STUDI KEBERADAAN JENTIK DAN PERILAKU PENDERITA CHIKUNGUNYA DI DESA TALUMELITO KECAMATAN TELAGA BIRU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

Efryanus Riyan* La Dupai** Asrun Salam***

SUMMARY HASNI YUNUS

HUBUNGAN PELAKSANAAN PSN 3M DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD MAKASSAR

ANALISIS KEBERADAAN KONTAINER DAN KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti DI KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti sp. DAN INTERVENSI PENGENDALIAN RISIKO PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PADANG TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK)

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

FOKUS UTAMA SURVEI JENTIK TERSANGKA VEKTOR CHIKUNGUNYA DI DESA BATUMARTA UNIT 2 KECAMATAN LUBUK RAJA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2009

Sitti Badrah, Nurul Hidayah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman 1) ABSTRACT

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK TEMPAT PERINDUKAN DAN KEPADATAN JENTIK NYAMUK Aedes aegypti

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

SURVEY KEPADATAN LARVA AEDES AEGYPTI DI KECAMATAN MAMUJU KABUPATEN MAMUJU

HUBUNGAN KEBERADAAN JENTIK

HUBUNGAN KEPADATAN JENTIK Aedes sp DAN PRAKTIK PSN DENGAN KEJADIAN DBD DI SEKOLAH TINGKAT DASAR DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. penyakit bermunculan. Selain Demam Berdarah (DB) juga muncul penyakit. bagian persendian (arthralgia) (Arini, 2010).

JURNAL. Suzan Meydel Alupaty dr. H. Hasanuddin Ishak, M.Sc,Ph.D Agus Bintara Birawida, S.Kel. M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) disebut juga dengue hemorrhagic fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan

Keberadaan Kontainer sebagai Faktor Risiko Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Palu, Sulawesi Tengah

HUBUNGAN PRAKTIK PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KBERADAAN JENTIK

HUBUNGAN JUMLAH PENGHUNI, TEMPAT PENAMPUNGAN AIR KELUARGA DENGAN KEBERADAAN LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN RUMAH DAN KEPADATAN PENDUDUK DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIPATANA.

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

Kepadatan Jentik Nyamuk Aedes sp. (House Index) sebagai Indikator Surveilans Vektor Demam Berdarah Denguedi Kota Semarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

ANALISIS KEPADATAN JENTIK NYAMUK AEDES AEGYPTY

ABSTRAK. Pembimbing II : Kartika Dewi, dr., M.Kes., Sp.Ak

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto L, dr., MH

SKRIPSI. HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN FISIK, KIMIA, SOSIAL BUDAYA DENGAN KEPADATAN JENTIK (Studi di Wilayah Kecamatan Gunung Anyar Kota Surabaya)

Kata kunci: DBD, Menguras TPA, Menutup TPA, Mengubur barang bekas

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan.terlebih lagi dalam kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit menular cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang optimal dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu : faktor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT Chikungunya DI KOTA PADANG. Mahaza, Awaluddin,Magzaiben Zainir (Poltekkes Kemenkes Padang )

Hubungan Kepadatan Larva Aedes spp. dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Lubuk Kecamatan Koto Tangah Kota Padang

Mangkurat. korespondensi: Keywords: Density level, Aedes aegypti, water reservoirs, elementary school

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI PUSKESMAS GOGAGOMAN KOTA KOTAMOBAGU.

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI BAB I

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

KEPADATAN VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE DI PERUMNAS SITEBA PADANG TAHUN 2008

Hubungan Tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Keberadaan Jentik Vektor Chikungunya di Kampung Taratak Paneh Kota Padang

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

KONTAINER LARVA Aedes sp. DI DESA SAUNG NAGA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perbedaan Warna Kontainer Berkaitan dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit. chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya.

