BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
EKSTRAKSI GELATIN DARI LIMBAH TULANG IKAN TENGGIRI (Scomberomorus sp.) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI ASAM YANG BERBEDA

TINJAUAN PUSTAKA. Tulang adalah subtansi hidup yang dapat diperbaharui yang memiliki

Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Larutan Perendam terhadap Rendemen Gelatin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tingkat metabolisme yang tinggi. Ayam broiler sering dibudidayakan

TINJAUAN PUSTAKA. dikelompokkan sebagai berikut:kingdomanimalia, FilumChordata, KelasAves,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Gelatin memiliki sifat yang khas, yaitu berubah secara reversible dari bentuk sol

4.1. Pengaruh Pra Perlakuan dan Jenis Larutan Ekstraksi terhadap Rendemen Gelatin yang Dihasilkan.

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengolahan menjadi produk lain yang bermanfaat, yaitu nonfood untuk kulit

PENGARUH KONSENTRASI CH 3 COOH & HCl SEBAGAI PELARUT DAN WAKTU PERENDAMAN PADA PEMBUATAN GELATIN BERBAHAN BAKU TULANG/KULIT KAKI AYAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Gelatin adalah biopolimer yang dihasilkan dari hidrolisis parsial jaringan

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

I. TINJAUAN PUSTAKA. pengisi. Bahan pengisi pada tulang terdiri dari protein dan garam-garam mineral.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBAIKAN NILAI TAMBAH LIMBAH TULANG IKAN TUNA (Thunnus sp) MENJADI GELATIN SERTA ANALISIS FISIKA-KIMIA

Dewi Hastuti, dkk. Pengenalan dan proses.. PENGENALAN DAN PROSES PEMBUATAN GELATIN

EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis)

BAB I PENDAHULUAN ,5 ribu US$ (Kemenperin, 2014).

MODUL TEKNOLOGI PEMANFAATAN KULIT TERNAK. Oleh : Muhammad Irfan Said, S.Pt, M.P

TINJAUAN PUSTAKA. daritubuhhewan, diperoleh setelah hewan tersebutmatidandikuliti. kerbaudandombasertakambingmemilikistruktur jaringan yang

11. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomis tinggi dan tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia. Menurut

TINJAUAN PUSTAKA Tulang

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ariansah (2008), itik masih sangat populer dan banyak di manfaatkan

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

EFISIENSI PENGGANDAAN SKALA KAPASITAS BENCH PADA PRODUKSI GELATIN TULANG IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.)

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

BANDENG. Aylianawati. Surabaya, 21 Juni Abstrak. ikan bandeng. kolagen yang. 16,19% o C. 1.1 Latar Belakang. kuku, dan Bovine.

BAB I PENDAHULUAN. kolagen alami hewan yang terdapat pada kulit, tulang, tulang rawan, dan

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dosen Pembimbing Tugas Akhir : Ir. Budi Setiawan, MT. Oleh : Sinta Aprillia Dwi Wardani ( ) Ivan Edo Nurhadist ( )

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. tahun 2009 meningkat menjadi ton. Tahun 2010 produksi ikan meningkat

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya melimpah di dalam tubuh (Kurniawan, 2006). Gelatin

EKSTRAKSI GELATIN DARI KAKI AYAM BROILER MELALUI BERBAGAI LARUTAN ASAM DAN BASA DENGAN VARIASI LAMA PERENDAMAN

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK

PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan)

BAB I PENDAHULUAN. tampilan dan teksturnya mirip dengan tahu yang berwarna putih bersih

KEGUNAAN. Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino : esensial dan non esensial

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

OPTIMASI PROSES PERENDAMAN DALAM PEMBUATAN GELATIN BERBAHAN BAKU LIMBAH TULANG IKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komponen organic 33 % Sumber : Hernaiawati, 2008

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUN PUSTAKA. Pada awalnya, kelinci Rex dikembangkan sebagai kelinci hias. Namun, lamakelamaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Morfologi dan Rendemen Tubuh Cangkang Kijing Lokal (Pilsbryoconcha sp.)

