BAB I PENDAHULUAN. muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Atik Sukmawati, 2013

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan salah satu media untuk mendapatkan sumber daya manusia

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia

BAB I PENDAHULUAN. dan ilmu atau pengetahuan. Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kejuruan yang berada di Salatiga. Sekolah ini memiliki 33 orang guru dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

I. PENDAHULUAN. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai berperan penting

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

Drs. H. MAHDUM MA, M.Pd. Dosen Bahasa Inggris FKIP UNRI Hp , Fax: (0761)

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan guru dalam mengembangkan kemampuan siswa SD khususnya. bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sangat diperlukan.

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

Dosen Pembimbing I : Dra. Dinawati Trapsilasiwi, M.Pd Dosen Pembimbing II : Dr. Hobri, S.Pd., M.Pd

BAB I. PENDAHULUAN. belajar. Membelajarkan siswa yaitu membimbing kegiatan siswa belajar,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUALSISWA KELAS IV SDI RAI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

I. PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Pendidikan juga merupakan salah

YUNICA ANGGRAENI A

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

TITIK ARIYANI HALIMAH A

I. PENDAHULUAN. ini adalah dengan menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

BAB I PENDAHULAAN. Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

BAB I PENDAHULUAN. Seiring diberlakukannya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), maka

BAB I PEDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih

YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat Kab.Kediri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Prestasi Indonesia terutama dalam mata pelajaran matematika, masih rendah. Banyak data yang menukung opini ini, seperti:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai tempat proses belajar mengajar mempunyai. sebagai wadah untuk menciptakan kehidupan manusia yang lebih baik

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi setiap saat

Rosita Christina Haloho Guru Fisika SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan

BAB I PENDAHULUAN. logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Lebih

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Biologi. Oleh: FARIDA HIKMAWATI A

BAB II KAJIAN TEORITIS

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN. segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Menurut Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam KTSP, terdapat standar kompetensi yang menuntut siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. usaha itu ternyata belum juga menunjukan peningkatan yang signifikan.

BAB V. Pembahasan Penelitian. PGRI 3 Tulungagung sebelum melakukan pembelajaran Contextual Teaching

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan mereka yang tidak berpendidikan. Pendidikan adalah segala kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014

Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas V SDN Kedung Banteng

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI KARYA SENI RUPA TERAPAN NUSANTARA DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Berdasarkan Permendiknas Nomor 22

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Motivasi belajar matematika berkurang. Minat belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang mereka hadapi dalam sebuah teori common sense menyatakan bahwa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya. Hamalik (Jihad dan Haris, 2012: 15) mengatakan tujuan belajar adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi setiap saat

BAB II PEMBELAJARAN CONTEXTUAL, PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA, MATERI MENYELESAIKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN PECAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

SETI YANINGSIH NIM : A

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi ini, kemajuan dari suatu negara ditentukan dari tingginya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memeberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai Seseorang yang memiliki minat yang tinggi untuk memepelajari suatu mata pelajaran, maka ia akan mempelajarinya dalam jangka waktu tertentu. Seseorang itu boleh dikatakan memiliki motivasi untuk belajar. Motivasi itu muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi memang berhubungan dengan kebutuhan seseorang yang memunculkan kesadaran untuk melakukan aktivitas belajar. Oleh karena itu, minat adalah kesadaran seseorang bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau suatu situasi ada sangkut paut dengan dirinya. 1 Adanya cendrung untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak 1 Djamarah,Syaiful Syaipul, Drs, Psikologi Belajar ( Jakarta:Rineka Cipta, 2002), h.116 1

2 memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Persoalan itulah yang terjadi dikelas-kelas sekolah. Pembelajaran matetmatika penting dalam kehidupan sehari-hari, Alquran telah memberikan contoh aspek matetmatika diantaranya seperti dalam ayat berikut ini. Ayat tersebut menunjukkan bahwa pentingnya ilmu matematika untuk dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang berguna sebagai alat bantu untuk menyelesaikan persoalan yang memerlukan perhitungan. Pembelajaran matematika pada umumnya masih didominasi oleh paradigma pembelajaran terpusat pada guru, yang sering disebut sebagai pembelajaran langsung (direct teaching). Guru aktif mentransfer pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa menerima pelajaran dengan pasif. Matematika diajarkan sebagai bentuk yang sudah jadi, bukan sebagai proses. Akibatnya, ide-

3 ide kreatif siswa tidak dapat berkembang, kurang melatih daya nalar dan tidak terbiasa melihat alternatif lain yang mungkin dapat dipakai dalam menyelesaikan suatu masalah. Siswa hanya mampu mengingat dan menghafal rumus atau konsep matematika tanpa memahami maknanya. 2 Sementara itu, 1: 4 siswa Madarasah Aliyah Negeri 2 Rantau Kelas X B yang memandang matematika sebagai suatu mata pelajaran yang membosankan, bahkan menakutkan, sehingga motivasi belajar matematika siswa rendah dan banyak siswa berusaha menghindari pelajaran matematika. Banyak siswa merasa kesulitan dalam memahami matematika karena matematika bersifat abstrak, sementara alam pikiran kita terbiasa berpikir tentang obyek-obyek yang kongkret. Guru tidak terbiasa menggunakan metode pembelajaran yang mengaktifkan siswa dan membuat siswa dapat mengaitkan matematika dengan kehidupan nyata, metode pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, pendekatan konstruktivisme, pembelajaran berbasis masalah, dan sebagainya. Guru terbiasa menggunakan model pembelajaran mekanistik dan strukturalistik, yaitu guru menerangkan, memberi rumus dan contoh, kemudian siswa diberi soal untuk dikerjakan. Akibatnya banyak siswa yang masih mengalami kesulitan belajar matematika. Matematika merupakan induk ilmu pengetahuan, yaitu matematika adalah sumber dari ilmu yang lain atau banyak ilmu-ilmu penemuan dan 2 Wulandari, Aning, Pendekatan Kontektual Dalam Pembelajaran Matematika SMA/MA,(http://mii.fmipa.ugm.ac.id), Maret 2010

4 pengembangannya bergantung dari matematika. Matematika sebagai induk ilmu pengetahuan berfungsi juga melayani ilmu pengetahuan lain, dan matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di Madrasah Aliyah (MA). Oleh karenanya, penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika diawali dengan mengaitkan materi yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan kontekstual pada pembelajaran matematika SMA/MA dapat diterapkan pada materi Sistem Persamaan Linear (SPL). Materi SPL ini diberikan pada siswa kelas X (sepuluh) SMA/MA. Dalam pembelajaran SPL, guru dapat menerapkan pendekatan kontekstual dengan cara mengawali pembelajaran dengan memberikan soal cerita yang berkaitan dengan SPL. Dengan membuat keterkaitan antara materi SPL dengan masalah kehidupan sehari-hari, maka siswa akan merasakan kebermanfaatan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, langkah-langkah dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat membantu siswa membangun sendiri pemahamannya, sehingga materi yang dipelajari tidak mudah hilang atau tidak cepat lupa. Pembelajaran Matematika di Marasah Aliyah Negeri 2 Rantau menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, pengajaran metematika kelas X terbagi atas 6 materi pokok, yaitu: Bentuk Pangkat Akar dan Logaritma, Fungsi, Persamaan dan Pertidaksamaan Kuadrat, Sistem Prsamaan Linear dan Kuadrat (SPLK), Logika Matematika, Trigonometri dan Geometri. Dimana criteria ketuntasan ditentukan

5 oleh satuan pendidikan sendiri, yaitu minimal 55% atau mendapat nilai 55 dengan batas nilai maksimam 100, sehingga siswa yang belum mencapai tingkat (kriteria) yang telah ditetapkan, menunjukkan bahwa siswa yang bersangkutan mengalami kesulitan belajar. Dari hasil observasi awal di Madrah Aliyah Negeri 2 Rantau kelas X B diperoleh data sebagai beikut: 1. Matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa sehingga membuat siswa kurang berminat terhadap mata pelajaran Matematika, hal ini terlihat pada rendahnya rendahnya minat siswa yakni hanya 9 dari 36 siswa yang menyukai pelajaran tersebut. ( Tapel 2010/2011). 2. Banyak siswa yang ribut dan tidak memperhatikan pelajaran bahkan mereka sering ijin keluar (tidak masuk/bolos) sehingga nilai rata-rata semester genap tahun sebelumnya (Tapel 2009/2010) yaitu 57,79. Ini termasuk kategori rendah. 3. Sistem pengajaran yang masih cenderung konvensional yaitu dengan menekankan pada hafalan-hafalan sehingga cenderung siswa lebih cepat bosan dan mudah lupa. 4. Metode yang digunakan hanya sebatas ceramah, tanya jawab, latihan dan penugasan.

