PENJELASAN PEMERINTAH SEBAGAI PENGANTAR RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NO. 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
|
|
- Hamdani Budiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN PEMERINTAH SEBAGAI PENGANTAR RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NO. 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
2 MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN PEMERINTAH SEBAGAI PENGANTAR RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG No. 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH Assalamu'alaikum Wr.Wb. Pimpinan Panitia Khusus yang terhormat, Para Anggota Panitia Khusus yang terhormat, Hadirin yang berbahagia, Sebagaimana Pimpinan dan Anggota Panitia Khusus DPR-RI maklumi bahwa untuk membahas RUU Perubahan UU No. 22 Tahun 1999, berdasarkan Amanat Presiden No. R.07/PU/W/2004, tanggal 10 Mei 2004, perihal RUU tentang Pemerintahan Daerah. Kami selaku Menteri Dalam Negeri ditugasi untuk mewakili Pemerintah. Mengawali pertemuan ini saya ingin mengucapkan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas kemurahan dan bimbingan-nya jualah kita sekalian tetap dalam keadaan sehat walafiat. Selanjut nya dalam kesempatan ini saya ingin pula menyampaikan selamat kepada kita sekalian karena baru saja kita menyelesaikan tugas berat menyelenggarakan Pemilu yang merupakan manifestasi dari demokrasi. Sebentar lagi kita juga akan melaksanakan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden secara langsung yang merupakan pertama kali dalam sejarah pemerintahan sejak Indonesia merdeka. Mudah-mudahan kita dapat melaksanakan tugas berat itu dengan sebaik-baiknya. Anggota Dewan yang saya mulyakan, Sesuai UUD 1945, karena Indonesia adalah "Eenheidstaat", maka di dalam lingkungannya tidak dimungkinkan adanya daerah yang bersifat "staat " juga. Dengan demikian pembentukan daerah otonom dalam rangka desentralisasi di Indonesia memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Daerah Otonom tidak memiliki kedaulatan atau semi kedaulatan layaknya negara bagian di negara federal, ataupun sebagai daerah otonom di suatu Negara bagian. 2. Desentralisasi disamping dimanifestasikan dengan pembentukan Daerah, juga dimanifestasikan dalam penyerahan atau pengakuan atas urusan pemerintahan kepada Daerah. 3. Penyerahan atau pengakuan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada angka 2 tersebut dia tas utamanya terkait dengan pengaturan dan pengurusan kepentingan masyarakat setempat (lokalitas) sesuai dengan prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
3 Ada dua tujuan utama yang ingin dicapai melalui kebijakan desentralisasi yaitu tujuan politik dan tujuan administratif yang kedua-duanya bermuara dalam upaya mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagai bagian utama dari tujuan negara. Tujuan politik akan memposisikan Pemda sebagai medium pendidikan politik bagi masyarakat di tingkat lokal dan secara agregat akan berkontribusi pada pendidikan politik secara nasional untuk mempercepat terwujudnya civil society. Sedangkan tujuan administratif akan memposisikan Pemda sebagai unit pemerintahan di tingkat lokal yang berfungsi untuk menyediakan pelayanan masyarakat secara efektif, efisien dan ekonomis. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah di amandemen membawa konsekuensi dilakukannya perubahan dalam tatanan kenegaraan termasuk dalam penyelenggaraan pemerintahan, khususnya pemerintahan daerah. Dengan demikian penyelenggaraan pemerintahan daerah yang saat ini berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 juga harus disempurnakan sesuai dengan perubahan di bidang ketatanegaraan. Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah di amandemen tersebut yang bertalian dengan kebijakan desentralisasi antara lain mengatur hal-hal sebagai berikut: 1. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang. 2. Pemerintah Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten, dan Kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. 3. Pemerintahan Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten, dan Kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui Pemilihan Umum. 4. Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota dipilih secara demokratis. 5. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas -luasnya, kecuali urusan pemerintah yang oleh Undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat. 6. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. 7. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undangundang. 8. Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota, atau antar provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undangundang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah. 9. Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang. Dengan demikian Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan landasan utama dan kuat untuk menyelenggarakan kebijakan desentralisasi khususnya dalam membentuk, menata daerah otonom dan melaksanakan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab sebagaimana dirumuskan dalam Ketetapan MPR-RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan, serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perubahan Undang-undang No. 22 Tahun 1999, di samping karena terjadinya perubahan landasan konstitusional, harus juga mengingati kepada beberapa hal, antara lain : 1. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XV/MPR/1998 belum sepenuhnya diwujudkan. 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun
4 3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan Dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah. 4. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam. 5. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor X/MPR/2001 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh Lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tahun Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VI/MPR/2002 tentang Rekomendasi Atas Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh Presiden, DPA, DPR, BPK, dan MA pada sidang tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tahun Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor 5/MPR/2003 yang antara lain mengamanatkan agar menindaklanjuti substansi amanat Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2002 mengenai peninjauan kembali ketiga undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, Undang- Undangan Nomor 25 Tahun 1999, dan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000, dan merevisinya dengan tetap mempertahankan semangat otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Selain itu, dari aspek lingkungan strategis yang mempengaruhi penyelenggaraan pemerintahan juga diperhatikan, misalnya perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, arus globalisasi, perdagangan bebas, tuntutan peningkatan kehidupan demokrasi, penghormatan hak-hak asasi manusia, keterbukaan, peningkatan penegakan hukum, keadilan dan pemerataan. Saudara-saudara sekalian, Setelah UUD 1945 di amandemen, beberapa Undang-Undang yang telah diterbitkan antara lain adalah Undang-undang di bidang politik, yakni UU No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik; UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD; UU No. 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD; UU No. 23 Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Di samping itu di bidang keuangan Negara juga telah diterbitkan UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Beberapa perubahan yang dibawa oleh Undangundang sebagaimana tersebut sangat berkait erat juga dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah ke depan. Dapat dikemukakan bahwa menurut Undang-undang No. 22 Tahun 2003 nantinya DPRD tidak berwenang lagi untuk memilih Kepala Daerah, sehingga alternatifnya Kepala Daerah akan dipilih secara langsung. Hal ini tentu akan berakibat bahwa DPRD tidak dapat lagi meminta pertanggungjawaban tahunan Kepala Daerah. Sebagai konsekuensinya tentu akan menuntut perubahan pasal 14 sampai dengan pasal 59 UU No. 22 Tahun Namun harus pula diingat bahwa dengan diberlakukannya UU No. 17 Tahun 2003 dan UU No. 1 Tahun 2004 juga akan banyak berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah, sehingga hal inipun menjadi sesuatu yang sangat urgen sebagai dasar pertimbangan perubahan UU No. 22 Tahun Sementara itu berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pemerintah pada tahun 2002 dan 2003, dapat diketahui serangkaian permasalahan dalam implementasi UU No. 22 Tahun 1999 baik yang menyangkut konsepsi dasar otonomi daerah yang menimbulkan penafsiran yang berbeda diantara stakeholder; implementasi yang cenderung menimbulkan friksi antar tingkat pemerintahan dalam pengelolaan kewenangan; pembentukan perangkat daerah yang cenderung menyebabkan inefisiensi; pengelolaan personil daerah yang terdistorsi kepentingan politik; pengelolaan keuangan daerah yang cenderung boros dan kurang akuntabel; penyimpangan dalam penggunaan wewenang yang dimiliki anggota DPRD; dan menurunnya
5 mutu pelayanan kepada masyarakat. Padahal berbagai harapan yang digantungkan dengan berlakunya UU No. 22 Tahun 1999 tidak demikian halnya. Oleh karena permasalahan yang terjadi sedemikian kompleks dan melingkupi seluruh elemen dasar penyelenggaraan pemerintahan daerah, maka apabila kita ingin mengimplementasikan otonomi daerah sesuai dengan tujuan hakiki dari otonomi daerah serta harapan sebagian besar masyarakat, maka sudah selayaknya apabila penyempurnaan UU No. 22 Tahun 1999 bersifat komprehensif, walaupun terbatas. Dasar pertimbangannya adalah, bahwa apabila yang akan disempurnakan hanya menyangkut hal yang terkait dengan pemilihan kepala daerah secara langsung misalnya, maka yang akan berubah hanya menyangkut hal-hal terkait dengan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan daerah saja. Padahal tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah terwujudnya pemerintahan daerah yang lebih efisien, efektif, ekonomis, dan akuntabel, yang mensyaratkan bahwa penyempurnaan harus terkait dengan pengaturan kembali kewenangan yang diserahkan kepada Daerah; pengaturan kembali rambu-rambu pembentukan perangkat daerah; pengaturan kembali hubungan keuangan antara Pusat dan Daerah; pengaturan kembali pemilihan kepala daerah dan DPRD; dan pengaturan kembali pembinaan, pengawasan dan supervisi dari Pemerintah kepada Daerah Otonom. Disamping itu diketemukan beberapa upaya yang akan menjauhkan penyelenggaraan pemerintahan desa dan pengembangan desa dari sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan berdalih memperkuat otonomi desa. Saudara-saudara anggota Panitia Khusus yang berbahagia, Dalam menyusun RUU Perubahan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah telah mengawali dengan menyusun pokok-pokok pikiran perubahan bersama para akademisi melalui beberapa kali pertemuan pembahasan. Di samping itu hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan otonomi daerah yang pernah dilakukan menjadi referensi dasar dalam penyusunan pokok-pokok pikiran dimaksud. Setelah pokok-pokok pikiran ini tersusun, langkah selanjutnya adalah dikonsultasikan ke berbagai stakeholders dan hasil akhirnya berupa naskah akademis. Berdasarkan naskah akademis tersebut disusunlah naskah rancangan Undang-undang dengan tetap melibatkan para akademisi, unsur yang mewakili Departemen dan Lembaga Pemerintah non Departemen, serta unsur yang mewakili Pemerintah Daerah. Draft Rancangan Undang-undang Perubahan Undang-Undang No.22 Tahun 1999 telah beberapa kali dibahas d i forum sidang terbatas Kabinet untuk diharmonisasikan dengan Rancangan Undang-undang Perubahan UU No. 25 Tahun 1999, serta untuk memperoleh masukan dari para menteri Kabinet Gotong Royong, sehingga RUU dimaksud merupakan rumusan dari Pemerintah yang sudah bulat. Perlu kami informasikan sekali lagi bahwa Rancangan Undang-Undang yang diajukan ini mengatur hal-hal yang bersifat komprehensif tentang kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah dalam skala terbatas, artinya prinsip-prinsip otonomi daerah tetap digunakan dan konsep dasar yang telah diletakkan dalam UU No. 22 Tahun 1999 yang sudah tepat tetap dipertahankan, walau dengan rumusan yang disempurnakan. Hal ini didasarkan kepada pemikiran bahwa untuk memposisikan otonomi daerah sebagai sarana mewujudkan tata pemerintahan yang baik, mutlak memerlukan perubahan secara komprehensif, bukan bersifat parsial sebagaimana telah saya singgung sebelumnya. Pertama, hal yang terkait dengan pengaturan kewenangan. Pemerintah berpandangan bahwa permasalahan yang melingkupi pengelolaan kewenangan disebabkan oleh beberapa hal antara lain kurang tegasnya pengklasifikasian urusan pemerintahan, tidak adanya kriteria pembagian, dan tidak diaturnya standar pelayanan minimal. Oleh karena itu dalam RUU Perubahan dimuat pengaturan tentang pengklasifikasian urusan pemerintahan menjadi 2 (dua), yaitu urusan pemerintahan yang bersifat absolut (tidak akan diserahkan kepada Daerah), dan urusan pemerintahan yang bersifat konkuren (dapat
6 ditangani bersama antara Pemerintah dan Daerah). Selanjutnya terhadap urusan pemerintahan yang bersifat konkuren pembagian urusan antar tingkat pemerintahan menggunakan criteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi, dengan mempertimbangkan keharmonisan hubungan antar tingkat pemerintahan. Berdasarkan kriteria tersebut akan dapat diketahui bagian-bagian urusan Pemerintah, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Bagian-bagian urusan pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah ada yang bersifat wajib (harus diatur dan diurus), dan ada yang bersifat pilihan (apabila Daerah memiliki potensi itu maka dapat diaktualisasi, namun apabila tidak sesuai maka tidak akan diurus). Urusan yang bersifat wajib menyangkut pelayanan dasar yang harus diberikan oleh seluruh Pemda kepada masyarakat. Oleh karenanya, agar masyarakat memperoleh jaminan akan dapat pelayanan dasar yang setara dimanapun dia berada, diatur dengan standar pelayanan minimal (SPM). Melalui pengaturan yang demikian maka ke depan akan dapat dibangun pemerintahan daerah yang efektif, efisien, ekonomis dan mampu mengembangkan daya saing, sehingga masyarakat akan meningkat kesejahteraannya. Kedua, pengaturan rambu-rambu dalam kelembagaan daerah. Pemerintah telah mengidentifikasi bahwa dengan diberikannya diskresi yang luas bagi Daerah untuk menata perangkat daerahnya telah menimbulkan akibat inefisiensi dalam pembiayaan sehingga peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menjadi berkurang. Maka persoalan ini harus diatasi dengan cara mengatur kembali rambu-rambu yang berlaku dalam pembentukan perangkat daerah. Dengan cara demikian maka upaya untuk membangun pemerintahan yang efisien dan efektif akan lebih mudah dilakukan. Di samping itu dengan telah berubahnya kewenangan DPRD sesuai UU No. 22 Tahun 2003, maka secara otomatis akan merubah hubungan kelembagaan antara Kepala Daerah dan DPRD. Ke depan Kepala Daerah yang akan dipilih secara langsung tidak bertanggung jawab lagi kepada DPRD, sehingga perlu pengaturan kembali. Di bidang kelembagaan diatur pula bentuk-bentuk dan mekanisme hubungan antar tingkat pemerintahan agar sinergisitas dalam penyelengaraan pemerintahan dapat terwujud. Ketiga, pengaturan kembali pengelolaan kepegawaian daerah. Dampak negatif dari pengelolaan kepegawaian dengan menerapkan separated system telah menjadi fakta yang kurang baik bagi pengembangan karir pegawai negeri di daerah. Kepala Daerah selaku pembina kepegawaian daerah dalam prakteknya telah menimbulkan distorsi politik dalam pengembangan karir pegawai negeri di daerah. Hal ini masih ditambah lagi dengan kenyataan lain berupa pengaturan untuk pengangkatan Sekda dan Sekwan harus dengan persetujuan Pimpinan DPRD. Dengan kata lain saat ini di daerah tidak jelas betul bagaimana membedakan antara career appointee dengan political appointee. Akibatnya pegawai negeri yang seharus nya dapat senantiasa memberikan layanan terbaik kepada masyarakat sering terganggu dengan permasalahan-permasalahan yang demikian. Untuk mengatasi problematik tersebut Pemerintah mengatur kembali sistem pengelolaan kepegawaian, yang semula didominasi separated system, diganti dengan kombinasi antara unified system dan separated system, pembayaran gaji dan tunjangan melalui alokasi dasar DAU, dan dipisahkan secara jelas antara career appointee dengan political appointtee. Dengan demikian ke depan diharapkan mobilitas pegawai menjadi lebih luas, ada rasa aman dan nyaman dalam meniti karir, dan terbebas dari poitisasi pegawai. Keempat, pengaturan kembali hubungan keuangan Pusat Daerah. Berdasarkan ketentuan UU No. 17 Tahun 2003, dinyatakan bahwa Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Oleh karena itu, pengelolaan keuangan negara merupakan bagian tak terpisahkan dari pengelolaan pemerintahan. Kekuasaan tersebut untuk Daerah diserahkan kepada Gubernur/Bupati/Walikota selaku Kepala Pemerintahan Daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili Pemerintah Daerah dalam kepemilikan kekayaan Daerah yang dipisahkan. Sebagai akibat Pemerintah menjalankan kebijakan desentralisasi
7 maka dinyatakan dalam UU tersebut "Pemerintah Pusat mengalokasikan dana perimbangan kepada Pemerintah Daerah berdasarkan undang-undang perimbangan keuangan Pusat dan Daerah". Selama ini satu-satunya undang-undang yang memerintahkan membentuk undangundang perimbangan keuangan Pusat dan Daerah adalah Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Agar perintah itu jelas ruang lingkup dan substansinya maka dengan Undang-Undang Pemerintahan Daerah ini dirumuskan pokok-pokok dan prinsip dasar Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang dijadikan rujukan dalam menyusun Undang-Undang perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Muatan pengaturan dalam undang-undang perimbangan keuangan akan lebih difokuskan pada pengaturan dana perimbangan, sedangkan undangundang pemerintahan daerah akan mengatur hal-hal terkait dengan pengelolaan keuangan daerah. Di samping itu, selama ini belum diatur adanya dana cadangan dalam APBD padahal kebutuhan ke depan sangat diperlukan sehingga perlu pengaturan. Kelima, pengaturan kembali pemilihan, dan pertanggungjawaban Kepala Daerah dan DPRD. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa selama ini di sebagian besar daerah ditandai adanya hubungan yang asimetris antara Kepala Daerah dan DPRD. Dua institusi yang seharusnya dapat bekerja sama untuk menyelenggarakan pemerintahan yang baik, ternyata justru sebaliknya. Konflik antara Kepala Daerah dan DPRD sering kali menimbulkan dampak buruk terhadap birokrasi dan bahkan masyarakat. Berkembangnya hubungan asimetri tersebut salah satu penyebabnya adalah Kepala daerah dipilih oleh DPRD dan bertanggung jawab kepada DPRD. Sejalan dengan UUD 1945 hasil amandemen Juncto UU No. 22 Tahun 2003, maka pemilihan kepala daerah nantinya secara langsung oleh rakyat, dan bertanggung jawab kepada rakyat. Tata cara dan prosedur pertanggungjawaban itulah yang diatur. Perubahan pengaturan yang dimuat dalam RUU terkait dengan upaya membangun demokratisasi yang sehat yakni adanya check and balances antara Kepala Daerah dan DPRD. Keenam, pengaturan kembali pembinaan dan pengawasan. Pengaturan pembinaan dan pengawasan sebagaimana diatur dalam UU No. 22 Tahun 1999 selama ini kurang komprehensif sehingga kurang efektif hasilnya. Salah satu hal yang kurang dalam UU No.22 Tahun 1999 adalah kurang cukupnya pengaturan Gubernur selaku Wakil Pemerintah, sehingga fungsi pembinaan dan pengawasan terhadap Kabupaten/Kota kurang optimal. Hal lain yang tidak kalah penting adalah bahwa UU No.22 Tahun 1999 juga tidak mengatur adanya pengawasan preventif terhadap peraturan daerah tertentu, sehingga banyak Perda yang membebani masyarakat bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi. Maka untuk mengoptimalkan pembinaan dan pengawasan dalam RUU Perubahan dimuat pengaturan tentang revitalisasi peran Gubernur selaku Wakil Pemerintah, dan diberlakukannya pengawasan Raperda yang mengatur pembebanan kepada masyarakat (APBD, Pajak daerah, Retribusi Daerah, dan Rencana Umum Tata ruang). Diharapkan ke depan pembinaan dan pengawasan terhadap daerah otonom akan menjadi lebih baik, sehingga dalam melaksanakan otonomi daerah senantiasa dalam koridor yang jelas. Para Anggota Pansus yang saya hormati, Walaupun Pemerintah melakukan perubahan secara komprehensif, namun dalam melakukan perubahan itu Pemerintah berpegang pada prinsip-prinsip yang senantiasa dipedomani dalam perubahan UU No. 22 Tahun 1999, yakni meliputi: 1. Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sebagai diamanatkan UUD 1945 tetap dianut, sehingga tidak mengarah kepada resentralisasi; 2. Konsep otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab tetap dijadikan acuan, dengan meletakkan pelaksanaan otonomi pada Daerah yang paling dengan masyarakat; 3. Tujuan pemberian otonomi tetap seperti yang dirumuskan sampai saat ini, yaitu untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui upaya memberdayakan masyarakat,
8 mendorong prakarsa dan peran serta masyarakat dalam proses pemerintahan dan pembangunan. Di samping itu juga untuk lebih meningkatkan efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan seperti pelayanan, pengembangan dan perlindungan terhadap masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia; 4. Asas-asas penyelenggaraan pemerintahan yaitu desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan dilaksanakan secara proporsional, sehingga saling menunjang; 5. Perubahan bersifat menyesuaikan dan menyelaraskan dengan perubahan UUD 1945; 6. Perubahan dimaksudkan untuk melengkapi beberapa ketentuan yang belum cukup diatur; dan 7. Perubahan dimaksudkan untuk memberi tambahan penjelasan. Dengan mengacu pada prinsip-prinsip tersebut, maka format RUU Perubahan UU No. 22 Tahun 1999 yang berhasil disusun terdiri dari 9 Bab dan 185 pasal, berbeda dengan UU No. 22 Tahun 1999 yang terdiri dari 16 Bab dan 134 pasal. Dengan demikian RUU Perubahan mil selain lebih banyak substansi yang diatur, juga penjelasannya lebih rinci guna menghindari penafsiran yang beragam. Perubahan sebagaimana dimaksud masih dalam rangka untuk menempatkan otonomi daerah sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat, daya saing Daerah, mempercepat pengembangan tata pemerintahan daerah yang baik meningkatkan kerukunan dan persatuan nasional, menjaga tegak dan utuhnya negara dan wilayah negara dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Demikian beberapa hal yang dapat saya kemukakan, sungguh disadari bahwa hal-hal sebagaimana saya uraikan memerlukan keseriusan dalam pembahasan untuk menata kembali rancang bangun Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah agar mampu mengawal implementasi otonomi daerah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapainya. Pemerintah yakin sepenuhnya bahwa para anggota Panitia Khusus D PR RI memiliki daya juang dan komitmen yang tinggi untuk bersama-sama Pemerintah senantiasa menata kebijakan desentralisasi dan mengevaluasi penyelenggaraan otonomi daerah. Dengan keyakinan itulah maka Pemerintah menyerahkan sepenuhnya RUU Perubahan Undang-undang No. 22 Tahun 1999 ini dapat dibahas untuk selanjutnya memperoleh persetujuan. Terima kasih, Wassalamu'alaikum Wr.Wb.
SENTRALISASI DALAM UU NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH 1. Oleh: Muchamad Ali Safa at 2
SENTRALISASI DALAM UU NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2 Dalam sejarah pemerintahan daerah di Indonesia desentralisasi dan sentralisasi telah beberapa kali mengalami
Lebih terperinciKONSTITUSIONALITAS PENGALIHAN KEWENANGAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN MENENGAH DARI KABUPATEN/KOTA KE PROVINSI 1. Oleh: Muchamad Ali Safa at 2
KONSTITUSIONALITAS PENGALIHAN KEWENANGAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN MENENGAH DARI KABUPATEN/KOTA KE PROVINSI 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (UU
Lebih terperinciPEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi
PEMERINTAHAN DAERAH Harsanto Nursadi Beberapa Ketentuan Umum Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
Lebih terperinciPERTAMA: UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD
PENDAPAT FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP PENJELASAN PEMERINTAH ATAS ; ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD, & PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN Disampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah yang baik (good local governace) merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintahan Daerah yang baik (good local governace) merupakan wacana yang paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Tuntutan gagasan
Lebih terperinciNaskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
KETERANGAN PENGUSUL ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH Menimbang : Mengingat : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperincianggaran. BPK akan melakukan tugas pemeriksaan setelah anggaran tersebut selesai dilaksanakan sesuai dengan kewenangannya.
SAMBUTAN PADA ACARA PENANDATANGANAN KESEPAKATAN BERSAMA BPK RI DENGAN DPRD PROVINSI/KAB/KOTA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT TENTANG TATA CARA PENYERAHAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI KEPADA DPRD PROPINSI/KAB/KOTA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pemerintahan Daerah
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pemerintahan Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pencabutan undang-undang No.22 tahun 1999, oleh undang-undang No 32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota. Konsep yang dianut adalah konsep negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di negara Indonesia salah satu institusi yang menunjukkan pelaksanaan sistem demokrasi tidak langsung adalah DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah.
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pemerintahan Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Permasalahan. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan Latar Belakang Masalah Sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar 1945, Pemerintah Daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
Lebih terperinciMembanguan Keterpaduan Program Legislasi Nasional dan Daerah. Oleh : Ketua Asosiasi DPRD Provinsi Seluruh Indonesia
Membanguan Keterpaduan Program Legislasi Nasional dan Daerah Oleh : Ketua Asosiasi DPRD Provinsi Seluruh Indonesia Pendahuluan Program Legislasi Nasional sebagai landasan operasional pembangunan hukum
Lebih terperinci4. Apa saja kendala dalam penyelenggaraan pemerintah? dibutuhkan oleh masyarakat? terhadap masyarakat?
LAMPIRAN Pedoman Wawancara: 1. Bagaimana kinerja aparat desa, terutama dari Sekretaris desa dan juga kaur yang berada dibawah pemerintahan bapak? 2. Bagaimana Hubungan kepala desa dengan BPD di Desa Pohan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2009
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a.
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENEGUHKAN PROFESIONALISME DPRD SEBAGAI PILAR DEMOKRASI DAN INSTRUMEN POLITIK LOKAL DALAM UPAYA MENSEJAHTERAKAN RAKYAT H. Marzuki Alie, SE. MM. Ph.D. KETUA DPR-RI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bergulirnya reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 membawa dampak banyak perubahan di negeri ini, tidak terkecuali terhadap sistem dan praktik ketatanegaraan
Lebih terperinciARTI PENTING OTODA - DESENTRALISASI
OTONOMI DAERAH PENDAHULUAN - 1 1. Pada masa reformasi dicanangkan suatu kebijakan restrukturisasi sistem pemerintahan : otoda & pengaturan perimbangan keuangan antara pusat & daerah. 2. Paradigma lama
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciAPA ITU DAERAH OTONOM?
APA OTONOMI DAERAH? OTONOMI DAERAH ADALAH HAK DAN KEWAJIBAN DAERAH OTONOM UNTUK MENGATUR DAN MENGURUS SENDIRI URUSAN PEMERINTAHAN DAN KEPENTINGAN MASYARAKATNYA SESUAI DENGAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN
Lebih terperinciPERAN ALAT KELENGKAPAN DEWAN DAN PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD. Oleh : Imam Asmarudin, SH
PERAN ALAT KELENGKAPAN DEWAN DAN PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD Oleh : Imam Asmarudin, SH Abstraks Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan otonomi daerah,
Lebih terperinciI. U M U M PASAL DEMI PASAL II.
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH I. PENJELASAN UMUM 1. Dasar Pemikiran a. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Pemerintahan Daerah Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah menyatakan bahwa, Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
Lebih terperinciGaneÇ Swara Vol. 6 No.2 September 2012 I KOMANG RUPADHA ABSTRAKSI PENDAHULUAN. Kajian Historis Undang-undang Pemerintahan...I Komang Rupadha 114
KAJIAN HISTORIS UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN DAERAH DI INDONESIA ABSTRAKSI I KOMANG RUPADHA Fakultas Hukum Univ. Mahasaraswati Mataram Sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar 1945, Pemerintah Daerah berwenang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai Undang-Undang Dasar Negara Republik
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk memberikan pedoman
Lebih terperinciKETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR IX/MPR/2001 TENTANG PEMBARUAN AGRARIA DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM
KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR IX/MPR/2001 TENTANG PEMBARUAN AGRARIA DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
Lebih terperinciTugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan
Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Oleh: Dr. (HC) AM. Fatwa Wakil Ketua MPR RI Kekuasaan Penyelenggaraan Negara Dalam rangka pembahasan tentang organisisasi
Lebih terperinciPENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF. Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda
YURISKA, VOL. 2, NO. 1, AGUSTUS 2010 72 PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda ABSTRAK Hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAHAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SEBAGAI IBUKOTA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinci-2- demokrasi serta menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mesk
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 29) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAMBI
1 PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI Menimbang
Lebih terperinciBAB IV KETENTUAN OTONOMI DAERAH MENURUT UU NO 32/2004 DALAM MENGUATKAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
digilib.uns.ac.id BAB IV KETENTUAN OTONOMI DAERAH MENURUT UU NO 32/2004 DALAM MENGUATKAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA A. Kebijakan Otonomi Daerah Menurut UU No 32/2004 Landasan Yuridis otonomi daerah
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk memberikan pedoman
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk memberikan pedoman
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 5 2010 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciI. PENJELASAN UMUM. 1. Dasar Pemikiran. a. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun PENJELASAN ATAS
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH I. PENJELASAN UMUM 1. Dasar Pemikiran a. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN BADUNG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciDesentralisasi dan Otonomi Daerah:
Desentralisasi dan Otonomi Daerah: Teori, Permasalahan, dan Rekomendasi Kebijakan Drs. Dadang Solihin, MA www.dadangsolihin.com 1 Pendahuluan Diundangkannya UU 22/1999 dan UU 25/1999 merupakan momentum
Lebih terperinciCATATAN KETERANGAN PEMERINTAH TENTANG RUU DESA.
CATATAN KETERANGAN PEMERINTAH TENTANG RUU DESA. Disampaikan oleh Mendagri dalam Keterangan Pemerintah tentang RUU Desa, bahwa proses penyusunan rancangan Undang-undang tentang Desa telah berusaha mengakomodasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pemerintah Daerah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,
Lebih terperinciKEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN
DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 21/DPD RI/I/2013 2014 HASIL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2013 PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciMEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM *
MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM * DPR-RI dan Pemerintah telah menyetujui RUU Desa menjadi Undang- Undang dalam rapat paripurna DPR pada tanggal 18 Desember
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk memberikan pedoman
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 126 ayat (1)
Lebih terperinciRencana Induk Pengembangan E Government Kabupaten Barito Kuala Sistem pemerintahan daerah disarikan dari UU 32/2004 tentang
BAB III SISTEM PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN E-GOVERNMENT Sistem pemerintahan daerah disarikan dari UU 32/2004 tentang Pemerintah Daerah. Disini keterangan tentang pemerintah daerah diuraikan pada beberapa
Lebih terperinciSUMBANGAN RETRIBUSI PASAR TRADISIONAL KEPADA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA
SUMBANGAN RETRIBUSI PASAR TRADISIONAL KEPADA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (Studi Kasus di Pasar Gawok, Desa Geneng, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo Periode Tahun 2009-2010) SKRIPSI Untuk Memenuhi
Lebih terperincib. menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD;
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasca reformasi bergulir di Indonesia, salah satu aspek penting dalam penyelenggaraan otonomi daerah adalah semakin sentralnya peran kepala daerah dalam penyelengaraan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAHAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SEBAGAI IBUKOTA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa peraturan daerah merupakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
1 of 7 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PRESIlEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a b c bahwa Pemerntahan
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA HUBUNGAN LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF DALAM PELAKSANAAN LEGISLASI, BUDGETING, DAN PENGAWASAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA HUBUNGAN LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF DALAM PELAKSANAAN LEGISLASI, BUDGETING, DAN PENGAWASAN Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan pada Forum Konsolidasi Pimpinan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.906, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pemilu. Penyelenggara Kode Etik. PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN REMBANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2012 NOMOR 11 TAHUN 2012 NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PENYELENGGARA
Lebih terperinciPARADIGMA BARU PEMBANGUNAN DAERAH 1
PARADIGMA BARU PEMBANGUNAN DAERAH 1 Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. 2 URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH PASCA UU NO. 23/2014 1. Urusan Pemerintahan Absolut Menurut ketentuan UU baru, yaitu UU No. 23 Tahun
Lebih terperinciKETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR IX/MPR/2001 TAHUN 2001 TENTANG PEMBARUAN AGRARIA DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR IX/MPR/2001 TAHUN 2001 TENTANG PEMBARUAN AGRARIA DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG
UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAHAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SEBAGAI IBUKOTA NEGARA KESATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Provinsi Daerah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciperaturan (norma) dan kondisi pelaksanaannya, termasuk peraturan pelaksanaan dan limitasi pembentukannya. 2. Peninjauan, yaitu kegiatan pemeriksaan
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA BADAN LEGISLASI DPR RI DALAM RANGKA PEMANTAUAN DAN PENINJAUAN TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KE PROVINSI ACEH, PROVINSI
Lebih terperinciBUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH
BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang : a. bahwa pembangunan
Lebih terperinciTUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
OTONOMI DAERAH TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Mahasiswa diharapkan dapat memahami hakekat, arti penting, dan prinsip-prinsip pelaksanaan otonomi daerah (Otoda) dan desentralisasi, serta mampu menjelaskan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan
Lebih terperinciPROVINSI KALIMANTAN BARAT
PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang : Mengingat : a. bahwa pembangunan
Lebih terperinciK E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : IX/MPR/2001 TENTANG PEMBARUAN AGRARIA DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : IX/MPR/2001 TENTANG PEMBARUAN AGRARIA DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN
Lebih terperinciKISI KISI ULANGAN TENGAH SEMESTER PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEMESTER GENAP
KISI KISI ULANGAN TENGAH SEMESTER PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEMESTER GENAP 2016/2017 No Butir Kisi Kisi No Soal 1 Siswa dapat menjelaskan Pengertian Globalisasi 1-3, 41 2 Siswa dapat menjelaskan
Lebih terperinciPandangan Umum Terhadap Konsep Otonomi Daerah Dalam Sistem Pemerintahan Daerah di Indonesia
Pandangan Umum Terhadap Konsep Otonomi Daerah Dalam Sistem Pemerintahan Daerah di Indonesia Oleh : Sri Maulidiah Prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Riau Abstrak
Lebih terperinciOTONOMI DAERAH PERTEMUAN 7
OTONOMI DAERAH PERTEMUAN 7 A. Ancaman Disintegrasi 1. Ancaman bermula dari kesenjangan antar daerah Adanya arus globalisasi, batas-batas negara kian tipis, mobilitas faktor produksi semakin tinggi, tidak
Lebih terperinciMEMBANGUN KUALITAS PRODUK LEGISLASI NASIONAL DAN DAERAH * ) Oleh : Prof. Dr. H. Dahlan Thaib, S.H, M.Si**)
MEMBANGUN KUALITAS PRODUK LEGISLASI NASIONAL DAN DAERAH * ) Oleh : Prof. Dr. H. Dahlan Thaib, S.H, M.Si**) I Pembahasan tentang dan sekitar membangun kualitas produk legislasi perlu terlebih dahulu dipahami
Lebih terperinciPengaturan Daerah Pengelolaan Keuangan Daerah
A-PDF Watermark DEMO: Purchase from www.a-pdf.com to remove the watermark Pengaturan Daerah Pengelolaan Keuangan Daerah Substansi dan Isu-isu Penting Syukriy Abdullah http://syukriy.wordpress.com Otonomi
Lebih terperinciPimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati,
PANDANGAN FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR RI TERHADAP PENJELASAN PEMERINTAH ATAS RUU TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD, DPRD, DAN RUU TENTANG PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN Disampaikan Oleh : Pastor
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG SERTA KEDUDUKAN KEUANGAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2009
Menimbang : a. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinci1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);
PERATURAN DAERAH JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2000 PENCABUTAN PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 1997 PELAKSANAAN IURAN PELAYANAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA
BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA A. Pengertian Sistem Ketatanegaraan Istilah sistem ketatanegaraan terdiri dari kata sistem dan ketatanegaraan.
Lebih terperinciPEMERINTAHAN DAERAH DESENTRALISASI, DEKONSENTRASI, TUGAS PEMBANTUAN
PEMERINTAHAN DAERAH DESENTRALISASI, DEKONSENTRASI, TUGAS PEMBANTUAN DALY ERNI http://dalyerni.multiply.com daly972001@yahoo.com daly97@ui.edu daly.erni@ui.edu Kontribusi Bahan dari: Dian Puji Simatupang,
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH
PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,
Lebih terperinciMPR sebelum amandemen :
Dalam UUD 1945, tidak dirinci secara tegas bagai mana pembentukan awal Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Penelusuran sejarah mengenai cikal-bakal terbentuknya majelis menjadi sangat penting dilakukan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 68 ayat (1)
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciSoal LCC 4 Pilar kehidupan berbangsa dan bernegara :)
Soal LCC 4 Pilar kehidupan berbangsa dan bernegara :) Berikut ini adalah contoh soal tematik Lomba cerdas cermat 4 pilar kehidupan berbangsa dan bernegara. Ayoo siapa yang nanti bakalan ikut LCC 4 Pilar
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.07/2010 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.07/2010 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN DI BIDANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinci