1.1 Latar Belakang Pendidikan menjadi sebuah kebutuhan mutlak dan primer saat ini. Sebelumnya, pendidikan hanya menjadi milik kalangan atas namun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PERANCANGAN. Metode Perancangan merupakan merupakan tahapan-tahapan kerja atau

2016 PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYRAKAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior

Ceramah Diskusi Problem Based Learning

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang terus berkembang pesat, sehingga dibutuhkan individu-individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses pembelajaran yang sering kali dihadapkan pada materi yang

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

BAB III METODE PERANCANGAN. data-data sesuai dengan yang sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun,

1.1 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai Kota Pelajar Pendidikan non formal sebagai wadah aktifitas diluar sekolah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Pusat Peragaan IPTEK Biologi Medan

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

MUSEUM ASTRONOMI DI SEMARANG Dengan Penekanan Desain RICHARD MEIER

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROPOSAL TUGAS AKHIR PERANCANGAN DESAIN DAN WARNA FURNITUR PADA SEKOLAH ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS GILGAL DI PANTAI INDAH KAPUK

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. metode penelitian ini akan menguraikan secara terperinci bagaimana proses

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan ini merupakan langkah perancang dalam merancang

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode tersebut berisi tentang penjelasan atas fenomena-fenomena yang terjadi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1 diakses tanggal 25 Juni 2009.

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. olehnya. Bahkan kesenian menjadi warisan budaya yang terus berkembang dan maju.

BAB I PENDAHULUAN. Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA Arsitektur Perilaku. Catherine ( ) 1

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. 1 P e n d a h u l u a n

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN BAB I. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dengan satu hal. Maka dari itu pada perancangan ini menerapkan konsep pelangi

TUGAS AKHIR 131/ BAB I PENDAHULUAN

PERANCANGAN DESAIN INTERIOR TK ISLAM BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG


BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

2015 RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terduga makin mempersulit manusia untuk meramalkan atau. dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

I.PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang mutlak harus dipenuhi sebagai pengalaman

PUSAT KREATIVITAS ANAK DI SEMARANG

BAB III METODE PERANCANGAN. teori-teori dan data-data yang di dapat dari studi literatur maupun studi lapangan, sehingga dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa kanak-kanak dapat dikatakan sebagai masa yang penting dalam


BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HOTEL RESORT DI KAWASAN WISATA CIPANAS GARUT

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PANTAI PARANGTRITIS KABUPATEN BANTUL DI YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang mesti didapatkan oleh semua orang, karena

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , 2015

1.2.Permasalahan Permasalahan Umum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

Fasilitas sportainment Di Taman Ria Senayan Jakarta

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ENTERTAINMENT CENTER DI PURWODADI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODE PERANCANGAN. metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PERANCANGAN

1 Survey melalui kuesioner pola kegiatan belajar di Perpustakaan dan Kota Depok, 2013 via Google Drive

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. Kudus dikenal sebagai kota penghasil rokok (kretek)

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut dengan media massa. Pesatnya perkembangan industri media

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :

Konsep perencanaan dan perancangan

Transkripsi:

1.1 Latar Belakang Pendidikan menjadi sebuah kebutuhan mutlak dan primer saat ini. Sebelumnya, pendidikan hanya menjadi milik kalangan atas namun saat ini peran pendidikan menjadi kebutuhan primer di berbagai kalangan. Sesulit apapun kondisi perekonomian sebuah negara, sektor pendidikan cukup menjadi prioritas pada saat ini. Berbagai cara dilakukan oleh pemerintah maupun swasta agar seluruh kalangan dapat bersekolah. Meskipun demikian, masih banyak anak-anak yang putus sekolah karena tidak dapat memenuhi tuntutan kebutuhan ekonomi. Mereka tetap tidak terbantu dengan kebijakan pendidikan bagi kaum miskin saat ini. Kebijakan pemerintah dalam menggratiskan pendidikan dasar sembilan tahun memang menjadi salah satu solusi menyukseskan program pendidikan dasar. Namun dalam pelaksanaannya, kebijakan tersebut masih menyisakan masalah yang tak kunjung selesai. Jumlah anak putus sekolah masih cukup banyak. Kalangan anak jalanan yang berlatar belakang ekonomi lemah tetap tidak dapat mencukupi kebutuhan sekolahnya. Sejauh ini pemerintah hanya menggratiskan biaya operasional sekolah sedangkan kebutuhan lain seperti buku, seragam, alat tulis, dan lain sebagainya harus dicukupi sendiri. Bagi kalangan anak jalanan mencukupi kebutuhan pokok saja sudah menjadi tantangan tersendiri. Kebanyakan dari mereka menghabiskan waktu di jalanan, bekerja serabutan, atau bahkan ada yang pengangguran. Belum lagi masalah akses menuju sekolah di setiap lokasi yang tidak sama. Beberapa daerah memiliki sekolah yang letaknya jauh dari permukiman sekitar dan harus melalui medan yang berat. Ternyata tidak sebatas masalah pemenuhan kebutuhan hidup primer yang begitu sulit tetapi juga berkaitan dengan masalah waktu yang dimiliki. Kebanyakan anak jalanan yang berlatar belakang ekonomi lemah menghabiskan waktu untuk mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Mereka tidak punya banyak waktu untuk mengikuti pendidikan formal yang diterapkan di sekolah umum. Bagi mereka belajar di sekolah adalah aktivitas yang tidak bermanfaat, sama sekali tidak membantu pemenuhan kebutuhan hidupnya. Mereka selalu terfokus pada kegiatan 1

pemenuhan kebutuhan hidup hari itu juga bukan jangka panjang. Hal inilah yang menjadi penyebab adanya jarak yang terbentang antara kehidupan anak jalanan dengan kebutuhan pendidikannya padahal banyak di antara mereka yang memiliki kemampuan, keterampilan, dan kecerdasan yang potensial untuk dikembangkan. 1 Pada sisi lain, konsep pendidikan yang disajikan saat ini mulai beralih pada hal-hal yang tidak hanya memerhatikan sisi kecerdasan intelektual semata, tetapi juga mengedepankan sisi kreativitas, kepekaan dan metode pembelajaran baru yang lebih memantapkan siswa dalam menangkap berbagai disiplin ilmu dengan mudah. Banyak yang mengeluhkan metode saat ini kurang menyenangkan dan membosankan. Terlebih lagi tipikal ruang dan bangunan pendidikan yang formal, standar, dan dinilai membosankan. Oleh karena itu, saat ini muncul berbagai jenis sekolah yang bertemakan sekolah alam, sekolah kreatif, sekolah kewirausahaan dan masih banyak lagi. Melihat kondisi tersebut, perlu adanya sebuah sekolah khusus bagi kalangan anak jalanan. Mereka akan menuntut ilmu sebagaimana sekolah formal umumnya, mereka akan mendapatkan hak yang sama dengan siswa-siswi lain di luar sana. Namun mereka tidak hanya akan dilatih untuk mencerdaskan sisi intelektualitas semata, mereka juga akan dibina dari sisi kreativitas, spiritual, minat serta bakat yang dimiliki. Semua itu akan dibina dalam sebuah lingkungan edukasi rekreatif yang menyenangkan dan tidak membosankan. Sistem pembelajarannya pun memerhatikan kondisi emosi, perasaan dan sisi psikologis para siswa sehingga aktivitas belajarmengajar lebih bersemangat dan menyenangkan tanpa tekanan. Sistem pembelajaran demikian akan dikondisikan melalui tatanan arsitektural, hirarki ruang yang menyatukan mereka dengan alam sekitar (unsur air, udara, vegetasi dan lansekap), bersentuhan langsung dengan dunia nyata dan nuansa ruang yang menarik (lewat tatanan interior-warna, pencahayaan, tata ruang, dan lain-lain yang secara tidak langsung memberikan dampak positif pada perkembangan mental dan memacu semangat belajar). 1 Disarikan dari acara Orang Pinggiran, Trans TV 2

1.2 Permasalahan 1.2.1 Permasalahan Umum Melihat kondisi dan latar belakang anak jalanan, maka permasalahan umum yang harus diselesaikan adalah: a. Bagaimana merancang bangunan dengan fungsi sekolah alam sebagai sarana edukasi rekreatif bagi anak jalanan? b. Rancangan yang seperti apa sehingga mengubah mindset anak jalanan terhadap pendidikan serta menumbuhkan pemahaman arti pentingnya pendidikan bagi kehidupan mereka? 1.2.2 Permasalahan Khusus Permasalahan khusus yang harus diselesaikan, yaitu: a. Bagaimana menerapkan konsep edukasi rekreatif pada sekolah alam bagi anak jalanan? b. Bentukan massa bangunan seperti apa yang mendukung proses belajar mengajar yang menarik dan rekreatif? c. Penciptaan ruang yang seperti apa untuk memenuhi kebutuhan sarana pendidikan sekolah alam? d. Penggunaan material dan perlakuan ruang yang seperti apa untuk menciptakan nuansa rekreatif dan menyenangkan bagi pendidikan anak jalanan sekaligus merespon kontekstual lingkungan di sekitarnya? 1.3 Tujuan Pembahasan Tujuan didesainnya sekolah alam untuk anak jalanan adalah: a. Memutus mata rantai putus sekolah di Indonesia yang masih terjadi meski kebijakan pemerintah telah menggratiskan pendidikan dasar sembilan tahun b. Menyediakan sekolah alternatif bagi mereka yang tidak memungkinkan untuk bersekolah di sekolah formal/umum. c. Menyajikan pendidikan yang berbeda dibandingkan konsep pendidikan formal yang selama ini telah diterapkan. d. Menyajikan pendidikan anak jalanan lebih layak dibandingkan sekolah yang telah ada sebelumnya. 3

e. Menghadirkan kenyamanan dalam proses belajar sehingga tidak menimbulkan stress dan bosan f. Menciptakan bangunan sekolah yang mendukung proses belajar mengajar dengan baik g. Menciptakan ruang yang dapat mendukung psikologis belajar h. Menjadikan nuansa alam sebagai prinsip-prinsip sekolah alam melalui bentukan massa, zonasi, rasa ruang, dan material i. Menyajikan bentukan lingkungan sekolah yang edukatif dan rekreatif, setiap sudut sekolah menjadi media pembelajaran yang menyenangkan 1.4 Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data-data untuk membuat laporan ini adalah sebagai berikut: a. Observasi Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati secara langsung aktivitasaktivitas pada sekolah alam dan pendidikan anak jalanan. Pengamatan ini dilakukan untuk memahami contoh nyata dan masalah atau kendala apa saja yang dijumpai untuk kemudian dicari penyelesaiannya. b. Wawancara/diskusi Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara secara langsung terhadap pelaku/pengguna di lapangan (responden). Hasil dari kegiatan wawancara tersebut kemudian dicatat dan atau direkam. c. Dokumentasi Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati dan mendokumentasikan segala aktivitas yang terjadi pada sekolah alam dan komunitas anak jalanan. d. Studi Literatur Pengumpulan data dilakukan dengan cara memelajari literatur-literatur yang berkenaan dengan lingkup bahasan yang dipilih. 1.5 Sistematika Penulisan Agar dapat memberikan informasi secara sistematis dan mudah dipahami, maka sistematika penulisan laporan ini disusun sebagai berikut: a. Bab I Pendahuluan 4

Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang perancangan sekolah alam khusus anak jalanan, baik secara umum maupun khusus.. b. Bab II Tinjauan Teoritis Berisi tentang definisi sekolah, jenis dan karakteristik sekolah umum, sekolah alam, bahasan tentang pengguna (anak jalanan) beserta karakteristiknya, pendekatan yang digunakan, dan pendidikan swadaya anak jalanan, masingmasing dilengkapi dengan studi kasus nyata. c. Bab III Pendekatan Konsep Uraian mengenai prinsip-prinsip perancangan dan pencapaiannya melalui pendekatan yang digunakan. Selain itu, kebutuhan ruang dan program ruang pun dibahas dalam bab ini. Secara umum, bab ini merupakan simpulan dari apa yang telah disampaikan pada bab sebelumnya (bab II-Tinjauan Teoritis) d. Bab IV Konsep Perancangan Berisi pembahasan secara utuh mengenai konsep perancangan yang digunakan. Seluruh ide dan prinsip perancangan disinergikan untuk kemudian menghasilkan satu kematangan konsep yang digunakan dalam perancangan sekolah alam anak jalanan. Pada bagian ini pun konsep telah diintegrasikan dan disesuaikan dengan site (tapak) yang akan ditempati sebagai lokasi perancangan sekolah alam. Secara keseluruhan bab ini merupakan simpulan atas pembahasan bab-bab sebelumnya. 1.6 Keaslian Penulisan Selama penulisan ditemukan beberapa contoh penulisan lain dengan tema yang hampir sama. Adapun contoh penulisan yang mengambil studi kasus mengenai sekolah alam namun berbeda dalam hal permasalahan dan pendekatan yang diangkat atau bahkan sebaliknya. Untuk menunjukkan keaslian penulisan dari tulisan ini maka perlu ada perbandingan dari beberapa penulisan yang berkaitan dengan tema yang diangkat ataupun penekanan/pendekatan/konsep dalam penulisan ini, antara lain: 5

Tabel 1: Keaslian Penulisan Sumber: Dokumen Perpustakaan JUTAP Dari beberapa tulisan di atas, dapat dilihat bahwa penulisan mengenai Sekolah Alam Anak Jalanan di Cirebon Dengan Pendekatan Edukasi Rekreatif belum pernah ditulis sebelumnya. 6