DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

HARMONISASI LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF DALAM MEMAJUKAN PEMBANGUNAN REGIONAL SULAWESI

APA ITU DAERAH OTONOM?

BAB I PENDAHULUAN. Pencabutan undang-undang No.22 tahun 1999, oleh undang-undang No 32

BAB I PENDAHULUAN. otonom (locale rechtgemeenschappen) yang pembentukannya ditetapkan

Rencana Induk Pengembangan E Government Kabupaten Barito Kuala Sistem pemerintahan daerah disarikan dari UU 32/2004 tentang

H. Marzuki Alie, SE.MM. KETUA DPR-RI

BAB I PENDAHULUAN. Hasil amandemen Undang-undang Dasar (UUD) 1945 telah membawa

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan baik berupa Undang-Undang (UU) maupun

Disampaikan oleh: Drs. Ali Mochtar Ngabalin, Msi. - Anggota No.A- 12

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA DPR-RI. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mengedepankan akuntanbilitas dan transparansi Jufri (2012). Akan tetapi dalam

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rak

KONSTITUSIONALITAS PENGALIHAN KEWENANGAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN MENENGAH DARI KABUPATEN/KOTA KE PROVINSI 1. Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif.

Reformasi Kelembagaan MPR Pasca Amandemen UUD 1945

Panduan diskusi kelompok

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA HUBUNGAN LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF DALAM PELAKSANAAN LEGISLASI, BUDGETING, DAN PENGAWASAN

TEMA: PERAN DPR-RI DALAM PERSPEKTIF PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DAN DEMOKRASI DI INDONESIA. Kamis, 12 November 2009

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PENUTUP. dimaksudkan sebagai jalan untuk mewujudkan gagasan meniadakan. kedudukan MPR sebagai lembaga tertinggi negara.

Program Sasaran

BAB 1 PENDAHULUAN. transparansi publik. Kedua aspek tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

Membanguan Keterpaduan Program Legislasi Nasional dan Daerah. Oleh : Ketua Asosiasi DPRD Provinsi Seluruh Indonesia

QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Diberlakukannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 (UU No. 32/2004)

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat sebagai bentuk konkret dari konsep

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DAERAH DALAM PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD)

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik. Salah satu agenda reformasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Aceh dengan fungsi merumuskan kebijakan (legislasi) Aceh, mengalokasikan

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

Modul ke: Otonomi Daerah. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN TENTANG

I. PENDAHULUAN. dibagi-baginya penyelenggaraan kekuasaan tersebut, agar kekuasaan tidak

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat diubah oleh MPR sekalipun, pada tanggal 19 Oktober 1999 untuk pertama

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah yang baik (good local governace) merupakan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMPERKUAT KELEMBAGAAN DPR-RI SEBAGAI PILAR DEMOKRASI. Oleh KETUA DPR-RI Dr. H.

BAB 1 PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kebijakan otonomi

I. PENDAHULUAN. pemerintah pusat telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN OTONOMI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DPD RI, BUBARKAN ATAU BENAHI?? Oleh: Moch Alfi Muzakki * Naskah diterima: 06 April 2016; disetujui: 15 April 2016

BAB II PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DAERAH DALAM PELAKSANAAN APBD DIATUR DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan sekarang ini maka reformasi sektor publik yang

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD KABUPATEN/KOTA Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 06 April 2016; disetujui: 22 April 2016

SAMBUTAN PADA ACARA SERAH TERIMA JABATAN KEPALA PERWAKILAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT PADA TANGGAL 13 DESEMBER

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PROVINSI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. daerah (dioscretionary power) untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM

Perekonomian Indonesia

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

Pendidikan Kewarganegaraan

Lex Administratum, Vol. III/No. 8/Okt/2015

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 32 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

Pembagian Urusan Pemerintah Dalam Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kuncoro, 2004).

BAB I. PENDAHULUAN. kepala eksekutif dipilih langsung oleh rakyat. Sehingga kepala eksekutif tidak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF. Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda

PENJELASAN PEMERINTAH SEBAGAI PENGANTAR RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NO. 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41B/DPR RI/I/ TENTANG

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR KESATUAN BANGSA DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN SUBANG

Fungsi, Tugas, dan Wewenang DPD, Hak dan Kewajiban Anggotanya Serta Kelemahan dari DPD Dalam UUD 1945

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN OTONOMI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pusat atau disebut pemerintah dan sistem pemerintahan daerah. Dalam praktik

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan satu paket kebijakan tentang otonomi daerah yaitu: Undang-

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Lembar Pengamatan (Observasi) Siklus I Pertemuan I


MEWUJUDKAN DPR RI SEBAGAI LEMBAGA PERWAKILAN YANG KREDIBEL 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku, yang mana bertujuan agar masyarakat dalam menjalani

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang dipayungi oleh Pasal 18 Undang-Undang Dasar Sedangkan inti

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

2 inkonsistensi dan menyisakan sejumlah kendala apabila dilaksanakan, sehingga perlu disempurnakan. Beberapa penyempurnaan tersebut, antara lain: a. P

Transkripsi:

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENEGUHKAN PROFESIONALISME DPRD SEBAGAI PILAR DEMOKRASI DAN INSTRUMEN POLITIK LOKAL DALAM UPAYA MENSEJAHTERAKAN RAKYAT H. Marzuki Alie, SE. MM. Ph.D. KETUA DPR-RI Pengarahan Disampaikan pada Rapat Kerja Nasional (Rakerna) IX Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia (Adeksi) di Hotel JW Marriot, Surabaya. Surabaya, 15 Mei 2010 1 PENDAHULUAN DPRD adalah wakil-wakil rakyat di tingkat lokal, sedang DPR-RI adalah wakil rakyat di tingkat nasional. Keduanya adalah representasi rakyat, yang berkewajiban untuk mensejahterakan. DPRD (provinsi, maupun kabupaten/kota), mempunyai peran nyata di era otonomi daerah. Peran DPRD dalam menentukan peraturan daerah, alokasi anggaran, dan pelayanan publik untuk berpihak kepada masyarakat, pada gilirannya akan dapat mempercepat terwujudnya kesejahteraan rakyat. 2 1

Pendahuluan.. Fungsi Legislasi Fungsi Anggaran Fungsi Anggaran DPRD melahirkan inisiatif regulasi daerah untuk menciptakan iklim investasi yang baik, dan regulasi yang memberikan kemudahanperizinan guna mendorong pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah. DPRD bersama pemerintah daerah mengatur alokasi anggaran bagi pelayanan dasar yang memenuhi hak-hak dasar warga negara, seperti di bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. DPRD melakukan pengawasan, baik terhadap kebijakan daerah maupun kebijakan pusat di daerah, agar semua kebijakan yang direncanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan koridor hukum. Diatur dalam: UU No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD, yang juga telah ditindaklanjuti dalam PP Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan DPRD tentang Tata Tertib DPRD. 3 OTONOMI DAERAH Setelah lahir era Reformasi Mei 1998, otonomi daerah menjadi salah satu tuntutan yang mengemuka, selain tuntutan pencabutan dwi fungsi ABRI dan amandemen UUD 1945. Otonomi daerah didorong oleh sentralistiknya pembangunan pada era Orde Baru. Semua kebijakan yang penting dan strategis pada era itu harus diputuskan dahulu di pusat kekuasaan oleh segelintir elite di pusat. Daerah, pada saat itu, hanyalah sebaga penonton pengambilan kebijakan dari pusat yang selanjutnya diimplementasikan di daerah. 4 2

Pada tanggal 7 Mei 1999, terbit UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, menggantikan UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Pemerintahan di Daerah. Disahkan pula UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah pada tanggal 19 Mei 1999. Kedua undang-undang ini menjadi tonggak terbitnya era otonomi daerah di era Reformasi 5 Di bawah UU No. 22 Tahun 1999, DPRD memiliki kewenangan memilih gubernur, dan bupati/walikota sebagai kepada daerah provinsi dan kabupaten/kota. DPRD memiliki kewenangan untuk menilai laporan pertanggungjawaban kepala daerah. Di bawah UU No. 25 Tahun 1999 beberapa daerah muncul sebagai kekuatan ekonomi baru. Karena perimbangan pendapatan antara pemerintah pusat dan daerah, menjadikan beberapa daerah menjadi daerah kaya baru. 6 3

Otonomi daerah makin memperoleh landasan kuat ketika terjadi Perubahan Kedua UUD 1945 tahun 2000. Bab tentang pemerintahan daerah yang semula hanya satu pasal (pasal 18) berkembang menjadi tiga pasal, yaitu Pasal 18, 18A, dan Pasal 18B). Disebutkan pula bahwa pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat. 7 UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, urusan pemerintah pusat yang tidak bisa didesentralisasikan hanyalah meliputi 6 bidang, yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter, dan fiskal nasional, serta agama. Perubahan Kedua UUD 1945 menyebutkan untuk DPRD anggotaanggotanya dipilih melalui pemilihan umum. Untuk gubernur, bupati, dan walikota, dipilih secara demokratis. Selanjutnya, melalui UU No. 32 Tahun 2004, semua kepala daerah, yang terdiri dari gubernur, bupati, dan walikota, dipilih secara langsung oleh rakyat di daerah yang bersangkutan. 8 4

PROFESIONALISME DPRD Sudah diatur UU No 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD, mengenai kewenangan DPRD di dalam melaksanakan fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. Profesionalisme anggota-anggota DPRD akan tampak manakala kapasitas dan kapabilitas para anggotanya makin meningkat. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas para anggota DPRD adalah menjadi tanggung jawab partai politik, pada saat mereka masih menjadi calon anggota DRPD, karena partai politik berkewajiban melakukan pendidikan dan rekrutmen politik sebagaimana amanat UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. 9 Profesionalisme.. Anggota DPRD dapat memprogramkan dengan cara mengalokasikan sebagian anggaran DPRD untuk kegiatan-kegiatan seminar, workshop, bimbingan teknis, studi banding, dan lain sebagainya. Namun, saya mengimbau agar para anggota DPRD menghindarkan diri dari perilaku buruk dan tidak bertanggung jawab, terutama dalam hal penggunaan keuangan bagi kegiatan dewan. 10 5

Dalam menjalankan kewenangannya dikeluarkan PP No. 16 Tahun 2010 yang mengatur pedoman bagi DPRD dalam membuat tata tertib dalam menjalankan tugasnya. Sebuah sistem politik akan sehat bila kedua pilar demokrasi, yaitu legislatif dan eksekutif, memiliki kesetaraan yang menumbuhkan keseimbangan kekuatan, yang dikenal dalam prinsip check and balances. 11 PENUTUP DPRD sebagai unsur pemerintahan daerah tidak semata-mata ditujukan untuk membangun demokrasi yang sehat di tingkat lokal, melainkan juga untuk mensejahterakan rakyat melalui fungsifungsi yang diberikan tersebut. Kita harus menunjukkan prinsip keteladanan. Kesempatan mengemban amanah rakyat saat ini hendaknya dapat kita laksanakan dengan sebaik-baiknya, tentu saja dengan senantiasa memohon ridho Allah SWT. 12 6

TERIMA KASIH 13 7