PENENTUAN PERBANDINGAN DIAMETER NOZZLE TERHADAP DIAMETER SHELL MAKSIMUM PADA AIR RECEIVER TANK HORISONTAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

dokumen-dokumen yang mirip
Analisa Pengaruh Diameter Nozzle Terhadap Besar Tegangan Maksimum Pada Air Receiver Tank Horisontal Dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga

SUSTAINABLE PRODUCT DEVELOPMENT FOR SHIP DESIGN USING FINITE ELEMENT APLICATION AND PUGH S CONCEPT SELECTION METHOD

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013

OPTIMASI DESAIN TANGKI TRUCK BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN MENGGUNAKAN FINITE ELEMENT APPLICATION

DECIDING THE OPTIMUM SPOKE ANGLE OF MOTORCYCLE CAST WHEEL USING FINITE ELEMENT APLICATION AND PUGH S CONCEPT SELECTION METHOD

III. METODE PENELITIAN

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods,

METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN A GRAFIK DAN TABEL. 1. Grafik untuk menentukan dimensi optimal bejana tekan. [Ref.5 hal 273]

T E C H N O S I M 2006: Simulasi Dan Optimasi untuk Aplikasi Industri Proses, Manufaktur, dan Energi Yogyakarta, 21 September 2006

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

LAMPIRAN A TABEL. 1. Tabel Dimensi Class 300 Flanges Drilling

ANALISIS KEKUATAN COMPRESIVE NATURAL GAS (CNG) CYLINDERS MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya suatu sistem pemipaan yang memiliki kualitas yang baik. dan efisien. Pada industri yang menggunakan pipa sebagai bagian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini, analisis yang dilakukan menggunakan metode elemen

BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh

PENGARUH VARIASI JARAK DAN SUDUT KONTAK SADDLE TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA BEJANA TEKAN HORIZONTAL

BAB I PENDAHULUAN. dan efisien.pada industri yang menggunakan pipa sebagai bagian. dari sistem kerja dari alat yang akan digunakan seperti yang ada

Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Korosi Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Korosi

LAMPIRAN A. Tabel A-1 Angka Praktis Plat Datar

BAB VII PENUTUP Perancangan sistem perpipaan

Jurnal Teknika Atw 1

DISTRIBUSI TEGANGAN PADA PERCABANGAN PIPA 90 O AKIBAT TEKANAN INTERNAL MENGGUNAKAN MEH. Agus Suprihanto, Djoeli Satrijo, Dwi Basuki Wibowo *)

Analisis Tegangan Plat Penghubung Bucket Elevator Menggunakan Metode Elemen Hingga. Ully Muzakir 1 ABSTRAK

APLIKASI FINITE ELEMENT APPLICATION AND PUGH S CONCEPT SELECTION PADA PERANCANGAN MOUNTAIN BIKE RIGID BODY

PERANCANGAN TABUNG MOTOR ROKET RX-150-LPN BERDASARKAN ANALISIS PERHITUNGAN DAN EKSPERIMEN

ABSTRAK. Kata kunci: Mechanical Desktop, 3DS MAX, Virtual reality, Mobil pengangkut sampah.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. baseplate berdasarkan metode AISC- LRFD dan simulasi program ANSYS. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. Hip Joint. Femur

SUSTAINABLE PRODUCT DESIGN FOR MOTOR CYCLE CAST WHEEL USING FINITE ELEMENT APPLICATION AND PUGH S CONCEPT SELECTION METHOD

PERANCANGAN PRESSURE VESSEL KAPASITAS 0,017 M 3 TEKANAN 1 MPa UNTUK MENAMPUNG AIR KONDENSASI BOGE SCREW COMPRESSOR ABSTRAK

Analisis Kekuatan Konstruksi Sekat Melintang Kapal Tanker dengan Metode Elemen Hingga

Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline

PENDAHULUAN PERUMUSAN MASALAH. Bagaimana pengaruh interaksi antar korosi terhadap tegangan pada pipa?

PERANCANGAN DAN ANALISA SISTEM PERPIPAAN PROCESS PLANT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

BEARING STRESS PADA BASEPLATE DENGAN CARA TEORITIS DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM SIMULASI ANSYS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

OLEH : NATAN HENRI SOPLANTILA NRP.

