A. Latar Belakang Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung tidak lebih 18 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin yang terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (Yeyeh dkk, 2009). Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada servik dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Namun ada kalanya persalinan itu terganggu sehingga kehamilan harus diakhiri dengan tindakan operasi caesar (seksio sesarea) dengan segala pertimbangan dan risikonya (Manuaba, 2007). Persalinan seksio sesarea didefenisikan sebagai kelahiran janin melalui insisi di dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerotomi). Semula operasi sesar merupakan tindakan darurat, yaitu dilakukan karena terpaksa yaitu untuk menyelamatkan nyawa ibu maupun janin. Keadaan darurat yang memerlukan tindakan operasi sesar ini pada dasarnya jika ada ancaman akan terjadi pada ibu atau bayi dan jika bayi menunjukkan adanya tanda-tanda bahaya (Musbikin, 2005). Seiring dengan perkembangan bidang ilmu kedokteran kebidanan, kini seksio sesarea menjadi alternatif persalinan tanpa pertimbangan medis. Masyarakat semakin mengerti akan hak diri untuk meminta bentuk pertolongan medis teknik yang diinginkan. Seksio sesarea menjadi pilihan sebagian masyarakat dengan salah satu 10
alasannya adalah demi keharmonisan keluarga dalam kehidupan seksual (Manuaba, 2007). Sebagian besar indikasi seksio sesarea bersifat relatif dan bergantung pada penilaian penolong persalinan. Setiap keadaan yang membuat kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin terlaksana merupakan indikasi absolut untuk melakukan seksio abdominal. Diantaranya adalah kesempitan panggul yang sangat berat dan neoplasma yang menyumbat jalan lahir. Pada indikasi relatif, kelahiran lewat vagina bisa terlaksana tetapi keadaan adalah sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat seksio sesarea akan lebih aman bagi ibu dan bayi. Angka seksio sesarea terus meningkat dari insidensi 3 hingga 4 persen hingga 15 tahun yang lalu sampai insidensi 10 hingga 15 persen sekarang ini (Oxorn, 2010). Kejadian seksio sesarea lebih dari 85% dilakukan karena riwayat seksio, distosia persalinan, distres janin dan presentasi bokong. Selain itu operasi seksio sesarea dilakukan untuk mengatasi disproporsi sefalo-pelvik dan aktivitas uterus yang abnormal sehingga operasi mempercepat kelahiran untuk keselamatan ibu dan janin. Keuntungan persalinan seksio sesarea selain dapat mengurangi trauma pada janin, juga memungkinkan ibu untuk menjalankan pilihan sesuai keinginannya (Liu, 2007). Insiden kelahiran seksio sesarea meningkat secara dramatis dalam 25 tahun terakhir. Angka kelahiran seksio sesarea di Amerika Serikat telah meningkat kurang dari 5% sampai 24%. Alasan peningkatan ini yang tercatat adalah peningkatan pemantauan janin secara elektronik, peningkatan kehamilan pertama kali, peningkatan kehamilan pada usia lebih tua dan insiden kelahiran seksio sesarea berulang yang tinggi (Bobak, 2005). 11
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan peneliti di RSUD Dr. Pirngadi Medan, jumlah orang yang mengalami persalinan seksio sesarea pada tahun 2011 sebanyak 365 orang. Komplikasi anastesi memberi sumbangan 10% dari keseluruhan kematian ibu. Karena itu anastesi tetap merupakan penyebab kelima atau keenam kematian ibu. Angka kematian ibu pada seksio sesarea adalah 40-80/100.000, lebih besar 25 kali angka kematian ibu pada persalinan per vaginam. Angka kesakitan dan kematian karena infeksi 80 kali lebih tinggi pada seksio sesarea dibanding persalinan per vaginam (Benson, 2009). Mortalitas janin pada seksio sesarea angkanya masih dua kali lipat dari angka mortalitas pada persalinan per vaginam yaitu sekitar 5,5%. Di satu pihak seksio sesarea telah mengurangi jumlah bayi yang cedera akibat prosedur vaginal yang traumatik. Di lain pihak sejumlah bayi yang memiliki defek kongenital yang tidak mungkin atau layak bertahan hidup dilahirkan dalam keadaan hidup. Angka mortalitas kasar yang belum dikoreksi di negara Kanada dan Amerika Serikat kira-kira 30:10.000 seksio sesarea. Namun demikian Evrard dan Gold mendapatkan risiko kematian ibu yang menyertai seksio sesarea adalah 26 kali lebih besar dari pada persalinan per vaginam. Dicatat peningkatan risiko kematian ibu pada pembedahannya sendiri sebanyak sepuluh kali lipat. Bertambahnya penggunaan seksio sesarea untuk melindungi bayi dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar bagi ibu (Oxorn, 2010). Morbiditas ibu meningkat secara drastis pada sesar dibanding dengan persalinan per vaginam. Penyebab utamanya adalah endomiometritis, perdarahan, infeksi saluran 12
kemih dan tromboembolisme. Infeksi panggul dan infeksi luka operasi meningkat dan meskipun jarang dapat menyebabkan fasitis nekrotikans. Beberapa peneliti telah membuktikan adanya kemungkinan untuk menurunkan angka seksio sesarea secara bermakna di institusi kesehatan tanpa meningkatkan morbiditas atau mortalitas perinatal. Program-program yang ditujukan untuk mengurangi seksio sesarea yang tidak diperlukan umunya difokuskan pada upaya pendidikan dan pengawasan oleh sesama kolega, mendorong percobaan persalinan pada wanita dengan riwayat seksio sesarea transversal, dan membatasi seksio sesarea atas indikasi distosia persalinan pada wanita yang memenuhi kriteria yang ditentukan secara ketat (Chapman, 2006). Tindakan operasi seksio sesarea merupakan salah satu bentuk intervensi medis. Pembedahan dapat menimbulkan respon stress psikologis yang tinggi. Ibu merasa cemas tentang pembedahan dan implikasinya, operasi yang ditunggu pelaksanaannya akan menyebabkan rasa takut dan ansietas pada klien yang menghubungkan pembedahan dengan rasa yeri, kemungkinan cacat dan mungkin kematian (Poter dan Perry, 2006). Pada ibu yang mengalami kecemasan berat dapat mengakibatkan terhambatnya proses pembedahan, menghambat bayi untuk mendapatkan asi ekslusif, bonding attactmen dan memperlambat pemulihan pasca operasi, bahkan pada ibu yang menghadapi pembedahan dapat menimbulkan kecemasan, rasa takut, nyeri dan ketidak nyamanan (Ester, 2005). Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian ini bagaimanakah Respon Ibu yang Mengalami Seksio Sesarea Setelah Persalinan Normal?. Beberapa pertanyaan yang muncul sehubungan dengan keadaan ini ialah mengapa para ibu melahirkan dengan seksio sesarea pada hal sudah pernah melahirkan normal? apakah 13
karena alasan medis atau bukan. Dengan alasan yang tepat tindakan sesarea dapat dilakukan dan mengurangi angka kejadian seksio sesarea yang tidak perlu. B. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan dalam penelitian ini adalah Bagaimana respon ibu yang mengalami seksio sesarea setelah persalinan normal di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011?. C. Tujuan Penelitian Untuk mengeksplorasi bagaimana respon ibu yang mengalami seksio sesarea setelah persalinan normal di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2011. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi tenaga kesehatan Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada tenaga kesehatan tentang pengalaman seksio sesarea yang dilakukan karena ada indikasi maupun tanpa indikasi medis melalui respon ibu yang mengalami seksio sesarea setelah persalinan normal. 2. Bagi pendidikan Manfaat penelitian ini bagi pendidikan adalah untuk menjadi tambahan pengetahuan mengenai respon ibu yang mengalami seksio sesarea setelah persalinan normal. 3. Bagi para ibu Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kesehatan kepada para ibu tentang respon ibu yang mengalami seksio sesarea setelah persalinan normal, sehingga para ibu dapat lebih cerdas dalam menentukan pilihan untuk melahirkan yang aman. 14
4. Bagi peneliti lanjut Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dan tambahan informasi tentang penelitian fenomenologi atau bahan perbandingan terhadap penelitian yang akan dilakukan. 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA