BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan tumpuan masa depan dan generasi selanjutnya bagi kehidupan dunia dimasa yang akan datang. Dalam hal ini kesehatan bagi anak merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan generasi suatu bangsa dan Negara. Sesuai yang dijelaskan pada Undang-Undang Kesehatan RI tahun 2009 bahwa upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang datang yang sehat, cerdas dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Kesehatan bagi anak mengkonsentrasikan pada pertumbuhan dan perkembangan khususnya pada usia-usia dini. Namun kesehatan bagi anak tidak hanya ditujukan kepada anak yang dikatakan normal dalam tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi sejak dalam usia kandungan atau pre natal, usia kelahiran atau natal dan saat setelah kelahiran atau post natal yang selanjutnya kita sebut sebagai anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus terdapat berbagai macam yang dapat kita temukan di dalam kehidupan sehari-hari dan dalam lingkungan medis, salah satunya yaitu anak cerebral palsy atau kelumpuhan otak. Cerebral palsy merupakan sekumpulan gangguan gerak dan sikap tubuh yang diakibatkan oleh adanya kerusakan otak yang belum matang, yang terjadi sebelum, selama atau sesudah proses kelahiran (Hincchiliffe, 2007). Cerebral palsy adalah gangguan perkembangan gerak dan postur serta keterbatasan aktifitas yang bersifat non progresif akibat lesi pada otak yang terjadi pada masa pertumbuhan dan perkembangan (dibawah usia 2 tahun). 1
Karena berbagai peyebab CP, jumlah pasti dari studi yang berbeda tidak sepenuhnya disetujui. Namun, ada kesamaan luar biasa dalam prevalensi di seluruh dunia, dari Swedia pada tahun 1980 dengan prevalensi 2,4 per 1.000 dan 2,5 per 1.000 pada awal 1990-an, 2,3 per 1.000 dari Atlanta, dan 1,6 per 1.000 dari Cina. Sebuah laporan dari inggris, yang merupakan perwakilan dari banyak penelitian, menunjukan bahwa belum ada banyak perubahan dalam prevalensi selama 40 tahun terakhir namun, pola CP telah bergeser lebih kearah diplegia dan quadriplegia spastic dan jauh dari hemiplegia dan athetosis. Perubahan ini mungkin mencerminkan peningkatan perawatan medis dengan perawatan obstetric lebih baik dari beberapa peningkatan kejadian dari korban yang selamat dari unit pelayanan intensif neonatal.juga, kelahiran kembar memiliki resiko yang jauh lebih tinggi. Tingkat prevalensi yang dilaporkan per kehamilan untuk single adalah 1,2 %, 1,5% untuk kembar, untuk kembar tiga 8,0%, dan untuk kembar empat 43%. (Miller, 2005). Anak penyandang cerebral palsy biasanya mempunyai masalah tidak hanya pertumbuhannya yang terganggu tetapi juga terdapat masalah di perkembangan otak yang diakibatkan kelumpuhan tersebut.dengan demikian tingkat kompleksitas ketidak mampuan anak penyandang cerebral palsy untuk aktifitas mandiri sangatlah tinggi. Kurangnya perhatian kontrol postural dan posisi saat tidur, duduk, bermain, sekolah, berdiri dan berjalan akan berdampak terjadinya deformitas dikemudian hari. Sehingga dapat menghambat kemampuan fungsional dan kemandirian anak cebral palsy. Anak CP spastik diplegi memiliki karakteristik duduk dengan posisi W sitting saat duduk di lantai dan punggung membungkuk saat duduk di kursi hal tersebut akan mempengaruhi keseimbangan dan postur tubuh sehingga akan menghambat aktifitas fungsional. Melihat banyaknya kasus Cp spastik diplegi pada klinik Pela 9 menarik perhatian saya untuk meneliti perubahan postur yang terjadi pada anak CP spastik diplegi akibat posisi yang kurang mendukung akan mengganggu keseimbangan
duduk. Dimana anak Cp diplegia berpotensi untuk berjalan bila ditangani dengan baik. Peran fisioterapi dalam hal ini mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak penyandang cerebral palsy sangatlah penting.salah satu masalah yang kerap kali timbul untuk anak cerebral palsy adalah masalah keseimbangan yang sangat menghambat untuk aktivitas ambulasi dan mobilisasi akibat dari masih kurangnya reaksi dari kontrol kepala dan kestabilan trunk (Levit, 2004). Kemampuan duduk merupakan tahap penting yang dimiliki anak untuk mencapai postur tubuh tegak melawan gravitasi, dimana otot postural diperlukan untuk aktifitas anggota gerak atas. Keseimbangan merupakan kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan tubuh ketika ditempatkan diberbagai posisi. Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of support). Banyak modalitas fisioterapi yang dapat digunakan untuk mengurangi masalah-masalah yang timbul pada kasus cerebral palsy, seperti manual terapi, elektro terapi, dan terapi latihan. Adapun modalitas fisioterapi yang sering digunakan untuk anak-anak penyandang cerebral palsy di klinikklinik tumbuh kembang anak adalah bentuk terapi latihan yang menggunakan pendekatan perkembangan anak normal seperti pendekatan Vojta, DNS, PNF, NDT (Bobath) dan pendekatan perkembangan anak normal lainnya serta manfaatnya telah terbukti cukup efektif setelah dilakukan beberapa kali terapi. Seorang Fisioterapi tumbuh kembang yang telah dibekali dengan berbagai ilmu dasar dan pendekatan tumbuh kembang tidak terpaku kepada salah satu metode atau pendekatan yang ada saja, namun dapat memanfaatkan berbagai ilmu yang ada dan bila perlu menggabungkan berbagai pendekatakan tersebut sesuai dengan kebutuhan anak, karena beragam anak beragam penanganan.
Latihan trunk control merupakan salah satu metode fisioterapi untuk meningkatkan kontrol pada tulang belakang dengan cara mengaktifkan otot-otot stabilisator postural untuk menimbulkan respon otot-otot postural yang sinergis, sehingga terjadi stabilisasi dari otot-otot trunk. Latihan trunk control bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot-otot neck dan trunk, mengaktifkan otot-otot stabilisator neck dan trunk, serta meningkatkan fungsi visual, vestibular dan profioseptif. Latihan core stability merupakan suatu latihan yang menggunakan kemampuan dari trunk, lumbal spine, pelvic, hip, otot-otot perut dan otot kecil sepanjang spine, dengan mengaktifkan semua otot-otot tersebut akan mampu mengaktifkan semua otot-otot tersebut akan mampu meningkatkan stabilitas trunk dan memperbaiki postur. Latihan core Stability merupakan kemampuan untuk mengontrol posisi dan gerakan badan dan melalui panggul dan kaki sehingga memungkinkan menghasilkan kinerja gerak tubuh yang optimal, transfer dan kontrol kekuatan gerakan persegment dalam sebuah aktifitas rantai kinetik terintegrasi. B. Identifikasi masalah Adanya peningkatan Kasus Cp spastik diplegiadan belum adanya penelitian seperti ini di Klinik Pela 9. Adapun identifikasi masalah yang dapat timbul pada anak cerebral palsy tipe diplegia antara lain adalah Imbalance muscle, Instabilitas shoulder, trunk, pelvic, ankle dan Sensori problem pada propioceptive dan tactile, yang disebabkan karena anak Cerebral Palsy tipe spastik diplegi memiliki karakteristik duduk dengan posisi W sitting saat duduk di lantai dan punggung membungkuk saat duduk di kursi hal tersebut akan mempengaruhi keseimbangan dan postur tubuh sehingga akan menghambat aktifitas fungsional. Kasus cerebral palsy tipe spastik dilakukan latihan melalui pendakatan perkembangan anak normal. Pendekatan NDT melalui latihan trunk control bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot-otot punggung dalam
hal ini sebagai penyangga letak posisi tubuh dan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas system vestibular. Latihan core stability bertujuan untuk meningkatkan stabilitas otot-otot tubuh bagian terdalam.dalam hal ini sebagai penyangga letak posisi tubuh dan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas sistem somatosensoris.namun belum ada yang meneliti sejauh mana pengaruh latihan tersebut untuk keseimbangan duduk. Untuk mengetahui efektifitas dari pemberian latihan tersebut pada keseimbangan duduk pada anak cerebral palsytipe spastic diplegi, maka dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat tes berupagross Motor Function MeasurementdanModified Ashworth Scaleyang mengkhususkan pada kemampuan keseimbangan duduk. C. Perumusan masalah Berdasarkan pembatasan masalah tersebut diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah pemberian latihan core stability berpengaruh terhadap keseimbangan duduk pada anak cerebral palsy tipe spastic diplegia?. 2. Apakah pemberian latihan trunk control berpengaruhkeseimbangan duduk pada anak cerebral palsy tipe spastic diplegia?. 3. Apakah perbeda pemberian latihan core stability dan latihan trunk control dalam meningkatkan keseimbangan duduk pada anak cerebral palsy tipe spastic diplegia?. D. Tujuan dan Penelitian 1.Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh pemberian latihan core stability dan latihan trunk control terhadap keseimbangan duduk pada anak cerebral palsy tipe spastic diplegia. 2.Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi pengaruh keseimbangan duduk sebelum dan sesudah pemberian terapi latihan core stability pada anak cerebral palsy tipe spastic diplegia. b. Untuk mengidentifikasi pengaruh keseimbangan duduk sebelum dan sesudah pemberian terapi latihan trunk control pada anak cerebral palsy tipe spastic diplegia. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Fisioterapi Menambah wawasan berfikir dan mempelajari dan mengembangkan metode-metode pengobatan yang aman, efektif dan efisien. Selain itu dapat memberikan gambaran tentang seberapa besar pengaruh dan manfaat yang akan diperoleh terhadap efektifitas keseimbangan duduk dengan pemberian latihan core stability terhadap kasus cerebral palsy tipe diplegia. 2. Bagi Institusi Pelayanan a. Mempelajari proses pelaksanaan pemberian latihan core stability terhadap efektifitas keseimbangan duduk pada kasus cerebral palsy tipe diplegia. b. Memberikan informasi dan gambaran tentang perbedaan pengaruh pemberian latihancore stability dan latihan trunk control pada kasus cerebral palsy tipe diplegia. 3. Bagi Pendidikan Informasi dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk diteliti lebih lanjut sekaligus sebagai referensi. 4. Bagi Penulis Bagi peneliti, dengan adanya skripsi ini akan berguna dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari, mengidentifikasi masalah-masalah, menganalisa dan mengambil suatu kesimpulan serta mengembangakan teori-teori yang selama ini ada.