PENUNDAAN ATAU URUTAN SISIPAN (INSERTION SEQUENCE) SEBAGAI BENTUK PASANGAN BERSESUAIAN DALAM STRUKUR PERCAKAPAN BAHASA JERMAN

dokumen-dokumen yang mirip
KESENYAPAN (SILENCE) DALAM PERCAKAPAN BAHASA JERMAN

REFLEKSI TINGKAH LAKU BERBAHASA MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF BUDAYA 1. Oleh: Sulis Triyono 2

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 03 Perjalanan ke Berlin

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 04 Menunggu Rerkan Kerja Baru

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 12 Surat Pendengar

Lersianna Saragih *)

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 11 Burung Hantu Yang Bisa Berbicara

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 10 Wawancara dengan Raja Ludwig

SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 02 Radio D menelpon

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 19 Penipuan Terungkap

Untuk Profesor juga sesuatu yang sulit. Profesor berkonsentrasi dengan akhiran Artikel maskulin dalam Akkusativ.

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 24 Surat Kabar Hamburg

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 05 Raja Ludwig Hidup Kembali

SILABUS. Alokasi Waktu. Sumber Belajar Kompetensi. Standar Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 26 Perpisahan Ayhan

DEIKSIS DALAM ROMAN UND SAGTE KEIN EINZIGES WORT KARYA HEINRICH BÖLL: SUATU ANALISIS PRAGMATIK JURNAL. Oleh : Adriani Rasinta Mananohas

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 23 Penyelam dengan Sirip Hiu

TINDAK TUTUR DALAM INTERAKSI SOSIAL DI PASAR TRADISIONAL AKSARA

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 17 Lingkaran di Ladang Gandum

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 08 Penyamaran Orang Tak Dikenal Terkuak

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 22 Peselancar Yang Hilang

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 09 Musik untuk Raja Ludwig

???? KETERAM (3) (2) (1) (5) (6) (8) (7) (9) (10) (11) (12) kesibukan. saling. menyapa dan. dan memberi salam. mengajak ke bioskop

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Baby Blues terdapat tiga permasalahan yang menjadi tujuan penelitiannya.

BAHAN AJAR / RPP. C. Metode Pembelajaran : Inquiri I. Kegiatan Pembelajaran :

UNGKAPAN PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA. Nur Anisa Ikawati Universitas Negeri Malang

MODEL PEMBELAJARAN MELALUI MEDIA SCHLANGENLEITERSPIEL UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA GURU BAHASA JERMAN

BAB I PENDAHULUAN. tulis dalam berkomunikasi. Menurut Arifin (2000: 3), dalam wacana lisan,

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 01 Pulang Kampung

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB I PENDAHULUAN. (percakapan) untuk mengungkapkan suatu informasi dari pembicara, sebab kata

SUPLEMEN BAGI PEMBELAJARAN MENULIS

Peluang: Pengembangan Pengajaran Tata Bahasa dalam Wacana

SKENARIO PERKULIAHAN MATA KULIAH SPRECHEN I JR 215 / 2 SKS / SEMESTER 1. Disusun Oleh : Dra. Hafdarani. M.Pd. Dra. Lersianna Saragih. M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting untuk dipelajari,

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN UNTUK MENINGKATKAN SEMANGAT BELAJAR SISWA

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 18 Pengintaian di Malam Hari

Philipp memberitakan dari Schwarzwald (Blackforest) dan dia menikmati suasana karnaval. Tetapi teman kerjanya, Paula, tidak menyukai tradisi ini.

Erste Wörter. Auf Wiedersehen. Selamat tinggal

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari di

KARTU KUARTET SEBAGAI MEDIA LATIHAN PEMBENTUKAN POLA KALIMAT PERFEKT DALAM MATA KULIAH SCHREIBEN I (MENULIS I)

PENDEKATAN PRAGMATIK DALAM PENGAJARAN KEMAHIRAN BERBICARA BIPA

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. Jenis interaksi antarmanusia sangat beragam. Salah satu contoh interaksi terjadi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahasa asing termasuk bahasa Jerman saat ini telah menjadi

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1. Memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Keluarga

RELEVANSI LFS DALAM ANALISIS BAHASA

36. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

English for Tourism Lesson 18 Out on the ferry (continued)

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa berkembang terus sesuai dengan perkembangan pemikiran

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

English for Tourism Lesson 5 Making recommendations

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain, membahas segala aspek makna

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan bersama (Suwito dalam Aslinda dkk, 2010: 06). Bahasa sebagai

L1: Halo, Saya Juni Tampi dari Radio Australia, mengantarkan Pelajaran Kedelapan dalam Kursus Bahasa Inggris Dasar untuk Pariwisata dan Perhotelan.

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN BAHASA INGGRIS

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 06 Bagaimana Raja Ludwig Meninggal?

Lesson 30: will, will not. Pelajaran 30: Akan, Tidak Akan

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu. keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca.

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 20 Angket Pendengar

36. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (MTs)

MODEL PASANGAN BERSESUAIAN (ADJACENCY PAIR) DALAM STUKTUR PERCAKAPAN BAHASA JERMAN

L1: Halo, Saya Juni Tampi dari Radio Australia, mengantarkan Pelajaran Ketujuh dalam Kursus Bahasa Inggris Dasar untuk Pariwisata dan Perhotelan.

ERIZA MUTAQIN A

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempermudah kita untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Bahasa adalah

English for Tourism Lesson 13 The Tour Guide

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan tata bahasa mutlak diperlukan ketika pembelajar bahasa akan

BAB I PENDAHULUAN. Alih kode..., Dewi Nuryanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik

Jurnal Cakrawala ISSN , Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA

KESANTUNAN BERBAHASA PADA TUTURAN SISWA SMP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

Transkripsi:

PENUNDAAN ATAU URUTAN SISIPAN (INSERTION SEQUENCE) SEBAGAI BENTUK PASANGAN BERSESUAIAN DALAM STRUKUR PERCAKAPAN BAHASA JERMAN Ahmad Bengar Harahap Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Pengertian percakapan berkaitan dengan pemikiran kita tentang bahasa. Bahasa diperlukan sebagai suatu sistem komunikasi verbal. Kaidah-kaidah bahasa dirumuskan dalam bentuk yang mencirikan elemen bahasa. Melalui proses ini struktur suatu bahasa ditemukan. Masalah yang muncul adalah dalam mendistribusikan struktur bahasa itu dalam pemakaian bahasa khususnya percakapan. Oleh karena itu, sebenarnya struktur bahasa itu tidak dapat dipisahkan dengan percakapan. Demikian juga dengan bahasa Jerman, secara umum memiliki struktur percakapan dan kaidahnya. Salah satu cara untuk mengenali struktur percakapan adalah dengan menganalisis bentuk Penundaan atau Urutan Sisipan (Insertion Sequence) yang terjadi pada model pasangan bersesuaian (adjacency pair) sebuah percakapan. Kata kunci : Penundaan atau urutan sisipan, Pasangan Bersesuaian, Struktur Percakapan Bahasa Jerman PENDAHULUAN Percakapan atau konversasi merupakan wadah yang paling ampuh bagi pengguna kaidah-kaidah atau aturan-aturan wacana secara fungsional. Percakapan dapat diartikan sebagai pelatihan oral dalam pemakaian bahasa yang diperoleh dari belajar tata bahasa dan perbendaharaan kata. Hal yang sebenarnya adalah terletak pada kompetensi percakapan itu yang memiliki beragam model analisis dalam struktur percakapan. Oleh karena itu, studi percakapan perlu dipahami secara baik, ditelaah secara sungguhsungguh agar kompetensi percakapan itu dapat ditampilkan di dalam tindak berbahasa sehari-hari. Richardt (1995) berpendapat bahwa percakapan itu adalah interaksi oral dengan bertatap muka antara dua partisipan atau lebih. Namun, percakapan adalah lebih dari sekadar pertukaran informasi. Jika orang mengambil bagian di dalamnya, mereka masuk dalam proses percakapan, asumsi-asumsi dan harapan-harapan mengenai percakapan itu, bagaimana percakapan berkembang dan jenis kontribusi yang diharapkan mereka. Ketika orang bergabung dalam suatu percakapan, mereka saling berbagi prinsip umum yang membuat mereka dapat saling menginterpretasikan tuturantuturan yang mereka hasilkan (Ismari,1995:3). Hymes menggunakan istilah peristiwa tutur atau peristiwa berbahasa untuk aktivitas-aktivitas yang secara langsung diatur oleh norma-norma pengguna percakapan. Percakapan adalah salah satu contoh peristiwa tutur dan kaidah-kaidah percakapan yang dapat dibedakan dari kaidah-kaidah tipe peristiwa tutur lain, misalnya

ceramah, argumen, diskusi, upacara keagamaan, pengadilan di ruang sidang, wawancara, debat dan rapat. Purba (2002:95) menjelaskan bahwa percakapan sebenarnya lebih dari sekadar rangkaian pertukaran pembicaraan. Percakapan terdiri dari pertukaran pembicaraan yang diawali dan diinterpretasikan berdasarkan kaidah-kaidah dan norma-norma kerjasama percakapan yang dipahami secara intuisi dan dibutuhkan secara umum. Sebaliknya, juga dapat dimanipulasi untuk menciptakan makna luas di atas level yang diekspresikan secara langsung oleh tuturan-tuturan dalam percakapan. PASANGAN BERSESUAIAN (ADJACENCY PAIR): PENGERTIAN, SIFAT, DAN MODEL ATAU BAGIAN Cook (1997) mengemukakan Adjacency Pair is a pair of discourse moves that often go together, e.g. question and answer (pasangan bersesuaian adalah pasangan dari bentuk peristiwa berbahasa lisan yang selalu bersamaan, misalnya pertanyaan dan jawaban). Sebuah rangsangan dengan jawabannya adalah pasangan bersesuaian yang diucapkan oleh si pembicara dan si pendengar pada permulaan komunikasi, pertengahannya, atau pada akhirnya. Pasangan bersesuaian ini adalah sebuah unit yang penting dalam berkomunikasi walaupun kelihatannya sangat sederhana dan ringkas (Lubis, 1996: 109). Contoh: Permulaan : (bertemu) Assalamu alaikum. Alaikummus salam. Apa kabar? Baik. Pertengahan : Jadi kau setuju? Setuju. Kapan kita berjumpa lagi? Besok. Akhir : (berpisah) Nah, sampai jumpa lagi. Baik. Assalamu alaikum. Alaikummus salam. Model ini membagi setiap unit percakapan dalam 3 bagian seperti model overall organization, beberapa unit percakapan berpasangan membentuk satu makna yang dikelompokkan dalam satu bagian, bagian-bagian itu di dalam percakapan dikelompokkan atas permulaan, pertengahan, dan penutup.tentu banyak pasangan bersesuaian yang lain, mungkin berdasarkan kesukuan, bangsa, dan agama, seperti istilah Horas-Horas, Hallo-Hallo, Okay-Okay, dan Bye-Bye. Yule (2006:132-134) menjelaskan bahwa yang dinamakan pasangan bersesuaian (adjacency pair) adalah tata urutan otomatis dalam struktur percakapan, seperti ucapan salam dan ucapan selamat tingal. Dalam bahasa Jerman misalnya sebagai berikut : 1. Anna : Hallo Bill : Hi (Hallo) (Hai)

2. Anna : Wie gehts? Bill : Gut, Danke (Apa kabar? ) (Baik) 3. Anna : Auf Wiedersehen! Bill : Tschüs (Sampai Jumpa!) (Selamat tinggal) Pasangan-pasangan ini terdiri atas bagian pertama dan bagian kedua yang dituturkan oleh dua orang penutur berbeda. Tuturan bagian pertama dengan cepat menciptakan harapan tuturan bagian kedua dari pasangannya. Kegagalan dalam menghasilkan tuturan jawaban kedua dianggap suatu kekosongan yang signifikan dan oleh sebab itu, kekosongan ini bermakna. Ada variasi bentuk yang substansial yang digunakan untuk mengisi celah-celah pasangan bersesuaian. Karena itu pasangan bersesuaian harus selalu ada dua bagian, yaitu bagian pertama dan bagian kedua. Secara khusus terdapat banyak urutan-urutan dalam suatu percakapan, seperti urutan tanyajawab, jawaban ucapan terima kasih, permohonan-pengabulan, dan lain-lain. Saragih (2006:27).menjelaskan bahwa percakapan umumnya dibangun oleh ujaran dalam pasangan bersesuaian atau dua bagian. Sebagai contoh, percakapan berikut terdiri atas dua bagian. A : Mau penerbangan pertama? (bagian pertama) B : Baik. Saya Ambil itu. (bagian kedua). Antara dua bagian itu dapat terjadi sisipan, seperti dalam contoh berikut : A: Mau penerbangan pertama? (Q1- pertanyaan pertama ) B : Pukul berapa? (Q2-pertanyaan kedua) A : Tujuh (A2-jawab kedua) B : Baik. Saya ambil itu. (A1- jawab pertama) Model pasangan bersesuaian bisa juga dilakukan dengan cara mengisolasikannya menjadi unit-unit terkecil sehingga menghasilkan pasangan berdampingan. Misalnya pertanyaan jawaban, salam-salam, tawar-menawar. Coulthard (dalam Purba, 2002 : 108) memberikan pasangan bersesuaian sebagai unit struktur percakapan. Oleh karena itu, ketika seorang pembicara menghasilkan sebuah tuturan sebagai bagian pertama dan lawan bicara diharapkan memberikan pasasngan serasi pada bagian kedua. PENGERTIAN PENUNDAAN ATAU URUTAN SISIPAN (INSERTION SEQUENCE) Ada pendapat yang mengatakan bahwa pasangan bersesuaian pada dasarnya tidak terjadi pada percakapan, tetapi yang terjadi adalah pada unit percakapan (Martin, 1992:37). Unit percakapan merupakan salah satu perangkat unsur atau bagian dari struktur percakapan. Sebagaimana yang dikemukakan di atas, tidak seluruh bagian pertama dengan cepat menerima bagian kedua dalam pasangan bersesuaian disebuah percakapan. Sering terjadi bahwa urutan tanya-jawab, misalnya, ditunda ketika tata urutan tanya jawab yang lain menghadang. Kemudian tata urutan itu akan berubah menjadi T1-T2-J1-J2 (T=Tanya, J=Jawab), dengan pasangan tengah (T2-J2) yang disebut dengan urutan sisipan (insertion sequence). Meskipun tampak seperti sebuah pertanyaan (T1), asumsinya ialah bahwa ketika muncul bagian kedua (J2) dari tata urutan sisipan yang diberikan, maka bagian kedua (J1) dari pertanyaan awal (T1) akan mengikuti. Menurut Yule (2006:134), tata urutan sisipan ialah pasangan bersesuaian yang berada di antara pasangan bersesuaian lain. Walaupun ungkapan yang dipakai

merupakan tata urutan tanya-jawab, bentuk-bentuk tindakan sosial lainnya juga terselesaikan dalam pola ini. Contoh dalam percakapan berikut : Jean : Kannst du diesen Brief in einen Briefkasten einwerfen? bisa kamu Art surat di Art kotak pos memasukkan bisa kamu poskan surat ini untukku? (T1= permohonan) Fred : Hat er schon Briefmarke? Aux dia sudah perangko Sudah berperangko? (T2) Jean : Ja ya (J2) Fred : Na gut. ( Baiklah ) (J1=Penerimaan) Penundaan penerimaan dalam contoh ini terjadi karena adanya tata urutan sisipan, merupakan satu jenis petunjuk bahwa tidak semua bagian pertama harus menerima jenis bagian kedua yang mungkin diantisipasi oleh penutur. Penundaan jawaban secara simbolis menandakan tidak tersedianya jawaban potensial yang diharapkan secara cepat (yaitu otomatis yang wajar). Penundaaan menunjukkan jarak antara apa yang diharapkan dan apa yang tersedia. Penundaan selalu ditafsirkan memiliki makna. Untuk mengetahui sejauh mana penundaan itu mengandung makna setempat, kita memerlukan beberapa istilah analitis tentang apa yang diharapkan dalam tipe-tipe pasangan bersesuaian tertentu. Levinson (1983:304-305) berpendapat bahwa urutan sisipan (insertion sequence) adalah sebuah urutan bergiliran (turn) yang terletak antara bagian pertama dan bagian kedua pada sebuah pasangan bersesuaian. Contoh A: I wanted to order some more paint. (Request) B: Yes, how many tubes would you like, sir? (Question 1) A: Um, what's the price with tax? (Question 2) B: Er, I'll just work that out for you. (Hold) A: Thanks. (Acceptance) Sisipan B: Three nineteen a tube, sir. (Answer 2) A: I'll have five, then. (Answer 1) B: Here you go. (Acceptance) Pada pasangan di atas, giliran (turn) memisahkan antara bagian-bagian dari request-acceptance (permintaan-penerimaan) yang menghasilkan urutan sisipan (insertion sequence). Penundaan atau urutan sisipan ini akan menyebabkan : 1. Pasangan bersesuaian yang saling mengelilingi pasangan bersesuaian lainnya. 2. Pemilihan ketidakjelasan dan syarat mutlak pasangan bersesuaian. 3. Penundaan respon yang diharapkan. 4. Langkah awal urutan (keberurutan). Cook merumuskan pasangan bersesuaian A-B dapat ditunda dengan pasangan bersesuaian yang lain C-D dan ini disebut urutan sisipan (insertion sequence). Dari urutan A-B, sebuah urutan sisipan setelah A menghasilkan urutan A(C-D) B, rumusannya sebagai berikut :

A First part of first adjacency pair C First part of second adjacency pair D Second part of second adjacency pair B Second part of first adjacency pair Contoh Eric: Wanna watch Civil War tonight? (Proposal) Mau nonton film Civil War malam ini? (Ajakan) Flo: That the Ken Burns one? (Request for clarification) Yang bintangnya Ken Burns? (Minta klasrifikasi) Eric: He and with his brother. (Clarification) Dia dan saudaranya (Klarifikasi) Flo: Sorry, gotta study for a quiz.(rejection) Maaf, aku mau kuliah untuk persiapan ujian (Penolakan). Tiap bagian pasangan (Proposal-Rejection; Request for Clarification-Clarification) adalah pasangan bersesuaian meskipun pasangan-pasangan itu terpisah. Merujuk pada teori LFS pasangan bersesuaian dalam bentuk penundaan pada percakapan dibangun dari sejumlah langkah (move), yakni k1, k2. Langkah k1 merupakan orang yang menguasai informasi, sedangkan k2 menanya informasi. Antara keduanya dapat terjadi dinamisme yang kemudian menjadi pengingkaran terhadap prinsip padangan berdekatan. Dinamisme ini dapat terdiri atas langkah: - cl (clarification), yaitu klarifikasi atas suatu informasi - rcl (reaction of clarification),yaitu reaksi atas suatu klarifikasi - ch (chalenge), yaitu tantangan dari informasi atau klarifikasi - rch (reaction of chalenge), yaitu reaksi atas tantangan - cf (confirmation), yaitu konfirmasi informasi - rcf (reaction of confirmation), yaitu reaksi atas konfirmasi - f (frekuensi) yaitu frekuensi atau banyaknya muncul informasi atau informasi baru, klarifikasi, atau tantangan (k2f, k1f). Contoh k2 Toni : Roy, mau kemana? k1 Roy : Ke kampus. k2 Toni : Kapan ujian final? cl Roy : Ha, apa? rcl Toni : Kapan kita ujian final. k1 Roy : Lusa. k2 Toni : Aku belum ada persiapan. k2f Roy : Sama, aku juga, ton. cl2 Toni : Nanti fotokopikan bahan kuliah terakhir ya.. ch Roy : Enak aja, fotokopi sendiri lah! rch Toni : Jangan begitu, kita kan berteman. k1 Roy : Okelah PENUNDAAN ATAU URUTAN SISIPAN (INSERTION SEQUENCE) DALAM PERCAKAPAN BAHASA JERMAN

. Langkah (move) Penundaan atau urutan sisipan ialah pasangan bersesuaian yang berada di antara pasangan bersesuaian lain. Merujuk teori Linguistik Fungsional Sistemik, bentuk penundaan atau urutan sisipan yang terjadi pada percakapan atau wacana percakapan bahasa Jerman yang diperoleh memiliki dinamisme langkah-langkah yang pada umumnya sama dengan percakapan bahasa lain yang terjadi penundaan atau sisipan antara orang yang menguasai informasi (k1) dan orang yang menanya informasi (k2). Langkah-langkah itu antara lain sebagai berikut - cl (clarification), yaitu klarifikasi atas suatu informasi - rcl (reaction of clarification),yaitu reaksi atas suaut klarifikasi - ch (chalenge), yaitu tantangan dari informasi atau klarifikasi - rch (reaction of chalenge), yaitu reaksi atas tantangan - cf (confirmation), yaitu konfirmasi informasi - rcf (reaction of confirmation), yaitu reaksi atas konfirmasi - f (frekuensi) yaitu frekuensi atau banyaknya muncul informasi atau informasi baru, klarifikasi, atau tantangan (k2f, k1f). Langkah-langkah ini dapat kita lihat pada data-data percakapan berikut : 1 ). A: Haben Sie Zeit? (k2) mempunyai Anda waktu Apakah Anda punya waktu? B: Warum fragen Sie mich? (ch) kenapa bertanya Anda saya kenapa Anda tanya saya? A: Ja.ich möchte etwas sprechen. (rch) ya aku mau sesuatu membicarakan ya...saya mau membicarakan sesuatu B: Worüber? (k2f) tentang apa? A: Über unsere Plannung nach Schweden. (k1f) tentang kita rencana ke swedia tentang rencana kita ke Swedia B: Oke, wir werden übermorgen besprechen (k1) oke kita Aux lusa membicarakan oke, kita akan bicarakan itu lusa 2) A: Guten Tag, was nehmen Sie? (k2) selamat siang apa memesan Anda selamat siang, mau pesan apa? B: Ja, guten Tag, was ist das Menü? (ch) ya selamat siang apa Aux Art menu ya, selamat siang, apa menunya? A: Wir haben Bratkartoffeln, Schweinebraten, und Weiβwurste, kami mempunyai kentang goreng babi panggang dan sosis putih bitte sehen Sie die Speisekarte (rch) Par melihat Anda Art daftar menu kami punya kentang goreng, babi panggang, dan sosis putih, silahkan Anda lihat daftar menunya.

B: Na ja, ich nehme Bratkartoffeln und ein Glass Bier (k1). oya aku mengambil kentang goreng dan satu gelas bir oya, aku ambil kentang goreng dan segelas bir 3) A: Könntest du mir das Buch geben, bitte? (k2) bisa kamu saya Art buku memberikan Par bisakah kamu memberikan buku itu kepada saya B: Was? (cl) apa? A: Das Buch, bitte! (rcl) Art buku Par buku itu, tolonglah B: Ach so, hier das Buch! (k1) Oh ya ini Art buku oh ya, ini bukunya! A: Danke. (rk1) terima kasih Dari percakapan-percakapan ini dapat kita lihat bahwa antara orang yang menanya informasi (k2) tidak selalu langsung mendapatkan informasi yang diinginkan dari orang yang menguasi informasi (k1). Dibagian tengah percakapan bisa muncul sisipan atau penundaan. Dalam percakapan ini k2 (orang menanya informasi) bahkan mendapatkan pertanyaan kembali (ch), artinya k1 ditantang untuk menegaskan pertanyaannya kembali dimana akan muncul reaksi dari tantangan itu (rch) sebelum akhirnya mendapatkan jawaban atau informasi dari k1 (percakapan 228 dan 229). Selain ch, penanya juga mendapatkan cl, yaitu klarifikasi kembali pertanyaan yang diinginkan, kemudian muncul reaksi dari klarifikasi itu (rcl). Klarifik0asi serta reaksinya ini dapat saja muncul lebih dari satu kali (frekuensi) sebelum akhirnya mendapatkan jawaban (k1). Dalam percakapan 3, pemberi informasi juga dapat diberikan reaksi (rk1), reaksi ini muncul dalam bentuk sapaan-sapaan, atau bisa juga dalam bentuk model pasangan bersesuaian lainnya. Bentuk Sisipan Selain langkah-langkah itu, muncul atau terjadinya penundaan atau sisipan itu juga bisa dalam bentuk model pasangan bersesuaian, struktur preferensi, ataupun kesenyapan (silence). Misalnya dalam percakapan ini 1).A: Wir möchten bitte bezahlen. (permintaan informasi)(k2) kami mau Par membayar kami mau membayar sekarang B: Zusammen oder getrennt? (preferensi)(cl) seluruh atau masing-masing seluruhnya atau masing-masing A: Zusammen bitte! (disetujui / preferred)(rcl) seluruhnya B: oke, hier...90 Euro (pemberian informasi)(k1) oke ini 90 Euro oke, ini seluruhnya 90 Euro.

Percakapan ini sebenarnya adalah model pasangan bersesuaian jenis permintaan informasi - pemberian informasi. Penutur k2 bermaksud ingin membayar atau menyakan jumlah uang yang harus dibayarkan kepada penutur k1. Namun diantara model pasangan ini di bagian awal dan akhir muncul sisipan dalam bentuk struktur prefensi jenis usul yang bagian keduanya disetujui (preferred). Pada percakapan ini hanya terjadi satu urutan penundaan atau sisipan. Dimana langkahnya (move) adalah klarifikasi atas sebuah pertanyaan (cl) dan reaksi atas klarifikasi itu (rcl). Berikutnya, ada lagi bentuk sisipan lain yang mulanya mengindikasikan bentuk struktur preferensi dan mempunyai urutan penundaan bentuk model pasangan bersesuaian dan juga kesenyapan sebagai sisipan-sisipannya, misalnya pada percakapan 2 di bawah ini: S t r u k t u r P r e f e r e n s i 2) A: Ich finde das Hotel angenehm. (preferensi penilaian) aku berpendapat Art hotel nyaman menurutku hotel itu nyaman B: Welches Hotel? (permintaan informasi) yang mana Hotel hotel yang mana? 1 A: Das gro e Hotel. (pemberian informasi) Art besar hotel Hotel yang besar itu B: emm Ich finde nicht (kesenyapan) 2 emm aku rasa tidak emm.aku rasa tidak A: du weisst doch immer, nicht wahr? (keluhan) kamu tahu Par selalu tidak bukan kamu selalu paling tahu, bukan? 3 B: ach so. (prakata) 4 oh begitu ya A: Ich hab ja dort Aufenthalt gemacht (setuju, bantahan) aku Aux ya disana bermalam melakukan aku kan pernah bermalam disana S i s i p a n Urutan penundaan atau sisipan ini tidak hanya terjadi dalam model pasangan bersesuaian, dalam bentuk percakapan tentang struktur prefensi juga bisa terjadi. Seperti percakapan 232 ini, struktur preferensi yang muncul tentang struktur preferensi penilaian-bantahan, yaitu k2 menilai sesuatu (hotel) sedangkan k1 membantah. Dibagian pertengahan terjadi 4 urutan penundaan atau sisipan. Yaitu: Sisipan 1: model pasangan bersesuaian permintaan informasi-pemberian. Sisipan2: muncul kesenyapan, yang memiliki strategi melambatkan jawaban/pernyataan ragu Sisipan 3: muncul kembali model pasangan bersesuaian tetapi jenis keluhanbantahan sekaligus juga merupakan informasi yang diinginkan Sisipan 4: muncul kembali kesenyapan jenis prakata (pembukaan). Kemudian ada lagi bentuk sisipan lain yang dapat muncul pada sebuah percakapan, misalnya percakapan 3 ini :

