BEBERAPA CATATAN ATAS APBD PROVINSI RIAU TAHUN 2012 FORUM INDONESIA UNTUK TRANSPARANSI ANGGARAN (FITRA RIAU) APBD 2012 Bagi-Bagi Untuk Siapa?

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1 STRUKTUR ORGANISASI DPPKAD KABUPATEN GRESIK

ANALISIS APBD I. PENDAPATAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

, ,00 10, , ,00 08,06

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Drs. Bambang Wisnu Handoyo DPPKA DIY

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BUPATI BANGLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

DAFTAR ISI. Halaman BAB III PENUTUP... 13

3.2. Kebijakan Pengelolalan Keuangan Periode

Grafik 5.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Kaltara Tahun Anggaran Sumber: Hasil Olahan, 2016

Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Dan Kerangka Pendanaan

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA ANGGARAN DAN REALISASI PADA APBD PEMERINTAHAN PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN ANGGARAN

Kepala Badan Pengelola Keuangan Kota Ambon. R.SILOOY,SE.MSi PEMBINA TK I Nip

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI

DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN DIREKTORAT EVALUASI PENDANAAN DAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH SUBDIT DATA KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

2012, No NO NAMA PENERIMA ALAMAT PENERIMA JUMLAH (Rp) Dst

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU

Keuangan Kabupaten Karanganyar

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (Realisasi dan Proyeksi)

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PENDAHULUAN. Laporan Keuangan Kabupaten Sidoarjo. Page 1. D a t a K e u a n g a n K a b u p a t e n S i d o a r j o T a h u n s.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI

PROFIL KEUANGAN DAERAH

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2009

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PATI TAHUN ANGGARAN 2014

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2009 NOMOR 16 PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2009

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 6 TAHUN 2009 T E N T A N G ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 007 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN BREBES TAHUN ANGGARAN 2015

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

LAPORAN KEUANGAN POKOK

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Merangin. Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN ANGGARAN 2007

WALIKOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR : 1 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

Lampiran 1. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun (Juta Rupiah).

Bab-3 Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 6 TAHUN 2014 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN. Pada Bab II telah diuraiakan kondisi riil daerah yang ada di

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

WALIKOTA GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2008

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2007

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 17 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2008

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

RANCANGAN BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR TAHUN 2014


RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR TAHUN 2014

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BUPATI PATI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PATI TAHUN ANGGARAN 2013

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BENGKULU TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 14 Tahun : 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

Transkripsi:

BEBERAPA CATATAN ATAS APBD PROVINSI RIAU TAHUN 2012 FORUM INDONESIA UNTUK TRANSPARANSI ANGGARAN (FITRA RIAU) APBD 2012 Bagi-Bagi Untuk Siapa? Pengantar Inti dari penganggaran daerah di era otonomi saat ini adalah, bagaimana Pemerintah daerah mempunyai kemampuan managerial yang prima dalam mengumpulkan pendapatan dan kemudian mengalokasikannyaa untuk belanja pemerintahan yang proporsional. Hal ini dimaksud agar pengelolaan anggaran daerah mampu memberikan efek positif terhadap meningkatnya pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat dan daya saing daerah. Untuk itu diperlukan kebijakan pendapatan daerah yang tidak memberatkan masyarakat dan para pelaku usaha serta penerapan strategi belanja daerah melalui pendekatan belanja yang tidak boros (utamanya pada belanja aparatur) dan tidak pelit (utamanya belanja pada sektor strategis pengungkit pertumbuhan ekonomi dan indikator kesejahteraan masyarakat). Sedemikian pentingnya indikator kinerja pengelolaan keuangan daerah agar mampu menjadi instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, mewujudkan kesejahteraan dan meningkatkan daya saing daerah, sehingga sampai saat ini tranparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan semakin menjadi core concern (perhatian utama) dari dinamika pelaksanaan otonomi daerah. Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EPPD), mengamanatkan bahwa salah satu indikator utama evaluasi kinerja pelaksanaa kebijakan daerah adalah baik tidaknya pengelolaan keuangan daerah, Oleh karena itu, pengelolaan keuangan daerah hendaknya mencerminkan suatu prinsip dasar penegakkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik merupakan salah satu prinsip dalam tatakelola APBD, prinsip ini berlaku untuk seluruh pengguna anggaran yang bekerja di atas legalitas dan legitimasi masyarakat, artinya seluruh lembaga penyelenggara pemerintahan daerah harus mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan daerahnya kepada masyarakat daerah sebagai : pembayar pajak dan retribusi, penanggung hutang dan pemilik kedaulatan negara. Analisis terhadap Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tahun 2012 ini pada dasarnya merupakan upaya memberikan informasi yang dibutuhkan untuk megukur bagaimana ketepatan pengelolaan sumberdaya keuangann daerah dari sisi ketetapan alokasi, efisiensi, dan ekonomis. Dimana antara rakyat dan pemerintah mempunyai dua peran yang sama yaitu Hak dan Kewajiban. Kewajiban