Ekstraksi Gelatin dari Hidrolisa Kolagen Limbah Tulang Ikan Tuna dengan Variasi Jenis Asam dan Waktu Ekstraksi

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

PROTEIN. Yosfi Rahmi Ilmu Bahan Makanan

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Kepulauan Indonesia dengan daerah continental dengan perairan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

HIDROLISIS TULANG SAPI MENGGUNAKAN HCL UNTUK PEMBUATAN GELATIN

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN. Sosis merupakan produk olahan hewani dengan nilai g1z1 yang tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

I PENDAHULUAN. perubahan pola makan yang ternyata berdampak negatif pada meningkatnya

PEMBUATAN GELATIN DARI TULANG AYAM BOILER DENGAN PROSES HIDROLISA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

Pengawetan dengan garam, asam dan gula

9/6/2016. Hasil Pertanian. Kapang; Aspergillus sp di Jagung. Bakteri; Bentuk khas, Dapat membentuk spora

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

KARAKTERISASI SIFAT KIMIA, FISIK,DAN TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Thunnus sp) PADA VARIASI LARUTAN ASAM UNTUK PERENDAMAN

LAPORAN BIOKIMIA KI 3161 Percobaan 1 REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO DAN PROTEIN

I. PENDAHULUAN. yang berfungsi sebagai penstabil pada emulsi. Pada makanan, emulsifier berperan

I. PENDAHULUAN. tengah masyarakat harus segera diatasi. Maraknya penggunaan daging babi yang

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

B. Struktur Kulit Ikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

merupakan komponen terbesar dari semua sel hidup. Protein dalam tubuh pembangun, dan zat pengatur dalam tubuh (Diana, 2009). Protein sangat penting

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

R E A K S I U J I P R O T E I N

PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Thunnus albacares)

PENGANTAR. Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk kebutuhan pangan

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kolagen Kolagen berasal dari bahasa Yunani yang berarti lem (perekat). Kolagen merupakan komponen struktural utama dari jaringan ikat putih (white connetive tissue) yang meliputi hampir 30 persen dari total protein pada jaringan dan organ tubuh vertebrata dan invertebrata. Pada mamalia, kolagen terdapat di kulit, tendon, tulang rawan dan jaringan ikat. Demikian juga pada burung dan ikan, sedangkan pada avertebrata kolagen terdapat pada dinding sel (Sumbono,2011) Kolagen termasuk dalam golongan protein fibril. Molekul protein ini terdiri atas beberapa rantai polipeptida yang memanjang dan dihubungkan satu dengan yang lain oleh beberapa ikatan silang hingga merupakan bentuk serat yang stabil (Fatimah, 2008). Unit struktural pembentuk kolagen adalah tropokolagen yang mempunyai struktur batang dengan BM 300.000 dengan didalamnya terdapat tiga rantai polipeptida yang sama panjang, bersama-sama membentuk struktur triple heliks (Junianto 2006). Kolagen merupakan protein yang mengandung 35% glisin dan sekitar 11% alanin serta kandungan prolin yang cukup tinggi (Amiruldin, 2007) Tropokolagen akan terdegradasi dengan pemanasan atau perlakuan dengan zat seperti asam, basa, urea, dan potassium permanganate. Selain itu, serabut kolagen dapat mengalami penyusutan jika dipanaskan di atas suhu penyusutannya (Ts). Suhu penyusutan (Ts) kolagen ikan adalah 45 o C. Jika kolagen dipanaskan pada T>Ts (misalnya 65 70 0 C), serabut triple heliks yang dipecah menjadi lebih panjang. Pemecahan struktur tersebut menjadi lilitan acak yang larut dalam air inilah yang disebut gelatin (Azwar dkk,2008). Kolagen murni sangat sensitif terhadap reaksi enzim dan kimia. Perlakuan alkali dan asam dapat menyebabkan kolagen mengembang yang sering dikonversikan menjadi gelatin. 7

8 2.2 Gelatin 2.2.1. Pengertian Gelatin Gelatin merupakan salah satu produk turunan protein yang diperoleh dari hasil hidrolisis kolagen hewan yang terkandung dalam tulang dan kulit. Susunan asam aminonya hampir mirip dengan kolagen, dimana glisin merupakan 2/3 dari seluruh asam amino yang menyusunnya, 1/3 asam amino yang tersisa diisi oleh prolin dan hidroksiprolin (Tazwir dkk, 2007). Asam-asam amino saling terikat melalui ikatan peptida membentuk gelatin. Susunan asam amino gelatin berupa Glisin-X-Y dimana X umumnya asam amino prolin dan Y umumnya asam amino hidroksiprolin. Tidak terdapatnya triptofan pada gelatin menyebabkan gelatin tidak dapat digolongkan sebagai protein lengkap (Junianto 2006). Struktur kimia gelatin dapat dilihat pada Gambar 2.1 Gambar 2.1 Struktur Kimia gelatin Sumber. Tazwir dkk 2007 Gelatin merupakan sistem koloidal padat (protein) dalam cairan (air) sehingga pada suhu dan kadar air yang tinggi gelatin mempunyai kemampuan cairan, yaitu disebut fase sol atau hidrosol, sebaliknya pada suhu dan kadar air yang rendah gelatin mempunyai kemampuan yang lebih kasar atau lebih pekat strukturnya, yaitu disebut fase gel. Pemanasan dan penambahan air akan mengubah gelatin menjadi fase sol, sebaliknya pendinginan dan pengurangan air akan mengubah gelatin menjadi fase gel (Fatimah, 2008).`

9 2.2.2. Fungsi dan Kegunaan Gelatin Kegunaan gelatin antara lain sebagai bahan pengisi, pengemulsi (emulsifier), pengikat, pengendap, pemerkaya gizi, sifatnya juga luwes yaitu dapat membentuk lapisan tipis yang elastis, membentuk film yang transparan dan kuat, kemudian sifat penting lainnya yaitu daya cernanya yang tinggi (Saepul dan Pujilestari,2011). Tabel 2.1 berikut ini menunjukkan fungsi dan contoh penggunaan gelatin pada berbagai produk (Anonymous, 2003) Aplikasi Tabel 2.1 Contoh-Contoh Produk yang Menggunakan Gelatin. Produk pangan secara umum Daging olahan Susu Olahan Minuman Farmasi Kosmetika (khususnya produk-produk emulsi) Film Kegunaan Sebagai zat pengental, penggumpal, membuat produk menjadi elastis, pengemulsi, penstabil, pembentuk busa, menghindari sineresis, pengikat air, memperbaiki konsistensi, pelapis tipis, pemerkaya gizi. Untuk meningkatkan daya ikat air, konsistensi dan stabilitas produk, sosi, kornet, ham, dll. Untuk memperbaiki tekstur, konsistensi, dan stabilitas produk serta menghindari sineresis pada yoghurt, es krim, susu asam, keju cottage, dll. Sebagai penjernih sari buah (juice), bir, dan wine. Pembungkus kapsul atau tablet obat. Digunakan untuk menstabilkan emulsi pada sampo, penyegar dan pelindung kulit (lotion/cream), sabun (terutama lipstik, cat kuku, busa cukur, krim pelindung sinar matahari, dll. Membuat film menjadi lebih sensitive Sumber: Fatimah (2008) yang cair), Penggunaan gelatin dalam pengolahan pangan lebih disebabkan oleh sifat fisik dan kimia yang khas daripada nilai gizinya sebagai sumber protein (Amiruldin, 2007). Berikut spesifikasi gelatin ikan untuk pangan dapat dilihat pada Tabel 2.2

10 Tabel 2.2 Spesifikasi Gelatin Ikan untuk Pangan Parameter Garde A Bentuk Granular Bau Tidak berbau ph 4,6 6,5 Viskositas gelatin 10% pada 30 0 C 7 10 (cp) Kadar abu (%) Maks 2 Kadar air (%) 15 Logam berat (ppm) Maks 10 Arsenik (ppm) Maks 0,8 Salmonella Negatif E colli Negatif Sumber: www.norlandprod.com (2012) 2.2.3. Bahan Baku Gelatin Gelatin dapat dibuat dari bahan yang kaya akan kolagen seperti kulit dan tulang hewan. Selama ini sumber utama gelatin yang banyak dimanfaatkan sapi dan babi. Penggunaan tulang dan kulit ikan dapat dijadikan sebagai suatu altematif non konvensional untuk mencari sumber gelatin selain dari kulit dan tulang sapi maupun babi yang dapat menimbulkan masalah sosial pada golongan masyarakat tertentu. Tulang dan kulit ikan mengandung cukup besar protein kolagen. Kandungan kolagen pada kulit ikan keras (teleostei) berkisar 15-17%, sedangkan pada tulang ikan rawan (elasmobranch) berkisar 22-24%. Kandungan kolagen dari berbagai jenis ikan disajikan pada Tabel 2.3.

11 Tabel 2.3 Kandungan Kolagen dari Beberapa Jenis Tulang Ikan Jenis Ikan Kandungan Kolagen (%) Ikan Nila 16,4 Ikan bawal 19 Ikan kakap 20 Ikan kembung 16,3 Ikan tuna 19,86 Ikan mas 16 Ikan hiu 23,8 Sumber: Saepul dan Pujilestari, (2011) 2.2.4. Klasifikasi Gelatin Jaswir (2007) menuturkan bahwa gelatin dapat diklasifikasikan berdasarkan tahapan pretreatment pada proses perendamannya yaitu gelatin tipe A dan tipe B. Gelatin tipe A yaitu gelatin yang dalam proses perendamannya menggunakan larutan asam. Biasanya gelatin tipe ini terbuat dari kulit hewan muda, terutama babi. Karena kulit binatang semacam ini tidak memiliki ikatan yang kuat, sehingga proses pelunakannya berlangsung cepat. Gelatin tipe B merupakan gelatin yang berbahan baku lebih keras. Tak heran jika proses perendaman memakan waktu lebih lama, menggunakan larutan basa (base). Ikatan kolagen dalam proses ini dipisah sebagian, sementara itu protein selain kolagen serta zat-zat kimia lainnya dinetralisir dengan menambahkan larutan asam kemudian dibasuh lagi dengan air untuk mengangkat sisa-sisa garam yang masih melekat (Jaswir, 2007). Menurut Ward dan Court dalam Junianto dkk (2006) menyatakan bahwa asam mampu mengubah serat kolagen triple heliks menjadi rantai tunggal sedangkan larutan perendam basa hanya mampu menghasilkan rantai ganda. Hal ini menyebabkan pada waktu yang sama jumlah kolagen yang dihidrolisis oleh larutan asam lebih banyak daripada larutan basa. Karena itu

12 perendaman dalam larutan basa membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menghidrolisis kolagen. 2.2.5. Sifat Fisiko-Kimia Gelatin Fatimah (2008) menyatakan bahwa sifat fisik gelatin berbentuk padat,kering, tidak berasa, tidak berbau, transparan dan berwarna kuning redup sampaikuning sawo. Umumnya gelatin mempunyai BM 80.000 gr/mol. Gelatin dapat mengembang dalam air dingin, dapat membentuk film, mempengaruhi viskositas suatu bahan, dan dapat melindungi sistem koloid. Massa jenis gelatin adalah 1,35 gr/cm. Pada suhu 71 C gelatin mudah larut dalam air dan membentuk gel pada suhu 49 C. Gelatin terdenaturasi pada suhu diatas 80 o C. Gelatin memiliki sifat larut air (Wahyuni, 2003) Sifat fungsional gelatin sangat penting dalam aplikasi suatu produk. Sifat fungsional gelatin merupakan sifat fisikokimia yang mempengaruhi perilaku gelatin dalam makanan selama proses, penyimpanan, penyiapan dan pengkonsumsian. Adapun sifat fungsional dapat berupa berikut : organoleptik mliputi warna, bau, viskositas, kekuatan gel, titik gel, titik leleh,dan ph (Azwar, dkk, 2008). Berdasarkan proses pembuatannya terdapat dua jenis gelatin yaitu Tipe A dan Tipe B. Gelatin Tipe A diproduksi melalui proses asam sedangkan Tipe B diproduksi melalui proses basa. Hal ini berpengaruh terhadap sifat gelatin yang dihasilkan. Berikut tabel 2.4 sifat gelatin tipe A dan tipe B menurut Tourtellote (1980).

13 Tabel 2.4 Sifat Gelatin Tipe A dan Tipe B Sifat Nilai Tipe A Tipe B Kadar Protein (%) 87,26 87,26 Kekuatan gel (bloom) 75 300 75 275 Viskositas (cp) 2,0 7,5 2,0 7,5 ph 3,8 6,0 5,0 7,1 Titik isoelektrik 9,0 9,2 4,8 5,0 Sumber : Tourtellote (1980) dalam Nurimala (2004) Salah satu sifat fisik gelatin yang menentukan mutu gelatin adalah kemampuannya untuk membentuk gel yang disebut kekuatan gel. Kekuatan gel dipengaruhi oleh ph, adanya komponen elektrolit dan non elektrolit serta bahan tambahan lainnya. Gelatin dapat membentuk gel dan bersifat termal reversibel. Termal reversibel yaitu setelah gel dipanaskan dan selanjutnya didinginkan dapat membentuk gel kembali. Mekanisme pembentukan gel melibatkan ikatan ionik dari gugus karbonil dari rantai asam amino dan sedikit ikatan hydrogen (Fatimah, 2008) Sifat fisik penting lainnya adalah viskositas. Viskositas terutama dipengaruhi oleh interaksi hidrodinamik antar molekul gelatin, selain dipengaruhi suhu, ph dan konsentrasi. Standar mutu gelatin untuk industri dapat dilihat pada Tabel 2.5

14 Tabel 2.5. Standar Mutu Gelatin Berdasarkan SNI dan British Standard Karakteristik Mutu SNI 01-3735-1995 (1995) British Standar 757 Warna Tidak berwarna sampai kekuningan Kuning pucat Bau, rasa Normal Kadar air Maksimum 16% Kadar abu Maksimum 3,25% ph * - 4,5-6,5 Viskositas * - 1,5-7,5 cp Kekuatan gel * - 50 300 bloom Logam berat Maksimum 50 mg/kg - Arsen Maksimum 2 mg/kg - Tembaga Maksimum 30 mg/kg - Seng Maksimum 100 mg/kg - Sulfit Maksimum 1000 mg/kg - Sumber : SNI 01-3735-1995 (1995) dan *British Standar 757 dalam Joharman (2006) 2.3 Proses Pembuatan gelatin dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu proses asam dan proses basa. Perbedaan kedua proses ini terletak pada proses perendamannya (demineralisasi). Berdasarkan kekuatan ikatan kovalen silang dan jenis bahan yang dihidrolisis maka penerapan jenis asam maupun basa organik dan metode hidrolisis lainnya seperti lama hidrolisis, ph dan suhu akan berbeda-beda. Proses utama pembuatan gelatin dibagi menjadi tiga tahap, yaitu pertama adalah tahap pretreatment, kedua adalah konversi kolagen menjadi gelatin (hidrolisis) dan ketiga adalah pemurnian dan pengeringan (Fatimah, 2008). Persiapan dilakukan dengan pencucian pada tulang ikan. Tulang dibersihkan dari sisa-sisa daging dan kotoran lain yang mengandung deposit-deposit lemak yang tinggi. Proses penghilangan lemak dari jaringan tulang disebut dengan degreasing. Penghilangan lemak pada tulang efektif dilakukan pada suhu antara titik cair lemak

15 dan suhu koagulasi albumin tulang yakni antara 32-80 0 C, sehingga dihasilkan larutan lemak yang optimum (Nurimala, 2004). Demineralisasi yaitu proses perendaman dalam larutan asam yang bertujuan untuk menghilangkan garam kalsium dan garam-garam lainnya sehingga diperoleh ossein (tulang lumer). Proses ini biasanya berlangsung dalam larutan asam klorida dengan konsentrasi antara 4-7 %. Jannah (2007) menyebutkan bahwa apabila konsentrasi asam yang digunakan terlalu tinggi maka protein yang terdapat didalam kolagen tidak dapat berubah menjadi gelatin. Lama waktu perendaman juga akan berpengaruh terhadap kualitas gelatin yang dihasilkan yakni apabila perendamannya terlalu lama maka kadar protein dalam gelatin semakin rendah (Fatimah, 2008) Selanjutnya tahap penggembungan (swelling) adalah tahap yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran dan mengkonversi kolagen menjadi gelatin. Pada tahap ini perendaman dapat dilakukan dengan larutan asam organik seperti asam asetat, sitrat, fumarat, askorbat, malat, suksinat, tartarat, dan asam lainnya yang aman dan tidak menusuk hidung. Sedangkan asam anorganik yang biasa digunakan adalah asam hidroklorat,fosfat, klorida, dan sulfat (Saepul dan Pujilestari, 2011). Menurut Martianingsih dkk (2010) pada proses perendaman (demineralisasi) juga mengakibatkan terjadinya penggembungan (swelling) yang dapat membuang material-material yang tidak diinginkan, seperti lemak dan protein non-kolagen dengan kehilangan kolagen yang minimum. Menurut Utama dalam Junianto dkk (2006) pada saat tahapan perendaman harus dilakukan dengan tepat (waktu dan konsentrasinya), agar tidak terjadi kelarutan kolagen dalam larutan dan menyebabkan penurunan rendemen yang dihasilkan. Nilai rendemen dapat menjadi indikator untuk mengetahui efektif tidaknya metode yang diterapkan pada suatu penelitian, khususnya tentang optimalitasnya dalam menghasilkan suatu produk. Semakin tinggi nilai rendemen berarti perlakuan yang diterapkan pada penelitian tersebut semakin efektif.

16 Tahapan selanjutnya adalah hidrolisis dengan pemanasan. Hidrolisis bertujuan untuk mengkonversi kolagen transisi menjadi gelatin. Suhu minimum dalam proses hidrolisis adalah 40 50 0 C bahkan hingga suhu 100 0 C. hidrolisis kolagen tulang dilakukan dalam suasana asam pada ph 6 7 karena umumnya ph tersebut merupakan titik isoelektrik dari komponen - komponen protein non kolagen, sehingga mudah terkoagulasi dan dihilangkan. Apabila ph lebih rendah perlu penanganan cepat untuk mencegah denaturasi lanjutan (Saepul dan Pujilestari, 2011). Larutan gelatin hasil hidrolisis dilakukan pemekatan yang bertujuan untuk meningkatkan total solid larutan sehingga mempercepat proses pengeringan. Pemekatan biasanya dilakukan pada suhu 55 0 C selama 2 jam (Joharman, 2006). Kemudian dilakukan selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 40 60 0 C (Junianto dkk,2006) 2.3.1. Konversi Kolagen Menjadi Gelatin Konversi kolagen menjadi gelatin terjadi dalam tiga tahap, yaitu hidrolisis lateral, hidrolisis ikatan polipeptida terutama glisin, dan penghancuran struktur kolagen (Nurimala,2004). Menurut Martianingsih dkk (2010) pada proses perendaman terjadi pengkonversian kolagen menjadi bentuk yang sesuai untuk hidrolisis, yaitu dengan adanya interaksi ion H + dari larutan asam dengan kolagen. Sebagian ikatan hidrogen dalam tropokolagen serta ikatan-ikatan silang yang menghubungkan tropokolagen satu dengan tropokolagen lainnya dihidrolisis menghasilkan rantai-rantai tropokolagen yang mulai kehilangan struktur tripel heliknya. Gambar 2.2 Reaksi Pemutusan Ikatan Hidrogen Tropkolagen Sumber Martianingsih, dkk (2010)

17 Menurut Ward and Court dalam Amiruldin (2007) asam mampu mengubah serat kolagen triple helix menjadi rantai tunggal sedangkan larutan perendaman basa hanya mampu menghasilkan rantai ganda. Hal ini menyebabkan pada waktu yang sama jumlah kolagen yang dihidrolisis oleh larutan asam lebih banyak daripada larutan basa. Karena itu perendaman dalam larutan basa membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menghidrolisis kolagen. Gambar 2.3 Perubahan Triple Helix Menjadi Rantai Tunggal Sumber Nurimala (2004) Hidrolisis dengan pemanasan (T 40 0 C) akan melanjutkan perusakan ikatan-ikatan silang, serta untuk merusak ikatan hidrogen. Ikatan-ikatan hidrogen yang telah dirusak dan ikatan-ikatan kovalen yang dipecah akan menghasilkan konversi yang larut air. Tropkolagen pada saat proses hidrolisis akan mengalami reaksi dengan reaksi hidrolisis tropokolagen pada saat proses perendaman dalam larutan asam. Ikatan hidrogen dan ikatan silang kovalen rantai rantai tropkolagen diputus sehingga struktur triple helix akan terpecah dan membentuk gelatin yang larut dalam air (Martianingsih dkk, 2010). Gambar 2.4 Reaksi Hidrolisis Ikatan Silang Kovalen Tropkolagen Sumber: Martianingsih dkk, (2010)