3). A: Darf ich fragen? boleh saya bertanya boleh saya bertanya (k2, permintaan 1) B: er... was? er...apa? (cl, kesenyapan : melambatkan jawaban) A: Wenn Sie nicht beschweren, ich möchte Ihnen nach Ihrem jika Anda tidak keberatan saya ingin Anda tentang Anda Schuld fragen hutang bertanya jika Anda tidak keberatan. Saya ingin bertanya kepada Anda tentang hutang Anda itu (rcl, permintaan2) B: Ough...entschuldigung. ough...maaf (k1f, permohonan maaf) A: Aber warum...? tapi kenapa (k2f, permohonan informasi ; dispreferred) B: Schade, ich habe leider noch kein Geld sayang sekali aku mempunyai maaf masih tidak uang (k1, pemberian informasi) sayang sekali saya belum ada uang Model pasangan bersesuaian pada percakapan 3 ini adalah jenis permintaanpemberian informasi. Pada bagian pertengahan terjadi sisipan berupa kesenyapan dan model pasangan berupa permintaan informasi kedua serta struktur preferensi permohonan maaf yang ditolak. Di bagian akhir, permintaan infromasi pertama dan kedua diberikan sekaligus oleh penguasa informasi (k1). Reaksi klarifikasi (rcl) muncul atas sebuah tindakan yang membuat frekuensi penanya dan pemberi informasi memberikan tindakan lebih dari satu kali sebelum informasi yang sesungguhnya diperoleh. SIMPULAN Bagian-bagian struktur preferensi dalam bahasa Jerman, baik bagian pertama ataupun kedua, dipengaruhi tindakan sosial yang disenangi (preferred) dan dan tidak disenangi (dispreferred). Ujarannya dalam kalimat dipengaruhi oleh intonasi dan pengalaman penutur. Pada bagian kedua untuk jawaban atau bentuk yang disenangi (preferred) dominan digunakan kata ja ya dan padanan kata lain yang bermakna

sama sebagai kata pembukaan sedangkan nein tidak untuk jawaban atau hal yang tidak disenangi (dispreferred). Untuk bagian yang tidak disenangi ini, kata danke terima kasih atau ucapan terima kasih lainnya dapat mempengaruhi bagian yang tidak disenangi ini menjadi lebih halus atau santun. Ini juga membuktikan bahwa orang Jerman sangat royal untuk ucapan terima kasih dalam pemakaian bahasanya, sampai pada percakapan yang menggunakan negasi seperti penolakan dan bantahan sekalipun kata ini juga banyak digunakan. Pada bagian pertama struktur preferensi bahasa Jerman kalimat yang digunakan penutur dalam struktur percakapan adalah kalimat interogatif (bertanya) dan/atau kalimat affirmatif (pernyataan). DAFTAR PUSTAKA Brazil, David, 1993. A grammar of Speech. England : University of Birmingham. Cook, VJ & Arnold, 1997. Inside Language, Conversational Analysis (CA). Http://www.google.com/Linguistics/and/Language/Conv/Glossary/by/Vivian/html.(accessed April 8.2007).

Djadjasudarma, T. Fatimah, 1993. Metode Linguistik. Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Yogyakarta : Eresco. Goldkuhl, Goran, 2004. Adjacency Pair and Insertion Sequence. Http://www.google.com/linguistik/CampusorgyGoldkuhl/SIL/503.html (accessed April 8, 2007) Gross, Harro, 1998. Einführung in die Germanistische Linguistik. München : Iudicium Verlag Halliday, M.A.K, 1973. Explorations in the Functions of Language. London : Edward Arnold. Ismari, 1995. Tentang Percakapan. Surabaya : Airlangga University Press. Jefferson, Gail, 2006. Adjacency Pair and Pair Parts. Http://www.google.com/Linguistics/and/Language/Adjacent/Jefferson/lng/html (accessed April 8,2007) Kridalaksana, Harimurti, 1983. Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia. Levinson, S.C, 1983. Pragmatics. Cambridge : Cambridge University Press Lubis, A.Hamid Hasan, 1996. Glosarium Semantik dan Pragmatik. Medan : FPBS IKIP Medan. Müller, Helmut, 1990. Der Eine und der Andere. Stuttgart : Ernst Klett Purba, Antilan, 2002. Pragmatik Bahasa Indonesia. Medan : USU Press Sekilas tentang penulis : Ahmad Bengar Harahap, S.Pd., M.Hum. adalah dosen pada jurusan Bahasa Asing Program Studi Bahasa Jerman FBS Unimed.