SURVEI ENTOMOLOGI DAN PENENTUAN MAYA INDEX DI DAERAH ENDEMIS DBD DI DUSUN KRAPYAK KULON, DESA PANGGUNGHARJO, KECAMATAN SEWON, KABUPATEN BANTUL, DIY

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. IDENTITAS RESPONDEN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

Survei Larva Nyamuk Aedes Vektor Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Kuranji Kecamatan Kuranji Kotamadya Padang Provinsi Sumatera Barat

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

STUDI ANGKA BEBAS JENTIK (ABJ) DAN INDEKS OVITRAP DI PERUM PONDOK BARU PERMAI DESA BULAKREJO KABUPATEN SUKOHARJO. Tri Puji Kurniawan

SURVEI ENTOMOLOGI, MAYA INDEX DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK TERHADAP KEPADATAN LARVA

KEPADATAN JENTIK VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) Aedes sp. DI DAERAH ENDEMIS, SPORADIS DAN POTENSIAL KOTA SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH

Unnes Journal of Public Health

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

SURVEI ENTOMOLOGI AEDES SPP PRA DEWASA DI DUSUN SATU KELURAHAN MINOMARTANI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN PROVINSI YOGYAKARTA

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

Fajarina Lathu INTISARI

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

Kata Kunci : Demam Berdarah Dengue (DBD), Sanitasi lingkungan rumah, Faktor risiko

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

Analisis Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Puskesmas Rawasari Kota Jambi Bulan Agustus 2011

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

HUBUNGAN PERILAKU 3M PLUS DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI KELURAHAN BIROBULI SELATAN KOTA PALU SULAWESI TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN. jumlah tempat perindukan nyamuk yang mempengaruhi populasi larva Aedes

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional karena upaya memajukan bangsa tidak akan efektif apabila tidak memiliki

FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD. Asep Irfan (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DI RW III DESA PONCOREJO KECAMATAN GEMUH KABUPATEN KENDAL ABSTRAK

HUBUNGAN PERILAKU 3M DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK DI DUSUN TEGAL TANDAN, KECAMATAN BANGUNTAPAN, KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Pengamatan Tempat Perindukan Aedes

Transkripsi:

STUDI KEBERADAAN JENTIK DAN PERILAKU PENDERITA CHIKUNGUNYA DI DESA TALUMELITO KECAMATAN TELAGA BIRU Firi Mokoagow 1), Lintje Boekoesoe 2), Sri Manovita Pateda 3). 1 Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo Mokoagow_fitri@yahoo.com 2 Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo Lintjeboekoesoe@yahoo.co.id 3 Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo Manovitapateda@gmail.com Abstrak Chikungunya adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, ditandai dengan demam tinggi dan manifestasi nyeri sendi. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah keberadaan jentik dan perilaku penderita Chikungunya di Desa Talumelito Kecamatan Telaga Biru. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui keberadaan jentik dan perilaku penderita Chikungunya di desa Talumelito kecamatan Telaga Biru Tahun 2014. Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penderita Chikungunya yaitu sebanyak 54 orang dan 47 rumah penderita chikungunya. Sampel adalah seluruh jumlah populasi atau total sampling. Teknik analisis data menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan jentik pada House Index sebesar 36,1%, Container Index sebesar 15,5%, dan Breteau Index sebesar 76,6% serta ABJ sebesar 63,8%. Untuk hasil penelitian perilaku menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang Chikungunya berada dalam kategori cukup yaitu sebesar 46,3%, sikap responden terhadap Chikungunya berada dalam kategori baik yaitu sebesar 83,8%, tindakan responden terhadap chikungunya berada dalam kategori cukup yaitu sebesar 67,6. Jadi dapat disimpulkan bahwa ABJ tinggi karena berada di bawah standar nasional 95% sedangkan untuk pengetahuan dan tindakan berada pada kategori cukup dan untuk sikap berada pada kategori baik. Untuk masyarakat agar Melakukan kegiatan PSN secara rutin dan berkala dengan tujuan untuk memutus mata rantai penularan Chikungunya, dengan Melakukan kebiasaan menguras TPA minimal seminggu sekali, menutup TPA secara rutin dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan. Kata Kunci : Keberadaan Jentik, Perilaku, Chikungunya.

