EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam

PENELITIAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM KEBERHASILAN PROMOSI KESEHATAN GIGI DAN MULUT. Desi Andriyani *

BAB I PENDAHULUAN. orangtua sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada. (Notoatmodjo, 2003). Kesehatan gigi dan mulut pada anak apabila

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. karies karena struktur dan morfologi gigi sulung yang berbeda dari gigi tetap. 1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS SATU SDN 74/IV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karbohidrat oleh bakteri, gigi, dan saliva.karies yang terjadi pada gigi desidui

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

EFEKTIVITAS OBAT KUMUR DALAM MENGHILANGKAN BAU MULUT (HALITOSIS) PADA PEROKOK AKTIF

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas hidupnya harus berkembang dengan baik terutama anak-anak

PERBEDAAN ANGKA RATA-RATA KARIES GIGI ANTARA MASYARAKAT BALI VEGETARIAN DAN NONVEGETARIAN DI DESA BASARANG JAYA KABUPATEN KAPUAS

BAB V HASIL PENELITIAN. Selatan dengan luas wilayah kerja seluas 14,87 Km 2, terdiri dari 3 wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DI SDI DARUL MU MININ KOTA BANJARMASIN TAHUN 2017 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perhatian orang tua terhadap kesehatan gigi anak, kurangnya mengenalkan

BAB I PENDAHULUAN. sering menderita kekurangan gizi, juga merupakan salah satu masalah gizi

BAB I PENDAHULUAN. baik. Penelitian yang di lakukan Nugroho bahwa dari 27,1% responden yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

EFEKTIVITAS SIKAT GIGI MASSAL DI SEKOLAH DASAR BINAAN JURUSAN KEPERAWATAN GIGI POLTEKKES PONTIANAK BERDASARKAN ANGKA KARIES GIGI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK TK B

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya. menunjang kesehatan seseorang (Riyanti, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. utama bila dibandingkan dengan penyakit umum lainnya. Penyakit gigi yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. mulut pada masyarakat. Berdasarkan laporan United States Surgeon General pada

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit

HUBUNGAN KONSUMSI JENIS MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI SDN KRANDON KUDUS

BAB 1 PENDAHULUAN. jika gigi mengalami sakit akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Kesehatan gigi

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya terjadi pada orang dewasa tapi juga pada anak-anak. Proses perkembangan

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

PENGETAHUAN GURU PENJASKES DAN PERANANNYA DALAM PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG SEKAYAM KABUPATEN SANGGAU

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. (Soetjiningsih, 1995). Pada usia tersebut anak mengalami proses

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebersihan gigi dan mulut. Perilaku pencegahan terhadap

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat umum dan menyebar di seluruh dunia di. mana angka prevalensinya semakin meningkat, walaupun

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mufidah (2012) umumnya permasalahan keseh atan pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN TINGGINYA ANGKA KARIES GIGI PADA SD BINAAN PELAYANAN ASUHAN DI WILAYAH KOTA PONTIANAK

BAB VII PENUTUP. 1. Lebih dari separoh responden mengalami karies gigi di Sekolah Dasar Negeri

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

PENGARUH METODE MENGGOSOK GIGI SEBELUM MAKAN TERHADAP KUANTITAS BAKTERI DAN Ph SALIVA

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak

Lampiran 1. Data Responden

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

Anneke A. Tahulending 1), Christy Velia Kosegeran 2) 1)3) Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado, Jl. R. W. Mongisidi Malalayang

Rawati Siregar, Jessi Sihotang Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN ANAK USIA 7 SAMPAI DENGAN 12 TAHUN TENTANG ORAL HYGIENE BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI SDN JALAN ANYAR KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung maupun tidak langsung. Status gizi secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam

HUBUNGAN TINGKAT KEJADIAN KARIES GIGI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-7 TAHUN DI SD INPRES KANITI KECAMATAN KUPANG TENGAH KABUPATEN KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. ini merupakan pertumbuhan dasar anak, selain itu juga terjadi perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai tahapannya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa. Middle childhood merupakan masa. usia tahun untuk anak laki-laki (Brown, 2005).

ABSTRAK. Kata kunci: Menggosok gigi, perilaku, pendidikan kesehatan.

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN. pendidikan dokter gigi di Universitas Sumatera Utara. Saya ingin memberitahukan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dijelaskan dan diuraikan tentang latar belakang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 DI SD MOJOROTO II KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

PERBEDAAN KHASIAT ANTARA BIJI ALPUKAT DAN BUNGA CENGKEH DALAM MENGHILANGKAN SAKIT GIGI (HYPEREAMI PULPA) PADA MASYARAKAT YANG BERKUNJUNG DI PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor penting dalam perkembangan normal anak. 1 Penyakit gigi dan

BAB VI PEMBAHASAN. dasar. Upaya-upaya yang dilakukan meliputi upaya promotif yaitu dengan. memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa 90% dari anak didunia mengalami masalah kerusakan gigi. Hasil Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, intelektualitas, dan produktivitas yang tinggi. Ketiga hal ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah gizi, tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. Mulut merupakan pintu gerbang utama di dalam sistem pencernaan. Makanan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilakukan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air Susu Ibu (ASI), dan ASI yang diberikan kepada bayi sejak lahir sampai

Transkripsi:

EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA Asmaul Husna 1 dan Budi Suryana 2 1,2 Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Pontianak ABSTRAK Latar Belakang: Strategi antisipasi upstream merupakan alternative yang baru saja diuji cobakan di lima provinsi dengan kategori prevalensi karies tinggi, yaitu Sumatra Barat, Kupang, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat. Strategi antisipasi upstream menekankan pada pencegahan karies lebih awal dengan pendekatan menggali pengetahuan orang tua, kebiasaan anak sehari hari dan komitmen orang tua untuk berpartisipasi merubah kebiasaan anak yang kurang baik ke arah kebiasaan yang lebih baik melalui konseling. Metode upstream menitik beratkan pada peran orang tua dalam merubah perilaku anak, dari yang kurang sehat menjadi lebih sehat. Tujuan: penelitian ini adalah Untuk mengetahui efektifitas strategi up stream terhadap perubahan perilaku hidup sehat gigi melalui konseling Metode: penelitian yang digunakan adalah experiment sederhana dengan design pre dan post adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan intervensi pada subyek penelitian sehingga menimbulkan data yang diinginkan, dengan cara konseling. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/i SDN 12 Pontianak Kota, sampel berjumlah 32 dengan teknik purposive sampling. Hasil: uji statistik dengan uji beda mean (t-test) diperoleh perilaku hidup sehat gigi sebelum konseling dengan rata-rata = 2,72 dengan probabilitas 0,000 dan rata-rata perilaku hidup sehat gigi sesudah konseling 6,44 dengan probabilitas 0,000, dengan perbedaan mean 3,71. Dan probabilitas 0,000, oleh karena probabiltas lebih kecil dari 0,05 maka menolak hipotesis nol (HO) yang artinya terdapat pebedaan perilaku hidup sehat gigi sebelum konseling dengan perilaku hidup sehat gigi sesudah dilakukan konseling, atau terjadi perubahan perilaku buruk ke perilaku baik sebesar 65,7%. Kata Kunci: Upstream, Perilaku, Gigi, Konseling PENDAHULUAN Dampak yang disebabkan oleh karies gigi cukup serius terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak prasekolah 1 yaitu apabila karies tidak terawat menyebabkan rasa sakit sehingga mengganggu asupan makan anak yang penting untuk perkembangan otak, menimbulkan gangguan tidur yang selanjutnya mengganggu produksi glucosteroid dan pertumbuhan anak yang bisa mengakibatkan konsentrasi belajar terganggu, inflamasi kronis dari karies gigi juga dapat menekan hemoglobin dan selanjutnya menimbulkan anemia karena produksi eritrosit dalam sumsum tulang menjadi berkurang. Lebih dari 50 juta jam sekolah pertahun hilang yang ditimbulkan oleh sakit gigi pada anak dan akibat ini akan berdampak hingga kehidupan dewasa 2 (WHO, 2005). Hasil evaluasi karies gigi pada anak balita di DKI Jakarta tahun 1993 menemukan 44,4% anak mengalami susah makan karena keluhan sakit gigi, dan hal ini berdampak 13,1 % anak mempunyai status gizi dibawah normal 3 (Dinkes DKI, 1993). Persoalan karies tidak pernah selesai sampai saat ini, meskipun berbagai pendekatan

program sudah dijalankan, hal ini mengundang keprihatin berbagai pihak terutama instansi yang terkait, antara lain Kementrian Kesehatan, Dinas Kesehatan baik tingkat I maupun tingkat II, dan Poltekkes kemenkes Pontianak jurusan keperawatan gigi, yang keberadaannya belum mampu untuk menekan prevalensi karies yang semakin menjulang tinggi, yaitu 6,38 4. Strategi antisipasi upstream merupakan alternative yang baru saja diuji cobakan di lima provinsi dengan kategori prevalensi karies tinggi, yaitu Sumatra Barat, Kupang, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat. Strategi antisipasi upstream menekankan pada pencegahan karies lebih awal dengan pendekatan menggali pengetahuan orang tua, kebiasaan anak sehari hari dan komitmen orang tua untuk berpartisipasi merubah kebiasaan anak yang kurang baik ke arah kebiasaan yang lebih baik melalui konseling. Sekolah Dasar Negeri 12 Pontianak merupakan salah satu Sekolah Dasar yang melakukan MOU dengan Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Pontianak, sebagai lahan praktek mahasiswa/i mata kuliah pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut masyarakat, hal ini sudah berlangsung selama 3 tahun. Adapun kegiatan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 12 meliputi penyuluhan, pemeriksaan dan pengobatan sederhana, namun kegiatan ini belum mampu untuk merubah pola hidup sehat gigi anak anak SDN 12, sehingga diperlukan peran serta orang tua dalam membimbing dan mengarahkan anak anaknya dalam berperilaku hidup sehat. Metode upstream menitik beratkan pada peran orang tua dalam merubah perilaku anak, dari yang kurang sehat menjadi lebih sehat. BAHAN DAN CARA PENELITIAN Penelitian experiment sederhana dengan design pre dan post adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan intervensi pada subyek di SDN 12 Jl. Alianyang Kelurahan Sei Bangkong Kecamatan Pontianak Kota. Populasi adalah seluruh siswa/i SDN 12 Pontianak Kota yang berjumlah 255 siswa. Teknik sampel menggunakan purposive dengan jumlah sampel 32 responden yang duduk di kelas satu. Alat penelitian yang digunakan adalah lembar konsultasi berupa lembar cheklist pola perilaku sehat gigi, kuesioner atau wawancara terstruktur meliputi: kebiasaan dalam mengkonsumsi makanan, minuman, menyikat gigi dan pemeriksaan gigi ke klinik gigi. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji t.test untuk melihat efektifitas strategi antisipasi upstream terhadap perubahan pola hidup sehat gigi melalui metode konseling. Analisis kualitatif untuk deskripsi dan pemahaman terhadap situasi atau perilaku dengan mempelajari hasil konseling dan ditampilkan dalam kutipan wawancara. HASIL PENELITIAN Penelitian tentang efektifitas strategi up stream terhadap perubahan perilaku hidup sehat gigi melalui konseling di SDN 12 Pontianak menggunakan subyek penelitian siswa-siswi kelas 1, pada bulan mei 2013. responden dalam penelitian ini sebanyak 32 siswa/i, dengan 25 siswa laki-laki dan 7 siswi perempuan. Usia responden berada pada rentang 6 tahun sampai dengan 7 tahun. 1. Perilaku konsumsi minum, cara makan responden dan waktu menggosok gigi

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Konsumsi Minum, Cara Makan dan Waktu Menggosok Gigi No. Item Pertanyaan Ya Tidak F % f % 1. Minum soft drink lebih dari 1 kali dalam 8 25.0 24 75.0 sepekan 2. Minum susu lebih dari 4 kali dalam sehari 23 71.9 9 28.1 3. Minum susu menggunakan botol 23 71.9 9 28.1 4. Suka ngemut permen setiap hari 16 50.0 16 50.0 5. Ketika makan suka diemut 24 75.0 8 25.0 6. Menggosok gigi tanpa dibantu 4 12.5 28 87,5 7. Menggosok gigi sesudah selesai makan 3 9.4 29 90.6 8. Menggosok gigi sebelum tidur malam hari 10 31.1 22 68.8 Dari 32 responden distribusi responden berdasarkan pola minum, cara makan, dan waktu menggosok gigi adalah sebagai berikut, 25% responden mengkonsumsi soft drink lebih dari satu kali dalam sepekan, 71,9 % minum susu lebih dari empat kali dan menggunakan botol susu, 50% suka ngemut premen setiap hari, 75% ketika makan suka diemut, 90% tidak menggosok gigi sesudah selesai makan dan 68,8% tidak menggosok gigi sebelum tidur malam hari. 2. Keadaan Kesehatan Gigi Responden Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Kesehatan Gigi Variabel Kesehatan Gigi f % 1. Gigi Belakang ada garis kehitam hitaman Ada 10 31.3 Tidak ada 22 68.8 2. Permukaan gigi ada bercak putih Ada 2 6.3 Tidak ada 30 93.8 3. Gigi yang berlubang Ada 26 81.3 Tidak ada 6 18.8 Pada tabel 2. terlihat bahwa sebagian besar yaitu 31.3% responden dengan gigi belakang ada garis kehitam hitaman, dan 6.3% responden permukaan gigi dengan ada bercak putih dan 81.3% dengan gigi yang berlubang. 3. Faktor Peranan Orang Tua Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Peranan OrangTua Kategori Peranan Orang Tua f % 1. Baik 6 18,8 2. Buruk 26 81,3 32 100 Sebagian besar 81,3% responden memiliki kategori buruk dalam mengambil peran untuk membimbing anaknya berperilaku hidup sehat gigi. 4. Perilaku Hidup Sehat Gigi Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Hidup Sehat Gigi Perilaku Hidup Sehat Gigi Awal f % 1. Baik 5 15,6 2. Buruk 27 84,4 32 100 Perilaku Hidup Sehat Gigi Akhir 1. Baik 26 81,3 2. Buruk 6 18,8 32 100

Terlihat bahwa sebagian besar responden (84,4%) memiliki perilaku hidup sehat gigi sebelum dilakukan konseling dengan kategori buruk, tetapi setelah dilakukan konseling perilaku hidup sehat gigi sebagian besar responden (81,8%) dengan kategori baik. 5. Perilaku Hidup Sehat Gigi sebelum dilakukan konseling dengan perilaku hidup sehat sesudah konseling Tabel 5. Distribusi Responden berdasarkan Perilaku Hidup Sehat Gigi Sebelum dan perilaku hidup sehat gigi sesudah dilakukan konseling Perilaku Hidup Sehat Gigi Sebelum Perilaku Hidup Sehat Gigi Sesudah Baik Buruk Baik 5 0 5 Buruk 21 6 27 26 6 32 Terlihat bahwa perilaku hidup sehat gigi responden sebelum dilakukan konseling, 27 responden berperilaku buruk, tetapi sesudah dilakukan konseling maka 21 dari 27 responden berubah menjadi perilaku hidup sehat gigi dengan kategori baik dan 6 responden dengan perilaku tetap buruk. 6. Analisis uji statistik Tabel 6. Analisis Statistik Uji Beda t-test Variabel Mean Perbedaan Probbilitas Perilaku Sebelum 2,72 3,71 0,000 Perilaku Sesudah 6,44 Hasil uji statistik dengan uji beda mean (t-test) diperoleh perilaku hidup sehat gigi sebelum konseling dengan rata-rata = 2,72 dengan probabilitas 0,000 dan rata-rata perilaku hidup sehat gigi sesudah konseling 6,44 dengan probabilitas 0,000, dengan perbedaan mean 3,71. Dan probabilitas 0,000, oleh karena probabiltas lebih kecil dari 0,05 maka menolak hipotesis nol (HO) yang artinya terdapat pebedaan perilaku hidup sehat gigi sebelum konseling dengan perilaku hidup sehat gigi sesudah dilakukan konseling. PEMBAHASAN Hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan yang cukup signifikan antara perilaku hidup sehat gigi sebelum dilakukan strategi up stream melalui konseling dengan perilaku hidup sehat gigi sesudah dilakukan strategi up stream melalui konseling, dengan nilai mean awal = 2,72 dan mean akhir = 6,44, sehingga diperolah perbedaan mean = 3,719 dan probabilitas = 0,000. 1. Perilaku hidup sehat gigi sebelum dilakukan intervensi strategi up stream. Hasil analisis statistik memperlihatkan bahwa diperoleh mean= 2,72 dengan batas bawah 2,11 dan batas atas 3,33. Nilai rentang tersebut berada pada kategori perilaku buruk. Hal ini dikarenakan 84,4% responden mempunyai pola hidup sehat gigi yang jelek seperti minum susu lebih dari 4 kali dalam sehari dengan menggunakan botol susu (71,9%), suka mengemut makanan ketika makan (75%), tidak menggosok gigi setelah selesai makan (90,6%) dan tidak menggosok gigi sebelum tidur malam (68,8%), akibatnya keadaan kesehatan giginya pun buruk (75%) responden mengalami lubang gigi. Keadaan ini juga dipicu oleh peran serta orang tua (81,3%) mempunyai kategori peran serta buruk, hasil wawancara dengan responden diperoleh bahwa 12,5% orang tua dalam mengasuh putra putrinya dibantu oleh orang lain, 87,5% tidak membantu putra putrinya dalam menyikat gigi, dan 71,9% memberikan air susu dengan menggunakan botol susu. Hal ini terjadi karena ketidak tahuan bahwa perilaku tersebut memicu terjadinya lubang gigi pada putra putrinya. 2. Perilaku hidup sehat gigi sesudah dilakukan intervensi strategi up stream melalui konseling

Hasil analisis statistik memperlihatkan bahwa diperoleh mean = 6,44 dengan batas bawah 5,69 dan batas atas 7,18. Nilai rentang tersebut berada pada kategori perilaku baik. Hasil uji statistik ini diperkuat dengan data bahwa 81,3% responden sudah mempunyai perilaku hidup sehat gigi yang baik, dan hanya 18,8 yang berperilaku buruk. Perubahan perilaku ini disebabkan pemahaman orang tua tentang kesehatan gigi mulai baik, orang tua mulai aktif memperhatikan kesehatan gigi putra putrinya. Hal ini terlihat dari antusias ibu ibu untuk memberikan vitamin gigi dan menyetujui untuk dilakukan penambalan gigi putra putrinya yang sudah terlihat garis garis kehitaman di permukaan gigi belakang 3. Analisis efektifitas strategi up stream terhadap perubahan perilaku hidup sehat gigi melalui konseling Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji beda t-test, diperoleh perbedaan mean/ mean different = 3,719 dan probabilitas = 0,000, yang bararti terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku sebelum konseling dengan perilaku sesudah konseling. Hal ini terlihat bahwa responden dengan perilaku buruk sebelum konseling sebanyak 27 responden dan hanya 5 responden yang mempunyai perilaku baik, kemudian sesudah di intervensi dengan strategi up stream melalui konseling, dari 27 responden yang berperilaku buruk, 21 responden berubah perilaku menjadi baik dan hanya 6 orang yang masih mempunyai perilaku buruk, sehingga jumlah keseluruhan perilaku baik menjadi 26 responden, atau terjadi perubahan perilaku buruk ke perilaku baik sebesar 65,7%. Perubahan terlihat pada perilaku menyikat gigi yang tepat waktu, mengkonsumsi air putih sesudah minum susu, peran serta orang tua dalam mengatur menu makanan dengan memberikan menu yang lebih menyehatkan gigi seperti sayur dan buah, serta mengurangi frekuensi minuman soft drink. Kemudian pemberian vitamin gigi serta penutupan fissure yang dalam (fissure silent). Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo yang mengatakan bahwa proses perubahan perilaku yang sangat mendasari adalah pengetahuan, karena pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek. Disamping itu perilaku manusia yang sangat dipengaruhi oleh karakteristik indivividu dan lingkungannya. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku atau kebiasaan individu. Kebiasaan dilakukan dalam kehidupan seseorang sehari-hari tanpa adanya perasaan terpaksa. Perilaku dapat dibentuk sejak kecil dari lingkungan rumah terdekat yaitu orang tua, saudara kandung, dan pengasuh merupakan pembentuk tingkah laku utama pada anak 5. KESIMPULAN Perilaku responden sebelum dilakukan intervensi dengan strategi up stream = 2,72 dengan batas bawah 2,11 dan batas atas 3,33. Nilai rentang tersebut berada pada kategori perilaku buruk. Perilaku responden sesudah diintervensi dengan srtategi up stream = 6,44 dengan batas bawah 5,69 dan batas atas 7,18. Nilai rentang tersebut berada pada kategori perilaku baik. Terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku sebelum konseling dengan perilaku sesudah konseling. Hal ini terlihat bahwa responden dengan perilaku buruk sebelum konseling sebanyak 27 responden dan hanya 5 responden yang mempunyai perilaku baik, kemudian sesudah di intervensi dengan strategi up stream melalui konseling, dari 27 responden yang berperilaku buruk, 21 responden berubah perilaku menjadi baik dan hanya 6 orang yang masih mempunyai perilaku buruk, sehingga jumlah keseluruhan perilaku baik menjadi 26 responden, atau terjadi perubahan perilaku buruk ke perilaku baik sebesar 65,7%.

Pengaruh Viskositas Saliva Terhadap Pembentukan Plak Gigi ; Nidia Alfianur,dkk SARAN 1. Bagi Instansi Terkait (Dinkes Tk.II Kota Pontianak dan JKG Poltekkes Kemenkes Pontianak : untuk mempertimbangkan metode strategi up stream melalui konseling sebagai bagian dari program promosi kesehatan, supaya prevalensi karies gigi pada anak anak dapat ditekan. 2. Bagi Masyarakat, menjadi bahan informasi dan masukan bahwa keterlibatan orang tua dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anak anaknya sangat penting. 3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang bagaimana menanamkan perilaku yang baik pada anak anak menjadi perilaku yang permanen. KEPUSTAKAAN 1. Mouradian, W.E., 2001, Dental Health and Children-Prevention Of Dental Disease journal of the American Medical Association 284 (20):2625 2631. 2. WHO, 2005 3. Dinkes DKI, 1993 4. Depkes R.I., 2008, Riskesdas 2007, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta 5. Notoatmodjo, 2005, Pendidikan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta. 6