BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan industri yang cukup pesat seperti sekarang ini, perkembangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua pekerjaan memiliki resiko dan potensi bahaya yang berpengaruh

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES KERJA PADA TENAGA KESEHATAN NON KEPERAWATAN DI RS. ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. emosional dan fisik yang bersifat mengganggu, merugikan dan terjadi pada

TABEL KELOMPOK MAP. S.1 Kesehatan Masyarakat Peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan

ALOKASI FORMASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL BAGI PELAMAR UMUM KEMENTERIAN KESEHATAN RI T.A 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi stres kerja yang dihadapinya. Berdasarkan hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang dapat memberikan kepuasan dan tantangan, sebaliknya dapat pula

BAB I PENDAHULUAN. SDM di bidang kesehatan dan non-kesehatan sangat berpengaruh dalam

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal


WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN. RS JIWA PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. keliru dan juga afek datar yang tidak sesuai serta gangguan aktivitas motorik

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menyebabkan stres kerja pada perawat antara lain pola dan beban kerja,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN. RS JIWA PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang mencakup fasilitas, peraturan yang diterapkan, hubungan sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. karena menurunnya produktivitas sebagai efek stres karyawan. The Seventh

Formulir RL 2 DATA KETENAGAAN

LAPORAN. RS JIWA PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG

PERAN TENAGA KESEHATAN VOKASIONAL DALAM PENGUATAN PELAYANAN PRIMER DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

SOSIALISASI PANDUAN REGISTRASI ONLINE (STR) BAGI TENAGA KESEHATAN BERBASIS WEB

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

RL 2 : Data Ketenagaan Rumah Sakit

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

Kualitas SDM Kesehatan

LAPORAN. RS JIWA PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Disampaikan oleh Biro Kepegawaian Yogyakarta, 3 Oktober 2014 KEBIJAKAN FORMASI D-IV KESEHATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang setiap hariberhubungan dengan pasien. Rumah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

LAPORAN e- SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT RS JIWA PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG INTISARI

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang memiliki

RAHASIA KEDOKTERAN. Dr.H Agus Moch. Algozi, SpF, DFM. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga PENDAHULUAN

I.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehingga, perawat sebagai profesi dibidang pelayanan sosial rentan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darurat (IGD) rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di

PERCEPATAN REGISTRASI NAKES MELALUI STR ONLINE OLEH : KETUA DEVISI REGISTRASI MTKP SULSEL

WARNA/KELOMPOK MAP BERKAS PELAMAR CPNS KEMENKES

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan secara maksimal. Untuk mewujudkan pelayanan yang maksimal,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM ALOKASI FORMASI ASN. Dr. Ir. Setiawan Wangsaatmaja, Dipl., S.E. M. Eng. Deputi Bidang SDM Aparatur Kementerian PAN dan RB

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN. Disajikan Pada : RAPAT 23 SEPTEMBER 2014

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. pesat seiring berkembangnya kemajuan teknologi. Persaingan dan tuntutantuntutan

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UUD 1945 Ps: 28 H ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelayanan kesehatan masyarakat memiliki peran besar dalam pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan rawat inap merupakan kegiatan yang dilakukan di ruang rawat inap

DUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

Kebijakan Dalam Pelaksanaan Dan Persiapan Uji Kompetensi Tahun 2013

Aspek Etik dan Hukum Kesehatan

ALOKASI FORMASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL BAGI PELAMAR UMUM DEPARTEMEN KESEHATAN TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok, bersamasama,

BAB I PENDAHULUAN. pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Perawat sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider) harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

SISTEM PELAYANAN PERIZINAN TENAGA KESEHATAN. Oleh : KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN Drg. Hj. USMA POLITA NASUTION, M. Kes

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat yang berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. terdapat kasus dengan berbagai tingkat kegawatan yang harus segera mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjawab kebutuhan kesehatan masyarakat di Indonesia (KKI, 2012).

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsekuensi serius dan berkaitan dengan kehilangan nyawa. Penelitian yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang. memberikan pelayanan keperawatan dan menyelengarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai. sumber daya manusia.(depkes,2002).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan yang memadai sangat dibutuhkan. Di Indonesia, puskesmas dan rumah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menentukan waktu tanggap di sebuah Rumah Sakit. Faktor-faktor tersebut

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri yang cukup pesat seperti sekarang ini, perkembangan teknologi yang meningkat dan kompleks, serta manusia yang selalu berkembang, menunjukkan bahwa manusia senantiasa mempunyai kedudukan yang semakin penting. Menyadari betapa pentingnya aspek manusia didalam perkembangan industri khususnya dalam organisasi kerja, maka dalam usaha pencapaian tujuan organisasi sangat penting untuk memahami dan mengetahui masalah-masalah manusia sebagai tenaga kerja. Rumah sakit merupakan organisasi kesehatan yang diharapkan dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan pelayanan kesehatan. Keberhasilan pelayanan kesehatan juga tergantung dari beberapa komponen yang masuk dalam pelayanan kesehatan diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan yang saling menunjang. Mutu pelayanan rumah sakit dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yang paling dominan adalah sumber daya manusia (SDM), yang meliputi tenaga kesehatan (medis) dan non kesehatan (non medis). Tenaga Kesehatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai tanggung jawab sosial yang sangat besar, tenaga kesehatan yang bertugas merawat pasien dibagi menjadi dua yaitu perawat dan non perawat yang meliputi Fisioterapis, Perawat Gigi, Refraksionis Optisien, Terapis Wicara, Radiografer, Okupasi Terapis, Ahli Gizi, Perekam Medis dan Informasi Kesehatan, Teknisi Gigi, Sanitarian, 1

2 Elektromedis, Analis Kesehatan, Perawat Anestesi, Akupunktur Terapis, Fisikawan Medis, Ortotis Prostetis, Teknisi Transfusi Darah, Teknisi Kardiovaskuler serta Ahli Kesehatan Masyarakat (PUSTANSERDIK SDMKes, 2009). Ini sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan Aries Cholifah, S.Kp, M.Pd Kepala bagian Pendidikan dan Penelitian RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta yang menyatakan tenaga kesehatan (medis) adalah tenaga kesehatan yang langsung berhubungan dengan pasien salah satunya adalah tenaga kesehatan non keperawatan yang meliputi Fisioterapi, Okupasi terapi, Terapi wicara, Ortotik Prostetik, Laborat, dan Radiologi. Sedangkan tenaga non kesehatan (non medis) adalah tenaga kesehatan yang tidak langsung berhubungan dengan pasien misalnya bagian umum yang meliputi Administrasi, Satpam dan sebagainya. Baik perawat maupun non perawat berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit, tenaga kesehatan bertugas memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan (Megawati, 2010). Selain harus terampil dan terdidik, mereka juga harus mempunyai kemahiran dalam melakukan tidakan keperawatan. Tak jarang tuntutan-tuntutan yang harus dipenuhi menimbulkan rasa tertekan. Ketidakmampuan dalam menjawab tuntutan tersebut sangat mungkin menjadi pemicu timbulnya stres kerja, seperti yang dikatakan oleh Ubaidillah (dalam Arisona, 2008) bahwa stres kerja adalah suatu keadaan dimana seseorang menghadapi tugas atau pekerjaan yang tidak bisa atau belum bisa di jangkau oleh kemampuannya. Stres merupakan suatu situasi yang mungkin dialami manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya. Stres menjadi masalah yang penting karena situasi

3 tersebut dapat mempengaruhi kepuasaan kerja dan produktivitas. Menurut Hariandja (dalam Masbow, 2009) stres adalah situasi ketegangan atau tekanan emosional yang dialami seseorang ketika sedang menghadapi tuntutan yang sangat besar, hambatan - hambatan serta adanya kesempatan yang sangat penting, yang dapat mempengaruhi emosi, pikiran dan kondisi fisik seseorang. Stres dapat mempengaruhi keadaan fisik individu, sehingga membuat individu tidak nyaman dalam bekerja. Survey yang dilakukan oleh Northwestern National Life pada pekerja di Amerika menunjukkan bahwa 40 % pekerja dilaporkan mengalami stres di tempat kerja dan 26 % pekerja menganggap pekerjaan mereka sebagai stressor paling utama dalam hidup mereka. Sedangkan menurut survey yang dilakukan Yale University menunjukkan bahwa sebanyak 29 % pekerja di Amerika mengalami stres di tempat kerja (Steven, S., dkk, 1998).

4 Hasil penelitian yang diumumkan International Labour Organization (ILO) pada bulan Oktober 2000 mengenai program dan kebijakan kesehatan jiwa pada angkatan kerja di Finlandia, Jerman, Polandia, Inggris, dan AS menunjukkan bahwa kasus gangguan jiwa semakin meningkat. Dilaporkan bahwa satu dari sepuluh pekerja mengalami depresi, kecemasan, stres, dan burnout. Beberapa kasus, masalah ini menyebabkan orang kehilangan pekerjaan atau dirawat di rumah sakit (http://kompas.com/kompas-cetak/0110/20/iptek/perh08.htm, 2001). Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2013 mencapai 121,2 juta orang, bertambah sebanyak 3,1 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus 2012 sebanyak 118,1 juta orang atau bertambah sebanyak 780 ribu orang dibanding Februari 2012 (www.bps.go.id/brs_file/naker_07mei13.pdf, 2013), dimana angka

5 tersebut memiliki potensi kerugian yang sangat besar sebagai dampak dari stres kerja. Menurut Elo., dkk ( dalam Harrianto, 2010) sebagian besar peneliti mengakui bahwa rangsangan psikologis dalam hal ini stres akibat pekerjaan, atau yang disebut stresor penting sebagai faktor penyerta dari timbulnya suatu penyakit tertentu, seperti penyakit jantung iskemik, hipertensi esensial, gangguan saluran cerna, serta beberapa penyakit neuro psikiatris. Hasil penelitian Widodo (2010) tentang perbedaan stres kerja perawat kritis dan perawat gawat darurat menunjukkan dari 30 subjek perawat kritis atau ICU terdapat 96,7 % mengalami stres kerja kategori sedang, sisanya 3,3 % mengalami stres kategori berat, kemudian perawat gawat darurat atau IGD dari 30 subjek terdapat 73,3 % perawat mengalami stres kategori sedang dan sisanya 26,7% mengalami stres kerja kategori berat. Faktor pemicunya antara lain karena bosan dengan pekerjaan, beban kerja berlebih, dan merawat pasien yang terlalu banyak. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa stres kerja yang dialami oleh perawat ICU tidak jauh berbeda, karena mayoritas berada pada kondisi stres kerja yang sama. Hal ini juga menunjukkan bahwa perawat ICU dan perawat IGD rentan mengalami stres kerja. Lebih menakjubkan lagi dari hasil Survey Statistik Kesehatan di Australia Barat, Safeline menemukan peningkatan kasus stres akibat kerja yang fantastis, yaitu dari ditemukannya sebanyak 380 kasus tuntutan hak asuransi gangguan kesehatan akibat stres di tempat kerja pada kurun waktu 1994/95 dibandingkan dengan ditemukannya hanya 205 kasus pada kurun waktu 1994/94. Pada survey ini juga dinyatakan bahwa pekerja laki-laki kehilangan kira-kira 50,5 hari kerja setiap

6 kasus tuntutan hak asuransi, sedang pekerjakehilangan kira-kira 58,5 hari kerja. Dengan demikian harus diakui bahwa stres akibat kerja merupakan masalah kesehatan kerja yang penting, yang secara bermakna akan menurunkan produktivitas kerja (Harrianto, 2010). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widyasrini (2013) di RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta mengenai tingkat stres tenaga kesehatan yaitu di bagian keperawatan didapatkan hasil bahwa 32 perawat yang dikategorikan bekerja pada shift pagi, ada 26 perawat (81,25%) yang dikategorikan mengalami stres kerja yang dapat teratasi dan 6 perawat (18,75%) yang dikategorikan mengalami stres kerja ringan. Adapun dari 32 perawat pada shift malam dikategorikan mengalami stres kerja yang dapat teratasi ada 28 perawat (87,5%) dan 4 perawat (12,5%) dapat dikategorikan mengalami stres kerja ringan. Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti dengan wawancara kepada Kepala Instalasi Laborat RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta berinisial (FR), Kepala Instalasi Farmasi RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta berinisial (LD), serta Kepala ruang Laborat RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta berinisial (SH), dapat disimpulkan bahwa pada bagian laboratorium terdapat indikasi atau gejala stres kerja yaitu mengalami rasa panik ketika sedang bekerja, indikator tersebut termasuk dalam aspek stres kerja yaitu aspek emosional yang berupa rasa panik atau cemas, menurut subjek hal tersebut terjadi karena situasi tempat bekerja yang ramai dan banyak panggilan, terlebih pekerjaan di laboratorium sangat membutuhkan ketelitian karena berhubungan dengan angka-angka. Selain itu pada bagian farmasi terdapat indikasi atau gejala

