Yonvitner Isdradjat Setyobudiandi Zairion Ali Mashar Surya Gentha Akmal Biologi Perikanan

dokumen-dokumen yang mirip
3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Desember 2013 di Sungai

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

Gambar 5 Peta daerah penangkapan ikan kurisi (Sumber: Dikutip dari Dinas Hidro Oseanografi 2004).

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

Gambar 4. Peta lokasi pengambilan ikan contoh

3. METODE PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTAKA Rajungan (Portunus pelagicus)

3. METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

3.3. Pr 3.3. P os r ed e u d r u r Pe P n e e n l e iltiitan

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

3. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan kembung perempuan (R. brachysoma)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. METODOLOGI PENELITIAN

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI. Bawang, Provinsi Lampung selama 6 bulan dimulai dari bulan April 2013 hingga

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan kuniran di perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

oaj STUDI PERTUMBUHAN DAN BEBERAPA ASPEK REPRODUKSI

III. METODE PENELITIAN

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Octinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Osteochilus vittatus ( Valenciennes, 1842)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ASPEK REPRODUKSI IKAN LELAN (Osteochilus vittatus C.V) Di SUNGAI TALANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM

Gambar 3 Peta Lokasi Penelitian

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF

BAB III METODE PENELITIAN. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5 berikut:

spesies yaitu ikan kembung lelaki atau banyar (Rastrelliger kanagurta) dan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)(sujastani 1974).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian Sumber Dinas Hidro-Oseanografi (2004)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. TINJAUAN PUSTAKA Ikan Terisi Menurut Richardson (1846) (2010) klasifikasi ikan terisi (Gambar 2) adalah sebagai berikut :

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

PERLUNYA STATISTIK/MATEMATIKA, PADA DINAPOPKAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Kuniran Klasifikasi dan tata nama

3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Teknik Pengambilan Data Pengumpulan Data Vegetasi Mangrove Kepiting Bakau

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 9 bulan dimulai dari bulan Agustus 2011

METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Pengambilan Data

Length-Weight based Stock Assessment Of Eastern Little Tuna (Euthynnus affinis ) Landed at Tarempa Fish Market Kepulauan Anambas

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI DAN PERTUMBUHAN IKAN LEMURU (Sardirtella lortgiceps C.V) DI PERAIRAN TELUK SIBOLGA, SUMATERA-UTARA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

MENGAPA PRODUKSI TANGKAPAN IKAN SARDINE DI PERAIRAN SELAT BALI KADANG MELEBIHI KAPASITAS PABRIK YANG TERSEDIA KADANG KURANG Oleh.

BAB III BAHAN DAN METODE

PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN TERI PEKTO (Stolephorus Waitei) DI PERAIRAN BELAWAN KOTA MEDAN SUMATERA UTARA

PEMANTAUN PARAMETER DINAMIKA POPULASI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger sp) DI PERAIRAN PESISIR PULAU TERNATE PROVINSI MALUKU UTARA

BAB 2 LANDASAN TEORI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Metode Kerja Bahan dan peralatan pada pengamatan morfometri

PERTUMBUHAN DAN MORTALITAS IKAN TAWES (Barbonymus gonionotus) DI DANAU SIDENRENG KABUPATEN SIDRAP Nuraeni L. Rapi 1) dan Mesalina Tri Hidayani 2)

HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan,

3.3 Pengumpulan Data Primer

STRUKTUR UKURAN DAN PARAMETER PERTUMBUHAN HIU MACAN (Galeocerdo cuvier Peron & Lesuer, 1822) DI PERAIRAN SELATAN NUSA TENGGARA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai dari April hingga September

PENDAHULUAN. Common property & open acces. Ekonomis & Ekologis Penting. Dieksploitasi tanpa batas

Titin Herawati, Ayi Yustiati, Yuli Andriani

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. mengubah berbagai faktor produksi menjadi barang dan jasa. Berdasarkan

Length-Weight based Stock Assesment Of Round Scad ( Decapterus russelli ) From Mapur Fishing Ground and Landed at Pelantar KUD Tanjungpinang

2.2. Morfologi Ikan Tambakan ( H. temminckii 2.3. Habitat dan Distribusi

Growth Analysis and Exploitation rate of Tuna Fish (Auxis thazard) landed on Belawan Ocean Fishing Port Sumatera Utara

