BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL

BAB II TINJAUAN UMUM

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan

BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

Tabel VIII. 1 Aturan Bersama Desa Kemasan KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAKA ESA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Standar Pelayanan Minimal untuk Permukiman Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Standar Pelayanan Bidang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

BAB I PENDAHULUAN. Respon risiko..., Juanto Sitorus, FT UI., Sumber data : BPS DKI Jakarta, September 2000

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

Syarat Bangunan Gedung

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB II DESKRIPSI PROYEK

BAB V Program Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB IV PANDUAN KONSEP

RELOKASIPERMUKIMAN KUMUH DI KEBAYORAN LAMA

Gambar 5 Peta administrasi kota Tangerang Selatan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

UU NO 4/ 1992 TTG ; PERUMAHAN & PERMUKIMAN. : Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal/hunian & sarana pembinaan. keluarga.

BAB 3 GAMBARAN UMUM RUMAH SUSUN STUDI

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Perencanaan rumah maisonet

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BAB II LANDASAN TEORI

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

BAB VI RENCANA DAN GAGASAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS TAMMUA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

Ketentuan GSB samping

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Permukiman Kumuh Berdasarkan Dinas Tata Kota DKI tahun 1997 dalam Gusmaini (2012) dikatakan bahwa permukiman kumuh merupakan permukiman berpenghuni padat, kondisi sosial ekonomi umumnya rendah, jumlah rumah sangat padat, ukurannya di bawah standar, prasarana lingkungan hampir tidak ada, tidak memiliki persyaratan teknis dan kesehatan, umumnya dibangun di atas tanah negara atau milik orang lain, tumbuh tidak terencana dan biasanya berada di pusat-pusat kota. Menurut Avelar et al dalam Gusmaini (2012) permukiman kumuh memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Kondisi perumahan kepadatan tinggi dan ukuran relatif kecil. 1. Atap rumah di permukiman kumuh biasanya dari bahan yang sama dengan dinding. 2. Kualitas rumah ada yang tidak permanen. 3. Kerapatan bangunan tinggi dan tidak teratur. 4. Prasarana jalan yang sangat terbatas kalaupun ada berupa gang-gang sempit yang berliku-liku. 5. Tidak ada saluran drainase dan penampungan sampah. 2.2 Relokasi Relokasi adalah sebuah proses di mana permukiman masyarakat, aset dan infrastruktur publik dibangun kembali di lokasi lain (JHa et al, 2010). Sehingga dari definisi tersebut didapatkan bahwa penduduk, sarana dan prasarana yang ada di lokasi tapak lama dipindahkan ke tapak baru. Ridlo (2001) mengemukakan bahwa prosedur yang dapat ditempuh dalam pelaksanaan relokasi yaitu: a. Pendekatan yang interaktif pada masyarahat yang terkena relokasi dalam rangka menginformasikan rencana program relokasi tersebut b. Pembangunan forum diskusi warga sebagai wadah untuk menggali respon, aspirasi warga, dan peran serta masyarakat, dalam proyek peremajaan. Kegiatan forum diskusi ini dilakukan mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan program 11

12 c. Penyusunan rencana penempatan lokasi rumah tinggal baru dengan memperhatikan aspirasi warga d. Setelah dilakukan pemindahan warga ke lokasi baru, perlu dilakukan bimbingan dan pembinaan kepada warga agar dapat menyesuaikan dengan lingkungan permukiman yang baru. Dari poin-poin di atas peneliti hanya mengambil beberapa point yang memiliki keterkaitan atau pun dapat memepengaruhi bentuk arsitektral yaitu, pembangunan forum diskusi warga sebagai wadah untuk menggali respon dan aspirasi warga, hal ini dilakukan untuk mengetahui ruang-ruang apa saja yang nantinya dibutuhkan oleh penduduk rumah susun tersebut. 2.3 Rumah Susun Berdasarkan UU No. 16 tahun 1985 rumah susun diartikan sebagai bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda, dan tanah bersama. Salah satu kriteria yang tertera dalam SNI bahwa untuk merencanakan bangunan rumah yang memenuhi persyaratan teknis kesehatan, keamanan, dan kenyamanan adalah mengetahui karakteristik nilai sosial budaya yang membentuk kegiatan berkeluarga dan kemasyarakatan. Sehingga dalam perancangan bangunan rumah susun diperlukan karakteristik penduduk yang akan meninggali rumah susun tersebut. Berdasarkan kegiatan yang terjadi didalam rumah hunian, yaitu; tidur (ruang tidur), masak, makan (dapur), mandi (kamar mandi), duduk (ruang duduk/ruang tamu), kebutuhan udara segar per orang dewasa per jam 16-24 dan per anakanak per jam 8-12, dengan pergantian udara dalam ruang sebanyak-banyaknya 2 kali per jam dan tinggi plafon rata-rata 2,5 m, maka luas lantai per orang (Acuan dari Data Artapakk, Neufert, Ernst, Jilid I-II) :