7 stress kerja yaitu mudah marah dalam menangani pasien, indikator tersebut termasuk dalam aspek stres kerja yaitu aspek emosional yang berupa mudah marah, menurut subjek hal tersebut terjadi karena menghadapi pasien yang rewel, serta tekanan pekerjaan karena ditunggui oleh pasien, selain itu hal lain yang menyebabkan terjadinya stres kerja adalah pergantian system dan kesalahan atau ketidakberfungsian alat elektronik yang digunakan ketika bekerja. Pada bagian Staff laboratorium juga terdapat indikasi atau gejala stres kerja yaitu rasa rasa sebal ketika sedang bekerja, indikator tersebut termasuk dalam aspek stres kerja yaitu aspek emosional berupa rasa mudah marah/jengkel, menurut subjek hal tersebut terjadi karena rekan kerja yang kurang sensitive atau peka terhadap pekerjaan orang lain, kondisi ruang kerja yang sempit serta dari pasien. Stresor yang beraneka ragam harus dihadapi setiap hari, dan kesiapan tiap individu masing-masing berbeda. Menurut Tyeren, stres merupakan reaksi pasikis terhadap perubahan-perubahan yang dialami individu tergantung dari kemampuan penyesuaian diri yang dimilikinya. Nuryanti (dikutip Petrayuna, 2005, h.11) seseorang dapat mengatasi stresor dengan dihadapi dan diselesaikan dan terhindar dari stres yang merugikan tetapi individu lain mungkin akan memilih untuk membiarkan atau bahkan menghindari stres (Setyaningsih, 2007). Pendapat Cannon (dalam Smet, 1994) ketika organisme merasakan adanya suatu ancaman, maka secara tepat tubuh akan terangsang dan termotivasi melalui system syaraf simpatetik dan endokrin. Respon fisiologis ini akan mendorong organisme untuk menyerang ancaman tadi atau melarikan diri.

8 Salah satu faktor yang mempengaruhi stres kerja adalah faktor sosial yaitu dukungan sosial (Smet, 1994). Dukungan sosial memberikan kontribusi bagi seseorang dalam menghadapi stres. Dukungan sosial dapat diperoleh dari orangorang disekitarnya antara lain keluarga, orang tua, teman, rekan kerja, dan lingkungan. Gottlieb (dalam Smet, 1994) menerangkan bahwa dukungan sosial dapat berupa informasi atau nasehat verbal maupun non verbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat dari kehadiran mereka yang mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi penerima. Menurut Suhita (dalam Masbow 2009) dukungan sosial memiliki peranan penting untuk mencegah dari ancaman kesehatan mental. Individu yang memiliki dukungan sosial yang lebih kecil, lebih memungkinkan mengalami konsekuensi psikis yang negatif. Keuntungan individu yang memperoleh dukungan sosial yang tinggi akan menjadi individu lebih optimis dalam menghadapi kehidupan saat ini maupun masa yang akan datang, lebih terampil dalam memenuhi kebutuhan psikologi dan memiliki sistem yang lebih tinggi, serta tingkat kecemasan yang lebih rendah, mempertinggi interpersonal skill (keterampilan interpersonal), memiliki kemampuan untuk mencapai apa yang diinginkan dan lebih dapat membimbing individu untuk beradaptasi dengan stres. Penelitian yang dikemukakan oleh Atkinson (dalam Masbow 2009) menunjukkan bahwa orang yang memiliki banyak ikatan sosial cenderung untuk memiliki usia yang lebih panjang. Selain itu, juga relatif lebih tahan terhadap stres yang berhubungan dengan penyakit daripada orang yang memiliki sedikit ikatan sosial. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartika Waty

9 Kalembiro (2012) mengenai Dukungan Sosial Rekan Kerja dan Stres Kerja Perawat di RSUD Kolonodale Sulawesi Tengah yang menunjukkan hasil korelasi sebesar - 0,237 dengan sig. 0,056 (p < 0,01) yaitu ada hubungan negatif dan signifikan antara dukungan sosial dengan stres kerja perawat di instalasi rawat inapdi RSUD Kolonodale Sulawesi Tengah. Yang berarti semakin tinggi dukungan sosial, maka semakin rendah stres kerja pada perawat. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa secara langsung maupun tidak langsung dukungan sosial akan mengurangi stres kerja pada tenaga kerja karena mereka dapat membagi masalah, kesulitan, maupun tantangan kerja yang dirasa membebani dirinya. Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan stres kerja? Berdasarkan rumusan masalah tersebut, serta indikasi stres kerja pada tenaga kesehatan non keperawatan di RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta yang di dapatkan peneliti melalui penelitian awal dengan wawancara kepada beberapa subjek penelitian, penulis tertarik untuk menguji lebih lanjut guna mengadakan penelitian berjudul : HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES KERJA PADA TENAGA KESEHATAN NON KEPERAWATAN DI RS. ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA.

10 B. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan stres kerja pada tenaga kesehatan non keperawatan di RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. 2. Mengetahui peran dukungan sosial terhadap stres kerja pada tenaga kesehatan non keperawatan di RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. 3. Mengetahui seberapa besar tingkat stres kerja pada tenaga kesehatan non keperawatan di RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. 4. Mengetahui seberapa besar tingkat dukungan sosial pada tenaga kesehatan non keperawatan di RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. C. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritik Sebagai referensi dan tambahan bagi pengembangan ilmu psikologi terutama ilmu psikologi dalam bidang industri dan organisasi. 2. Secara praktis Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan kepada RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta dalam rangka menurunkan stres kerja khususnya pada tenaga kesehatan non keperawatan di RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta.