1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi adalah penyakit kronis yang dapat menyerang sepanjang hidup seseorang yang merupakan hasil interaksi antara asam hasil fermentasi karbohidrat oleh bakteri, gigi, dan saliva.karies yang terjadi pada gigi desidui bayi dan anak prasekolah disebut karies dini. Beberapa faktor penyebab karies dini antara lain perilaku kebersihan gigi, tingginya konsumsi makanan kariogenik, aliran saliva yang rendah, paparan fluoride yang rendah, kesalahan pemberian makanan pada bayi, serta kemiskinan (Selwitz dkk., 2007). Schroth, dkk. (2010) melaporkan bahwa prevalensi karies dini di Manitoba, Kanada pada anak usia prasekolahsebesar 53% dan yang menderita karies dini parah adalah 42,4%. Prevalensi karies dini pada anak usia 6-19 bulan di Propinsi Suphan Buri, Thailand sebesar 20,8% (Vachirarojpisan dkk., 2004), di Kota Belgaum, India sebesar 63,17% (Sankeshwari dkk., 2013). Penelitian di Propinsi DKI Jakarta oleh Setiawati (2012)melaporkan bahwa karies dini pada anak usia 6-24 bulan sebesar 36,8%. Kemenkes RI (2013) menjelaskan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 di Indonesia pada anak berusia 1-4 tahun menunjukkan terdapat 10,4% dari populasi usia tersebut yang mengalami permasalahan gigi dan mulut, tetapi hanya 25,8 yang mendapatkan perawatan. Depkes RI (1991) menjelaskan bahwa kehilangan gigi terlalu dini pada anak prasekolah dapat mempengaruhi
2 pertumbuhan dan perkembangan gigi tetap dan rahang, serta mengganggu fungsi kunyah dan estetika. Mishu, dkk.(2013) melaporkan hasil penelitian pada daerah miskin di Bangladesh bahwa karies gigi yang tidak dirawat berhubungan dengan berat badan kurang (underweight).low, dkk.(1999) juga menjelaskan bahwa nyeri karena karies gigi yang parah mengakibatkan asupan makanan berkurang dan tidur tidak nyenyak sehingga kualitas hidup anak menurun. Kualitas hidup anak akan meningkat apabila karies gigi dirawat. Duncanson, dkk. (2012) menjelaskan bahwa perilaku pencegahan penyakit akan efektif apabila orang tua melakukan edukasi yang baik pada anak serta menjadi contoh (role model) bagi anak. Peran orang tua sangat penting dalam upaya peningkatan kesehatan gigi anak sebab anak prasekolah masih tergantung pada bantuan orang dewasa.kusumaningsih dan Rahardjo (2000) berpendapat bahwa pengaruh paling kuat adalah dari ibu, oleh sebab itu pembinaan untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut anak prasekolah juga ditujukan pada ibu.pembinaan kesehatan gigi di Indonesia masih diperlukan karena menurut Kemenkes RI (2013) terdapat 93,6% penduduk telah menggosok gigi tetapi hanya sebesar 3,4% penduduk yang menggosok gigi dengan benar. Permasalahan gigi dan mulut ini diperlukan pendidikan kesehatan gigiyang merupakan upaya terencana agar terjadi perubahan perilaku menjadi lebih menguntungkan (Budiharto, 2013).Salah satu metode pendidikan kesehatan adalah dengan penyuluhan.penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk berkomunikasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya agar dapat
3 mengambil keputusan dengan benar (Ban dan Hawkins, 1999 cit.anwas, 2014).Penyuluhan yang diwujudkan dengan program konseling kebiasaan makanpada tahun pertama kehidupan anak dapat menurunkan insidensi karies dini ketika anak berusia 4 tahun.intervensi konseling dalam penelitian ini yaitu kunjungan rumah dengan saran pemberian nutrisi selama 10 hari sejak bayi lahir, bulan ke 6, bulan ke 8, bulan ke 10, dan bulan ke 12. Materi konseling meliputi ASI eksklusif 6 bulan, makanan pendamping ASI, konsumsi harian buah dan sayur, dan anjuran tidak menggunakan botol susu (Feldens dkk., 2010).Nishimura, dkk. (2012) melakukan penelitian longitudinal di Jepang tentang efektifitas penyuluhan konsumsi makanan pada orang tua dan pengukuran risiko karies dengan cariostat ketika anak berumur 18 bulan dan 24 bulan serta dievaluasi ketika anak berumur 42 bulan.hasil penelitian menunjukkan bahwa penyuluhan efektif dalam menurunkan risiko karies ketika anak berumur 42 bulan. Kecamatan Kasihan merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki luas wilayah 32,38 km 2. Jumlah penduduk 112.708 jiwa dengan penduduk usia4-6 tahun 2.854jiwa. Fasilitas kesehatan meliputi 10 rumah sakit, 2 puskesmas, 2 puskesmas pembantu, 12 apotek, 6 balai pengobatan, dan 85 posyandu (BPS Bantul, 2012). Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul telah melaksanakan program kesehatan gigi dan mulut yaitu penyuluhan dalam Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)dengan cakupan mencapai 96,59% (Dinkes Kab. Bantul, 2012).Kegiatan UKGS ini hanya diperuntukkan bagi siswa sekolah dasar sehingga program peningkatan kesehatan
4 balita hanya memantau status kesehatan umum dan tidak mencakup kesehatan gigi.profil Kesehatan Dinkes Bantul tidak mencantumkan data status karies dan prevalensi karies di Kecamatan Kasihan. Penelitian pendahuluan di TK Pertiwi 55 Beton dan TK Tunas Mekar pada tahun 2012 didapatkan data prevalensi karies dini pada anak usia 5-6 tahun yaitu 92,77% dengan indeks def-t sebesar 6,71. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang pengaruhpenyuluhan konsumsi makanan kariogenik pada ibu dan anak terhadap status kesehatan gigi dan mulut anak Taman Kanak-kanak di Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. B. Perumusan Masalah Berdasarkanuraianlatar belakang maka dapat diperoleh rumusan masalah yaitu bagaimanapengaruh penyuluhan konsumsi makanan kariogenik pada ibu dan anak terhadap status kesehatan gigi dan mulut anak Taman Kanak-kanak di Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh penyuluhankonsumsi makanan kariogenik pada ibu dan anak terhadap status kesehatan gigi dan mulut anak Taman Kanak-kanak di Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul.
5 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui perbedaan pengetahuan anak setelah penyuluhan konsumsi makanan kariogenik antara kelompok ibu dan anak serta kelompok anak. b. Mengetahui perbedaan pengetahuan ibu setelah penyuluhan konsumsi makanan kariogenik antara kelompok ibu dan anak serta kelompok anak. c. Mengetahui perbedaan kecenderungan perilaku ibu setelah penyuluhan konsumsi makanan kariogenik antara kelompok ibu dan anak serta kelompok anak. d. Mengetahui perbedaan akumulasi plak anak setelah penyuluhankonsumsi makanan kariogenik antara kelompok ibu dan anak serta kelompok anak. e. Mengetahui perbedaan keparahan karies anak setelah penyuluhan konsumsi makanan kariogenik antara kelompok ibu dan anak serta kelompok anak. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi ilmiah tentangpengaruh penyuluhan konsumsi makanan kariogenik pada ibu dan anak terhadap status kesehatan gigi dan mulut anak Taman Kanakkanak di Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantuldalam bidang kedokteran gigi pencegahan.
6 2. Manfaat Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi wawasan kepada masyarakat dalam upaya perencanaan strategi pencegahan penyakit gigi, misalnya penyuluhankonsumsi makanan kariogenik di sekolah, posyandu ataupun dalam keluarga. E. Keaslian Penelitian Penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya tentang penyuluhan perilaku konsumsi makanan adalah: 1. Feldens dkk. (2010) melakukan penelitian longitudinal tentang efektifitas program konseling nutrisi terhadap penurunan karies dini di Brasil. Variabel bebasnya adalah program konseling nutrisi,variabel terikatnya adalah kejadian karies dini. Metode yaitu penelitian longitudinal selama 12 bulan. Angka karies gigi diukur ketika anak berusia 4 tahun. 2. Nishimura dkk. (2012) melakukan penelitian longitudinal di Jepang tentang efektifitas penyuluhan konsumsi makanan pada orang tua dan pengukuran risiko karies dengan cariostat ketika anak berumur 18 bulan dan 24 bulan serta dievaluasi ketika anak berumur 42 bulan. Variabel bebasnya adalah program penyuluhan konsumsi makanan ketika anak berumur 18 bulan dan 24 bulan, variabel terikatnya adalah perubahan risiko karies dan perubahan perilaku ibu setelah anak berumur 42 bulan. Metode yang digunakan adalah penelitian longitudinal selama 2 tahun.
7 Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian dilakukan di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantuldengan subyek penelitian adalah ibu dan anak TK. Variabel pengaruhnya penyuluhan konsumsi makanan kariogenik pada anak dan ibu. Variabel terpengaruh adalah : 1. Pengetahuan anak tentang konsumsi makanan kariogenik. 2. Pengetahuan ibu tentang konsumsi makanan kariogenik. 3. Kecenderungan perilaku ibu tentang konsumsi makanan kariogenik. 4. Status kesehatan gigi dan mulut pada anak.