Abstract Chikungunya is a contagious disease caused by Chikungunya virus and shown by hight fever and joint pain. The problem statement of this research is on the existence of larvae and the behavior of Chikungunya patient in Talumelito Village, Telaga Biru subdistrict. The aim of this research is to onvestigate the existence of larvae and the behavior of Chikungunya patients in Talumelito Village, Telaga Biru sub-district, 2014. This is a descriptive quantitative research using survey as the method of data collections. The populations and sample of this research is all the Chikungunya patients consist of 54 people from 47 houses. The data i analyzed by univariat analysis. The result shows that te existence of larvae in : 1) House Index was 36.1%, 2) Container Index was 15.5%, 3) Breteau Index was 76.6%, and 4) ABJ as 63.8%. the behavior analysis shows that: 1) the respondents knowledge on Chikungunya disease was in moderate level or 46.3%, 2) the respondent attitude was in good level or 83.8%, and 3) respondents behavior was in moderate level or 67.6%. therefore, it can be concluded that the ABJ was high because it was under the national standard of 95%, the knowledge and behavior ere in moderate level, and the attitude was in good level. It is suggested to the transmissions by draining water reservoirs at least onc a week, covering every water barrel, and burry the junk that can collect rain water. Keywords: The Existence Of Larvae, Behavior, Chikungunya. 1. PENDAHULUAN Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit yang keberadaannya sudah ada sejak lama, tetapi kemudian merebak kembali. Chikungunya berasal dari bahasa Swahili (suku bangsa di Afrika) berdasarkan gejala pada penderita, yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (Saraswati, 2011). Di Indonesia sendiri KLB Chikungunya dilaporkan pertama kali pada tahun 1979 di Bengkulu, dan sejak itu menyebar ke seluruh daerah baik di Sumatera (Jambi, 1982) maupun di luar Sumatera yaitu pada tahun 1983 di Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan. Pada tahun 1984 terjadi KLB di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Timor Timur, sedangkan pada tahun 1985 di Maluku, Sulawesi Utara, dan Irian Jaya (Balitbangkes Depkes RI, 2005 dalam Santoso, 2011). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gorontalo tahun 2013-2014, ada 2 Kecamatan yang terserang penyakit chikungunya yaitu Kecamatan Limboto terdapat di Desa Kayu Bulan dengan jumlah 23 penderita, Desa Hunggaluwa dengan jumlah 24 penderita dan Kecamatan Telaga Biru terdapat di Desa Tuladenggi dengan jumlah 2 penderita, dan yang paling tinggi di Desa Talumelito dengan jumlah 102 penderita. Selama dua tahun terakhir kasus Chikungunya mengalami peningkatan. Pada bulan desember tahun 2013 jumlah kasus sebanyak 48 orang sedangkan pada bulan januari tahun 2014 jumlah kasus sebanyak 54 orang. Yang paling banyak menderita Chikungunya adalah perempuan dengan jumlah penderita 40 orang dan sisanya adalah laki-laki dengan jumlah penderita 14 orang. Kejadian paling banyak pada kelompok umur 25 tahun ke atas ( Puskesmas Telaga Biru, 2014). Kejadian penyakit dipengaruhi oleh perilaku seseorang yang terbagi dalam 3 aspek yakni : pengetahuan, sikap, dan tindakan. Observasi awal yang di lakukan peneliti, Perilaku

masyarakat Talumelito sangat berpengaruh negative terhadap kesehatan masyarakat, seperti pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, terutama mengenai penyakit Chikungunya masih sangat kurang. Sebagian masyarakat Talumelito belum mengetahui penyebab chikungunya, dan beberapa kebiasaan yang sangat mempengaruhi kesehatan masyarakat Talumelito seperti kebiasaan menampung air untuk keperluan seharihari selama 2 sampai 3 hari karena sulitnya mendapatkan air. Air yang di gunakan keperluan sehari-hari sebagian masyarakat Talumelito adalah air Sumur Bor dan Mata Air kemudian di alirkan ke hidran-hidran umum. Air ini adalah sistem prabayar tiap bulannya. Dari kebiasaan masyarakat ini memungkinkan adanya keberadaan jentik dalam tempat penampungan air (TPA), karena nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus lebih menyukai genangan air yang tidak beralaskan tanah langsung. Disamping itu juga di lingkungan sekitar perumahan warga masih banyak yang mendukung perindukan nyamuk yaitu adanya barang-barang bekas yang dapat menampung air. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif kuantitatif, melalui wawancara dalam bentuk kuesioner/angket dan lembar observasi. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah populasi atau total sampling. Teknik analisis data menggunakan analisis univariat. 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tabel 1. Frekuensi Penderita Chikungunya Menurut Umur Di Desa Talumelito Kecamatan Telaga Biru Tahun 2014 Umur (tahun) Jumlah % <25 4 7.4 25-50 44 81.5 >50 6 11.1 Total 54 100 Berdasarkan tabel 1 yang lebih banyak distribusi penderita menurut kelompok umur yang terbanyak adalah kelompok umur 25 50 tahun sebanyak 44 penderita (81,5%), dan yang paling sedikit adalah kelompok umur kurang dari 25 tahun sebanyak 4 penderita (7,4 %). Tabel 2. Ditribusi Frekuensi Jenis Kelamin Di Desa Talumelito Kecamatan Telaga Biru Tahun 2014 Jenis Kelamin Jumlah % Perempuan 40 74.1 Laki-laki 14 25.9 Total 54 100 Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa presentase penderita yang banyak terdistribusi pada jenis kelamin perempuan yakni 40 penderita (74,1%), dan yang paling sedikit terdistribusi pada jenis kelamin laki-laki yakni 14 penderita (25,9%). Tabel 3. Ditribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Di Desa Talumelito Kecamatan Telaga Biru Tahun 2014 Tingkat Pendidikan Jumlah % Perguruan Tinggi 1 1.9 SMA 14 25.9 SMP 9 16.7 SD 30 55.6 Total 54 100 Berdasarkan tabel tersebut 3 menunjukkan bahwa presentase penderita untuk pendidikan terakhir lebih banyak terdistribusi pada SD yakni 30 penderita (55,6%), dan yang paling sedikit terdistribusi pada Perguruan Tinggi yakni hanya 1 penderita (1,9%).

Tabel 4. Ditribusi Frekuensi Pekerjaan Di Desa Talumelito Kecamatan Telaga Biru Tahun 2014 Pekerjaan Jumlah % PNS 1 1.9 Petani 5 9.3 URT 34 63.0 Wiraswasta 10 18.5 Belum Bekerja 4 7.4 Total 54 100 Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa presentase penderita untuk pekerjaan lebih banyak terdistribusi pada pekerjaan URT yakni 34 penderita (63,0%), dan yang paling sedikit terdistribusi pada yang belum bekerja yakni 4 penderita (7,4%). Tabel 5. Distribusi Frekuensi Jenis- Jenis Tempat Penampungan Air Positif Jentik Tahun 2014 Jenis- Jenis TPA n % Positif Jentik n % Bak Mandi 10 4.5 4 16 Ember 137 62 15 60 Drum 3 1.4 3 12 Tempayan 51 23 0 0 Gentong 20 9 3 12 Total 221 100 25 100 Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah TPA (Tempat Penampungan Air) yang ada di Desa Talumelito berdasarkan hasil survey pada 47 rumah yaitu sebanyak 221 buah. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Jenis- Jenis bukan TPA untuk Keperluan Sehari-Hari Yang Positif Jentik Tahun 2014 Jenis-Jenis Bukan TPA Positif Jentik n % Ban Bekas 5 45.5 Dispenser 3 27.3 Buangan Kulkas 2 18.2 Vas Bunga 1 9 Botol Bekas 0 0 Total 11 100 Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa jentik nyamuk juga ditemukan di beberapa container bukan Tempat Penampungan Air unutk keperluan sehari-hari seperti ban bekas sebanyak 5 buah (45,5%) dan dispenser 3 buah (27,3%). Dua container ini yang memiliki jumlah yang paling tinggi dibandingkan dengan container yang lainnya. Tabel 7. Rumah Dan Kontainer Yang Positif Jentik Indikator Jumlah yang diperiksa Jumlah yang positif Rumah 47 17 Container 232 36 Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah rumah yang positif jentik sebanyak 17 rumah dan kontainer yang ditemukan positif jentik sebanyak 36. Tabel 8. Angka Indikator Index Jentik Indikator Standar Nasional Hasil HI - 36,1% CI - 15,5% BI - 76,6% ABJ 95 % 63,8% Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa hasil angka indikator jentik HI adalah 36,1%, CI adalah 15,5%, dan BI adalah 76,6 % serta ABJnya adalah 63,8%. Berdasarkan hasil perhitungan HI (House Index) yang didapat adalah 36,1%. Menurut teori apabila angka DF kurang dari skala 1 menunjukkan resiko penularan rendah, skala 1-5 resiko penularan sedang, dan diatas skala 5 resiko penularan tinggi. Jika dilihat dari tabel larva index yang digunakan untuk mengukur kepadatan jentik (Density Figure/DF) hasil menunjukkan berada pada skala 5 ( CI = 29-37) karena resiko penularan termasuk sedang. Berdasarkan hasil perhitungan CI (Container Index) yang didapat adalah 15,5%. Menurut teori jika angka

DF kurang dari skala 1 menunjukkan resiko penularan rendah, skala 1-5 resiko penularan sedang, dan diatas skala 5 resiko penularan tinggi. Apabila dilihat dari tabel larva index yang digunakan untuk mengukur kepadatan jentik (Density Figure/DF) hasil menunjukkan berada pada skala 5 ( CI = 15-20) karena resiko penularan termasuk sedang. Berdasarkan hasil perhitungan BI yang didapat adalah 76,6%. Menurut teori jika angka DF kurang dari 1 menunjukkan resiko penularan rendah, sakala 1-5 penularan sedang, dan diatas skala 5 resiko penularan tinggi. Apabila dilihat pada tabel larva index yang digunakan untuk mengukur kepadatan jentik (Density Figure/DF) hasil menunjukkan berada pada skala 7 (BI = 75-99) karena resiko penularan termasuk tinggi. Hasil perhitungan ABJ (Angka Bebas Jentik) yang didapat adalah 63,8%. Jika dibandingkan dengan standar nasional tersebut masih sangat jauh berada di bawah standar yaitu 95%, yang berarti kepadatan jentik nyamuk di Desa Talumelito masih cukup tinggi. Tabel 9. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Di Desa Talumelito Kecamatan Telaga Biru Tahun 2014 Tingkat Pengetahuan n % Baik 18 35.2 Cukup 25 46.3 Kurang 11 18.5 Jumlah 54 100.0 Tabel 9 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan penderita Chikungunya paling banyak adalah cukup yakni sebanyak 25 orang (46,3%) dan yang paling sedikit adalah yang memiliki tingkat pengetahuan kurang yakni sebanyak 11 orang (18,5%). Tabel 10. Distribusi Frekuensi Sikap Di Desa Talumelito Kecamatan Telaga Biru Tahun 2014 Sikap n % Baik 49 90,7 Cukup 5 9,3 Kurang - - Jumlah 54 100.0 Tabel 10 Menunjukkan bahwa sikap penderita Chikungunya tentang penyakit Chikungunya yang terbanyak adalah sikap baik sebanyak 49 orang (90,7%) dan yang paling sedikit adalah sikap kurang yakni 0 orang (0%). Tabel 11. Distribusi Frekuensi Tindakan Di DesaTalumelito Kecamatan Telaga Biru Tahun 2014 Tindakan n % Baik 2 3.7 Cukup 42 77.8 Kurang 10 18.5 Jumlah 54 100.0 Tabel 11 menunjukkan bahwa Tindakan penderita Chikungunya tentang penyakit Chikungunya yang terbanyak adalah tindakan cukup yakni sebanyak 42 orang (77,8%) dan yang paling sedikit adalah tindakan baik sebanyak 2 orang (3,7%). Pembahasan Sebagian besar bahan kontainer yang ditemukan jentik adalah yang terbuat dari plastik, semen, logam dan karet. Diantara ke empat jenis jenis kontainer ini yang paling banyak ditemukan jentik adalah bahan yang terbuat dari plastik. Hal ini karena TPA yang berbahan dasar plastik banyak beredar di pasaran dan lebih mudah didapatkan apalagi harganya yang relatif murah. Berdasarkan hasil survey jenis TPA yang ditemukan jentik di ember sebanyak 15(60%), kemungkinan pada saat mengambil air untuk keperluan memasak tidak di tutup rapat kembali

sehingga mempermudah nyamuk untuk masuk dan berkembangbiak di dalamnya sedangkan pada tempayan tidak di temukannya jentik karena air yang di tampung dalam tempayan hanya di pakai sehari saja untuk mencuci baju maupun mencuci peralatan dapur lainya sehingga abis di gunakan langsung dibuang. Hal ini sesuai dengan penelitian Yunus Hasni, 2013 menyatakan bahwa penggunaan Tempat Penampungan Air di daerah pemukiman yang digunakan untuk keperluan sehari-hari, sering menimbulkan masalah bagi perindukan vektor, hal ini disebabkan penduduk banyak menampung air di Tempat Penampungan Air karena kesulitan mendapatkan air bersih. Dengan alasan ini maka tempat perindukan nyamuk Aedes cenderung menjadi banyak sehingga memperluas terjadinya transmisi virus Chikungunya. Tingkat pengetahuan responden tentang penyakit Chikungunya Menunjukkan hanya kategori cukup yaitu sebesar 25(46,3%). Hal ini dikarenakan sebagian responden hanya sekedar tahu tapi belum memahami dan belum didasari oleh tindakan yang tepat dalam melakukaan pemberantasan sarang nyamuk. Sikap responden dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk Menunjukkan bahwa sikapnya sudah baik yaitu sebesar 49(90,7%) tapi tindakanya hanya cukup. Hal ini dikarenakan karena responden dalam memilih pernyataan selalu memilih halhal yang baik saja, Sikap responden untuk menguras maupun menutup tempat penampungan air tidak disertai kesadaran sebagai tindakan menghilangkan jentik nyamuk Aedes aegypti tapi lebih mengarah kepada kondisi fisik air yang kurang baik dan disamping itu kurangnya fasilitas yang DAFTAR PUSTAKA Santoso, F. 2010. Analisis Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian mendukung seperti kurangnya ketersediaan air untuk menguras tempat penampungan air. Tindakan responden dalam penanganan penyakit Chikungunya hanya kategori cukup yaitu sebesar 42 (77,8%). Hal ini dikarenakan tindakan responden tidak didasari dengan pengetahuan mengenai pemberantasan sarang nyamuk dan faktor yang mempengaruhi keberadaan jentik maka tidak dapat dilakukan suatu tindakan yang tepat, sehingga di rumah responden masih ditemukan adanya jentik Aedes aegypti serta kurangnya fasilitas yang mendukung seperti kurangnya ketersediaan air untuk melakukan tindakan dalam pencegahan penyakit Chikungunya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ridhwan, (2010) yang menunjukkan bahwa di Sumatera Utara memiliki tindakan yang cukup (83,8%). 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Talumelito, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : Keberadaan jentik dalam rumah (House Index) diperoleh 36,1% menunjukkan resiko penularan sedang. Keberadaan jentik dalam Container (Container Index) diperoleh 15,5% menunjukkan resiko penularan sedang. Keberadaan jentik pada tempat perindukan jentik (Breteau Index) diperoleh 76,6% menunjukkan resiko penularan tinggi. Tingkat pengetahuan penderita Chikungunya berada dalam kategori cukup berjumlah 25 orang (46,3%). Sikap penderita Chikungunya berada dalam kategori baik berjumlah 49 orang (90,7%). Tindakan penderita Chikungunya berada dalam kategori cukup berjumlah 42 orang (77,8%). Chikungunya Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunungpati Kota Semarang Tahun 2010. Skripsi,

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Saraswati, D. 2011. Bahan Ajar Agen Panyakit. Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Puskesmas Telaga Biru. 2014. Data Penderita Chikungunya Di Desa Talumelito Kecamatan Telaga Biru Kabuapten Gorontalo

.