6 Permasalahan-permasalahan tersebut menyebabkan motivasi dan hasil belajar matematika kurang maksimal yang berdampak tidak tercapainya ketuntasan belajar secara klasikal maupun individu. Untuk meminimalisasi dan mengantisipasi permasalahan tersebut diperlukan sebuah strategi pembelajaran lain yang lebih memberdayakan siswa dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini yaitu CTL. Sebuah strategi yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta, rumus-rumus tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka. Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama yang harus diterapkan dalam pembelajarannya, yaitu: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (reflecting), dan penilaian sebenarnya (Autentic Assessment) 3. Pendekatan kontekstual (CTL) merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan akademik mereka dalam berbagai tatanan kehidupan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Selain itu siswa 3 Nurul Fattakhul Janah Ika. 2006. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Materi Pokok Kalor Dengan Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) Pada Siswa Kelas VIII SMP N 1 Tulis Tahun Pelajaran 2005/2006.(Semarang) h.3

7 dilatih untuk dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam suatu situasi, misalnya dalam bentuk simulasi, dan masalah yang memang ada di dunia nyata. Dengan pendekatan kontekstual siswa belajar diawali dengan pengetahuan, pengalaman, dan konteks keseharian yang mereka miliki yang dikaitkan dengan konsep mata pelajaran yang dipelajari di kelas, dan selanjutnya dimungkinkan untuk mengimplementasikannya dalam kehidupan keseharian mereka. Proses pembelajaran dengan pendekatan CTL yang melibatkan siswa secara aktif diharapkan dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkontruksi pengetahuan mereka sehingga hasil pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Pembelajaran dengan sistem CTL akan membuat siswa : menjadi siswa yang dapat mengatur diri sendiri dan aktif, membangun keterkaitan antara sekolah dengan konteks kehidupan nyata, melakukan pekerjaan yang berarti, menggunakan pemikiran tingkat tinggi yang kreatif dan kritis, bekerja sama, mengembangkan sikap individu, mengenali dan mencapai standar tinggi. Oleh sebab itu proses pembelajaran dapat menggunakan pendekatan CTL Materi ajar SPL pada kenyataannya banyak berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga untuk mempermudah dalam memahaminya dapat diterapkan pembelajaran dengan pendekatan CTL. Dari latar belakang yang sudah dipaparkan di atas maka penulis merasa perlu mengadakan penelitian dengan judul Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Sistem Persamaan Linear (SPL) Melalui Pendekatan Contextual Teaching

8 and Learning (CTL) Siswa Kelas X B Madrasah Aliyah Negeri 2 Rantau Tahun Pelajaran 2010/2011 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumskan permasalahan yang akan diteliti yaitu : 1. Apakah dengan pendekatan CTL dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X B Madrasah Aliyah Negeri 2 Rantau pada materi SPL? 2. Apakah dengan pendekatan CTL dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X B Madrasah Aliyah Negeri 2 Rantau pada materi SPL? C. Hipotesis Tindakan Dari perumusan masalah maka hipotesis penelitian tindakan kelas ini dapatlah dirumuskan sebagai berikut; 1. Melalui pendekatan CTL pada SPL dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X B Madrasah Aliyah Negeri 2 Rantau Tahun Pelajaran 2010/2011. 2. Melalui pendekatan CTL pada SPL dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X B Madrasah Aliyah Negeri 2 Rantau Tahun Pelajaran 2010/2011. D. Batasan Masalah

9 Dalam rangka penelitian tindakan kelas penulis membatasi penelitian tentang pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X B pada materi ajar SPL di Madrasah Aliyah Negeri 2 Rantau dengan menggunakan pendekatan CTL. Khusus untuk materi SPL peneliti hanya membatasi hanya pada Sistem Persamaan Linear dengan Dua Variabel (SPLDV) dan Sistem Persamaan Linear dengan Tiga Variabel (SPLTV). E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar SPL melalui pendekatan CTL Siswa Kelas X B Madrasah Aliyah Negeri 2 Rantau Tahun Pelajaran 2010/2011. 2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar SPL melalui pendekatan CTL Siswa Kelas X B Madrasah Aliyah Negeri 2 Rantau Tahun Pelajaran 2010/2011. F. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat.

10 1. Bagi guru sebagai masukan untuk peningkatan kualitas dalam mengajar, terutama yang berhubungan dengan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontektual. 2. Bagi siswa merubah suasana pembelajaran pasif menjadi pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif dan Menyenangkan) dan dapat meningkatkan hasil dan prestasi belajar siswa. 3. Sebagai masukan dan informasi ilmiah bagi pengembangan program kegiatan belajar mengajar di Madrasah Aliyah Negeri 2 Rantau. 4. Sebagai Informasi atau dokumentasi yang dapat dijadikan landasan bagi penelitian-penelitian berikutnya G. Definisi Operasional 1. Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang, secara disadari atau tidak, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu serta usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu bergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai 2. Pengajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa-siswa TK sampai dengan SMA untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalahmasalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasi

11 3. CTL merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya. 4. CTL disebut pendekatan kontekstual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. 5. Pembelajaran dan pengajaran CTL adalah Pendekatan yang pembelajarannya memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (Constructivisme), menemukan (Inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment).