JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 22-27, 2016 ISSN CETAK X ISSN ELEKTRONIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis.

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Kata Kunci :Ronto, jumlah mikroba, kadar air, kadar garam

BAB 4 METODE PENELITIAN

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI DALAM LEMARI ES TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PSIKROFILIK

BAB III METODE PENELITIAN

UJI KUALITAS MIKROBIOLOGI MAKANAN BERDASARKAN ANGKA LEMPENG TOTAL KOLONI BAKTERI

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN. reaksi, piring kultur sel atau di luar tubuh makhluk hidup, syarat penelitian

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS)

LAMPIRAN 1. Skema Alur Pikir

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

BAB III METODE PENELITIAN. Faktor I adalah variasi konsentrasi kitosan yang terdiri dari 4 taraf meliputi:

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Alat dan Bahan Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kejadian masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya Albertisia papuana Becc. Tumbuhan ini dikenal dalam beberapa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung selama bulan Oktober sampai Desember 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari tahun

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Sentral bagian

Pemeriksaan Mutu Jamu Obat Mencret yang Beredar di Apotik Kota Padang

Daya Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete L.)Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila

ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA KUE BASAH DI PASAR BESAR KOTA PALANGKA RAYA. Susi Novaryatiin, 1 Dewi Sari Mulia

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari 2017

PENENTUAN CEMARAN MIKROBA PADA JAMU PELANGSING YANG BEREDAR DI PASAR TARANDAM PADANG ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

BAB 4 METODE PE ELITIA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III MATERI DAN METODE. Penilitian dilaksanakan selama bulan Mei sampai Juli 2017 di Laboratorium

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus

II. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang ada di Kecamatan Kota Tengah dan Kecamatan Kota Selatan Kota

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

METODE PENELITIAN. hingga Agustus 2016 di Laboratorium Teknobio-Pangan, Universitas Atma Jaya

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

III. MATERI DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen

ABSTRAK PERBEDAAN JUMLAH KOLONI BAKTERI AEROB DI RONGGA MULUT SEBELUM DAN SESUDAH MENGKONSUMSI YOGHURT

Lampiran 1. Skema Alur Pikir

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

PENURUNAN TOTAL KOLONI BAKTERI DAGING AYAM PEDAGING

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3.5.1 Teknik Pengambilan Sampel Uji Daya Hambat Infusa Rimpang Kunyit Terhadap E. coli dan Vibrio sp. Pada Ikan Kerapu Lumpur

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Fakultas Kedokteran, Universiras Muhammadiyah Yogyakarta, Laboratorium

BAB 4 METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Sampel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri Gorontalo,

ABSTRAK. AKTIVITAS ANTIMIKROBA INFUSA DAUN ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) TERHADAP Escherichia coli SECARA IN VITRO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental laboratories dengan rancangan. penelitian The Post Test Only Control Group Design.

ABSTRAK. Kata Kunci : Streptococcus mutans, avokad, in vitro.

SKEMA ALUR PIKIR. Kulit Buah Manggis

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar

I. PENDAHULUAN. satu produk olahan pangan asal hewan yangpaling banyak diminati

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2013 Maret 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. sampai Desember Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pembinaan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Semarang. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret april 2011.

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Rerata Zona Radikal. belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK LAOS PUTIH (ALPINIA GALANGAS) TERHADAP BAKTERI Escericia coli DAN Salmonella sp. Lely Adel Violin Kapitan 1

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu 10%, 25%, 50%, 75% dan 100%. 2. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Enterococcus faecalis dengan

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

ABSTRAK. Kata kunci: populasi bakteri aerob, saliva, sari buah delima merah dan putih.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Sampel penelitian ini adalah biakan murni S. mutans yang berasal dari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Desember 2013 dengan tahapan

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

ISSN CETAK. 2443-115X ISSN ELEKTRONIK. 2477-1821 PENGARUH LAMA PEREBUSAN SIMPLISIA DAUN APAH (Albertisia papuana Becc.) YANG DIGUNAKAN SEBAGAI PENYEDAP MAKANAN OLEH MASYARAKAT KAB. TANA TIDUNG TERHADAP ANGKA CEMARAN MIKROBA Rosnah, Medi Hendra dan Eko Kusumawati Jurusan Biologi FMIPA Universitas Mulawarman Email : rosnahasmah@gmail.com Submitted : 12 April 2016 Edited : 17 Mei 2016 Accepted : 25 Mei 2016 ABSTRACK The purpose of this study is to determine the effect of long simplicia Apah s leaves (Albertisia papuana Becc.) that s used as a food s flavoring by people of Kab. Tana Tidung against microbial contamination numbers. The design of research used a pattern completely randomized design (RAL), with a dilution series of samples 10-8, 10-9 and 10-10 and different boiling s level (5, 10, 15, 20 and 25 minutes). The results obtained that the longer of boiling process is used, then the less the number of microbial contamination of colony growth. Average number of microbial contamination in samples in the boiling of 5 minutes is 92 x 10 10 microbial colonies, in boiling 10 minutes is 87 x 10 10 microbial colonies, in boiling 15 minutes is 56 x 10 10 microbial colonies, in boiling 20 min is 44 x 10 10 colonies of microbes and the boiling simplicia infuse for 25 minutes is 33 x 10 10 colonies of microbes. Based of Analysis variance variety in each treatment showed that in boiling 20 minutes and 25 minutes showed real significant difference (p <0.05), but the boiling 5, 10 and 15 minutes there was no significant difference (P> 0.05). The results of the Anova, showed that in boiling treatment of simplicia Apah s leaves (Albertisia papuana Becc.) significantly affects the growth of microbial colonies. Analysis of Least Significant Difference (LSD) at the level of 95%, the result that the effects of long boiling the simplicia Apah s leaves (Albertisia papuana Becc.) which is used as a food flavoring by people of Kab. Tana Tidung, significant effect on the numbers of microbial contamination. K eywords : Apah s Leaves (Albertisia papuana Becc.), Infusion, Simplisia, Microbial Contamination Numbers PENDAHULUAN Indonesia merupakan suatu daerah yang memiliki iklim tropis, sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tersebar luas. Keanekaragaman yang ada ini sudah dimanfaatkan dengan baik sejak zaman nenek moyang. Diantara keanekaragaman tersebut adalah tumbuhtumbuhan yang berfungsi sebagai tanaman hias dan sebagai obat-obatan (1). Indonesia juga memiliki berbagai macam jenis tanaman sayur-sayuran dan rempah-rempah yang seringkali dibutuhkan masyarakat di dalam kehidupan sehari-hari sebagai bahan pelengkap dalam pembuatan makanan. Salah satu rempah yang digunakan sebagai bahan 22 AKADEMI FARMASI SAMARINDA

campuran makanan adalah daun Apah (Albertisia papuana Becc.). Tumbuhan Apah merupakan tumbuhan yang termasuk dalam famili Menispermaceae. Masyarakat di Kab. Tana Tidung, Provinsi Kalimantan Utara secara turun-temurun telah menggunakan daun Apah sebagai penyedap alami yang biasanya diambil dari hutan (2). Tumbuhan Apah yang berasal dari hutan dapat dibudidayakan ditingkat petani sehingga menjadi salah satu sumber pasokan bahan penyedap rasa alami, pengolahannya juga sederhana yaitu dengan mencampurkan daun Apah ke dalam masakan/sayuran sebagai penyedap rasa (3). Untuk menjaga daun Apah agar tahan lama, daunnya dikeringkan di bawah sinar matahari (simplisia ) lalu ditumbuk sampai halus dan dapat disimpan kalau sewaktuwaktu diperlukan. Daun Apah juga digunakan oleh masyarakat Dayak untuk pengobatan berbagai penyakit degeneratif seperti hipertensi, stroke dan kanker (3). Pengolahan simplisia sangat sederhana dan mudah dilakukan yakni dengan menggunakan metode infusa. Dalam proses perebusan yang sederhana tersebut tidak menutup kemungkinan terjadinya pencemaran mikroba terutama bakteri. Tahapan proses pengolahan produk makanan yang dapat menjadi sumber pencemaran mikrobiologis yaitu proses penyimpanan, sortasi, pencucian dan pengeringan simplisia. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh lama perebusan simplisia daun Apah ( Albertisia papuana Becc.) yang digunakan sebagai penyedap makanan oleh masyarakat kab. Tana Tidung. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan menggunakan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan yang berbeda (5, 10, 15, 20 dan 25 menit) terhadap angka cemaran mikroba dari simplisia daun Apah ( Albertisia papuana Becc.). Gambar 1. Daun Apah (Albertisia papuana Becc.) Gambar 2. Daun Apah bubuk Uji Angka Cemaran Mikroba (Metode TPC) Disiapkan tabung reaksi yang telah diberi label, masing-masing tabung diisi dengan 9 ml aquadest steril, kemudian diambil 1 ml ekstrak infusa daun Apah menggunakan mikropipet, dihomogenkan menggunakan vortex sehingga diperoleh pengenceran 10-1. Cairan pada tabung I dipipet sebanyak 1 ml kemudian dimasukkan ke dalam tabung lain yang berisi aquadest, dihomogenkan sehingga diperoleh pengenceran 10-2. Lakukan hal yang sama seperti cara tersebut di atas terhadap tabung yang lainnya hingga diperoleh pengenceran 10-10. Kemudian dipipet sebanyak 1 ml sampel dari tiga pengenceran terakhir yaitu pengenceran 10-8, 10-9 dan 10-10 di masukkan kedalam cawan AKADEMI FARMASI SAMARINDA 23

petri lalu dituang media PCA ke dalam cawan petri yang telah berisi sampel, kemudian dihomogenkan membentuk angka 8 yang dilakukan dalam laminar air flow cabinet agar suspensi tersebar merata pada media. Kemudian seluruh cawan petri di inkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam. Setelah 24 jam, dihitung koloni yang tumbuh dengan mengggunakan digital colony counter. Analisa Data Perhitungan jumlah koloni bakteri dalam sampel yang diuji dilakukan dengan analisis data berikut ini: Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analisis Ragam (ANOVA) dengan program Statistical Packed Social and Science (SPSS) 22. Analisis ragam memberikan hasil yang signifikan dan dilanjutkan dengan uji LSD. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah mikroba dan nilai rerata Means±S D pada perebusan simplisia daun Apah (Albertisia papuana Becc.) yang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah mikroba dan nilai rerata Means±S D Nilai Rerata Jumlah Means ± SD Perlakuan Mikroba Pada (Menit) (CFU/gr) Pengenceran 10 10 5 92 x 10 10 92.00 ± 6.24 10 87 x 10 10 86.67 ± 8.14 15 56 x 10 10 55.67 ± 4.50 20 44 x 10 10 44.33 ± 4.16 25 33 x 10 10 33.33 ± 3.05 Keterangan : - Nilai Means±SD merupakan rerata dari 3 ulangan. nilai menunjukkan bahwa pada masing-masing perlakuan yaitu 5, 10, 15, 20 dan 25 menit tidak terdapat adanya beda nyata ( p>0,05) yang signifikan. Berdasarkan hasil perhitungan angka cemaran mikroba dengan menggunakan metode TPC ( Total Plate Count) yang disajikan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata angka cemaran mikroba dalam sampel pada perebusan 5 menit yaitu 92 x 10 10 koloni mikroba, pada perebusan 10 menit yaitu 87 x 10 10 koloni mikroba, pada perebusan 15 menit yaitu 56 x 10 10 koloni mikroba, pada perebusan 20 menit yaitu 44 x 10 10 koloni mikroba dan pada perebusan simplisia infusa selama 25 menit yaitu 33 x 10 10 koloni mikroba. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-2897-1992 dan persyaratan batas cemaran mikroba Standar Industri Indonesia (SII 015490) jumla h mikroba dalam sampel yaitu sebesar 6,00 CFU/ml (4). Berdasarkan hasil tersebut dari masing-masing perebusan yang berbeda tidak memenuhi persyaratan standar cemaran mikroba dalam bahan pangan, sehingga kurang layak untuk dikonsumsi. Hasil analisis ragam terhadap data penelitian, yaitu pada uji Normalitas dan uji Homogenitas data dapat dikatakan normal jika (p>0,05). Pada uji Normalitas terlihat pada perlakuan 5 menit dengan nilai 0.463, perlakuan 10 menit dengan nilai 0.235, perlakuan 15 menit dengan nilai 0.878, perlakuan 20 menit dengan nilai 0.463 dan perlakuan 25 menit dengan nilai 0.637 menunjukkan bahwa nilai (p>0,05) maka masing-masing perlakuan berdistribusi normal dan begitu pula pada uji Homogenitas menunjukkan bahwa nilai signifikan 0.275 (p>0,05), maka varians data diasumsikan sama atau homogen. 24 AKADEMI FARMASI SAMARINDA

Berdasarkan uji Anova pada pengaruh perebusan infusa simplisia daun Apah (Albertisia papuana Becc.) terhadap pertumbuhan koloni mikroba diperoleh nilai F hitung > F 0,01 (66.014>5.99) maka H 0 diterima dan perlakuan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan koloni mikroba. Berdasarkan uji LSD pada taraf kepercayaan 95% pengaruh perebusan simplisia daun Apah ( Albertisia papuana Becc.) terhadap pertumbuhan koloni mikroba diketahui bahwa pada perlakuan 5 menit tidak berpengaruh signifikan terhadap perlakuan 10 menit, sedangkan pada perlakuan yang lain berpengaruh signifikan terhadap angka cemaran mikroba. Uji ini mengetahui secara spesifik apakah perlakuan yang satu memberikan hasil yang berbeda secara signifikan dari perlakuan lainnya. Pada Gambar 3. dapat dilihat bahwa semakin lama perebusan tingkat kesalahan semakin kecil. 92x10 10 Gambar 3. Diagram rata-rata pertumbuhan koloni mikroba dari perebusan simplisia daun Apah (Albertisia papuana Becc.). Pada Gambar di atas dari masingmasing perlakuan terjadi penurunan angka cemaran mikroba, yaitu semakin lama perebusan maka semakin kecil pula angka cemaran pertumbuhan koloni mikroba, terjadinya penurunan angka cemaran mikroba tersebut diduga adanya suhu yang optimum dari proses perebusan. Dimana suhu lingkungan mempengaruhi masingmasing mikroba sehingga dikelompokkan menjadi suhu optimum, minimum dan maksimum untuk pertumbuhannya (5). Hal ini disebabkan dibawah suhu minimum dan diatas suhu maksimum, aktivas enzim akan berhenti, bahkan pada suhu terlalu tinggi akan terjadi denaturasi enzim sehingga semakin lama proses perebusan ekstraksi akan menyebabkan terjadinya penurunan angka cemaran mikroba. Terjadinya penurunan angka cemaran mikroba dengan metode ekstraksi menggunakan pelarut air bisa disebabkan juga oleh senyawa saponin (6). Dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan pelarut dalam ekstraksi, bahwa ekstraksi dengan menggunakan pelarut air akan terisolasi golongan senyawa saponin. Senyawa saponin ini sendiri merupakan salah satu zat yang bersifat antibakteri. Uji fitokimia dari simplisia akar Albertisia papuana Becc. mengandung alkaloid, fenol hidrokuinon, triterpenoid, steroid, tannin dan saponin dimana zat tersebut juga memiliki sifat antibakteri, antifungi dan antivirus (7). Diduga pada daun Apah terdapat senyawasenyawa tersebut yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Kadar air kurang dari 10% dapat mencegah pertumbuhan kapang dan aktivitas enzim sehingga bahan lebih awet dan kandungan zat aktifnya tidak berkurang (8). Lama perebusan akan menghasilkan banyak senyawa umami, senyawa umami itu sendiri adalah rasa khas yang dtimbulkan oleh glutamat dan sejak itu dikaitkan dengan rasa Monosodium Glutamat (MSG). MSG dapat dikatakan aman untuk dikonsumsi karena glutamat memiliki beberapa manfaat untuk tubuh seperti meningkatkan sekresi saliva, menekan obesitas, mendukung kesehatan otak serta mendukung metabolisme seperti produksi energi. Saliva adalah cairan mulut yang kompleks yang berasal dari campuran sekresi kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa AKADEMI FARMASI SAMARINDA 25

mulut (9). Saliva ini dapat berfungsi sebagai antibakteri yang menghambat terjadinya karies. Akan tetapi, penggunaan MSG yang berlebihan akan memicu terjadinya kerusakan ginjal dan menyebabkan kenaikan kadar garam dalam darah karena garam dari MSG mampu memenuhi kebutuhan garam sebanyak 20-3% (10). Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada lama infusa simplisia daun Apah dapat memberikan pengaruh dalam pertumbuhan koloni mikroba, dapat dilihat pada Tabel 4.1 bahwa semakin lama perebusan maka semakin kecil pula angka cemaran mikroba. Hal ini juga menunjukkan salah satu bukti bahwa kualitas dan pengolahan infusa yang baik dan benar akan menjaga keamanan mutu untuk dikonsumsi oleh masyarakat. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian pengaruh lama perebusan simplisia daun Apah (Albertisia papuana) yang digunakan sebagai penyebab makanan oleh masyarakat Kab. Tana Tidung terhadap angka cemaran mikroba dapa disimpulkan bahwa, pada masing-masing perebusan menunjukkan semakin lama perebusan maka semakin kecil angka cemaran pertumbuhan koloni mikroba. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Medi Hendra, M.Si dan Eko Kusumawati, S.Si, M.P atas dukungan dan bimbingan yang diberikan. Dan terimakasih juga kepada Dr. Rer.nat. Bodhi Dharma, M.Si dan Dr. Sudrajat, S.U selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran. Selanjutnya, penulis berterima kasih pada Laboratorium Mikrobiologi dan Genetika Molekuler atas fasilitas yang diberikan untuk melakukan penelitian ilmiah ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Suriawiria, U. 2000. Sukses Beragrobisnis Jamur Kayu Shitake, Kuping dan Tiram. Penebaran Swadaya. Jakarta. 2. Lusiana, H., Tun. T. I. & Irma. H. P. 2013. Uji Anti Plasmodium Senyawa Alkaloid dari Albertisia papuana Becc. Himpunan Kimia Indonesia. Vol 1 : 75-78. 3. Nurbani & Sumarmuati, 2015. Eksplorasi dan Karakterisasi Tumbuhan Mekai Sebagai Penyedap Rasa di Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Timur. Vol 1. No 2. Hal. 201-206. 4. Departemen Kesehatan RI, Keputusan Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. nomor: 03726/B/SK/VII/89, 10 Juli 1986. 5. Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang. 6. Manjang, Y. 2006. Penelitian Kimia Bahan Alam untuk Pelestarian dan Pengembangan Tumbuhan Melalui Tanaman Agrowisata dalam Workhsop Peningkatan Sumber Daya Manusia Pengelolaan dan Penelitian Potensi Keanekaragaman Hayati. Kelompok Kimia Organik Bahan Alam Hayati Jurusan Kimia FMIPA Universitas Andalas bekerja sama dengan Kegiatan Peningkatan Sumber Daya Manusia Pendidikan Tinggi Ditjen Dikti Depdiknas. Padang. 7. Lusiana, H. 2009. Isolasi dan Uji Plasmodium Secara In Vitro Senyawa alkaloid dari albertisia papuana Becc. Skirpsi. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 8. Katno., Awal. P. K & Sutjipto. 2008. Pengaruh Waktu Pengeringan Terhadap Kadar Tanin Daun Jati Belanda (Guazuma Ulmifolia Lamk.). 26 AKADEMI FARMASI SAMARINDA

Tumbuhan Obat Indonesia. Vol 1: No. 1. 9. Calvin, J. 2008. Daya Antimikroba Infusum Kismis Terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans In Vitro. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Indonesia. Jakarta. 10. Machin, A. 2012. Potensi Hidrolisat Tempe Sebagai Penyedap Rasa Melalui Pemanfaatan Ekstrak Buah Nanas. Biosantifika Berkala Ilmiah Biologi. ISSN 208-19IX. Vol. 3 No. 2. AKADEMI FARMASI SAMARINDA 27