasa dan rakyat biasa. Penguasa dicitrakan sebagai kelompok yang pemurah, baik hati dan pelindung, sedangkan rakyat berada pada posisi harus patuh, tunduk, setia dan taat pada penguasa. 2. Kecenderungan Patronage Yaitu pola hubungan patron-client yang saling berinteraksi dengan mempertukarkan sumber daya yang dimiliki masing-masing. Sumber daya yang dimiliki oleh Patron biasanya berupa kekuasaan, kedudukan atau jabatan, perlindungan, perhatian dan materi; sedangkan Client memiliki sumber daya berupa tenaga, dukungan dan kesetiaan. Pola hubungan ini oleh Yahya Muhaimin disebut sebagai pola Bapakisme (bapak-anak). Bapak (patron) sebagai tumpuan dan sumber pemenuhan kebutuhan material bahkan spiritual serta emosional anak, sebaliknya para anak (client) dijadikan tulang punggung yang setia dan penuh pengabdian. 3. Kecenderungan Neo-patrimonialistik Meskipun memiliki atribut yang bersifat modern dan rasional, misalnya birokrasi, tetapi perilaku negara masih memperlihatkan tradisi dan budaya politik yang berkarakter patrimonial yaitu berada dibawah kontrol langsung pimpinan negara.
6 Analisa Materi I 1. Identifikasilah tipe tipe budaya politik di Indonesia! 2. Perhatikan masyarakat di sekitar kalian, benarkah sub budaya politik sebagaimana diungkap para ahli itu ada pada masyarakat sekitarmu! Cermatilah sikap dan perilaku mereka, deskripsikanlah ciri ciri mereka! 3. Cermatilah apakah dampak masing masing budaya politik yang mereka tampilkan itu terhadap sistem politik (Indonesia), jelaskan pendapatmu!
BUDAYA POLITIK DI INDONESIA. R. Siti Zuhro, PhD Program Magister Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Jakarta April-Mei 2010
BUDAYA POLITIK DI INDONESIA R. Siti Zuhro, PhD Program Magister Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Jakarta April-Mei 2010 Pengertian Budaya Politik Sikap orientasi warga negara terhadap sistem politik
Lebih terperinciPengertian Budaya Politik. Tujuan Sosialisasi Politik. Komponen Budaya Politik. Jenis Budaya Politik. Sosialalisasi Politik. Agen Sosialisasi Politik
Budaya Politik Pengertian Budaya Politik Tujuan Sosialisasi Politik Komponen Budaya Politik Jenis Budaya Politik Sosialalisasi Politik Agen Sosialisasi Politik Partisipasi Politik Budaya Politik menurut
Lebih terperinciMEMBANGUN GERAKAN BUDAYA POLITIK DALAM SISTEM POLITIK INDONESIA
MEMBANGUN GERAKAN BUDAYA POLITIK DALAM SISTEM POLITIK INDONESIA Aos Kuswandi Dosen Ilmu Pemerintahan dan Sekretaris Program Magister Ilmu Pemerintahan Universitas Islam 45 Bekasi Abstrak Artikel ini membahas
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Kesimpulan Umum Setelah menguraikan dari beberapa aspek yang menjadi dimensi atau orientasi politiknya,yang diukur dari segi pemahaman kognitif, afektif, dan
Lebih terperinciBAB I BUDAYA POLITIK DI INDONESIA
BAB I BUDAYA POLITIK DI INDONESIA Standar Kompetensi : 1. Menganalisis budaya politik di Indonesia Kompetensi Dasar : 1.1. Mendeskripsikan pengertian budaya politik A. Pendahuluan Salah satu komponen yang
Lebih terperinciBudaya politik dan peran serta pengaruhnya terhadap kehidupan negara Indonesia
Budaya politik dan peran serta pengaruhnya terhadap kehidupan negara Indonesia Budaya politik merupakan pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan benegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik dalam arti luas. Masyarakat sebagai kumpulan individu-individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Indonesia merupakan masyarakat yang plural dan multikultural.
Lebih terperinciBAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI
69 BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI A. Santri dan Budaya Politik Berdasarkan paparan hasil penelitian dari beberapa informan mulai dari para pengasuh pondok putra dan putri serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan politik suatu negara, negara tidak lepas dari corak budaya yang ada dalam masyarakatnya. Peran masyarakat dalam kehidupan politik sangat tergantung
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. yang mendukung untuk penelitian ini, yaitu tinjauan tentang gender dan
III. METODE PENELITIAN Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai tinjauan pustaka yang berupa teoriteori yang mendukung untuk penelitian ini, yaitu tinjauan tentang gender dan politik, budaya politik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan Partisipasi merupakan aspek yang penting dari demokrasi, partisipasi politik yang meluas merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Partisipasi politik
Lebih terperinciBUDAYA POLITIK. 2. Menganalisis tipe-tipe budaya politik yang berkembang dalam masyarakat Indonesia
BUDAYA POLITIK Standar Kompetensi Menganalisis Budaya Politik di Indonesia Kompetensi Dasar 1. Mendiskripsikan pengertian budaya politik 2. Menganalisis tipe-tipe budaya politik yang berkembang dalam masyarakat
Lebih terperinciULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP Tahun Pelajaran 2016 /2017. I. Berilah tanda silang (X) huruf a,b,c, atau d pada jawaban yang paling tepat
ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP Tahun Pelajaran 2016 /2017 Mata Pelajaran : Pend. Kewarganegaraan Kelas : XI (Sebelas) Kompetensi Keahlian : Semua Kompetensi keahlian Waktu : 60 menit I. Berilah tanda silang
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1 Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester : XI/1 Materi Pokok : Definisi dan tipe-tipe budaya politik diindonesia Pertemuan Ke- : 1 s.d. 5 Alokasi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi dan pembahasan
288 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi dan pembahasan hasil penelitian, pada akhir penulisan ini akan dijabarkan beberapa kesimpulan dan rekomendasi
Lebih terperinciBUDAYA POLITIK ORGANISASI PEMERINTAH
BUDAYA POLITIK ORGANISASI PEMERINTAH Feni Rosalia Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Lampung feni.rosalia@fisip.unila.ac.id ABSTRAK Setiap organisasi pasti memiliki budaya organisasi, termasuk
Lebih terperinciBUDAYA POLITIK MASYARAKAT PERKEBUNAN (Studi Kasus PTPN IV Bahjambi)
BUDAYA POLITIK MASYARAKAT PERKEBUNAN (Studi Kasus PTPN IV Bahjambi) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Oleh : Heri Aprilando Simanjuntak
Lebih terperinciMencermati Potret Budaya Politik Masyarakat Indonesia
BAB 9 Mencermati Potret Budaya Politik Masyarakat Indonesia Akhirnya, kalian telah sampai pada materi pembelajaran bab terakhir di kelas XI. Tentunya pengalaman belajar kalian sudah semakin lengkap setelah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem politik itu adalah budaya politik. Dalam keseharinya setiap warga negara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia dalam masyarakat memiliki peranan penting dalam sistem politik suatu negara. Sama hal nya dengan bangsa Indonesia mempunyai sistem politik
Lebih terperinciJURNAL PENDIDIKAN SERAMBI ILMU (Wadah Informasi Ilmiah dan Kreativitas Intelektual Pendidikan)
JURNAL PENDIDIKAN SERAMBI ILMU (Wadah Informasi Ilmiah dan Kreativitas Intelektual Pendidikan) ISSN 1693-4849 VOLUME 24 NOMOR 1 MARET 2016 Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Sistem Ekskresi dengan
Lebih terperinciBAB I : PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah 2. Pokok-pokok Permasalahan
BAB I : PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pada era reformasi ini, pemerintah masih tetap memiliki komitmen dalam penanggulangan kemiskinan, sebagai salah satu indikator keberhasilan pemerintah dalam
Lebih terperinciBudaya Politik,Partisipasi Politik dan Demokrasi Sebagai Sistem Sosial Politik Indonesia
Modul 1 Budaya Politik,Partisipasi Politik dan Demokrasi Sebagai Sistem Sosial Politik Indonesia D PENDAHULUAN Prof.Dr. Aim Abdulkarim, M.Pd Dra. Neiny Ratmaningsih, M.Pd alam modul ini akan dipelajari,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43
BAB I PENDAHULUAN Setiap penelitian akan di latar belakangi dengan adanya permasalahan yang Akan dikaji. Dalam penelitian ini ada permasalahan yang dikaji yaitu tentang Efektivitas Tokoh Agama dalam Membentuk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Terciptanya budaya feodalisme dapat terjadi apabila masyarakat selalu
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Konsep Budaya Feodalisme Terciptanya budaya feodalisme dapat terjadi apabila masyarakat selalu berorientasi pada atasan, senior, dan pejabat untuk menjalankan suatu kegiatan
Lebih terperinciJURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)
JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daerah Sumatera Barat beserta masyarakatnya, kebudayaannya, hukum adat dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para cendikiawan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kyai dan Jawara ditengah tengah masyarakat Banten sejak dahulu menempati peran kepemimpinan yang sangat strategis. Sebagai seorang pemimpin, Kyai dan Jawara kerap dijadikan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Pola Asuh Orang Tua Anak Usia Dini Di Kampung Adat Benda Kerep
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Ada terdapat banyak bentuk pola asuh orang tua dan dalam praktiknya orang tua tidak hanya memberlakukan satu jenis pola asuh secara konsisten sejak anak lahir
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan
BAB VI PENUTUP Setelah menjelaskan berbagai hal pada bab 3, 4, dan 5, pada bab akhir ini saya akan menutup tulisan ini dengan merangkum jawaban atas beberapa pertanyaan penelitian. Untuk tujuan itu, saya
Lebih terperinciBAB VII P E N U T U P. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: pertama, apakah struktur
BAB VII P E N U T U P A. Pendahuluan Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: pertama, apakah struktur sosial masyarakat adat Kurai menunjukkan hubungan dengan perilaku pemilih masyarakat adat Kurai
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia
101 BAB 5 KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya. Fokus utama dari bab ini adalah menjawab pertanyaan penelitian. Bab ini berisi jawaban yang dapat ditarik dari pembahasan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena hubungan-hubungan serupa itu mengandaikan sekurang-kurangnya satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Solidaritas sosial menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah di Banyumas suasana politik semakin hangat. Banyak yang mempromosikan calonnya dengan berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat
Lebih terperinciKurikulum Berbasis TIK
PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus, bahkan dewasa ini berlangsung dengan pesat. Perkembangan itu bukan hanya dalam hitungan tahun, bulan, atau hari, melainkan jam, bahkan menit
Lebih terperinciSEPULUH TAHUN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA PASCA REFORMASI: SEBUAH REFLEKSI
MAKALAH Peluncuran Buku Ajar Hukum Hak Asasi Manusia bagi Mahasiswa Fakultas Hukum Yogyakarta, 19 April 2008 SEPULUH TAHUN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA PASCA REFORMASI: SEBUAH REFLEKSI (Butir-Butir Pokok
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. yang lebih berorientasi pada kekuasaan yang berkembang di kalangan elit politik.
1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya politik yang berkembang pada era reformasi ini adalah budaya politik yang lebih berorientasi pada kekuasaan yang berkembang di kalangan elit politik. Budaya seperti
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. terdapat suatu aturan yang sudah disepakati dalam masyarakat tersebut. Salah satu
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Moral Ekonomi Pedagang Kehidupan masyarakat akan teratur, baik, dan tertata dengan benar bila terdapat suatu aturan yang sudah disepakati dalam masyarakat tersebut. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No.20
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dapat dimengerti sebagai suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Hak Cipta buku ini pada Kementerian Pendidikan Nasional. Dilindungi oleh Undang-Undang. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Untuk SMA/MA Kelas XI Penulis : Rini Setyani Dyah Hartati Ukuran Buku : 17,5 x 25 cm Rini
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. sosial-politik yang melingkupinya. Demikian pula dengan Islamisasi dan
1 BAB VI KESIMPULAN Sebagaimana proses sosial lainnya, proselitisasi agama bukanlah sebuah proses yang berlangsung di ruang hampa. Ia tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial-politik yang melingkupinya.
Lebih terperinciBAB II. Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku. Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak
53 BAB II Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak Untuk menjelaskan fenomena yang di angkat oleh peneliti yaitu ZIARAH MAKAM Studi Kasus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan SDM
Lebih terperinciBAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 dijelaskan. bahwa tujuan nasional Indonesia diwujudkan melalui pelaksanaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 dijelaskan bahwa tujuan nasional Indonesia diwujudkan melalui pelaksanaan penyelenggaraan negara yang berkedaulatan
Lebih terperinciKomunikasi dan Politik 1 Oleh : Adiyana Slamet, S.Ip., M.Si
Komunikasi dan Politik 1 Oleh : Adiyana Slamet, S.Ip., M.Si Seseorang yang menggeluti komunikasi politik, akan berhadapan dengan masalah yang rumit, karena komunikasi dan politik merupakan dua paradigma
Lebih terperinciHAKIKAT BUDAYA POLITIK
1 HAKIKAT BUDAYA POLITIK Budaya politik merupakan bagian dari kehidupan politik. Budaya politik hanyalah dipandang sebagai kondisi-kondisi yang mewarnai corak kehidupan masyarakat tanpa memiliki hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki makna sesuatu yang beragam, sesuatu yang memilik banyak perbedaan begitupun dengan masyarakat
Lebih terperinciPERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,
1 PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk mencapai tujuan Ombudsman, para
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang harus segera diselesaikan atau dicarikan solusinya oleh pemerintah terutama dinas pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan istilah primary group. Anak mengenal dunianya dan lingkungannya serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan pendidikan yang pertama berhubungan dengan anak adalah keluarga. Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil yang terdiri dari orang tua, saudara-saudara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan
Lebih terperinciPARTAI POLITIK. Oleh : Nur Hidayah
PARTAI POLITIK Oleh : Nur Hidayah A. ASAL USUL PARTAI POLITIK 1. Teori Kelembagaan : partai politik dibentuk oleh kalangan legislative (dan eksekutif) karena ada kebutuhan para anggota parlemen untuk mengadakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah satunya bertujuan melembagakan penyelesaian konflik agar konflik itu tidak melebar menjadi
Lebih terperinciBAB III DESAIN/PENDEKATAN PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang berusaha menelaah kembali
BAB III DESAIN/PENDEKATAN PENELITIAN 3.1 Desain/Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang berusaha menelaah kembali peristiwa yang terjadi di masa lalu, dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin meningkat dan diikuti oleh. perkembangan TI yang semakin modern berpengaruh terhadap kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Perkembangan zaman yang semakin meningkat dan diikuti oleh perkembangan TI yang semakin modern berpengaruh terhadap kehidupan individu maupun kelompok. Perkembangan
Lebih terperinci29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)
29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT
BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia telah melahirkan suatu perubahan dalam semua aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak tertutup kemungkinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Birokrasi di Indonesia mempunyai sejarah yang cukup panjang. Pada masa awal kemerdekaan ada semacam kesepakatan pendapat bahwa birokrasi merupakan sarana politik yang baik
Lebih terperinciKompetensi Inti Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. oleh tiap-tiap individu sebagai warga negara. Karena itu, apakah negara tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesadaran berkonstitusi setiap warga negara merupakan sesuatu yang diidam-idamkan oleh negara manapun, namun hal itu tidak mudah, karena sadar atau taat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk terdiri dari berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, dan kepercayaan. Fenomena tersebut sebenarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik. Masyarakat sebagai kumpulan individu memiliki harapan sekaligus
Lebih terperinciBAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Permukiman tradisional nelayan suku Makasar dengan permukiman resettlement Untia memiliki banyak perbedaan dibanding persamaan ditinjau dari aspek budaya dan gaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern. Globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat masih terkungkung oleh tradisi gender, bahkan sejak masih kecil. Gender hadir di dalam pergaulan, percakapan, dan sering juga menjadi akar perselisihan.
Lebih terperinci: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)
KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Pendidikan
Lebih terperinciKomponen Budaya Politik. Tipe-Tipe Budaya Politik
EDITOR Pengertian Pendapat Umum Pendapat Ahli 1. Rusadi S. 2. Sidney Verba 3. Austin R., dll BUDAYA POLITIK Komponen Budaya Politik 1. Kognitif 2. Afektif 3. Evaluatif Tipe-Tipe Budaya Politik Sikap Yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konflik merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konflik merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan manusia, karena konflik memang merupakan bagian yang mendasar dari eksistensi manusia itu
Lebih terperinciKONSEPSI KEWARGANEGARAAN. By : Amaliatulwalidain
KONSEPSI KEWARGANEGARAAN By : Amaliatulwalidain Pengantar Tradisi kewarganegaraan telah ada sejak masa Yunani Kuno, konsepsi modern tentang kewarganegaraan baru muncul pada abad keduapuluh. Konsepsi kewarganegaraann
Lebih terperinciMemahami Budaya dan Karakter Bangsa
Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus
195 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir tesis ini, peneliti memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, dan penuh dengan keberagaman, salah satu istilah tersebut adalah
Lebih terperinciPANITIA UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2010 JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PANITIA UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2010 JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS WARMADEWA MATA UJI : BIROKRASI INDONESIA JURUSAN/ CAWU : ILMU PEMERINTAHAN/ V HARI/
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran adalah kegiatan yang memungkinkan guru dan siswa terlibat dalam suatu interaksi, dimana guru berperan sebagai pemberi pesan ataupun informasi dan siswa
Lebih terperinciTeori Organisasi Klasik
BIROKRASI Teori Organisasi Klasik Konsep organisasi telah berkembang sejak abad 17 (tahun 1800 an) Konsep itu sekarang dikenal dengan sebagai teori klasik (classical Theory)=Teori Tradisional Beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi merupakan proses pemberdayaan masyarakat, sehingga mampu menyelesaikan sendiri masalah yang mereka hadapi, melalui kemitraan, transparasi, kesetaraan
Lebih terperinci2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lem
No.449, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Kode Etik. Prinsip. Sanksi. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 800-376 Tahun 2011 TENTANG KODE ETIK KHUSUS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN DITJEN KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM
Lebih terperinciNilai, Sikap, dan Kepuasan Kerja
BAB III Nilai, Sikap,dan Kepuasan Kerja 2003 Prentice Hall Inc. All rights reserved. PERILAKU KEORGANISASIAN S T E P H E N P. R O B B I N S W W W. P R E N H A L L. C O M / R O B B I N S E D I S I K E S
Lebih terperinciJawaban Soal-soal Untuk Menguji Diri
TAMBAHAN 267 Jawaban Soal-soal Untuk Menguji Diri Pasal I 1 c) mempunyai suatu cara khusus untuk melaksanakan maksud-nya. 2 b) orang-orang yang dipilih, dibimbing dan diberi kuasa oleh-nya untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan disebagianbesar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat yang diselenggarkan secara langsung, bebas, rahasia, jujur dan adil guna menghasilkan
Lebih terperinci26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)
26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum adat merupakan salah satu sumber penting untuk memperoleh bahan-bahan bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Hukum adat merupakan salah satu sumber penting untuk memperoleh bahan-bahan bagi pembangunan hukum nasional. Unsur kejiwaan hukum adat yang berintikan kepribadian
Lebih terperinciDEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA DI INDONESIA
DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA DI INDONESIA Modul ke: 05 Fakultas Udjiani Ekonomi dan Bisnis A. Arti, Makna dan Manfaat Demokrasi. B. Nilai-Nilai Demokrasi. C. Prinsip dan Parameter Demokrasi.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. proses penyelenggaraan pemerintahan. Menurut Abdulkarim (2007:15), pemerintah yang berpegang pada demokrasi merupakan pemerintah yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi dikenal dengan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem demokrasi rakyat memberikan kesempatan yang sama dalam proses penyelenggaraan
Lebih terperinciPARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)
PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) Definisi Partai Politik Secara umum dapat dikatakan partai politik adalah suatu kelompok
Lebih terperinciKONFLIK DAERAH SEBAGAI BUDAYA POLITIK MASYARAKAT
RUANG UTAMA KONFLIK DAERAH SEBAGAI BUDAYA POLITIK MASYARAKAT Muhammad Fadil Abstract Democracy and election process in Indonesia, both of general and local, has often caused conflicts in many places. It
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran otentik Kabupaten Rejang Labong dalam 5 (lima) tahun mendatang pada kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati terpilih untuk periode RPJMD
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kampung adat Benda Kerep terletak di Argasunya Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon. Masyarakat kampung ini masih memelihara tradisi yang hingga kini masih dilakukan
Lebih terperinciSTANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA PELAJARAN PKn Ekram Pw, Cholisin, M. Murdiono*
STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA PELAJARAN PKn SMP @ Ekram Pw, Cholisin, M. Murdiono* PENDAHULUAN Standar Isi maupun SKL ( Lulusan) merupakan sebagian unsur yang ada dalam SNP (Standar Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pancasila tidak terbentuk begitu saja dan bukan hanya diciptakan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara masalah ideologi bangsa Indonesia, tentu tidak terlepas dari Pancasila. Sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia, Pancasila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan merupakan makhluk yang diciptakan dengan berbagai kelebihan, sehingga banyak topik yang diangkat dengan latar belakang perempuan. Kelebihan-kelebihan
Lebih terperinci