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 5 Nomor 2 92

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

ANALISA KEKUATAN KONSTRUKSI MODIFIKASI DOUBLE BOTTOM AKIBAT ALIH FUNGSI PADA KAPAL ACCOMODATION WORK BARGE (AWB) 5640 DWT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

Analisis Desain Struktur Integritas Single Point Mooring (SPM) DWT PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Tuban Dengan Metode Elemen Hingga

Analisis Kekuatan Tangki CNG Ditinjau Dengan Material Logam Lapis Komposit Pada Kapal Pengangkut Compressed Natural Gas

ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045

Sumber :

TransformasiTegangan Keadaantegangansecaraumum

DESAIN TANGKI DAN TINJAUAN KEKUATANNYA PADA KAPAL PENGANGKUT COMPRESSED NATURAL GAS (CNG)

ANALISA STRUKTUR RANGKA DUDUKAN WINCH PADA SALUTE GUN 75 mm WINCH SYSTEM

Perancangan Tire Blast Cover Sebagai Alat Pengaman Bagi Pekerja Dalam Proses Pengisian Ban Angin Head Truck di Perusahaan Jasa Maintenance Alat Berat

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI BAB I.

PERHITUNGAN FAKTOR KONSENTRASI TEGANGAN PADA PIPA KONSTRUKSI PERCABANGAN 60 o AKIBAT GAYA AKSIAL MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA.

SIMULASI Kendalan (Reliability Simulation)*

Analisa Rancangan Pipe Support Sistem Perpipaan dari Pressure Vessel ke Air Condenser Berdasarkan Stress Analysis dengan Pendekatan CAESAR II

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN:

Analisa Tegangan dan Deformed Shape Pada Rangka Sepeda Fixie

BAB 3 MODEL ELEMEN HINGGA

Analisis Kekuatan dan Deformasi Piston Mesin Bensin-Bio Etanol dan Gas dengan Injeksi Langsung untuk Kendaraan Nasional dengan Simulasi Numerik

STUDI ANALISIS PEMODELAN BENDA UJI BALOK BETON UNTUK MENENTUKAN KUAT LENTUR DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE KOMPUTER

VIRTUAL BURSTING TEST ELBOW 16 LR 90 DENGAN METODE ELEMEN HINGGA MENGGUNAKAN SOFTWARE ANSYS WORKBENCH

Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI. 2.1 Lokasi dan kondisi terjadinya kegagalan pada sistem pipa. 5th failure July 13

SIMULASI PROSES DEEP DRAWING STAINLESS STEEL DENGAN SOFTWARE ABAQUS

I. PENDAHULUAN. yang memproduksi bahan kimia serta obat-obatan, dan juga digunakan dalam

KEMAMPUAN PENYERAPAN ENERGI CRASH BOX MULTI SEGMEN MENGGUNAKAN SIMULASI KOMPUTER

ANALISA TERBENTUKNYA TEGANGAN SISA DAN DEFORMASI PADA PENGELASAN PIPA BEDA JENIS MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

Abstrak. Kata kunci: Hydrotest, Faktor Keamanan, Pipa, FEM ( Finite Element Method )

Gambar 2.1 Bagian-bagian mesin press BTPTP [9]

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

Tugas Akhir ANALISA PENGARUH TEBAL DAN GEOMETRI SPOKE BERBENTUK SQUARE BAN TANPA ANGIN TERHADAP KEKAKUAN RADIAL DAN LATERAL

ANALISIS CANTILEVER BEAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOLUSI NUMERIK TUGAS KULIAH

TUGAS AKHIR. Oleh TOMI SANTOSO. Ir. SOEWEIFY M. Eng.

SIDANG TUGAS AKHIR: ANALISA STRUKTUR RANGKA SEPEDA FIXIE DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Andra Berlianto ( )

PENGEMBANGAN PROGRAM ANALISIS STRUKTUR BERBASIS INTERNET UNTUK PEMBELAJARAN DAN PENELITIAN METODE ELEMEN HINGGA

Bab V : Analisis 32 BAB V ANALISIS

MEKANISME PEMBENTUKAN KERUTAN PADA PROSES PENEKUKAN PIPA

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN

tugas akhir Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2012

PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN PIPA YANG MENEMBUS PELAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN CONNECTING ROD DAN CRANKSHAFT MESIN OTTO SATU SILINDER EMPAT LANGKAH BERKAPASITAS 65 CC. Widiajaya

Analisis Kekuatan Konstruksi Underframe Pada Prototype Light Rail Transit (LRT)

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

ANALISA PERKIRAAN UMUR PADA CROSS DECK KAPAL IKAN KATAMARAN 10 GT MENGGUNAKAN METODE FRACTURE MECHANICS BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013

DENGAN PROGRAM ANSYS. Utaya-Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir -BAT AN B.Bandriyana- Pusat Teknologu Bahan Industri - BATAN

Gambar 2.1 Bagian-bagian mesin press BTPTP[3]

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan

ANALISA KEKUATAN MATERIAL PADA PROSTHESIS TOTAL KNEE JOINT REPLACEMENT

RANCANG ULANG PUNCH-DIES UNTUK PEMBUATAN OUTLET PIPE I DI PT. IONUDA SURABAYA

PERANCANGAN DAN ANALISATEGANGAN PADA BEJANA TEKAN HORIZONTAL DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

I. PENDAHULUAN. Sumber daya alam fosil sangat penting bagi kehidupan manusia, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN MEKANISME ALAT ANGKUT KAPASITAS 10 TON TESIS

ANALISA SAMBUNGAN LAS PADA PENGELASAN TITIK UNTUK MENENTUKAN JARAK OPTIMAL TITIK LAS PADA BAJA KARBON AISI 1045 DENGAN PENDEKATAN ELEMEN HINGGA

ANALISIS PENGARUH DIMENSI DAN JARAK PELAT KOPEL PADA KOLOM DENGAN PROFIL BAJA TERSUSUN

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO

Rancang Bangun Peralatan Praktikum Pengujian Defleksi pada Beam dan Shaft untuk Mata Kuliah Mekanika Kekuatan Material

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

PENENTUAN PERBANDINGAN DIAMETER NOZZLE TERHADAP DIAMETER SHELL MAKSIMUM PADA AIR RECEIVER TANK HORISONTAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Willyanto Anggono 1), Hariyanto Gunawan 2), Ian Hardianto Siahaan 3), Ninuk Djonoadji 4), Ivan Panadi 5) Product Innovation and Development Centre Petra Christian University 1,2,3,4,5) Mechanical Engineering Petra Christian University 1,2,3,4,5) Jalan Siwalankerto 121-131, Surabaya 236 E-mail : willy@petra.ac.id 1), hariyanto@petra.ac.id 2), ian@petra.ac.id 3) Abstrak Air Receiver Tank adalah salah satu jenis pressure vessel yang berfungsi untuk menampung udara bertekanan. Pada umumnya, tangki ini terdiri dari bagian shell yaitu bagian silinder dari tangki, bagian heads yang merupakan penutup tangki dan nozzle yang merupakan sebuah pipa yang menjadi jalur masuk dan keluarnya udara. Letak nozzle biasanya disambungkan dengan dinding silinder (shell) air receiver tank. Besar diameter nozzle ini sangat mempengaruhi besar tegangan maksimum yang timbul pada air receiver tank. Hal ini karena air receiver tank akan mengalami perubahan tegangan maksimum. Timbulnya distribusi tegangan dapat membuat perancangan secara analitis sulit untuk dilakukan dalam mengetahui tegangan maksimum yang terjadi. Perancangan secara analitis yang sering dilakukan dinilai kurang efisien, karena setiap akan dilakukan pengujian percobaan sesungguhnya memerlukan model aktual yang banyak. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perbandingan diameter nozzle terhadap diameter shell yang maksimum pada air receiver tank horisontal. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan ANSYS software yang merupakan software yang berbasis metode elemen hingga. Dalam penelitian ini perancangan dilakukan pada 7 tipe standard air receiver tank dengan volume (gallon) yang berbeda karena mempertimbangkan tiap tipe gallon tersebut memiliki diameter shell yang berbeda. Ketujuh model tipe air receiver tank tersebut adalah air receiver tank dengan volume 15 gallons, 3 gallons, gallons, gallons, 12 gallons, 215 gallons, 3 gallons. Dari ketujuh tipe tersebut, tiap tipe air receiver tank akan dibuat dengan cara melakukan variasi diameter nozzle. Cara melakukan variasi diameter nozzle tersebut adalah dengan cara memperbesar diameter nozzle. awal nozzle yang digunakan dimulai dari 1 inchi, kemudian 2 inchi, 3 inchi dan seterusnya hingga nozzle maksimum yang dapat digunakan pada standard air receiver tank yang ada. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa semakin besar diameter nozzle, maka semakin besar pula tegangan maksimum yang terjadi pada air receiver tank khususnya bagian sambungan antara nozzle dengan shell. Penelitian ini juga memberikan kesimpulan bahwa penentuan perbandingan antara diameter nozzle terhadap diameter shell yang maksimum tidak berlaku untuk ukuran air receiver tank yang berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian dimana perbandingan diameter nozzle terhadap diameter shell yang maksimum pada standar air receiver tank dengan volume 15 gallons adalah 1:4, volume 3 gallons adalah 3:14, volume gallons adalah 1:8, volume gallons adalah 3:2, volume 12 gallons adalah 1:8, volume 215 gallons adalah 4:3 dan volume 3 gallons adalah 5:36. Dalam mendesain sebuah air receiver tank perlu dilakukan penelitian sendiri-sendiri dengan dimensi dan bentuk air receiver tank yang berbeda-beda. Kata kunci : Air Receiver Tank, Nozzle, Shell, Metode Elemen Hingga. 1. PENDAHULUAN Air Receiver Tank adalah suatu alat yang berfungsi untuk menampung udara bertekanan. Pada umumnya alat ini digunakan oleh banyak industri, khususnya industri yang menggunakan pneumatik. Karena banyaknya industri yang membutuhkan alat ini, maka banyak juga perusahaan konstruksi yang membuat air receiver tank ini. Di dalam Air Receiver Tank terdapat empat komponen utama, yaitu shell, heads, nozzle, dan support. Shell dan heads bersama-sama membentuk wadah untuk menampung udara bertekanan. Nozzle berfungsi sebagai saluran masuk dan keluar fluida bertekanan, sedangkan support sebagai penumpu bejana tekan. Pada suatu air receiver tank, tegangan maksimum yang terjadi biasanya disebabkan oleh adanya konsentrasi tegangan. Konsentrasi tegangan ini dapat terjadi pada bagian nozzle (saluran keluar-masuk udara) dan pada

bagian head (penutup tangki). Penelitian ini ditujukan untuk menentukan perbandingan diameter nozzle terhadap diameter shell yang maksimum pada air receiver tank horisontal. Perancangan akan dilakukan pada 7 tipe standard air receiver tank dengan volume (gallon) yang berbeda, karena dengan pertimbangan tiap tipe gallon tersebut memiliki diameter shell yang berbeda. Ketujuh tipe tersebut dapat dilihat pada tabel 1 berikut. head nozzle shell head penelitian ini dipilih low carbon steel atau lebih dikenal dengan sebutan mild steel. Pemilihan material ini didasarkan pada pemakaian material ini dalam pembuatan air receiver tank dalam industri konstruksi dan harga mild steel yang murah serta material ini (mild steel) cukup memenuhi persyaratan sebagai material air receiver tank. Mechanical property dari mild steel yang dipakai dalam perancangan air receiver tank sesuai Structural Steel ASTM A-36 adalah: Modulus Elastisitas (E) = 2 GPa Poisson s Ratio =.3 Yield Strength (S yp ) = 36 ksi = 248 MPa Density (ρ) =78 kg/m 3 support Gambar 1. Terminologi Bejana Tekan Tabel 1. Spesifikasi standar Air Receiver Tank Dari ketujuh tipe tersebut, tiap tipe air receiver tank akan dibuat dengan cara memodifikasi diameter nozzle. Cara memodifikasi diameter nozzle tersebut adalah dengan cara memperbesar diameter nozzle. awal nozzle yang digunakan dimulai dari 1 inchi, kemudian 2 inchi, 3 inchi dan seterusnya hingga nozzle maksimum yang dapat digunakan pada standard air receiver tank yang ada. Cara ini dilakukan agar dapat diketahui perbedaan tegangan maksimum untuk tiap nozzle yang berbeda pada setiap tipe air receiver tank, kemudian akan dapat ditentukan perbandingan diameter nozzle terhadap diameter shell yang maksimum pada air receiver tank. Untuk melakukan penelitian ini tidak dimungkinkan untuk melakukan secara ekperimen dan melakukan perhitungan analitis karena penggunaan penelitian secara pengujian sebenarnya atau secara eksperimen dengan memberikan tekanan udara ke air receiver tank terlalu berbahaya dan perhitungan analitis yang biasanya digunakan kurang akurat karena mengabaikan pengaruh konsentrasi tegangan yang terjadi pada air receiver tank. Perangkat lunak ANSYS yang berbasis metode elemen hingga dapat digunakan sebagai solusi dalam mengatasi masalah yang telah disebutkan diatas. Material yang paling banyak digunakan dalam pembuatan air receiver tank adalah baja karbon rendah (low carbon steel) dan stainless steel. Dalam 2. KAJIAN PUSTAKA Dalam melakukan perhitungan tegangan dan regangan, komputer (software ANSYS) menggunakan metode elemen hingga. Metode elemen hingga adalah suatu metode numerik yang tentunya cocok digunakan dengan komputer digital. Dengan metode ini suatu struktur elastik kontinu dibagi-bagi (discretized) menjadi beberapa substruktur (disebut elemen). Kemudian dengan menggunakan matriks, defleksi dari tiap titik (node) akan dihubungkan dengan pembebanan, properti material, properti geometrik dan lain-lain. Metode elemen hingga telah digunakan secara luas untuk menyelesaikan berbagai persoalan mekanika dengan geometri yang kompleks. Air Receiver Tank memiliki geometri yang axisymmetric, ini membuat pemodelan untuk air receiver tank bisa dilakukan baik dengan full modelling (pemodelan utuh), symmetric modelling, maupun axisymmetric modelling. Full modelling yaitu dengan memodelkan seluruh geometri tangki. Pemodelan semacam ini bisa dilakukan baik dengan elemen shell maupun solid. Symmetric modelling berarti hanya memodelkan separuh bagian dari tangki. Pemodelan semacam ini dilakukan karena geometri dan pembebanan yang memang simetri. Untuk symmetric modelling juga bisa dilakukan baik dengan elemen shell maupun solid. Axisymmetric modelling memanfaatkan geometri tangki yang simetri sepanjang sumbu-z (apabila manggunakan koordinat silinder). Jadi, pemodelan hanya dilakukan dengan penampang ketebalan tangki, dengan demikian permasalahannya menjadi dua-dimensi. Axisymmetric modelling bisa dilakukan dengan plane element. Tipe elemen yang dapat digunakan untuk analisa struktur air receiver tank antara lain adalah shell element, solid element, dan plane element. Secara umum elemen kuadratik akan lebih baik dalam memodelkan geometri yang kompleks dengan banyak radius (lekukan). Ini disebabkan oleh keberadaan node di tengah (midside nodes). Tetapi dalam hal simulasi Air Receiver Tank, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh David Heckman

(1998) Finite Element Analysis of Pressure Vessel, SHELL63 sebagai linear shell element menghasilkan kesalahan (error) yang relatif lebih kecil daripada elemen-elemen kuadratik. SHELL63 memiliki karakteristik derajat kebebasan yang memenuhi persyaratan dalam simulasi Air Receiver Tank ini, yaitu kemampuannya untuk mensimulasikan perpindahan yang disebabkan oleh momen bending (gerakan rotasi). Dengan pertimbangan ini maka elemen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah elemen SHELL63. Gambar 2. Elemen SHELL63 diameter shell yang maksimum, model yang digunakan perlu di-validasi. Validasi dilakukan dengan membandingkan antara hasil simulasi dengan perhitungan analitis. Karena keterbatasan dari perhitungan analitis, maka validasi hanya dilakukan untuk model dengan bentuk head hemispherical tanpa menggunakan nozzle. Perhitungan dengan Metode Elemen Hingga Langkah pertama dalam validasi adalah melakukan simulasi dengan setengah bagian dari model yang ada. Hal ini disebabkan karena benda tersebut simetri secara geometri serta mengalami gaya-gaya yang bekerja secara simetri pula pada benda tersebut. Boundary conditions yang diterapkan adalah symmetric boundary conditions dan tekanan kerja yang digunakan sesuai spesifikasi dari air receiver tank yaitu 15 psi (1,34214 MPa). Hasil simulasi didapatkan bahwa tegangan maksimum yang terjadi adalah sebesar 28.6 MPa tampak sebagai berikut : 3. METODOLOGI PENELITIAN Gambar 4. Hasil simulasi Air Receiver Tank. Perhitungan analitis Perhitungan analitis dilakukan dengan rumus untuk bejana tekan dinding tipis : Gambar 3. Metodologi Penelitian Dalam melakukan penelitian (metode penelitian) ini, diambil beberapa batasan masalah sebagai berikut : Material tangki diasumsikan homogen, isotropik, dan kontinu. Besar diameter nozzle inlet dan outlet diasumsikan sama besar, dan sambungan las diabaikan serta material diasumsikan kontinu dan utuh. 4. HASIL PENELITIAN Dalam penelitian ini, sebelum melakukan analisa dan penentuan perbandingan diameter nozzle terhadap Keliling (Hoop Stress) pr (134214)(.1524) σ = = = 31. t (.5) Membujur (Longitudinal Stress) pr (134214)(.1524) σ long. = = = 15. 76 MPa 2t 2 (.5) kriteria von Mises 1 2 2 2 2 ( σ 2 σ1) + ( σ 3 σ1) + σ von Mises = 2 2 ( σ 3 σ 2 ) dimana : σ 1 = σ hoop = 31.52 MPa σ 2 = σ long. = 15.76 MPa σ 3 = p internal = 1.34214 MPa σ von Mises = 28.19 Mpa hoop 52 MPa Untuk menghitung kesalahan, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : σhasil simulasi σanalitis Prosentase Kesalahan= % σ analitis 28,6 28,19 Prosentase Kesalahan = % = 1,45 % 28,19

Kesalahan yang dihasilkan ternyata cukup kecil, sehingga hasil simulasi dianggap valid dan bisa digunakan dalam analisa. Pemodelan Air Receiver tank dilakukan dengan menggunakan symmetric modelling dengan elemen SHELL63. Symmetric modelling dilakukan karena geometri air receiver tank yang memang simetri dan pembebanan yang terjadi juga simetri. pertama dengan diameter awal nozzle 1 inchi, tegangan maksimum yang terjadi adalah 63,8 Mpa, untuk 2 inchi tegangan maksimum yang terjadi,8 113 Mpa, dan untuk 4 inchi tegangan maksimum yang terjadi 146 Mpa. Simulasi Air Receiver Tank Simulasi dilakukan dengan menerapkan symmetric boundary conditions dan tekanan kerja dari air receiver tank sebesar 15 psi (1,34214 MPa) diaplikasikan pada model. Hasil simulasi dari setiap perubahan nozzle yang terjadi untuk tiap tipe air receiver tank yang berbeda adalah sebagai berikut : Gambar 6. Distribusi pada Air Receiver Tank untuk volume 3 gallons. (dari atas Gambar 5. Distribusi pada Air Receiver Tank untuk volume 15 gallons. (dari atas kedua dengan diameter awal nozzle 1 inchi, tegangan maksimum yang terjadi adalah 66,8 Mpa, untuk 2 inchi tegangan maksimum yang terjadi 89,2 Mpa, untuk 3 inchi tegangan maksimum yang terjadi 123 Mpa, dan untuk 4 inchi tegangan maksimum yang terjadi 154 Mpa.

Gambar 7. Distribusi pada Air Receiver Tank untuk volume gallons. (dari atas ketiga dengan diameter awal nozzle 1 inchi, tegangan maksimum yang terjadi adalah,6 Mpa, untuk 2 inchi tegangan maksimum yang terjadi 19 Mpa, untuk 3 inchi tegangan maksimum yang terjadi 143 Mpa, dan untuk 4 inchi tegangan maksimum yang terjadi 1 Mpa. Gambar 8. Distribusi pada Air Receiver Tank untuk volume gallons. (dari atas keempat dengan diameter awal nozzle 1 inchi, tegangan maksimum yang terjadi adalah 72,3 Mpa, untuk 2 inchi tegangan maksimum yang terjadi 88,4 115 Mpa, dan untuk 4 inchi tegangan maksimum yang terjadi 137 Mpa.

Gambar 9. Distribusi pada Air Receiver Tank untuk volume 12 gallons. (dari atas kelima dengan diameter awal nozzle 1 inchi, tegangan maksimum yang terjadi adalah 91,3 Mpa, untuk 2 inchi tegangan maksimum yang terjadi 92,9 113 Mpa, dan untuk 4 inchi tegangan maksimum yang terjadi 133 Mpa. Gambar 1. Distribusi pada Air Receiver Tank volume 215 gallons. (dari atas kebawah: diameter nozzle 1, 2, 3,4 dan 5 inchi) keenam dengan diameter awal nozzle 1 inchi, tegangan maksimum yang terjadi adalah 83,6 Mpa, untuk 2 inchi tegangan maksimum yang terjadi 86 96,5 Mpa, untuk 4 inchi tegangan maksimum yang terjadi 18 Mpa dan untuk 5 inchi tegangan maksimum yang terjadi 125 Mpa.

angka keamanan untuk setiap perubahan diameter nozzle. Hal ini dilakukan agar diketahui besar diameter nozzle maksimum yang dapat digunakan pada air receiver tank. Untuk mengetahui besar angka keamanan digunakan persamaan seperti di bawah ini : S yp N = S Tabel 2. kritis dan angka keamanan pada hasil simulasi model pertama (15 gallons) 1 63,8 3,8 2,8 3, 3 113 2,2 4 146 1,7 Tabel 3. kritis dan angka keamanan pada hasil simulasi model kedua (3 gallons) 1 66,8 3,7 2 89,2 2,8 3 123 2,1 4 154 1,6 Tabel 4. kritis dan angka keamanan pada hasil simulasi model ketiga ( gallons) 1,6 3,7 2 19 2,27 3 143 1,73 4 1 1,37 Gambar 11. Distribusi pada Air Receiver Tank volume 3 gallons. (dari atas kebawah: diameter nozzle 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 inchi) ketujuh dengan diameter awal nozzle 1 inchi, tegangan maksimum yang terjadi adalah 83,6 Mpa, untuk 2 inchi tegangan maksimum yang terjadi 86 96,5 Mpa, untuk 4 inchi tegangan maksimum yang terjadi 18 Mpa, untuk 5 inchi tegangan maksimum yang terjadi 125 Mpa dan untuk 6 inchi tegangan maksimum yang terjadi 125 Mpa. Sebelum menentukan perbandingan diameter nozzle terhadap diameter shell yang maksimum pada air receiver tank, perlu diketahui terlebih dulu besar Tabel 5. kritis dan angka keamanan pada hasil simulasi model keempat ( gallons) 1 72,3 3,43 2 88,4 2,8 3 115 2,15 4 137 1,81 Tabel 6. kritis dan angka keamanan pada hasil simulasi model kelima (12 gallons) 1 91,3 2,71 2 92,9 2,66 3 113 2,19 4 133 1,86

Tabel 7. kritis dan angka kemanan pada hasil simulasi model keenam (215 gallons) 1 83,6 2,96 2 86, 2,88 3 96,5 2,56 4 18 2,29 5 125 1,98 Tabel 8. kritis dan angka keamanan pada hasil simulasi model ketujuh (3 gallons) 1 82,5 3, 2 83,3 2,97 3 95,9 2,58 4 17 2,31 5 118 2,1 6 132 1,87 Dengan keterangan dari seluruh tabel dapat diambil kesimpulan bahwa diameter nozzle maksimum yang aman untuk digunakan dalam desain air receiver tank untuk semua tipe angka keamanan-nya tidak boleh kurang dari 2. (N 2.) dengan informasi yield strength (S yp ) pada pemilihan material. Dengan demikian hasil dari penentuan perbandingan diameter nozzle terhadap diameter shell yang maksimum pada air receiver tank untuk semua tipe yang telah diteliti dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 9. Perbandingan Nozzle terhadap Shell Maksimum untuk Semua Model maksimum atau kritis (MPa) maksimum atau kritis (MPa) maksimum atau kritis (MPa) maksimum atau maksimum atau kritis (MPa) 1 1 12 2 1 1 1 12 2 atau tegangan kritis pada model pertama 63.8.8 1 2 3 4 5 113 nozzle (inchi) atau tegangan kritis pada model kedua 66.8 89.2.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 2 1 1 1 12 2 kritis (MPa) 1 1 12 2 1 12 2 nozzle (inchi) 123 atau tegangan kritis pada model ketiga.6 19.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 nozzle (inchi) 143 atau tegangan kritis pada model keempat 72.3 88.4.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 nozzle (inchi) 115 atau tegangan kritis pada model kelima 91.3 92.9 113 146 133 154 1 137 1 2 3 4 nozzle (inchi) 5 atau tegangan kritis pada model keenam Dengan tabel 9, hasil penelitian menunjukkan perbandingan diameter nozzle terhadap diameter shell yang maksimum pada standar air receiver tank dengan volume 15 gallons adalah 1:4, volume 3 gallons adalah 3:14, volume gallons adalah 1:8, volume gallons adalah 3:2, volume 12 gallons adalah 1:8, volume 215 gallons adalah 4:3 dan volume 3 gallons adalah 5:36. 4. ANALISA HASIL SIMULASI Grafik berikut ini menunjukkan bagaimana tegangan maksimum akan meningkat seiring dengan makin besarnya diameter nozzle. maksimum atau maksimum tegangan kritis (MPa) atau tegangan kritis 1 12 1 12 2 2 83.6 86 96.5 18 1 2 3 4 5 nozzle (inchi) atau tegangan kritis pada model ketujuh 82.5 83.3 95.9 1 2 3 4 5 6 17 nozzle (inchi) Gambar 12. Grafik variasi diameter nozzle terhadap besar tegangan maksimum untuk model pertama hingga model ketujuh 118 125 132

Dengan melihat gambar 12 dari model pertama hingga model ketujuh menunjukkan bahwa semakin besar diameter nozzle, maka semakin besar pula tegangan maksimum yang terjadi pada air receiver tank (khususnya bagian sambungan antara shell dengan nozzle). McGraw-Hill Book Company, New York, (1991) [9] Popov. Egor P, 1987, Introduction to Mechanics of Solids, Prentice Hall, New Jersey. [1] Zero-G nogravity.com. Pressure Vessel Requirement. <www.spacex.org/ott/docs/zg- R-5-Pressure_Vessels.pdf> 5. KESIMPULAN Semakin besar diameter nozzle, maka semakin besar pula tegangan maksimum yang terjadi pada air receiver tank. Khususnya bagian sambungan antara nozzle dengan shell. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa semakin besar diameter nozzle, maka semakin besar pula tegangan maksimum yang terjadi pada air receiver tank khususnya bagian sambungan antara nozzle dengan shell. Penelitian ini juga memberikan kesimpulan bahwa penentuan perbandingan antara diameter nozzle terhadap diameter shell yang maksimum tidak berlaku untuk ukuran air receiver tank yang berbedabeda. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian dimana perbandingan diameter nozzle terhadap diameter shell yang maksimum pada standar air receiver tank dengan volume 15 gallons adalah 1:4, volume 3 gallons adalah 3:14, volume gallons adalah 1:8, volume gallons adalah 3:2, volume 12 gallons adalah 1:8, volume 215 gallons adalah 4:3 dan volume 3 gallons adalah 5:36. Dalam mendesain sebuah air receiver tank perlu dilakukan penelitian sendiri-sendiri dengan dimensi dan bentuk air receiver tank yang berbeda-beda. REFERENSI [1] Anggono. Willyanto,, Peningkatan Unjuk Kerja Desain Flexible Shield untuk Pompa Sabun dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga, Indonesia: Jurnal Teknik Mesin, Vol.6, No.2, Okt 24, pp.57-64, (24) [2] Carucci. Vincent A, Overview Of Pressure Vessel Design,<http://www.asme.org/education/ prodev/cdseries/pd/cds12partic.pdf>, (1999) [3] ANSYS Inc., ANSYS 7. Documentation, ANSYS Inc., USA, (22) [4] Heckman. David, Finite Element Analysis of Pressure Vessel, <http://www.mbari.org /education/internship/98inters/98internpapers/ 98heckman.html>, (1998) [5] Budynas. Richard G, Advanced Strength and Applied Stress Analysis, McGraw-Hill Book Company, Singapore, (1999) [6] Juvinall. Robert C, Engineering Consideration of Stress, Strain and Strength, McGraw-Hill Book Company, New York, (1967) [7] Kaminski. Clemens, Stress Analysis & Pressure Vessels,<www.cheng.cam.ac.uk/groups /laser/teaching/sav/sapv.pdf>, (25) [8] Logan. Daryl L, Mechanics of Materials,