13. Ada beberapa model unit rumah susun. Luas unit mulai dari 18 sampai 50 Tabel 1 Tipe Unit Rumah Susun Sumber: Rosfian (2009) 2.3.1 Kebutuhan Sarana dan Prasarana Data yang didapat dari Badan Standarisasi Nasional (BNS) yang membahas tentang Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan didapatkan bahwa sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam suatu kawasan perumahan adalah sebagai berikut: 1. MCK Pada kasus lingkungan perumahan dengan kondisi tertentu, dimana masyarakat belum mampu menyiapkan sarana mandi, cuci, buang air, dalam rumah tinggalnya

14 masing-masing, dapat dilengkapi dengan sarana pelayanan umum MCK bersama. Ketentuan pembangunan MCK bersama adalah : satu jamban / unit dan satu kamar mandi/unit melayani 12 KK 60 orang sarana dan prasarana air bersih, saluran pembuangan, peresapan, septitanc luas minimal bangunan 3.0 x 7.0 21.0 luas minimal lahan 6.0 x 7.0 42.0 lokasi terletak di pusat lingkungan tingkat 250 penduduk (RT). Acuan hitungan diambil dari: - Pedoman Teknis Pelaksanaan Pembangunan Komponen Prasarana dan Sarana Dasar (PSD), Perbaikan Lingkungan Perumahan Kota, Buku 2, Direktorat Bina Teknik, Ditjen Cipta Karya, 1996. - SNI 03-2399-1991 tentang Tata cara perencanaan bangunan MCK umum 1. Kebutuhan sarana pemerintahan dan pelayanan umum Tabel 2 Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum 2. Sarana pendidikan dan pembelajaran Dasar penyediaan sarana pendidikan adalah untuk melayani setiap unit administrasi pemerintahan baik yang informal (RT, RW) maupun yang formal (KeluraHan, Kecamatan), dan bukan didasarkan semata-mata pada jumlah penduduk yang akan dilayani oleh sarana tersebut. Dasar penyediaan sarana pendidikan ini juga mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan grup bangunan/blok yang nantinya terbentuk sesuai

15 konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu. Perencanaan sarana pendidikan harus didasarkan pada tujuan pendidikan yang akan dicapai, dimana sarana pendidikan dan pembelajaran ini akan menyediakan ruang belajar harus memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, serta sikap secara optimal. Oleh karena itu dalam merencanakan sarana pendidikan harus memperhatikan: a) berapa jumlah anak yang memerlukan fasilitas ini pada area perencanaan; b) optimasi daya tampung dengan satu shift; c) effisiensi dan efektifitas kemungkinan pemakaian ruang belajar secara terpadu; d) pemakaian sarana dan prasarana pendukung; e) keserasian dan keselarasan dengan konteks setempat terutama dengan berbagai jenis sarana lingkungan lainnya. Tabel 3 Kebutuhan Program Ruang Minimum Tabel 4 Kebutuhan Sarana Pendidikan dan dan Pembelajaran

16 3. Sarana kesehatan Sarana kesehatan berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat sekaligus untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Dasar penyediaan sarana ini adalah didasarkan jumlah penduduk yang dilayani oleh sarana tersebut. Dasar penyediaan ini juga akan mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan grup bangunan/blok yang nantinya terbentuk sesuai konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu. Tabel 5 Kebutuhan Sarana Kesehatan 4. Sarana peribadatan Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang perlu disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain sesuai peraturan yang ditetapkan, juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena berbagai macam agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat penghuni yang bersangkutan, maka kepastian tentang jenis dan jumlah fasilitas peribadatan yang akan dibangun baru dapat dipastikan setelah lingkungan perumahan dihuni selama beberapa waktu. Pendekatan perencanaan yang diatur adalah dengan memperkirakan populasi dan jenis agama serta kepercayaan dan kemudian merencanakan alokasi tanah dan lokasi bangunan peribadatan sesuai dengan tuntutan planologis dan religius. Dasar penyediaan ini juga akan mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Hal ini dapat terkait

17 dengan bentukan grup bangunan / blok yang nantinya lahir sesuai konteks lingkungannya. Penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani area tertentu. Tabel 6 Kebutuhan Sarana Peribadatan 5. Sarana perdagangan dan niaga Sarana perdagangan dan niaga ini tidak selalu berdiri sendiri dan terpisah dengan bangunan sarana yang lain. Dasar penyediaan selain berdasarkan jumlah penduduk yang akan dilayaninya, juga mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unitunit atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan grup bangunan / blok yang nantinya terbentuk sesuai konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu. Tabel 7 Jenis Sarana Perdagangan dan Niaga 6. Sarana kebudayaan dan rekreasi Sarana kebudayaan dan rekreasi merupakan bangunan yang dipergunakan untuk mewadahi berbagai kegiatan kebudayaan dan atau rekreasi, seperti gedung pertemuan, gedung serba guna, bioskop, gedung kesenian, dan lain-lain. Bangunan dapat sekaligus berfungsi sebagai bangunan sarana pemerintahan dan pelayanan

18 umum, sehingga penggunaan dan pengelolaan bangunan ini dapat berintegrasi menurut kepentingannya pada waktu-waktu yang berbeda. Tabel 8 Kebutuhan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi 7. Sarana ruang terbuka, tanaman dan lapangan olah raga Ruang terbuka merupakan komponen berwawasan lingkungan, yang mempunyai arti sebagai suatu lansekap, taman atau ruang rekreasi dalam lingkup urban. Perandan fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) ditetapkan dalam Instruksi Mendagri no. 4 tahun 1988, yang menyatakan "Ruang terbuka hijau yang populasinya didominasi oleh penghijauan baik secara alamiah atau budidaya tanaman, dalam pemanfataan dan fungsinya adalah sebagai areal berlangsungnya fungsi ekologis dan penyangga kehidupan wilayah perkotaan. Tabel 9 Sarana Ruang Terbuka, Tanaman dan Lapangan Olah Raga 8. Prasarana/utilitas jaringan persampahan Tabel 10 Kebutuhan Prasarana Persampahan

19 9. Prasarana/utilitas jaringan jalan Lingkungan perumahan harus disediakan jaringan jalan untuk pergerakan manusia dan kendaraan, dan berfungsi sebagai akses untuk penyelamatan dalam keadaan darurat. Dalam merencanakan jaringan jalan, harus mengacu pada ketentuan teknis tentang pembangunan prasarana jalan perumahan, jaringan jalan dan geometri jalan yang berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan jalan pergerakan kendaraan dan manusia, dan akses penyelamatan dalam keadaan darurat drainase pada lingkungan perumahan di perkotaan. Salah satu pedoman teknis jaringan jalan diatur dalam Pedoman Teknis Prasarana Jalan Perumahan (Sistem Jaringan dan Geometri Jalan), Dirjen Cipta Karya, 1998. Tabel 11 Klasifikasi Jalan 10. Prasarana/utilitas jaringan drainase Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan drainase sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan/ perundangan yang telah berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan drainase lingkungan perumahan di perkotaan. Salah satu ketentuan yang berlaku adalah SNI 02-2406- 1991 tentang Tata cara perencanaan umum drainase perkotaan.

20 Tabel 12 Bagian Jaringan Drainase 11. Prasarana/utilitas jaringan air bersih Secara umum, setiap rumah harus dapat dilayani air bersih yang memenuhi persyaratan untuk keperluan rumah tangga. Untuk itu, lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan air limbah sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan/ perundangan yang telah berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan air bersih lingkungan perumahan di perkotaan. Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah: a) Penyediaan kebutuhan air bersih 1) Lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari perusahaan air minum atau sumber lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan 2) apabila telah tersedia sistem penyediaan air bersih kota atau sistem penyediaan air bersih lingkungan, maka tiap rumah berhak mendapat sambungan rumah atau sambungan halaman. b) Penyediaan jaringan air bersih 1) Harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan sambungan rumah; 2) pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa PVC, GIP atau fiber glass; dan 3) pipa yang dipasang di atas tanah tanpa perlindungan menggunakan GIP. c) Penyediaan kran umum 1) satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa; 2) radius pelayanan maksimum 100 meter; 3) kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari; dan 4) ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI 03-2399-1991 tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum. d) Penyediaan hidran kebakaran

21 1) untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter; 2) untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter; 3) jarak dengan tepi jalan minimum 3.00 meter; 4) apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat sumur-sumur kebakaran; dan 5) perencanaan hidran kebakaran mengacu pada SNI 03-1745-1989 tentang Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung. 12. Prasarana/utilitas jaringan air limbah Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan air limbah sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan / perundangan yang telah berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan air limbah lingkungan perumahan di perkotaan. Salah satunya adalah SNI-03-2398-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Resapan, serta pedoman tentang pengelolaan air limbah secara komunal pada lingkungan perumahan yang berlaku. 13. Prasarana/utilitas jaringan listrik Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah: a) Penyediaan kebutuhan daya listrik 1) setiap lingkungan perumahan harus mendapatkan daya listrik dari PLN atau dari sumber lain; dan 2) setiap unit rumah tangga harus dapat dilayani daya listrik minimum 450 VA per jiwa dan untuk sarana lingkungan sebesar 40% dari total kebutuhan rumah tangga. b) Penyediaan jaringan listrik 1) disediakan jaringan listrik lingkungan dengan mengikuti hirarki pelayanan, dimana besar pasokannya telah diprediksikan berdasarkan jumlah unit hunian yang mengisi blok siap bangun; 2) disediakan tiang listrik sebagai penerangan jalan yang ditempatkan pada area damija (daerah milik jalan) pada sisi jalur hijau yang tidak menghalangi sirkulasi pejalan kaki di trotoar (lihat Gambar 1 mengenai bagian-bagian pada jalan);

22 3) disediakan gardu listrik untuk setiap 200 KVA daya listrik yang ditempatkan pada lahan yang bebas dari kegiatan umum; 4) adapun penerangan jalan dengan memiliki kuat penerangan 500 lux dengan tinggi > 5 meter dari muka tanah; 5) sedangkan untuk daerah di bawah tegangan tinggi sebaiknya tidak dimanfaatkan untuk tempat tinggal atau kegiatan lain yang bersifat permanen karena akan membahayakan keselamatan; 2.4 Karakteristik Penduduk Permukiman Kumuh Menurut Kamus Besar Bahasa Indoneia (KBBI), karakteristik adalah mempunyai sifat khas sesuai dng perwatakan tertentu. Sedangkann arti dari penduduk adalah orang atau orang-orang yg mendiami suatu tempat (kampung, negeri, pulau, dsb). Sehingga dapat disimpulkan karakteristik penduduk permukiman kumuh adalah orang-orang yang mempunyai sifat kekhasan yang bertempat tinggal di permukiman kumuh Ada pun diidentifikasi yang dapat membantu untuk mengetahui karakteristik penduduk yang bertempat tinggal di permukiman kumuh adalah sebagai berikut (Eny Endang Surtiani:2006): 1. Kondisi sosial Dengan mengidentifikasi tingkat pendidikan masyarakat maupun jenis pekerjaan mereka yang akan mempengaruhi kondisi lingkungan serta kondisi bangunan yang mereka huni. Selain itu juga melihat kepadatan penduduk, status hunian dan kepemilikan, dan jumlah penghuni yang tinggal di kawasan permukiman tersebut yang berpengaruh terhadap kondisi lingkungan. 2. Kondisi ekonomi Yaitu untuk mengetahui kondisi perekonomian masyarakat dalam memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari serta dalam mengalokasikan dana untuk perbaikan rumah dan lingkungan mereka dengan melihat data tingkat pendapatan mereka dan jenis pekerjaan masyarakat. Dari identifikasi di atas ada beberapa indentifikasi yang perlu dilakukan dalam ruang lingkup artapakktur. 1. Kondisi sosial

23 Mengidentifikasi kepadatan pendududuk untuk menentukan besaran bangunan yang diperlukan. Mengidentifikasi jumlah penghuni dalam hunian, hal ini dapat mempengaruhi besaran hunian. 2. Kondisi ekonomi Mengidentifikasi jenis pekerjaan karena hal ini dapat mempengaruhi bentuk hunian mereka. 2.5 Studi Perbanding Tabel 13 Studi Banding No Kriteria Rumah Susun Bendungan Hilir 2 Rumah Susun Jatinegara 1 Bangunan Rumah Susun Marunda Sumber: www.jualapartment.com 2 Sirkulasi 3 meter untuk motor dan mobil. 1.6 meter 2 meter untuk koridor double loaded 3 Ruang Ada 1 area ruang terbuka hijau terbuka hijau 4 Fasilitas PAUD Parkir motor dan mobil Masjid Area dagang Sumber: www.kaskus.co.id 1.2 meter 1.5 meter untuk koridor double loaded Tidak ada PAUD Posko kesehatan Koperasi Kantin Masjid Sumber: www.solusiproperti.com 1 meter 1.5 meter untuk pedestrian 1.6 meter 2 meter untuk koridor double loaded Tidak ada Lapangan bermain Lapangan olahraga Musholla Area dagang Kantin Sekolah 5 Pembuangan Ada Ada Ada sampah 6 Air bersih Ada, Ada, menggunakan Ada, belum PDAM menggunakan PAM PAM 7 Toilet Ada di tiap unit Ada di tiap unit Ada di tiap unit

24 No Kriteria Rumah Susun Bendungan Hilir 2 Rumah Susun Jatinegara Rumah Susun Marunda 8 Bangunan Tiap unit memiliki ventilasi ke arah ruang luar Tiap unit memiliki ventilasi ke arah ruang luar Tiap unit memiliki ventilasi ke arah ruang luar 9 Tipe unit Tipe 21 Tipe 30 Tipe 45 Sumber: Hasil Olah Pribadi Dari hasil studi banding, didapatkan bahwa rumah susun sudah memiliki toilet di tiap unitnya dan hanya terdiri dari satu tipe unit saja. Tidak semua rumah susun memiliki ruang terbuka hijau. Fasilitas di rumah susun bermacam-macam tergantung kebutuhan.

25 2.6 Kerangka Berpikir Tinjauan lokasi Peraturan perundangundangan Dinas tata kota Studi pustaka TOPIK Environment sustainable, healthy, and livable human settlement LATAR BELAKANG Banyaknya permukiman kumuh yang tidak layak huni dan berada di tempat yang tidak sesuai peruntukannya JUDUL Relokasi Permukiman Kumuh di Kebayoran Lama TUJUAN Mengurangi permukiman kumuh di DKI Jakarta dengan peremajaan permukiman kumuh Tinjauan lokasi Studi pustaka PERMASALAHAN Banyaknya peremajaan yang yang tidak tepat sasaran karena tidak memperhatikan karakteristik penduduk permukiman kumuh Tinjauan lokasi Peraturan pemerintah Dinas tata kota Studi pustaka ANALISA Aspek manusia Aspek bangunan Aspek lingkungan KONSEP PERENCANAAN SKEMATIK DESAIN PERANCANGAN

27