Pemodelan dan Simulasi Sistem Proteksi Microgrid

dokumen-dokumen yang mirip
Studi Koordinasi Proteksi Sistem Kelistrikan di Project Pakistan Deep Water Container Port

Analisis Sympathetic Trip pada Penyulang Ungasan dan Bali Resort, Bali

Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya

EVALUASI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI, PANAM-PEKANBARU

Studi Koordinasi Proteksi PT. PJB UP Gresik (PLTGU Blok 3)

Bambang Prio Hartono, Eko Nurcahyo, Lauhil Mahfudz Hayusman 1

Pendekatan Adaptif Multi Agen Untuk Koordinasi Rele Proteksi Pada Sistem Kelistrikan Industri

Analisis Sympathetic Trip pada Penyulang Ungasan dan Bali Resort, Bali

KOORDINASI PROTEKSI TEGANGAN KEDIP DAN ARUS LEBIH PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. WILMAR NABATI, GRESIK JAWA TIMUR

Pendekatan Adaptif Multi Agen Untuk Koordinasi Rele Proteksi Pada Sistem Kelistrikan Industri

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No 1, (2013) 1-6

Koordinasi Proteksi Sebagai Upaya Pencegahan Terjadinya Sympathetic Trip Di Kawasan Tursina, PT. Pupuk Kaltim

Analisa Rele Proteksi pada Sistem Kelistrikan Industri Peleburan Nikel PT. Aneka Tambang Operasi Pomaala ( Sulawesi Tenggara )

Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya

Sidang Tugas Akhir (Genap ) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS

Analisa Stabilitas Transien dan Koordinasi Proteksi pada PT. Linde Indonesia Gresik Akibat Penambahan Beban Kompresor 4 x 300 kw

Koordinasi Proteksi Directional Overcurrent Relay dengan Mempertimbangkan Gangguan Arah Arus di Pabrik PT. Petrokimia Gresik

EVALUASI KOORDINASI SISTEM PROTEKSI PADA JARINGAN 150kV DAN 20Kv PT.PLN (PERSERO) APJ GILIMANUK

Koordinasi Proteksi Tegangan Kedip dan Arus Lebih pada Sistem Kelistrikan Industri Nabati

Hendra Rahman, Ontoseno Penangsang, Adi Soeprijanto

KOORDINASI PROTEKSI TEGANGAN KEDIP DAN ARUS LEBIH PADA SISTEM KELISTRIKAN INDUSTRI NABATI

F40. JURNAL TEKNIK ITS VOL.5, No.2, (2016) ISSN: ( Print)

Studi Koordinasi Proteksi Pada Pabrik PT.Chandra Asri Petrochemical Plant Butadiene

Studi Koordinasi Rele Pengaman Sistem Tenaga Listrik di PT. Plaza Indonesia Realty Tbk.

STUDI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN PENGARUH KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN PADA SISTEM KELISTRIKAN DI PT. ISM BOGASARI FLOUR MILLS SURABAYA

STUDI KOORDINASI PROTEKSI PADA PT PERTAMINA JOB MEDCO ENERGI TOMORI FIELD SENORO

Studi Koordinasi Proteksi di PT. Ajinomoto, Mojokerto Oleh : Arif Andia K

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka

Analisis Studi Rele Pengaman (Over Current Relay Dan Ground Fault Relay) pada Pemakaian Distribusi Daya Sendiri dari PLTU Rembang

Perhitungan Setting Rele OCR dan GFR pada Sistem Interkoneksi Diesel Generator di Perusahaan X

Studi koordinasi Proteksi pada Joint Operating Pertamina-Petrochina di Tuban akibat Integrasi Sukowati Plant

Studi Perencanaan Koordinasi Proteksi Mempertimbangkan Busur Api pada Sistem Kelistrikan PT. Semen Indonesia Aceh Menggunakan Standar IEEE

STUDI KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. BOC GASES GRESIK JAWA TIMUR

STUDI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. WILMAR NABATI INDONESIA, GRESIK JAWA TIMUR. Studi Kasus Sistem Kelistrikan PT.

Evaluasi Ground Fault Relay Akibat Perubahan Sistem Pentanahan di Kaltim 1 PT. Pupuk Kaltim

Analisis Studi Rele Pengaman (Over Current Relay Dan Ground Fault Relay) pada pemakaian distribusi daya sendiri dari PLTU Rembang

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

KOORDINASI RELAY PENGAMAN DAN LOAD FLOW ANALYSIS MENGGUNAKAN SIMULASI ETAP 7.0 PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK

STUDI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN PENGARUH KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN PADA SISTEM KELISTRIKAN DI PT. ISM BOGASARI FLOUR MILLS SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORI

Presentasi Sidang Tugas Akhir (Ganjil 2013) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS. Nama : Rizky Haryogi ( )

Studi Skema Proteksi Adaptive Over Current Pada Jaringan Distribusi Dengan Pembangkit Tersebar Menggunakan Genetic Algorithm

EVALUASI GROUND FAULT RELAY AKIBAT PERUBAHAN SISTEM PENTANAHAN DI KALTIM 1 PT. PUPUK KALTIM

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH

STUDI KOORDINASI PROTEKSI PADA PT. CHANDRA ASRI AKIBAT INTEGRASI DENGAN PT. TRI POLYTA

STUDI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU EMBALUT, PT. CAHAYA FAJAR KALTIM

2. TEORI PENUNJANG 1. PENDAHULUAN. Martinus Tri Wibowo, Ir. R. Wahyudi, Dedet Candra Riawan, S.T, M.Eng Jurusan Teknik Elektro FTI ITS

LAPORAN HASIL PENELITIAN

Setting Rele Diferensial Bus High Impedance Pada Sistem Distribusi Ring 33 kv di PT. Pertamina RU V Balikpapan

STUDI KOORDINASI PROTEKSI PADA PT. PUPUK SRIWIDJAJA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN EKSPOR- IMPOR DAYA

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

Studi Koordinasi Pengaman Rele Arus Lebih Akibat Adanya Proses Integrasi Sistem Kelistrikan Joint Operating Body Pertamina-Petrochina East Java

Setting Rele Diferensial Bus High Impedance Pada Sistem Distribusi Ring 33 kv di PT. Pertamina RU V Balikpapan

BAB I PENDAHULUAN. mentransmisikan dan mendistribusikan tenaga listrik untuk dapat dimanfaatkan

Analisa Stabilitas Transien dan Koordinasi Proteksi pada PT. Linde Indonesia Gresik Akibat Penambahan Beban Kompresor 4 x 300 kw

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Abstrak

Oleh : Thomas Lugianto Nurdin ( ) : Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST., M.Sc.

SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB 3 RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

Perancangan Sistem Proteksi (Over Current dan Ground Fault Relay) Untuk Koordinasi Pengaman Sistem Kelistrikan PT. Semen Gresik Pabrik Tuban IV

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal

Evaluasi Koordinasi Proteksi pada Pabrik III PT. Petrokimia Gresik Akibat Penambahan Current Limiter

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

Analisis Implementasi Saturated Iron Core Superconducting Fault Current Limiter pada Jaring Distribusi PT. PERTAMINA RU V BALIKPAPAN

Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap)

Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya

Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya

Analisa Koordinasi Rele Pengaman Transformator Pada Sistem Jaringan Kelistrikan di PLTD Buntok

Pembimbing : 1. Prof. Ir. Ontoseno Penangsang, MSc,PhD 2. Ir. R. Wahyudi

Rimawan Asri/ Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT. Dimas Fajar Uman Putra ST., MT.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah dapat merusak peralatan-peralatan produksi yang terhubung dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Koordinasi Proteksi PT. PJB UP Gresik (PLTGU Blok 3)

Proseding Seminar Tugas Akhir Teknik Elektro FTI-ITS, Oktober

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

Rifgy Said Bamatraf Dosen Pembimbing Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT Dr. Dedet Chandra Riawan, ST., M.Eng.

REKONFIGURASI RELAI PROTEKSI SETELAH PENAMBAHAN PEMBANGKIT TERSEBAR PADA JARINGAN DISTRIBUSI

BAB III METODE PENELITIAN. Universitas Lampung dan PT. PLN (Persero) Cabang Tanjung Karang pada. bulan Maret 2013 sampai dengan selesai.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin bertambahnya permintaan konsumen terhadap energi listrik dari

PERANCANGAN KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH PADA GARDU INDUK DENGAN JARINGAN DISTRIBUSI SPINDLE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain:

RANCANG BANGUN SIMULASI PENGAMAN BEBAN LEBIH TRANSFORMATOR GARDU INDUK MENGGUNAKAN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER

Studi Koordinasi Proteksi Pada PT. Citic Seram Energy Ltd. Pulau Seram Maluku Tengah

Pertemuan ke :2 Bab. II

Studi Koordinasi Proteksi Arus Lebih Fasa dan Ground Sistem Pembangkit UP PLTU Pacitan

SISTEM TENAGA LISTRIK

Suatu sistem pengaman terdiri dari alat alat utama yaitu : Pemutus tenaga (CB)

ANALISIS DAN EVALUASI SISTEM KOORDINASI PROTEKSI PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) PAITON 1 DAN 2

Pemodelan Kurva Karakteristik Inverse Non-Standar Pada Rele Arus Lebih Digital Dengan Metode Interpolasi Lagrange

STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing)

Analisis Sistem Koordinasi OCR pada Gardu Induk Sukolilo

STUDI KOORDINASI PROTEKSI SISTEM KELISTRIKAN PADA PT MEDCO ENERGI SINGA GAS FIELD LEMATANG BLOCK

Studi Koordinasi Proteksi Pada Sistem Kelistrikan Bandara Internasional Juanda Surabaya

Transkripsi:

B48 Pemodelan dan Simulasi Sistem Proteksi Microgrid Christina Tio Trisnasari, Prof. Dr. Ir. Adi Soeprijanto, M.T., Dr. Rony Seto Wibowo, S.T., MT. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: adisup@ee.its.ac.id, ronyseto@ee.its.ac.id Abstrak Microgrid mengintegrasi sumber energi terdistribusi untuk menyediakan sistem yang handal dan ramah lingkungan. Akibat adanya generator dan PV pada semua level sistem Microgrid dan 3 konfigurasi sistem yang berbeda, yaitu hanya terhubung grid, terhubung grid dan Microgrid dan Islanding, arus gangguan pada sistem akan bervariasi (arus gangguan naik 8.2 ka ketika sistem terhubung dengan grid). Dengan koordinasi rele dan LVCB yang benar, maka sistem proteksi dapat mengamankan pembangkit dan beban. Sehingga dapat menyediakan keandalan sistem yang lebih tinggi. Sistem proteksi yang didesain dimaksudkan untuk dapat bekerja dalam 3 konfigurasi sistem yang berbeda akibat adanya grid dan sumber energy terdistribusi. Sistem proteksi yang digunakan pada tugas akhir ini dilengkapi dengan Directional Over Current Relay yang diuji menggunakan ETAP pada sebuah sistem Microgrid yang terdiri dari PV dan biomassa. Dengan menggunakan Zone Selective Interlocking ( ZSI ) tidak perlu dilakukan pengaturan ulang pada sistem proteksi yang diakibatkan adanya perubahan konfigurasi sistem. Kata Kunci Arus Hubung Singkat 3 fasa, Microgrid, Rele Arus Lebih Arah, Zone Selective Interlocking. S I. PENDAHULUAN emakin meningkatnya kebutuhan akan konsumsi energi listrik serta bahan bakar fosil yang terus menipis mendorong munculnya banyak variasi sumber pembangkit. Terlebih adanya desakan untuk menciptakan sumber pembangkit ramah lingkungan (green technology), menjadi salah satu faktor pendorong untuk mencari sumber energi lain selain bahan bakar fosil. Salah satu yang saat ini sedang ramai dibicarakan oleh para ilmuwan adalah pembangkit dengan konsep renewable energy yang umumnya sudah banyak dikembangkan di Negara-negara maju. Diantara pembangkit dengan konsep renewable energy tersebut, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa merupakan sumber energi alternatif yang cukup menjanjikan di Indonesia. Salah satu pemanfaatan dari tenaga surya tersebut adalah pada penggunaan Microgrid. Microgrid merupakan salah satu contoh pola pembangkitan terdistribusi yang melingkupi berbagai macam sumber energi, dari sumber energi fosil maupun sumber energi terbarukan (renewable energy) yang memiliki sistem interkoneksi beban dan berbagai macam sumber yang terdistribusi. Microgrid juga dapat beroperasi secara paralel dengan sistem interkoneksi yang lebih besar atau beroperasi secara mandiri sehingga ketika terjadi gangguan pada Microgrid, kebutuhan energi listrik masih dapat terpenuhi dengan mengkoneksikan jaringan ke sistem utama, dalam hal ini adalah PLN. Pada Microgrid terdapat berbagai macam gangguan yang mengakibatkan terganggunya kontinuitas pasokan daya listrik. Salah satu gangguan tersebut adalah hubung singkat. Gangguan hubung singkat pada saat ini menjadi masalah yang sangat penting karena dapat menyebabkan kerusakan peralatan pada sistem bila tidak dengan segera ditangani. Sumber gangguan ini berupa gangguan dari luar, misalnya petir, dan gangguan dari dalam sistem, misalnya overload atau beban lebih. Mencegah terjadinya gangguan dapat dilakukan dengan melindungi sistem Microgrid dengan cara meminimalkan dampak/kerusakan yang terjadi akibat gangguan. Oleh karena hal itu dibutuhkan sebuah sistem proteksi yang dapat mengisolasi daerah yang mengalami gangguan dan dapat menghindarkan kerusakan pada peralatan akibat arus hubung singkat yang mengalir pada saluran. Sistem proteksi pada penelitian ini menggunakan overcurrent relay untuk pengaman arus hubung singkat line to line dengan selective tripping yang dapat diatur berdasarkan besar dan lamanya gangguan hubung singkat yang terjadi dan directional overcurrent relay yang dapat diatur berdasarkan arah arus gangguan.. A. Microgrid II. TEORI PENUNJANG Menurut definisi EU research projects [7,8]. Microgrid merupakan meliputi sistem distribusi skala kecil, yang terdiri dari sumber energy terdistribusi, yang meliputi microturbin, fuel cells, PV dan lain sebagainya, dengan media penyimpanan energi (flywheels, kapasitor energi dan baterai) serta beban yang fleksibel. Microgrid biasanya terletak pada tegangan rendah dan harus dapat bekerja pada kondisi normal (gridconnected) dan kondisi operasi darurat (islanded), sehingga dapat meningkatkan keandalan. Selain meningkatkan keandalan, Microgrid juga ramah lingkungan. B. Gangguan Hubung Singkat Gangguan hubung singkat ini sendiri dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu: gangguan hubung singkat simetri dan gangguan hubung singkat tak simetri (asimetri). Merupakan gangguan yang mengakibatkan tegangan dan arus yang mengalir pada setiap fasanya menjadi tidak seimbang,

B49 Gangguan tidak simetri akan menyebabkan mengalirnya arus tak seimbang dalam sistem sehingga untuk analisa gangguan digunakan metode komponen simetri. Gangguan ini terdiri dari : gangguan hubung singkat satu fasa ketanah, gangguan hubung singkat dua fasa dan gangguan hubung singkat dua fasa ketanah. Gangguan simetri merupakan gangguan yang terjadi pada semua fasanya, sehingga arus maupun tegangan setiap fasanya tetap seimbang setelah gangguan terjadi. Gangguan ini terdiri dari gangguan hubung singkat tiga fasa dan gangguan hubung singkat tiga fasa ke tanah. C. Rele Arus Lebih (Over Current Relay) Rele arus lebih merupakan suatu jenis rele yang bekerja berdasarkan besarnya arus masukan, dan apabila besarnya arus masukan melebihi suatu harga tertentu yang dapat diatur (Ipp) maka rele arus lebih bekerja. Dimana Ipp merupakan arus kerja yang dinyatakan menurut gulungan sekunder dari trafo arus (CT). Bila suatu gangguan terjadi didalam daerah perlindungan rele, besarnya arus gangguan If yang juga dinyatakan terhadap gulungan sekunder CT juga. Rele akan bekerja apabila memenuhi keadaan sebagai berikut: If> Ipp rele bekerja (trip) If< Ipp tidak bekerja (blok). Setting rele arus lebih tidak boleh bekerja pada saat beban maksimum. Arus setting harus lebih besar dari arus beban maksimum. Menurut Standart British BS 142-1983 batas penyetelan antara nominal 1,05 1,3 Iset. Mengacu pada standart tersebut, pada tugas akhir ini lebih amannya menggunakan konstanta 1,05 Isett. Pada penyetelan rele arus lebih juga harus memperhatikan batas maksimum setting, dimana I set 0.8 Isc LL. (1) Isc LL merupakan arus hubung singkat 2 phasa dengan pembangkitan minimum yang terjadi diujung saluran seksi berikutnya. Besar arus ini diperoleh dari arus hubung singkat 3 phasa pada pembangkitan minimum dikalikan 0,866. 2.1 Rele Arus Lebih Waktu Seketika (instant) Rele ini bekerja seketika (tanpa waktu tunda) ketika arus yang mengalir melebihi nilai setting, rele akan bekerja dalam waktu beberapa mili detik. Rele ini jarang berdiri sendiri tetapi umumnya dikombinasikan dengan rele arus lebih dengan karakteristik yang lain. 2.2 Rele Arus Lebih Waktu Terbalik (inverse) Rele ini akan bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari besarnya arus secara terbalik (inverse time), makin besar arus makin kecil waktu tundanya. Karakteristik ini bermacammacam dan setiap pabrik dapat membuat karakteristik yang berbeda-beda, karakteristik waktunya dapat dibedakan dalam beberapa kelompok: Normal inverse Very inverse Extremely inverse Long inverse Adapun karakteristik operasi rele invers adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan standard ANSI kurva IEEE Tabel 1 Konstansta Kurva IEEE Characteristic curve A B P Β IEEE Moderately Inverse 0.010 0.023 0.02 0.24 1 IEEE Very Inverse 3.922 0.098 2 0.13 8 IEEE Extremely Inverse 5.64 0.0243 2 0.08 1 2. Berdasar Standar IEC [2] Karakteristik operasi rele invers: a. Standart inverse: 0,14 t = s (3) 0,02 I 1 b. Very inverse 13,5 t = s (4) I 1 c. Extremly Inverse 80 t = s (5) 2 (I 1) d. Long Time Inverse 120 t = s (6) (I 1) Gambar. 1. Karakteristik Operasi Rele Arus Lebih Inverse. D. Rele Arus Lebih Arah ( Directional Over Current Relay ) Rele arus lebih arah merupakan penggabungan rele arus lebih dan rele arah. Rele ini hanya bekerja satu arah (sesuai arah yang ditentukan), yaitu forward atau reverse dan tidak akan bekerja apabila arah gangguan berkebalikan dengan arah kerja rele. Rele ini digunakan untuk mengamankan sistem dari arus gangguan yang dapat bersirkulasi pada kedua arah ( reverse dan forward ) pada peralatan sistem, yaitu ketika sistem merupakan sistem mesh atau ring dan ketika sistem memiliki sumber lebih dari satu. (2)

B50 III. PERANCANGAN SISTEM Dalam simulasi koordinasi proteksi Microgrid pada tugas akhir ini menggunakan sistem Contunion Microgrid yang digunakan di Belanda dengan sistem Microgrid tiga fasa bertegangan 400 V, 50 Hz yang dikoneksikan ke sistem distribusi 20 kv melalui trafo 400 kva [1]. Pembangkit utama pada sistem ini berupa Grid yang tersambung dengan DG, yaitu empat PV Array dan empat pembangkit biomass yang tersebar di Bus 30, 31, 32 dan 33. A. Perancangan Perubahan Topologi Jaringan Jaringan distribusi dengan distributed energy resources memiliki karakteristik perubahan konfigurasi yang disebabkan adanya perubahan kondisi jaringan. Hal tersebut menyebabkan beberapa pengaruh terhadap koordinasi proteksi jaringan tersebut. Skema kondisi perubahan topologi jaringan yang dapat terjadi pada simulasi ini diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Jaringan Terhubung Grid dan Microgrid off Pada kondisi ini, jaringan mendapat sumber dari Grid saja. Gambar 2 menampilkan topologi jaringan tersebut. Gambar. 2. Jaringan Terhubung Grid Saja. 2. Jaringan Tidak Terhubung Grid (Islanding) Pada kondisi ini, jaringan mendapat sumber hanya dari Microgrid, Gambar 3 menampilkan topologi jaringan tersebut. arus kontribusi yang menuju bus tersebut. Gambar. 4. Jaringan Terhubung Grid dan Microgrid. IV. HASIL SIMULASI DAN ANALISA A. Analisa Hubung Singkat Dalam menghitung arus hubung singkat pada jaringan distribusi radial, dilakukan dengan menggunakan software simulasi yaitu ETAP. Simulasi hubung singkat minimal dan maksimal dilakukan dengan mempertimbangkan 5 kondisi yang berbeda tersebut yaitu: a. Kondisi Hanya Terhubung Grid ( kondisi 1) b. Kondisi Islanding ( kondisi 2 ) c. Kondisi Terhubung Grid dan Microgrid ( kondisi 3 ) Hasil simulasi hubung singkat ditampilkan pada Tabel 2 hingga Tabel 4.4 dibawah ini. Tabel 2 Arus hubung singkat tiap bus ketika kondisi hanya terhubung dengan Grid 1 Bus 29 0.4 6.99 8.72 2 Bus 30 0.4 4.05 5.23 3 Bus 31 0.4 3.15 4.04 4 Bus 32 0.4 4.05 4.91 5 Bus 33 0.4 2.5 3.07 Tabel 3 Arus hubung singkat tiap bus ketika kondisi Islanding 1 Bus 29 0.4 1.09 1.84 2 Bus 30 0.4 1.15 2.01 3 Bus 31 0.4 1.12 1.94 4 Bus 32 0.4 1.04 1.71 5 Bus 33 0.4 0.998 1.59 Gambar. 3. Jaringan Tidak Terhubung Grid (Islanding) 3. Jaringan Terhubung Grid dan Microgrid on Pada kondisi ini, jaringan mendapat sumber dari Grid dan Microgrid, jika tejadi gangguan pada salah satu bus diantara Grid dan Microgrid, maka perlu diperhatikan Tabel 4 Arus hubung singkat tiap bus ketika kondisi terhubung dengan Grid dan Microgrid 1 Bus 29 0.4 7.73 9.56 2 Bus 30 0.4 4.84 6.19

B51 3 Bus 31 0.4 3.77 4.79 4 Bus 32 0.4 4.47 5.4 5 Bus 33 0.4 2.94 3.54 Dari Tabel 2 4 dapat dilihat bahwa arus hubung singkat tiap bus dengan beberapa kondisi menghasilkan nilai yang berbeda. Maka dari itu, dalam analisa selanjutnya akan dibahas pengaruh perbedaan tersebut terhadap koordinasi proteksi. Dalam hasil simulasi dapat dilihat bahwa status Microgrid yang terhubung dengan jaringan grid mempengaruhi besar arus gangguan pada tiap bus. B. Penerapan Zone Selective Interlock Dalam Koordinasi Proteksi Microgrid Perbedaan level tegangan pada setiap konfigurasi, terutama pada saat kondisi grid yang terhubung dan tidak terhubung dengan sistem, membuat setting tap rele dan LVCB pada setiap kondisi menjadi berbeda. Padahal, pada kenyataannya, perubahan setting rele dan LVCB hanya dilakukan pada saat maintenance. Ada berbagai cara untuk membuat agar setting tap rele dan LVCB tidak berubah, yaitu dengan penambahan ZSI ( Zone Selective Interlock ) atau dengan penambahan Fault Current Limiter pada PCC agar arus kontribusi dari grid jadi tidak terlalu besar. Pada tugas akhir ini digunakan ZSI untuk mengatur time delay peralatan pengaman pada saat terjadi gangguan. Berikut hasil simulasi dari sistem koordinasi proteksi Microgrid dengan menggunakan ZSI ketika terjadi gangguan pada bus 30. 1. Kondisi Islanding pada bus 30 sebesar 2,9 ka. CB 6, CB 17, CB 19, CB 20 dan CB 13 merasakan adanya gangguan dan mengirim sinyal ke ZSI. Lalu ZSI akan memerintahkan keempat CB tersebut untuk membuka pada 0,1 sekon, dan melakukan blocking signal pada CB dan relay lainnya. Gambar. 6. TCC Relay 17. 2. Kondisi Grid Only pada bus 30 sebesar 6,02 ka. CB 17 dan CB 13 merasakan adanya gangguan dan mengirim sinyal ke ZSI. Lalu ZSI akan memerintahkan kedua CB tersebut untuk membuka pada 0,1 sekon, dan melakukan blocking signal pada CB dan relay lainnya. Saat CB 17 dan CB 13 gagal mengamankan gangguan yang terjadi, CB 5 akan bekerja sebagai back up, dan apabila CB 5 gagal mengamankan, Relay 40 akan bekerja seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8. Gambar. 7. TCC CB 17 dan CB 13 Gambar. 5. TCC CB 6, CB 17, CB 19, CB 20 dan CB 13. Saat CB 6,CB 17, CB 19, CB 20 dan CB 13 gagal mengamankan gangguan yang terjadi, Relay 17 ( DOCR ) akan mulai bekerja sesuai dengan setting koordinasi proteksinya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6. Gambar. 8. TCC Relay 40 dan CB 5.

B52 3. Kondisi Terhubung Grid dan Microgrid pada bus 30 sebesar 6,95 ka. CB 6,CB 17, CB 19, CB 20 dan CB 13 merasakan adanya gangguan dan mengirim sinyal ke ZSI. Lalu ZSI akan memerintahkan keempat CB tersebut untuk membuka pada 0,1 detik, dan melakukan blocking signal pada CB dan relay lainnya. Saat keempat CB tersebut gagal mengamankan gangguan yang terjadi, CB 5 dan Relay 17 akan bekerja sebagai back up, dan apabila CB 5 gagal mengamankan, Relay 40 akan bekerja seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11 dan Gambar 12. V. KESIMPULAN/RINGKASAN Berdasarkan hasil analisa koordinasi sistem proteksi Microgrid, Terjadi peningkatan arus hubung singkat yang cukup signifikan ketika sistem Microgrid dihubungkan dengan grid, dimana arus hubung singkat 3 fasa naik 8,2 ka. Agar sistem proteksi dapat bekerja dalam tiga konfigurasi yang berbeda, yaitu saat hanya terhubung Microgrid saja (Islanding), saat terhubung grid saja dan ketika terhubung keduanya, digunakan ZSI ( Zone Selective Interlocking ) agar resetting LVCB dan rele tidak perlu dilakukan ketika konfigurasi berubah. ZSI akan mengamankan gangguan dengan membuat peralatan pengaman yang berada pada zona gangguan bekerja 0,1 detik dan ketika pengaman tersebut gagal, maka pengaman berikutnya yang bekerja sebagai back up akan bekerja sesuai setting proteksi yang dilakukan. DAFTAR PUSTAKA [1] R Wahyudi, Ir, Diktat Kuliah Sistem Pengaman Tenaga Listrik, 2008 [2] Ontoseno Penangsang. Prof, Diktat Kuliah Analisis Sistem Tenaga 2, 2008 [3] Hebatallah Mohamed Sharaf, H.H. Zeineldin, Doaa Khalil Ibrahim, Essam El Din Abo El Zahab. Protection Coordination of Directional Overcurrent Relays Considering Fault Current Direction. IEEE PES Innovative Smart Grid Technologies Europe, October 2014. Gambar. 9. TCC CB 6, CB 17, CB 19, CB 20 dan CB 13. Gambar. 10. TCC Relay 40 dan CB 5. Gambar. 11. TCC Relay 17.