Ledhyane I. Harlyan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya 2013

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL

3 METODOLOGI. Tabel 5 Jenis alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

BAB III BAHAN DAN METODE

MODEL DINAMIK PERTUMBUHAN BIOMASSA UDANG WINDU DENGAN FAKTOR MORTALITAS BERGANTUNG WAKTU. Sulanjari 1 dan Sutimin 2

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

MODUL PRAKTIKUM MSP31: BIOLOGI PERIKANAN Laboratorium Biologi Perikanan Departemen Manajemen Sumberya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor Tatap Muka Minggu ke-, Sabtu, 5 Februari 017. Yonvitner Isdradjat Setyobudiandi Zairion Ali Mashar Surya Gentha Akmal Biologi Perikanan Perikanan dapat didefinisikan sebagai sebuah system yang mencakup interaksi antara komponen biota perairan, habitat perairan dan penggunaannya oleh manusia dengan sumberdaya yang dapat diperbaharui. Setiap komponen sangat berpengaruh, pemahaman tentang semua sistem tersebut dan bagian-bagiannya sangat penting untuk pengelolaan perikanan. Studi mengenai ikan sebagai sumberdaya yang dapat dipanen oleh manusia dapat disebut juga dengan Biologi Perikanan. Biologi perikanan terdiri dari cabang ilmu, yaitu : 1. Natural History Ilmu yang mempelajari pengetahuan alam dari ikan tentang bagaimana sejarah, daur hidup, makanan, dan perkembangan populasi.. Dinamika Populasi Ilmu yang mempelajari dinamika populasi ikan, tentang pertumbuhan, mortalitas, rekruitment, stok dan lainnya. Aspek-aspek dalam biologi perikanan meliputi, aspek reproduksi ikan, populasi serta faktor yang mengontrolnya, kebiasaan makan, interaksi terhadap spesies lain, pergerakan atau ruaya, dan pengaruh penangkapan ikan terhadap jumlah populasi, reproduksi, pertumbuhan serta distribusi ukuran. Pentingnya mempelajari Biologi Perikanan dalam pengelolaan pemanfaatan sumberdaya antara lain adalah untuk mengetahui waktu-waktu untuk melakukan penangkapan, mengetahui daerah penangkapan ikan, mengetahui jumlah stok dan populasi ikan di alam, serta menentukan ukuran dan jumlah ikan yang boleh ditangkap. Gambar 1. Anatomi ikan Laboratorium Biologi Perikanan, MSP-FPIK-IPB, 017. Halaman 1 dari 11

Menurut Chusing (1968), Biologi perikanan pada dasarnya terdiri dari dua cabang ilmu yaitu: 1) Ilmu yang mempelajari pengetahuan alam dari ikan, tentang bagaimana ikan-ikan dalam populasi tersebut bereproduksi, tumbuh dan makan. ) Ilmu yang mempelajari tentang dinamika populasi ikan tersebut, tentang bagaimana kecepatan populasi ikan tumbuh, mati dan memperbanyak. Dalam biologi perikanan pendekatan yang dilakukan adalah secara kulitatif. Pengetahuan dasar tentang biologi dan statistik merupakan disiplin ilmu yang sangat perlu diketahui sebelum melakukan penelitian yang berkaitan dengan biologi perikanan. Pengamatan yang dilakukan terhadap biota uji tidak hanya ditujukan pada satu spesies saja, namun pada kelompok individu spesies dengan selang waktu yang cukup lama dan dilakukan secara periodik. Tujuan yang dapat diambil dari disiplin ilmu biologi perikanan adalah suatu usaha agar setiap peneliti yang mempelajari biologi perikanan dapat mengerti dan memahami sumber daya perikanan serta bagaimana pemanfaatan sumberdaya tersebut secara optimum dan membuat rekomendasi dalam pemanfaatan sumber daya tersebut. Sehingga aplikasi dari pengetahuan biologi perikanan dapat digunakan sebagai alat pengelolaan perikanan yang secara langsung berhubungan dengan sumber daya masyarakat. Menurut Effendi (1997), seorang ahli biologi perikanan perlu mengetahui daur hidup dan syarat khusus spesies, pengaruh faktor lingkungan serta faktor biologis yang mungkin tidak cocok dengan habitat alaminya namun dapat diperbaiki dengan melakukan manipulasi lingkungan dan langkah alternatif lainnya. Biologi perikanan dapat di aplikasikan untuk pengelolaan sumber daya yang lebih efektif dan hasil optimum dengan biaya murah. Sehingga diharapkan dapat menciptakan peraturan-peraturan atau alternatif untuk diajukan kepada pemerintah dan pihak yang berwenang sebagai dasar pengambilan keputusan dan peraturan. Alat tangkap dan teknik penangkapan Peranan alat tangkap dalam biologi perikanan sangat penting. Alat tangkap digunakan untuk mendapatkan ikan contoh. Pengenalan tingkah laku ikan seperti ruaya, memijah dan lain sebagainya perlu dilakukan guna penyesuaian dan perubahan terhadap jenis alat tangkap serta penggunaan alat tangkap. Ikan contoh untuk pengamatan biologi perikanan dapat diambil dengan menggunakan semua jenis alat tangkap yang ada. Alat tangkap perlu dijaga agar dapat bekerja dengan baik dan disesuaikan dengan tipologi perairan setempat agar penangkapan menjadi ramah lingkungan dan menguntungkan. Pengambilan contoh biota uji (Sampling) Pengambilan contoh biota uji (sampling) harus dilakukan dengan baik dan benar agar ikan-ikan yang tertangkap dapat mewakili populasi ikan tersebut. Tingkah laku ikan dalam berasosiasi dengan habitat hidupnya berbeda antara spesies satu dengan spesies lainnya serta ikan dengan ukuran yang tidak sama. Oleh karena itu alat-alat penangkapan ikan yang akan digunakan dalam sampling harus benar-benar diperhatikan selektifitasnya. Gambar. Spesimen Udang Kipas Laboratorium Biologi Perikanan, MSP-FPIK-IPB, 017. Halaman dari 11

Banyaknya ikan contoh yang dijadikan dasar untuk suatu analisa tergantung pada rencana, tujuan penelitian, jenis ikan yang diteliti serta beberapa faktor lainnya. Suatu pengambilan contoh yang baik akan memberi suatu dugaan yang mendekati keadaan sebenarnya. Menurut Guland (196), perbedaan dari penduga rata-rata dengan nilai sebenarnya dinamakan sebagai bias. Bias dapat terjadi akibat metode analisa yang tidak baik, atau sering terjadi akibat pengambilan contoh yang tidak benar. Pencatatan data dan pemeliharaan spesimen biota uji Mencatat data analisis dalam melakukan penelitian adalah mutlak, dari data tersebutlah nantinya dapat dilakukan analisa data dan menentukan hasil dari pengamatan yang telah dilakukan dilapangan dan laboratorium. Pencatatan data analisis harus dilakukan selengkap mungkin dan dicatat pada saat pengamatan dilakukan. Pencatatan data dapat dilakuakan dengan mudah jika sebelumnya peneliti menyiapkan formulir isian untuk data yang akan dicatat. Dalam penelitian biologi perikanan ada baiknya seorang peneliti menyiapkan field data sheet untuk pencatatan hasil amatannya, guna menghindari kesalahan serta hilangnya data tambahan yang dibutuhkan. Formulir atau data sheet harus tersimpan dengan baik pada suatu tempat untuk mencegah hilangnya data yang menyebabkan gagalnya penelitian yang sedang dilakukan. Biota uji (spesimen) yang memerlukan analisa lanjutan di laboratorium harus diawetkan dengan bahan pengawet yang tepat dan disimpan di tempat yang aman. Bahan pengawet yang umum digunakan dalam mengawetkan spesimen adalah formalin dengan konsentrasi 4% - 10% atau alkohol dengan konsentrasi 50%, 70%, atau 95%. Penyimpanan spesimen awetan yang memerlukan waktu lama baiknya diawetkan dengan menggunakan alkohol, namun sebelum diawetkan dengan alkohol, ikan diawetkan dalam larutan formalin selama beberapa hari, kemudian dicuci dengan air, kemudian dilakukan perendaman selama 4 jam, kemudian baru diawetkan dengan menggunakan larutan alkohol. Label atau penanda pada setiap spesimen yang diawatkan merupakan syarat mutlak dalam penyimpanan dan perawatan spesimen. Keterangan yang harus ada pada label tersebut adalah: nama spesies, tanggal ditangkap, alat tangkap yang digunakan, dan nama peneliti yang mengamati. PERTUMBUHAN Teori Pertumbuhan Tujuan seorang pengelola perikanan adalah bagaimana mewujudkan hasil sebesar-besarnya dengan biaya serendah-rendahnya. Berbagai usaha dengan memanipulasi lingkungan telah dilakukan, sehingga dapat mengefisiensi waktu untuk mencapai hasil tersebut. Salah satu aspek penting yang ditinjau adalah bagaimana memacu pertumbuhan sumber daya ikan tersebut. Pertumbuhan secara umum adalah perubahan dimensi (panjang, berat, volume, jumlah dan ukuran) persatuan waktu baik individu, stok maupun komunitas. Pertumbuhan banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, diantaranya: Ukuran makanan, Jumlah ikan, Jenis makanan, Faktor lingkungan, Kondisi ikan. Perubahan tersebut terjadi baik pada level individu, stok maupun komunitas. Pertumbuhan populasi adalah Pertambahan atau penurunan populasi dalam satu satuan waktu, pertambahan ini dipengaruhi oleh kelahiran dan kematian serta migrasi. Pertumbuhan eksponensial yaitu populasi memiliki tingkat kelahiran yang konstan melalui waktu dan tidak pernah dibatasi oleh makanan atau penyakit. Pertumbuhan logistik dalam populasi pertumbuhan individu menunjukkan pertumbuhan eksponensial yang tidak dibatasi oleh makanan atau penyakit. Namun, dalam populasi baik makanan dan penyakit menjadi penting karena menjadi pembatas. Ada batas atas jumlah individu yang dapat didukung lingkungan. Ekologi lihat ini sebagai "daya dukung" lingkungan. Populasi dalam semacam ini menunjukkan lingkungan apa yang dikenal sebagai pertumbuhan logistik. Laboratorium Biologi Perikanan, MSP-FPIK-IPB, 017. Halaman 3 dari 11

Menurut Efendie (1979), pertumbuhan terdiri dari pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan nisbi. Pertumbuhan Mutlak yaitu ukuran rata-rata ikan pada umur tertentu, seperti panjang rata-rata ikan pada umur 1 tahun. Pertumbuhan Nisbi yaitu panjang atau berat yang dicapai ikan dalam satu periode waktu tertentu dihubungkan dengan panjang atau berat awal periode tersebut. Pentingnya pertumbuhan adalah untuk melihat perkembangan jenis ikan, memacu produksi, menjaga ketersediaan stok sumberdaya, mengatur kegiatan penangkapan (fishing effort), melakukan pengelolaan untuk keberlanjutan usaha perikanan, produktivitas ekonomi (Economic Value) dari sediaan sumberdaya ikan. Gambar 3. Penentuan umur ikan dengan sisik Umur adalah entitas yang menujukkan perkembangan individu ikan terjadi dalam satuan waktu. Identitas ini dapat diketahui dalam skala numerik (berdasarkan skala satuan tertentu) seperti hari/bulan/tahun dan sebagainya. Umur ikan adalah masa kehidupan yang dapat ditempuh oleh suatu individu dari suatu spesies ikan sampai saatnya spesies ikan itu mengalami kematian secara alami atau karena keperluan tertentu maupun disebabkan oleh faktor lain nya. Individu ikan ada yang berumur panjang dan ada yang berumur pendek.ikan-ikan yang memiliki umur panjang cenderung sebagai ikan yang primitif, pergerakan lambat, sebagai penghuni dasar suatu perairan dan memiliki alat pernafasan tambahan dan tahan terhadap pertumbuhan ekstrim dari oksigen terlarut, suhu, dan salinitas. Metode penentuan umur dengan memperhatikan tanda-tanda tahunan pada bagian tubuh yang keras selalu dilakukan pada daerah subtropis (4 musim). Ikan-ikan subteropis sangat terpengaruh oleh suhu lingkungannya, dimana pada musim dingin pertumbuhan ikan hampir terhenti ataupun lambat sana sekali.sangat mempengaruhi pertumbuhan pada sisik, vertebrae, tulang operculum, duri sirip, dan tulang otholit yang menyebabkan terbentuk susunan sirkulasi yang sangat rapat dan akhirnya membentuk Annulus. Adapun tujuan utama dalam mengkaji aspek umur dan pertumbuhan adalah: 1) mengetahui sebaran kelompok umur yang menunjang produksi sektor perikanan yang bersangkutan, ) menduga laju mortalitas (alami & penangkapan) yang mempengaruhi stok ikan tersebut, dan sekaligus menduga tingkat pengusahaanya (rasio eksploitasi) dan 3) menilai tingkat sustaining power dan potential yield stock tersebut. Laboratorium Biologi Perikanan, MSP-FPIK-IPB, 017. Halaman 4 dari 11

Gambar 4. Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan ikan Parameter pertumbuhan menurut model Von Bertallanfy umumnya dapat ditentukan berdasarkan hasil analisis regresi linier least squares terhadap data lenght age yang tersedia berdasarkan hasil pendekatan beberapa model-model matematika (Gulland and Pauly, 1984). Umur ikan dapat diduga berdasarkan interpretasi penyebaran frekuensi panjang ikan contoh yang diperoleh secara periodik. Analisis tanda umur pada bagian ikan yang keras dan interpretasi data tagging and recapture. Khusus didaerah tropis metode interpretasi data frekuensi panjang ikan contoh paling banyak diterapkan. Metode ini menggunakan teknik pergeseran modus Modal Class Progresion Analysis yang pada dasarnya menjajaki pertumbuhan ikan melalui modus-modus ukuran dari sederetan data frekuensi panjang ikan contoh yang tersedia berdasarkan waktu berskala. Metode ini lebih mudah dari lainnya. Gambar 5. Grafik Von Bertallanfy Ikan tropis biasanya memijah secara bertahap sepanjang musim yang relatif lama. Sehingga menimbulkan kesulitan dalam interpretasi sebaran frekuensi panjang yang sifatnya multinormal, sebagai akibat dari penambahan baru (recruitment) lebih dari satu kali sepanjang tahun hasil pemijahan tadi. Walaupun sebaran multinormal dapat diatasi baik dengan pendekatan pemodelan. Pendugaan modus masih bersifat subyektif sehingga bisa menimbulkan keraguan dalam menghubungkan modus-modus yang ditemukan. Seringkali disini terjadi bias yang mengakibatkan kesalahan pendugaan laju pertumbuhan (growth rate). Dalam mengatasi masalah tersebut Pauly dan David (1980), mengembangkan metode fitting yaitu mencocokan sederetan kombinasi kurva pertumbuhan dari plot Von Bertallanfy hasil pergeseran Laboratorium Biologi Perikanan, MSP-FPIK-IPB, 017. Halaman 5 dari 11

ukuran modus ikan contoh. Kombinasi parameter yang diperoleh diharapkan dapat menggambarkan pola pertumbuhan umum dari ikan yang diteliti. Tujuan Tujuan dari pengamatan pertumbuhan ikan adalah untuk mengetahui perkembangan yang dialami ikan melalui analisa paramater panjang, berat dan morfologi ikan. Kemudian menprediksi pola pertumbuhan ikan, faktor kondisi, kelompok umur. Serta menduga pola perkembangan populasi ikan yang diamati tersebut. Alat dan Bahan Alat dan Bahan yang digunakan dalam praktikum pertumbuhan adalah alat dan bahan untuk menganalisis ukuran panjang dan berat ikan yang diamati, diantaranya: Tabel 1. Alat dan bahan praktikum pertumbuhan No. Alat dan Bahan Fungsi Kebutuhan 1 Penggaris Mengukur panjang biota uji 4 unit/kelompok Timbangan digital Mengukur bobot biota uji unit/kelompok 3 Kain lap/tissue Membersihkan biota uji dan meja praktikum 1 unit/kelompok 4 Kamera digital Mendokumentasikan biota uji dan proses pengerjaan praktikum 1 unit/kelompok 6 Jarum pentul Menahan organ-organ biota uji pada saat dilakukan dokumentasi 1 pak/kelompok 7 8 Kertas label dan spidol permanen Botol sampel Memberi tanda pada biota uji agar mudah dikenali dan tidak tertukar dengan biota lainnya Menyimpan bagian contoh yang akan diamati (gonad dan usus) 1 unit/kelompok 10 buah/orang 9 Trash bag Tempat sampah setelah selesai analisis 1 pak/kelompok 10 Alat bedah Melakukan pembedahan dan pengambilan organ dalam ikan set/kelompok 11 Formalin 10% Pengawet bagian contoh yang akan diamati (gonad dan usus) 5 liter/kelas 1 Ikan segar Spesimen yang akan diamati dan diukur serta dibedah. Opsional Prosedur Kerja Langkah awal dalam analisis ikan dalam praktikum pertumbuhan adalah menyiapkan ikan segar yang akan diamati, diukur, dan dibedah pada baki yang telah disediakan. Ikan dikeringkan dengan tisu/kain lap lalu diberi label agar ikan yang akan diamati tidak tertukar dengan ikan lain. Pengukuran panjang dan bobot dilakukan terhadap semua ikan contoh, hasil pengukuran tersebut dicatat dalam data sheet yang telah disediakan. Setelah data morfometrik dan meristik ikan sudah diamati dan dicatat, maka dilakukan pembedahan yang selanjutnya akan diambil sampel gonad dan usus dari ikan tersebut. Sampel gonad yang ditemukan dari seluruh ikan contoh ditimbang bobotnya, lalu disimpan dalam botol sampel dan diawetkan dengan formalin 10% untuk gonad ikan betina TKG 3 dan TKG 4. Gonad TKG 3 dan TKG 4 yang diawetkan tersebut akan digunakan pada praktikum Reproduksi untuk analisis fekunditas dan diameter telur. Sampel usus dari setiap ikan contoh yang diamati diambil sebanyak 0% dari total jumlah contoh. Sampel usus yang diambil adalah usus yang memiliki fisik yang bagus dan tidak rusak, kemudian usus Laboratorium Biologi Perikanan, MSP-FPIK-IPB, 017. Halaman 6 dari 11

tersebut disimpan dalam botol sampel dan diawetkan dengan formalin 10%. Sampel usus yang diawetkan tersebut akan digunakan pada praktikum Kebiasaan Makan dan Makanan Ikan. Analisis Data Pertumbuhan Panjang Analisis pertumbuhan panjang model yang digunakan adalah model Von Bartalanffy Plot (VBP). Bartalanffy mengembangkan model terutam untuk mengetahui laju pertumbuhan panjang. Setelah diketahui kelompok ukuran dengan model Batacharya, maka dilakukan pendekatan untuk menduga tingkat pertumbuhan. Secara khusus data yang dianalisis adalah nilai tengah dari kelompok ukuran yang diperoleh. Gambar 6. Penentuan pengukuran panjang ikan Melalui pendekatan model linier regresi, maka beberapa parameter diamater panjang seperti L (panjang infinity), k (laju pertumbuhan), t (waktu yang diperlukan untuk tumbuh). Von Bartalanffy Plot minimal dikembangkan sebanyak 4 kelompok ukuran, karena minimal regresi dapat dilakukan dengan tiga pasang data. Pertumbuhan Berat Analisis pertumbuhan berat hampir sama dengan model pendekatan pertumbuhan panjang. Tetapi sebaiknya dilakukan pada kelompok ikan yang belum memijah secara rutin, karena berat ikan yang relatif berubah. Apabila panjang ikan dengan umur tertentu diplotkan dengan panjang ikan dengan umur yang lebih muda satu tahun akan menghasilkan garis lurus dengan sudut yang lebih kecil dari satu. Sudut Walford besarnya sama dengan e -k, jadi logaritma natural sudut Walford dengan tandanya berubah merupakan penduga dari koefisien pertumbuhan k. Hubungan Panjang dan Berat Dalam menganalisa pertumbuhan dengan menggunakan parameter panjang dan berat adalah dengan rumus W = a Lb (Bal dan Rao, 1984). Model pertumbuhan ini mengikuti pola hukum kubik dari parameter yang dijadikan dasar analisis. Dengan pendekatan regresi linier maka hubungan kedua parameter tersebut dapat dilihat. Nilai koefisien b digunakan untuk menduga laju pertumbuhan kedua parameter yang dianalisa. Asumsi hukum kubik ini adalah bahwa idealnya seluruh ikan akan mengalami pertambahan panjang dan berat secara bertahap. Setiap pertambahan panjang akan menyebabkan pertambahan berat dengan kuantitas tiga kali lipatnya. Tapi kenyataan ini akan berbeda dari setiap ikan, karena adanya pengaruh dari musim dan jenis kelamin. Laboratorium Biologi Perikanan, MSP-FPIK-IPB, 017. Halaman 7 dari 11

Model pendekatan hukum kubik kemudian di turunkan sehingga menjadi sebuah bentuk hubungan normal Log W = Log A + Log L, dimana koefisien yang dimaksud dapat dicari dengan formula sebagai berikut: Log a LogW x ( Log L) Log L x N x ( Log L ) ( b LogW ( N x Log a) Log L ( Log L x LogW ) Log L) berdasarkan pola hubungan linier maka dapat dilihat bahwa: Korelasi parameter dari hubungan panjang dan berat dapat dilihat dari nilai konstanta b (sebagai penduga tingkat keeratan hubungan kedua parameter) yaitu, dengan hipotesis: Bila b = 3, dikatakan hubungan yang isometrik (pola pertumbuhan panjang sama dengan pola pertumbuhan berat. Bila b 3, dikatakan memiliki hubungan allometrik, yaitu: Bila b > 3 Allometrik positif (pertambahan berat lebih dominan). Bila b < 3 Allomterik negatif (pertambahan panjang lebih dominan). Di lapangan kita seringkali dihadapkan pada permasalahan yang sulit untuk memberikan kesimpulan atau ketetapan pada nilai yang didapat. Untuk mengantisipasi kelemahan tersebut maka perlu diadakan uji statistik. Uji yang kita pakai adalah uji parsial (uji t). Dimana kita dihadapkan pada proses atau usaha untuk melakukan penolakan atau penerimaan terhadap hipotesis yang kita buat (Stell and Torie, 1989). Hipotesis: Ho : b = 3 (nilai yang diperoleh) H1 : b 3 (nilai hipotesis) b1 b Thit Sb 1 0 dimana Sß1 adalah simpangan koefisien b yang dapat ditentukan dari model rumus sebagai berikut: KTG S 1 sedangkan S1 S 1 ( Xi X ) nxktg X ( X ) S 1 dimana KTG dapat dicari melalui Analisa Varians JKT 1 b' b, b sedangkan o X 'Y Yi XiYi n n i1 ( Yi Y ) ( Yi) JKG b' X ' Y dimana n Laboratorium Biologi Perikanan, MSP-FPIK-IPB, 017. Halaman 8 dari 11

Melalui perkalian matriks maka dapat ditemukan nilai JKR (jumlah kuadrat regresi). Sedangkan JKG (jumlah kuadrat galat) adalah pengurangan dari JKT-JKR(jumlah kuadrat total dikurangi jumlah kuadrat regresi). KTG didapat dari hasil pembagian JKG dengan derajat bebas. Kaidah keputusan adalah dengan membandingkan hasil Thitung dengan T tabel pada selang kepercayaan 95 %. Selanjutnya dengan mengetahui pola diatas, maka kaidah keputusan yang akan diambil adalah: T hit > T tabel keputusan kita adalah menolak hipotesis nol T hit < T tabel keputusan kita adalah menerima hipotesis nol Agar lebih meyakinkan kita dimana letak nilai b yang sebenarnya, maka kita coba melihat sebaran nilai koefisien b dari data yang kita olah dengan rumus: Dimana: n = jumlah data yang diuji b1 S 1 x t ( n ) b1 b1 S1 x t ( n ) Kisaran nilai koefisien b ini bisa menjelaskan peluang untuk menerima atau menolak hipotesis yang kita buat. Dalam konteks lain yang dipakai untuk melihat pertumbuhan panjang dan berat secara parsial adalah konsep yang digunakan oleh Von Bartalanffy, dimana harus ada beberapa parameter yang harus diketahui lebih dahulu. Pada model pertumbuhan ini terlihat parameter mana diantara parameter amatan yang mengalami proses pertumbuhan yang cepat atau sebaliknya. Model tersebut adalah (WHO, 199): Lt L Wt L x x 1 exp ( K x ( t to)) 1 exp ( K x ( t to)) Keterangan L = panjang infinitif, yaitu panjang dugaan yang tidak mungkin dicapai oleh ikan yang kita amati. K = Koefisien pertumbuhan T = umur (waktu) To = umur ikan pada waktu nol (biasanya negatif). Dengan mengetahui pertumbuhan maksimal dari panjang dan berat ikan tersebut maka kita dapat melakukan pendugaan terhadap waktu efisien dari suatu jenis ikan dalam kolam budidaya. Sehingga dapat kemudian ditetapkan ukuran tangkap, ukuran panen ikan budidaya dan ikan target diperairan. Dari model yang didapat antara parameter panjang dan berat, maka selanjutnya ditentukan model kurva pertumbuhan kedua parameter tersebut berdasarkan urutan waktu, yang koefisien pertumbuhan yang akan membantu kita dalam menduga panjang dan berat ikan pada waktu (t) yang lebih jauh: W ( t) al 3 ( t) Laboratorium Biologi Perikanan, MSP-FPIK-IPB, 017. Halaman 9 dari 11

Faktor Kondisi Faktor kondisi didefenisikan sebagai yaitu keadaan atau kemontokan ikan yang dinyatakan dalam angka angka berdasarkan pada data dan berat. Pengamataan kondisi ikan dapat dilihat dari tiga model pengamatan: Kt = kondisi yang diamati berdasarkan panjang total. Ks = kondisi yang diamati berdasarkan data panjang standar (baku). Kf = kondisi yang diamati bardasarkan data panjang cagak. Dalam menganalisis kondisi ikan terlebih dahulu ikan dikelompokkan berdasarkan jenis kelaminnya. Ikan yang mempunyai jenis kelamin yang sama dilihat koefisien pertumbuhan (model gabungan panjang dan berat (b)). Setelah pola pertumbuhan panjang tersebut diketahui, maka baru dapat ditentukan kondisi dari ikan tersebut yaitu : ika pertumbuhan ikan yang ditemukan isometrik (b=3) atau setelah dilakukan uji t diketehui bahwa hipotesis nol adalah 3, maka model yang dipakai adalah (Bal dan Rao 1984 ): 5 W.10 K( t, s, f ) 3 L Sedangkan jika pola pertumbuhan panjang dan berat yang diperoleh adalah model pertumbuhan allometrik setelah dilakukan uji t, maka model yang dipakai adalah : K ( t, s, f ) W b al W Wˆ Faktor kondisi dapat naik dan dapat turun. Keadaan ini merupakan indikasi dari musim pemijahan bagi ikan khususnya bagi ikan-ikan betina. Faktor kondisi juga dipengaruhi oleh indeks relatif penting makanan dan pada ikan betina dipengaruhi oleh indeks kematangan gonad. Ikan yang cenderung menggunakan cadangan lemaknya sebagai sumber tenaga selama proses pemijahan, sehingga akibatnya ikan mengalami penurunan faktor kondisi. Cohort (Kelas Ukuran) Seringkali ikan yang akan kita panen/tangkap diperairan tidak merata ukurannya, sehingga akan mempengaruhi harga dipasar. Agar itu tidak terjadi maka diperlukan pemahaman untuk mengetahui kelompok ukuran ikan yang seragam. Kelompok yang tumbuh berkembang pada waktu yang sama, mendapat pasokan makanan yang sama pula di sebut dengan kohort. Salah satu cara untuk menyeragamkan adalah dengan melakukakan penebaran dengan umur yang sama untuk budidaya atau dengan selektifitas alat tangkap untuk ikan laut lepas. Ikan yang berada diperairan terbuka sulit sekali ditentukan umurnya. Maka alternatif yang ditempuh adalah dengan membuat pengelompokan tersebut berdasarkan ukuran. Metode ini dikembangkan oleh Battacharya (1967) dalam WHO (199). Penentuan kelas ukuran ini adalah untuk menentukan ukuran tangkap dari populasi tersebut. Kelompok ukuran ini sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan panjang ikan. Maka dari itu dikembangkan analisis ini dari model pendugaan panjang ikan untuk menentukan kohor. Tahap kegiatan dari penentuan kohort adalah sebagai berikut: 1. Tentukan selang kelas ukuran panjang dari ikan yang diamati secara statistik.. Tentukan frekwensi masing-masing kelas ukuran tersebut. Laboratorium Biologi Perikanan, MSP-FPIK-IPB, 017. Halaman 10 dari 11

3. Lakukan transformasi nilai panjang agar data yang kita pakai lebih baik 4. Tentukan nilai beda dari hasil transformasi tersebut dengan mengurangi nilai kedua dengan nilai pertama, demikian seterusnya sampai proses pengurangan selesai. 5. Buat nilai tengah dari kelas ukuran panjang tersebut (nilai kelas terendah untuk kelas ukuran yang pendek atau yang sempit rangenya). 6. Tentukan dan hitung nilai yang mengalami penurunan dari tranformasi beda frekwensi (Y). Minimal ada tiga nilai yang menurun yang baru bisa dikatakan sebagai satu kohort (kelas ukuran). 7. Lakukan proses regresssi linier dari nilai (X) dan (y) 8. Tentukan rata-rata dari kohort yang ditemukan. a rataan L b Dimana a dan b adalah koefisien yang ditemukan dari regresi. 9. Tentukan standart deviasinya SD 1 b b = koefisien dari regresi. buat plot dari nilai X dan Y kemudian plot garis dari persamaan regresinya. Pembahasan Pada bagian ini praktikan harus menyelesaikan dan menjawab semua pertanyaan yang ada pada masing-masing bagian. Pertanyaan tersebut harus dijawab sebagai bentuk laporan yang dikerjakan. Adapun outline yang harus dikerjakan menurut ketentuan berikut ini: 1. PERTUMBUHAN PANJANG. PERTUMBUHAN BERAT 3. HUBUNGAN PANJANG DAN BERAT (JANTAN DAN BETINA) 4. FAKTOR KONDISI (JANTAN DAN BETINA) 5. KELOMPOK UMUR Laboratorium Biologi Perikanan, MSP-FPIK-IPB, 017. Halaman 11 dari 11