masyarakat/rakyat terimplementasi dari besaran pajak yang dipungut dan berhak untuk diberikan pelayanan pelayanan melalui pengelolaan keuangan. Hak pemerintah ditentukan dengan kewajiban rakyat membayar pajak kemudian menjadi kewajiban pemerintah untuk mendistribusikan keuangan daerah yang bersumber dari pajak rakyat untuk membiayai keberlanjutan pembangunan daerah. Dengan demikian, posisi pemerintah tidak ubah selayaknya panitia yang bertugas mengelola keuangan daerah yang berasal dari rakyat. Maka dari itu pemerintah dituntut bijaksana dalam menyelenggarakan negara yang nitaben-nya adalah uang yang berasal dari pajak rakyat. Yaitu dengan pencermatan atau pengkajian terhadap program dan penggunaan sumberdaya keuangan memungkinkan setiap penyelenggara pemerintahan benar-benar bekerja sesuai target kinerja yang dicanangkan, efisien, azaz manfaat menjadi tolok ukur, serta skala prioritas tetap menjadi acuan utama dalam mengatur kebijakan keuangan daerah. Bukan sebaliknya politisasi kebijakan keuangan yang didahulukan sehingga berdampak pada ketidak adilan dan ketidak meratanya pembangunan disegala bidang. bahkan yang lebih parah lagi, ketika kepanitiaan (pemerintah) sebagai pengelola keuangan daerah justru terus subur dan tidak sesuai dengan besarnya alokasi anggaran yang mendongkrak peningkatan kesejahteraan masyarakat dari perbaikan ekonomi. Analisis dalam upaya mengevalusi kebijakan anggaran APBD tahun 2012 ini menjadi penting sebagai upaya perbaikan kebijakan keuangan daerah yang ideal untuk tahun berikutnya. Pendekatan azaz manfaat, efisiensi, serta skla prioritas meski menjadi acuan utama dalam merumuskan kebijakan keuangan agar tidak Mis antara kebijakan pemerintah dengan seharusnya yang dibutuhkan masyarakat, untuk mendorong Visi dalam RPJMD 2008-2013 : terwujudnya pembangunan ekonomi yang mapan dan pengembangan kebudayaan melayu secara Proporsional melalui kesiapan infrastruktur dan peningkatann pembangunan pendidikan dalam masyarakat yang agamis.

Ringkasan APBD Tahun 2012 URAIAN PENDAPATAN DAERAH PAD Pajak Daerah Retribusi Daerah Retribusi Daerah Lain-lain PAD yang Sah Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan yang Sah Hibah Dana Darurat Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi dan Pemda lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan keuangan dari Propinsi atau Pemda lainnya Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah APBD 2012 Murni % Perubahan % (Selisih M - P) Rp 5.487.740.082.428 Rp 6.639.430.133.501 20,99% Rp 1.824.503.720.782 33,25% Rp 2.181.221.661.379 27,71% 19,55% Rp 1.502.894.085.155 82,37% Rp 1.839.779.659.309 84,35% 22,42% Rp 6.563.060.800 0,36% Rp 10.651.305.400 0,49% 62,29% Rp 157.156.815.378 8,61% Rp 139.301.339.383 6,39% -11,36% Rp 157.889.759.449 8,65% Rp 191.489.357.287 8,78% 21,28% Rp 2.998.998.652.646 54,65% Rp 3.793.934.763.122 57,14% 26,51% Rp 2.447.327.368.646 81,60% Rp 3.242.263.479.122 85,46% 32,48% Rp 489.179.914.000 16,31% Rp 489.179.914.000 12,89% 0,00% Rp 62.491.370.000 2,08% Rp 62.491.370.000 1,65% 0,00% Rp 664.237.709.000 12,10% Rp 664.273.709.000 10,00% 0,01% Rp 664.237.709.000 Rp 664.273.709.000 0,01%

Tren Pendapatan Nominal dan Pertumbuhannyaa Provinsi Riau 2009-2012 Billions Rp7.000 Rp6.000 Rp5.000 Rp4.000 Rp3.000 Rp2.000 Pendapatan Nominal & Pertumbuhannya Rp3.227 33,06% 27,04% Rp6.639,43 Rp5.455,21 21,71% 0,2 Rp4.293,93 2009 R 2010 R 2011 R 2012 Perubahan 0,35 0,3 0,25 0,15 0,1 0,05 0 Pendapatan Nominal Pertumbuhan Tren Pendapatan APBD tahun 2009 Realisasi- tahun 2012 Perubahan Pendapatan nominal APBD Riau terus mengalami peningkatan. Namun, jika dilihat dari pertumbuhan pendapatan daerah provinsi Riau justru sebaliknya. Pertumbuhan pendapatan terus mengalami penurunan dari tahun 2009- sampai Perubahan APBD tahun 2012. Penurunan pertumbuhan pendapatan menurun berkisar 6% dari tahun 2010-2012 Perubahan. Namun patut diapresiasi meski pertumbuhan pendapatan daerah provinsi Riau terus mengalami penurunan, akan tetapi angka pertumbuhan masih bertahan pada angkaa diatas 20%.

Billions Rp2.500 Rp2.000 Rp1.500 Rp500 PAD dan Pertumbuhannya Rp1.348 Rp1.689 25,36% Rp2.225 Rp2.181 31,70% 2009 R 2010 R 2011 R 2012 Perubahan 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 0,05 0-1,98% -0,05 PAD Nominal Pertumbuhan Penurunan pertumbuhan Pendapatan Daerah Riau tahun 2012 yang hanya tumbuh 21,7 % dibandingkan pertumbuhan Pendapatan Daerah tahun 2009-2010 Realisasi mencapai 33,06, salah satunya dipengaruhi oleh turunnya penetapan nominal PAD. Meskipun baru target/proyeksi PAD pada tahun anggaran 2012, namun Penetapan PAD Rp. 2,181 triliyun tersebut tidaklah realistis. Memang proyeksi / target di tahun ini meningkat dari tahun sebelumnya, tahun 2011 ditargetkan Rp. 1,7 Triliun. Dari data realisasi APBD 2010 2011 Pendapatan Asli Daerah antara Target dengan Realisasi rata-rata selisih 25% setiap tahunnya. begitu juga dengan pertumbuhannya tahun 2009-2011 realisasi, pertumbuhan PAD ditas angka 25%. Sedangkan tahun 2012 APBD di proyeksikan dibawah angka reaslisasi tahun sebelumnya. Angka realisasi PAD tahun 2011 Rp. 2,2 Triliun, sedangkan PAD 2012 ditargetkan Rp. 2,1 Triliun, dengan pertumbuhan -1,98%. Amanat Permendagri nomor 37 tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan APBD tahun 2012, bahwa dalam penganggaran pendapatann daerah harus memperhatikan antara lain : Kondisi perekonomian yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, perkiraan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 dan realisasi penerimaan pendapatan tahun sebelumnya, serta ketentuan peraturan perundangberkaca realisasi undangan terkait. Seharusnya, Taget/ penetapan PAD provinsi Riau dengan tahun sebelumnya target PAD maka secara sederhana dengan asumsi yang

moderat, minimal Pendapatan daerah dapat diproyeksi tumbuh 25-30% ditahun 2012. Oleh karena itu, wajar ketika muncul dugaan ada penyembuyian pundi-pundi kekayaan daerah yang disimpan berasal dari PAD yang tidak disampaikan secara riil dalam APBD 2012. Proyeksi PAD yang cenderung pesimis, membuktikan pemerintah daerah tidak konsisten dalam meningkatkan PAD sebagai wujud meningkatnya tingkat kemandirian daerah dalam mengelola keuangan daerah. Kinerja pemerintah selalu diukur dengan angka yang pesimis, dengan demikian pemerintah selalu bangga apabila realisasi PAD melebihi target yang ditentukan. Padahal target yang ditentukan tidak mendekati nilai yang sebenarnya. Akibatnya proyeksi PAD yang pesimis tersebut juga akan menggangu proses penyusunan anggaran tahun selanjutnya, dan akan berpotensi tingginya Silpa ditahun yang bersangkutan. Dengan demikian penyerapan APBD terjadi mis antara nominal dengan kondisi kenyataan. Dana Perimbangan dan Pertumbuhannya Tren Realisasi 2009-2011 dan Perubahan 2012 Billions Rp4.000 Rp3.500 Rp3.000 Rp2.500 Rp2.000 Rp1.500 Rp500 0,4 38% Rp3.794 0,35 Rp3.227 0,3 Rp2.595 24% 0,25 Rp1.879 0,2 18% 0,15 0,1 0,05 0 2009 R 2010 R 2011 R 2012 Perubahan Dana Perimbangan Pertumbuhan Sama halnya dengan alokasi dana perimbangan Pusat dan Daerah, Provinsi Riau dalam kurun waktu 4 tahun terakhir pertumbuhannya mengalami penurunan. Meskipun angka nominalnya meningkat. Pertumbuhan yang semakin menurun pada

tahun 2012 sampai 18% dari tahun sebelumnya ditas 20%, maka menunjukkan potensi sumberdaya alam provinsi Riau juga mengalami penurunann produksi. Dapat diketahui bahwa pertumbuhan dana perimbangan pusat dan daerah pada tahun 2010 meningkat dari tahun 2009 tumbuh mencapai 38%. Kemudian tahun 2011 sampai target tahun 2012 juga mengalami penurunan. Oleh karena semakin menurunnya pertumbuhan keuangan yang berasal dari dana perimbangan pusat maka, pemerintah perul untuk merencanakan sumberdaya sumberdaya alternatif sebagai penunjang kekayaan daerah yang sifatnya trainaibility, untuk menjaga kelangsungan pembangunan di daerah. Secara komposisi sampai tahun 2012 Pendapatan Daerah provinsi Riau masih ditentukan dengan dana perimbangan pusat. Sedangkan PAD berada pada posisi kedua sebagai kekuatan daerah dalam membiayai belanja daerah. 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% Komposisi Pendapatan Daerah 58,23% 60,43% 59,15% 57,14% 41,76% 39,34% 40,78% 32,85% 10,00% 0,01% 0,22% 0,06% 2009 R 2010 R 2011 R 2012 P PAD Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan yang Sah Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah salah satunya dapat diukur dari perkembangan kemampuan keuangan daerah apakah sebuah Daerah baik Provinsi/Kabupaten/Kota semakin mandiri atau semakin tergantung kepada pemerintah pusat, salah satu indikatornya adalah derajat desentralisasi fiscal (DDF), diskresi fiskal dan kemandirian keuangan daerah. Dari dokumen APBD Provinsi Riau 4 tahun terakhir (tahun realisasi 2019-2011 Perubahan 2012) dan data-data

pendukung lainnya dapat dianalisis bahwa perkembangan kemampuan keuangan daerah provinsi Riau menunjukan : Derajat Desentralisasi Fiskal Billions Rp7.000 Rp6.000 Rp5.000 Rp4.000 Rp3.000 Rp2.000 41,76% 39,34% Rp5.455 41% Rp4.294 Rp3.227 Rp6.639 33% 45,00% 40,00% 35,00% 30,00% 25,00% 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% APBD 2009 APBD 2010 APBD 2011 APBD 2012 Ratio Derajat Desentralisasi Fiskal menurut perhitungan diatas menunjukan bahwa derajat desentralisasi fiskal dengan kondisi fulkuatif (naik turun). Bahkan ditahun 2012 derajat desentralisasi fiskal PAD membiayayai pembangunan daerah jurtu menurun menjadi 33% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 41%. Memang pada dasarnya Derajat desentraliasasi Fiskal tidak terlalu rendah untu Provinsi Riau, karena berada diatas 33%. Melihat grafik diatas semakin tinggi nominal pendapatan daerah Riau namun derajt desentralisasi fiskal semakin rendah. Dengan demikian provinsi Riau dalam memenuhi kebutuhan pembangunan masih bergantung pada dana pusat / APBD. Begitu juga dengann deskresi fiskalnya, Riau termasuk dalam kondisi baik karena diatas 60% deskresinya. Meski fulkuatif (naik turun) namun deskresinya selama kurun waktu 4 tahun ini antara 70-90%.

Deskresi Fiskal Billions Rp7.000 Rp6.000 Rp5.000 Rp4.000 Rp3.000 Rp2.000 81% Rp3.227 84% 86% Rp5.455,21 Rp4.293,93 70% Rp6.639,43 100% 80% 60% 40% 20% 2009 R 2010 R 2011 R 2012 P 0% Pendapatan Nominal Diskresi Fiskal Dengan melihat hasil perhitungan derajat desentralisasi fiskal dan deskresi Fiskal sebenarnya Riau merupakan daerah yang baik dari segi kemandirian keuangannya. Kemandiriann keuangan daerah dilihat dari derajat desentralisasi fiskal dan diskresi fiskal yang tergolong baik tersebut, apakah sudah sesuai peruntukannya untuk pembangunan yang berkorelasi dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi? Atau justru sebaliknya Pendapatan daerah provinsi Riau tahun 2012 hanya habis untuk kebutuhan aparatur?. Dana Alokasi Umumm (DAU) provinsi Riau tahun 2012 belum cukup untuk membiayai Belanja Pegawai (Gaji dan tunjangan PNS). Kenyataanya Riau ditahun 2012 ini juga pemerintah masih tekor Rp. 380,3 Miliyar lebih. Sama halnya dengan tahun tahun sebelumnya DAU belum cukup untuk membiayai belana Pegawai daerah. URAIAN 2009 R 2010 R 2011 R DAU 171.850.958.000 58.869.157.000 380.051.123.500 Belanja Pegawai 616.230.423.025 640.381.706.585 701.024.525.698 Selisih (444.379.465.025) (581.512.549.585) (320.973.402.198) 2012 P 489.179.914.000 869.520.376.818 (380.340.462.818) DAU dan Belanja Pegawai

Billions Rp900 Rp800 Rp700 Rp600 Rp500 Rp400 Rp616 Rp640 Rp701 Rp380 Rp870 Rp489 Rp300 Rp200 Rp100 Rp172 Rp59 1 2 3 4 DAU Belanja Pegawai (BTL) Rp7.000 Rp6.639 Billions Rp6.000 Rp5.455 Rp5.000 Rp4.294 Rp4.000 Rp3.227 Rp3.000 Rp2.000 Rp2.457 Rp1.119 Rp1.253 Rp1.342 2009 R 2010 R 2011 R 2012 Perubahan PENDAPATAN DAERAH Belanja Modal Pendapatan yang meningkat menunjukan kemampuan keuangan daerah yang semakin kuat, namun disisi lain naiknya pendapatan daerah tentu bebannya langsungg maupun tidak langsung tertanggung oleh masyarakat, berupa naiknya pajak, retribusi daerah dan sumber pendapatan lainnya. Meningkatnya pendapatan nominal daerah juga dibarengi dengan meningkatnya belanja modal ditahun 2012 Perubahan. Hal ini tentu memberikan harapan besar bagi masyarakat atas tersedianya kebutuhan

infrastruktur dasar publik yang meningkat (jika alokasi belanja modal lebih besar bukan untuk keperluan aparatur). selain itu, belanja modal yang dialokasi dari APBD 2012 ini telah membuka urat nadi dalam mendukung meningkatnya perekonomian?. Mari kira lihat uraian belanja APBD Riau 2012 Perubahan :

Belanja Daerah Tahun 2012 BELANJA DAERAH Rp 6.366.656.082.429 Rp 8.373.811.701.788 31,53% Belanja Tidak Langsung Rp 3.221.363.309.453 50,60% Rp 4.070.939.977.922 48,62% 26,37% Belanja Pegawai Rp 818.720.959.439 12,86% Rp 869.520.376.818 10,38% 6,20% Belanja Bunga Belanja Subsidi Rp 14.172.000.000 0,22% Rp 14.172.000.000 0,17% 0,00% Belanja Hibah Rp 1.594.014.180.000 25,04% Rp 1.830.501.885.750 21,86% 14,84% Belanja Bantuan Sosial Rp 25.300.000.000 0,40% Rp 26.650.000.000 0,32% 5,34% Belanja Bagi Hasil kpd Prop/Kab/Kota dan Pemdes Rp 593.344.670.013 9,32% Rp 1.024.150.715.353 12,23% 72,61% Belanja Bantuan Keuangan kpd Prop/Kab/Kota dan Pemdes Rp 165.034.500.000 2,59% Rp 295.168.000.000 3,52% 78,85% Belanja Tidak Terduga Rp 10.777.000.000 0,17% Rp 10.777.000.000 0,13% 0,00% Belanja Langsung Rp 3.145.292.772.976 49,40% Rp 4.302.871.723.867 51,38% 36,80% Belanja Pegawai Rp 253.419.144.640 8,06% Rp 267.278.342.308 3,19% 5,47% Belanja Barang dan jasa Rp 1.342.392.562.738 42,68% Rp 1.578.463.452.604 18,85% 17,59% Belanja Modal Rp 1.549.481.065.598 49,26% Rp 2.457.129.928.955 29,34% 58,58% SURPLUS/ (DEFISIT) (878.880.000.000) (1.734.381.568.288) Pembiayaan Netto Rp 878.880.000.000 Rp 1.734.381.568.288 Penerimaan Pembiayaan Rp 953.880.000.000 Rp 1.839.381.568.288 SiLPA TA Sebelumnya Rp 453.880.000.000 Rp 1.339.381.568.288 Pencairan Dana Cadangan Rp 500.000.000.000 Rp 500.000.000.000 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Penerimaan Piutang Daerah Pengeluaran Pembiayaan Rp 75.000.000.000 Rp 105.000.000.000 Pembentukan Dana Cadangan Rp 75.000.000.000 Rp 105.000.000.000 Penyertaan Modal (Investasi) Daerah Pembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman Daerah SiLPA Tahun Berjalan 0,00 0,00 ***