PERBANDINGAN KARBOPOL DAN KARBOKSIMETIL SELULOSA SEBAGAI PENGENTAL PADA PEMBUATAN BIOETANOL GEL

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBUATAN BIOETANOL GEL

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL

PEMBUATAN GEL FUEL BERBAHAN DASAR ALKOHOL DENGAN GELLING AGENT ASAM STEARAT DAN METIL SELULOSA

ANALISIS KADAR BIOETANOL DAN GLUKOSA PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Intisari. BAB I. Pengantar 1. I. Latar Belakang 1 II. Tinjauan Pustaka 3. BAB II.

PEMANFAATAN SAMPAH SAYURAN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL.

III. METODE PENELITIAN

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

FERMENTASI ETANOL DARI SAMPAH TPS GEBANG PUTIH SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kebutuhan bahan bakarnya

OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU

OPTIMALISASI SEKAM PADI SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN BAKAR GEL YANG RAMAH LINGKUNGAN OPTIMALIZED RICE HUSK FOR ALTERNATIVE ENVIROMENTAL BIOFUEL

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

PEMBUATAN BIOETANOL GEL SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PENGGANTI MINYAK TANAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BAHAN BAKU TETES MENGGUNAKAN PROSES FERMENTASI DAN PENAMBAHAN ASAM STEARAT

PEMBUATAN GEL ETANOL DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN PENGENTAL Carboxymethycellulose (CMC) MAKING OF ETHANOL GEL USING THICKENER Carboxymethylcellulose (CMC)

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini meningkat. Pada tahun

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting, terutama di jaman modern dengan mobilitas manusia yang sangat

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh November

Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah rumput laut. Rumput

I. PENDAHULUAN. Popularitas salak sebagai buah meja semakin meningkat sejak petani di

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Hafnida Hasni Harahap, Usman Malik, Rahmi Dewi

Analisis Makanan, Kosmetik Kosme & Perbekalan Farmasi S H A M P O O

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20

BAB I PENDAHULUAN. beracun dan berbahaya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. kendaraan bermotor dan konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak).

Ari Kurniawan Prasetyo dan Wahyono Hadi Jurusan Teknik Lingkungan-FTSP-ITS. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di berbagai negara di belahan dunia saat ini

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

PEMANFAATAN LIMBAH AIR CUCIAN BERAS SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL PADAT SECARA FERMENTASI OLEH

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia semakin tahun

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK

KUALITAS BIOETANOL LIMBAH PADAT BASAH TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA. Skripsi

PENGGUNAAN MINYAK SERAIWANGI SEBAGAI BAHAN BIO-ADITIF BAHAN BAKAR MINYAK

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan sudah tidak layak jual atau busuk (Sudradjat, 2006).

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

RANCANG BANGUN TEKNOLOGI DESTILASI BIOETANOL UNTUK BAHAN BAKAR TERBARUKAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bahan bakar. Sumber energi ini tidak dapat diperbarui sehingga

BAB III METODE PENELITIAN

UJI IDENTIFIKASI ETANOL DAN METANOL

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

PEMBUATAN BIOETHANOL DARI AIR CUCIAN BARAS (AIR LERI) SKRIPSI. Disusun Oleh : TOMMY

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

SUBSTITUSI EKSTRAK AMPAS TEBU TERHADAP LAJU KEASAMAN DAN PRODUKSI ALKOHOL PADA PROSES PEMBUATAN BIOETHANOL BERBAHAN DASAR WHEY

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

BIOETANOL DARI PATI (UBI KAYU/SINGKONG) 3/8/2012

BAB I PENDAHULUAN. seperti asam karboksilat, karbokamida, hidroksil, amina, imida, dan gugus lainnya

BAB III METODE PENELITIAN. bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

PROSIDING SNTK TOPI 2013 ISSN Pekanbaru, 27 November 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan salah satu alternatif energi pengganti minyak bumi

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Noor Azizah, 2014

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMBUATAN BIOETANOL DARI RUMPUT GAJAH

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Bab III Bahan dan Metode

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Saat ini persediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia semakin

SINTESA DAN UJI BIODEGRADASI POLIMER ALAMI

LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN. Tabel 7. Data Pengamtan Hidrolisis, Fermentasi Dan Destilasi. No Perlakuan Pengamatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

Laporan praktikum kimia logam dan non logam

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU

Transkripsi:

Perbandingan Karbopol dan Karboksimetil Selulosa sebagai Pengental pada Pembuatan Bioetanol Gel. (Sukma Budi Ariyani) PERBANDINGAN KARBOPOL DAN KARBOKSIMETIL SELULOSA SEBAGAI PENGENTAL PADA PEMBUATAN BIOETANOL GEL (Comparison of Carbopol and Carboxymethyl Cellulose as Thickener on Making Bioethanol Gel) Sukma Budi Ariyani dan Nana Supriyatna Baristand Industri Pontianak, Jln. Budi Utomo No. 41 Pontianak 78243 sukma_ariyani@yahoo.co.id Naskah diterima tanggal 13 Juni 213 dan disetujui untuk diterbitkan tanggal 24 Juli 213 ABSTRAK. Bioetanol gel merupakan bioetanol cair yang telah diberi zat pengental sehingga lebih aman dalam proses pengangkutan dan penggunaannya. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan karbopol dan karboksimetil selulosa sebagai pengental yang digunakan pada pembuatan bioetanol gel dan karakteristik bioetanol gel yang dihasilkan. Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan bioetanol gel dengan pengental karbopol dan karboksimetil selulosa dengan variabel jumlah masing-masing yang ditambahkan adalah 1,5; 3; 4,5 dan 6 g. Bahan pengental tersebut diaduk dengan akuades selama 5 menit kemudian ditambahkan bioetanol cair 7% sebanyak 1 g secara perlahan-lahan dan diaduk selama 15 menit. Selanjutnya dilakukan pengujian warna nyala, lama nyala dan viskositas. Bioetanol gel yang terbaik diuji dengan water boiling test. Hasil bioetanol gel terbaik diperoleh pada penambahan pengental karbopol 6 g dengan karakteristik warna bioetanol gel putih jernih, warna nyala biru kadang kemerahan, lama nyala api per 5 g adalah 5 menit 17 detik dan viskositasnya 1.38. cp. Sedangkan hasil untuk water boiling test adalah untuk mendidihkan air 1 ml dibutuhkan waktu 16 menit dengan menggunakan bioetanol gel sebanyak 15 g. Kata kunci : bioetanol gel, karbopol, karboksimetil selulosa ABSTRACT. Bioethanol gel is a new form of liquid bioethanol that has been given a thickening agent. This type of bioethanol is believed could make its transportation and utilization safer. This study aimed to compare the carbopol and carboxymethyl cellulose as thickener agents and to characterize the bioethanol gel produced. In this research, carbopol and carboximethyl used for making bioethanol gel were1.5, 3, 4.5 and 6 g. Then flame color, length of flame and viscosity were tested. The best bioethanol gel produced obtained on the addition of carbopol 6 g. Its characteristics were clear white color, the flame color is blue reddish, length of flame per 5 g is 5 minutes 17 seconds, and viscosity 1,38, cp. The boiling water test result on 1 ml of water by using 15 g of bioethanol gel takes 16 minutes. Keywords: bioethanol gel, carbopol, carboximethyl cellulose 1. PENDAHULUAN Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi kebutuhan yang sangat penting dan paling dicari oleh masyarakat. Terutama minyak tanah, hampir semua lapisan masyarakat menggunakan minyak tanah. Namun karena deposit minyak bumi Indonesia hanya tinggal 2 tahun maka harus dilakukan konversi minyak tanah. Selain itu, pemerintah juga ingin mengurangi subsidi minyak tanah. Jumlahnya yang terlalu besar sangat membebani RAPBN. Sebagai kebijakan pemerintah, penggunaan minyak tanah dikonversi ke gas. Gas dipilih karena cadangannya diperkirakan seratus tahun lagi. Jadi untuk konversi ke elpiji, Indonesia memiliki sumber yang berlimpah (Triaswati dan Nurhayati, 21). 59

BIOPROPAL INDUSTRI Vol. 4 No. 2, Desember 213 : 59-64 Akan tetapi dalam pelaksanaannya, konversi minyak tanah ke gas ternyata tidak berjalan seperti yang diharapkan. Masyarakat masih saja mengantri untuk mendapatkan minyak tanah. Masyarakat lebih memilih menggunakan minyak tanah daripada gas karena selain alasan konvensional, sudah tradisi atau kebiasaan, pembelian gas tidak dapat dilakukan secara eceran dan masyarakat masih ragu terhadap keamanan penggunaan gas. Banyak kejadian yang dialami masyarakat bahwa tabung gas yang meledak dikarenakan kualitas tabungnya yang rendah atau regulatornya yang tidak baik. Oleh karena itu, perlu dicari solusi lain yang dapat menggantikan minyak tanah dan aman digunakan. Beberapa sumber yang bisa digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah antara lain briket, biogas dan bioetanol. Etanol atau etil alkohol (C 2 H 5 OH) adalah cairan memiliki sifat tidak berwarna, mudah menguap, jernih, memiliki bau yang halus dan rasa yang pedas (Setyaningsih, 26). Sedangkan bioetanol adalah etanol yang diperoleh dari proses fermentasi gula dari bahan yang mengandung karbohidrat dengan bantuan mikroorganisme. Bioetanol adalah salah satu bahan bakar alternatif yang dapat diperbaharui, ramah lingkungan dan menghasilkan gas emisi karbon yang rendah dibandingkan dengan bensin atau sejenisnya (sampai 85% lebih rendah). Bercermin pada beberapa negara maju yang telah lebih dulu mengembangkan bioetanol sebagai biofuel. Indonesia pun tak mau ketinggalan untuk turut serta mengembangkan bioetanol sebagi bahan bakar alternatif (Idral dkk., 212). Menurut Sa id (1987), secara sederhana, proses pembuatan bioetanol dapat digambarkan dengan reaksi sebagai berikut: C 6 H 12 O 6 mikroorganisme 2C 2 H 5 OH + 2CO 2 + Kalor Namun ada beberapa kendala yang harus dihadapi agar bioetanol dapat digunakan oleh masyarakat secara luas, yaitu bioetanol hanya diproduksi di daerah tertentu, tidak setiap daerah terdapat produsen bioetanol. Bioetanol yang berbentuk cair beresiko tumpah saat didistribusikan ke daerah lain. Hal ini disebabkan biasanya bioetanol didistribusikan dalam drumdrum yang kurang aman dalam pengangkutannya jika dibandingkan pengangkutan minyak tanah oleh Pertamina yang dimasukkan dalam tangki. Selain itu, bioetanol yang berwujud cair lebih beresiko mudah tumpah dan mudah meledak karena sifatnya yang volatil (Triaswati dan Nurhayati, 21). Sebagai contoh, dalam penggunaan bioetanol cair sebagai bahan bakar rumah tangga di Brazil banyak insiden kebakaran yang dilaporkan. Untuk alasan tersebut, pemerintah Brazil telah melarang penggunaan bioetanol cair dan memulai penggunaan bioetanol gel dengan kalsium asetat dan karbopol sebagai pengental. Gel bioetanol memberikan solusi terhadap keamanan aplikasi penggunaan energi rumah tangga karena tidak mudah tumpah dan menguap (Lloyd dan Vissagie, 27). Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan perubahan bentuk bioetanol cair menjadi bioetanol gel yang lebih aman dalam proses pengangkutan dan penggunaannya. Untuk membuat bioetanol gel dibutuhkan kalsium asetat, atau pengental lainnya seperti xanthan gum, karbopol EZ- 3 polimer dan berbagai material turunan selulosa (Tambunan, 28). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis dan banyaknya pengental pada pembuatan bioetanol gel. Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan bioetanol gel dengan pengental karbopol dan karbosimetil selulosa dan diperoleh banyaknya pengental yang dibutuhkan sehingga didapatkan hasil bioetanol gel yang terbaik. Karbopol adalah serbuk halus berwarna putih, bersifat asam, higroskopik, dengan sedikit karakteristik bau. Karbopol dapat larut di dalam air, etanol (95%) dan gliserin, dapat terdispersi di dalam air untuk membentuk larutan koloidal dan 6

Perbandingan Karbopol dan Karboksimetil Selulosa sebagai Pengental pada Pembuatan Bioetanol Gel. (Sukma Budi Ariyani) bersifat asam, sifat merekatnya rendah. Karbopol bersifat stabil, dengan naiknya temperatur, kekentalannya menurun sehingga mengurangi stabilitas. Karbopol digunakan sebagai bahan pengental yang baik memiliki viskositasnya tinggi, menghasilkan gel yang bening. Keuntungan pemakaian karbopol dibandingkan dengan bahan lain adalah sifatnya yang mudah terdispersikan dalam air dan dengan konsentrasi kecil yaitu,5-2,% mempunyai kekentalan yang cukup sebagai basis gel (Melani dkk., 25). Karboksimetil selulosa merupakan eter polimer selulosa linear dan berupa senyawa anion, yang bersifat biodegradable, tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun, butiran atau bubuk yang larut dalam air namun tidak larut dalam larutan organik, memiliki rentang ph sebesar 6,5 sampai 8,, stabil pada rentang ph 2 1, bereaksi dengan garam logam berat membentuk film yang tidak larut dalam air, transparan, serta tidak bereaksi dengan senyawa organik. Karboksimetil selulosa secara luas digunakan dalam bidang pangan, kimia, perminyakan, pembuatan kertas, tekstil dan bangunan (Istighfarini, 21). Karboksimetil selulosa merupakan derivat selulosa yang sifatnya mengikat air dan sering digunakan sebagai pembentuk tekstur halus (Indriyati dkk., 26). Selain itu, viskositas karboksimetil selulosa dapat turun dengan meningkatnya kekuatan ionik dan menurunnya ph diakibatkan karena polimernya yang bergulung (Aprilia, 29). 2. METODE PENELITIAN Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bioetanol cair, akuades, karbopol tipe 94 dan karboksimetil selulosa (CMC). Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah erlenmeyer, beaker glass, magnetik stirer, gelas ukur dan timbangan. Penelitian ini menggunakan prosedur berupa modifikasi dari prosedur penelitian Riyanti (29) yaitu pengental dengan jenis berbeda (karbopol dan CMC) sebesar 1,5, 3, 4,5 dan 6 gram dicampur terlebih dahulu dengan 2 ml akuades. Campuran tersebut diaduk selama 5 menit. Kemudian ditambahkan bioetanol cair sebanyak 1 g sedikit demi sedikit sambil diaduk dengan magnetik strirer selama 15 menit dengan kecepatan 6 rpm. Selanjutnya bioetanol gel diuji dan diamati warna nyala api, lama nyala api per 5 g bioetanol gel dan viskositasnya. Terakhir, dilakukan water boiling test pada bioetanol gel yang terbaik. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Warna Bioetanol Gel Warna bioetanol gel yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 1. Bioetanol gel dengan pengental karbopol warnanya putih jernih, sedangkan bioetanol gel dengan pengental CMC warnanya putih agak sedikit keruh. Sehingga dapat disimpulkan pengental karbopol menghasilkan warna gel yang lebih baik. (a) (b) Gambar 1. Bioetanol gel: (a) dengan pengental karbopol dan (b) dengan pengental CMC Nyala Api Bioetanol Gel Warna nyala api bioetanol gel hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Hasil yang diperoleh menunjukkan warna nyala api bioetanol gel dengan pengental karbopol dan karboksilmetil selulosa (CMC) adalah biru kadang kemerahan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk jenis pengental, tidak berpengaruh terhadap warna nyala api bioetanol gel. Karena dengan penambahan kedua jenis pengental, warna nyala apinya sama. Begitu pula dengan banyaknya pengental yang ditambahkan, warna nyala apinya juga sama. 61

BIOPROPAL INDUSTRI Vol. 4 No. 2, Desember 213 : 59-64 tinggi serta waktu pembakarannya menjadi semakin cepat. (a) (b) Gambar 2. Nyala api bioetanol gel: (a) dengan pengental karbopol dan (b) dengan pengental CMC Lama Nyala Api Bioetanol Gel Hubungan antara banyaknya bahan pengental, baik karbopol atau CMC yang ditambahkan terhadap nyala api bioetanol gel dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4. Pada Gambar 3 dan 4 dapat dilihat bahwa semakin banyak bahan pengental baik itu karbopol atau CMC yang ditambahkan maka semakin lama nyala dari bioetanol gel. Hal ini dikarenakan bahan pengental mempunyai sifat mengikat bioetanol, sehingga semakin banyak bahan pengental yang ditambahkan, bioetanol makin banyak yang terikat. Sampel yang diujikan adalah bioetanol gel per 5 gram. Lama Nyala Bioetanol Gel (menit) 6 5 4 3 2 1 3,6 4,5 5,1 5,28 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah Karbopol (g) Gambar 3. Hubungan lama nyala bioetanol gel terhadap banyaknya karbopol yang digunakan Menurut Meilianti (29), uap bioetanol yang tercampur dengan udara bebas membentuk suatu campuran yang mudah terbakar. Makin tinggi konsentrasi bioetanol, maka makin cepat menguap dan kemampuan terbakarnya menjadi lebih Lama Nyala Bioetanol Gel (menit) 4 3 2 1,92 Gambar 4. Hubungan lama nyala bioetanol gel terhadap banyaknya CMC yang digunakan Adanya bahan pengental dan air menjadi faktor penahan agar lama pembakaran menjadi semakin panjang. Bahan pengental dengan konsentrasi yang semakin meningkat akan menahan laju penguapan bioetanol karena bioetanol terperangkap di dalam bahan pengental sehingga pelepasan uap bioetanol terjadi secara perlahan. Akibatnya adalah lama pembakaran menjadi semakin panjang. Oleh karena itu semakin banyak bahan pengental yang ditambahkan, lama pembakaran menjadi lebih panjang. Uji pembakaran gel bioetanol tidak hanya bergantung kepada faktor konsentrasi bioetanol dan bahan pengental yang digunakan tetapi faktor lingkungan pembakaran juga mempengaruhi lama pembakaran gel bioetanol. Faktor lingkungan tersebut antara lain ketersediaan permukaan untuk menguapkan bioetanol karena tidak seperti penggunaan bioetanol cair maupun minyak tanah, gel bioetanol dibakar secara langsung tanpa menggunakan sumbu, suhu, laju aliran uap bioetanol ke wilayah pembakaran dan ketersediaan udara di sekeliling daerah pembakaran. Untuk jenis pengental yang digunakan, bioetanol gel dengan bahan pengental karbopol lebih tahan lama 2 2,26 3,28 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah CMC (g) 62

Perbandingan Karbopol dan Karboksimetil Selulosa sebagai Pengental pada Pembuatan Bioetanol Gel. (Sukma Budi Ariyani) nyalanya dibandingkan dengan bioetanol gel dengan bahan pengental CMC. Hal ini dikarenakan kelarutan karbopol lebih tinggi dibandingkan dengan CMC dalam bioetanol 7%. Hal tersebut dapat dilihat saat mencampurkan bioetanol dengan pengental CMC, ada bagian CMC yang tidak larut atau mengendap, sedangkan dengan pengental karbopol, tidak ada bagian yang mengendap atau semua larut. Hal tersebut menunjukkan bahwa CMC tidak berikatan sempurna dengan bioetanol. Data rinci tentang kelarutan karbopol dan CMC dalam bioetanol tidak diperoleh. Tetapi menurut Melani dkk. (25), karbopol larut dalam bioetanol 95%. Sedangkan CMC larut dalam campuran air dan bioetanol, CMC tidak larut sempurna dalam bioetanol dengan konsentrasi 8% (Riyanti, 29). Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa karbopol larut sempurna pada bioetanol 7% sedangkan CMC tidak larut sempurna dalam bioetanol 7%. Viskositas Viskositas (kekentalan) adalah suatu larutan yang kondisinya dapat digambarkan sebagai larutan yang sulit dialirkan. Maksud dari pengukuran ini adalah untuk menentukan nilai kekentalan suatu larutan yang dinyatakan dalam centipoises (cp). Makin tinggi nilai viskositas suatu larutan maka makin tinggi pula kekentalannya (Saputra, 212). Hubungan viskositas bioetanol gel dengan banyaknya pengental baik karbopol atau CMC yang ditambahkan dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6. Pada Gambar 5 dan 6 dapat dilihat bahwa semakin banyak bahan pengental yang ditambahkan, semakin tinggi viskositas bioetanol gel. Semakin banyak bahan pengental ditambahkan semakin banyak pula bioetanol yang terikat membentuk gel dan kekentalan bioetanol gel pun meningkat. Fungsi penambahan pengental disini adalah meningkatkan viskositas bioetanol sehingga bioetanol menjadi gel yang tidak mudah tumpah karena kekentalannya meningkat. Penambahan pengental yang berlebihan menjadi hal yang tidak efisien, jika dengan jumlah pengental yang kecil sudah memenuhi tujuan penambahan pengental tersebut. Dari hasil penelitian yang diperoleh, bahwa dengan penambahan karbopol 6 gram dalam 1 gram bioetanol sudah cukup untuk membuat bietanol gel yang tidak mudah tumpah. Viskositas Bioetanol Gel (cp) Gambar 5. Hubungan viskositas bioetanol gel terhadap banyaknya karbopol yang digunakan Viskositas Bioetanol Gel (cp) 16 14 12 1 8 6 4 2 3 25 2 15 1 5 11. 1.132. 1.374. 1.38. 1 2 3 4 5 6 7 216 Jumlah Karbopol (g) 57 972 2.688 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah CMC (g) Gambar 6. Hubungan viskositas bioetanol gel terhadap banyaknya CMC yang digunakan Untuk pengaruh jenis bahan pengental, dengan penambahan karbopol 1,5 gram saja dapat menghasilkan bioetanol gel dengan kekentalan 11. cp, sedangkan dengan bahan pengental karbosilmetil selulosa (CMC), dengan 63

BIOPROPAL INDUSTRI Vol. 4 No. 2, Desember 213 : 59-64 penambahan 6 gram, kekentalan yang diperoleh 2.688 cp. Jadi untuk memperoleh kekentalan yang tinggi (> 2.688 cp), diperlukan penambahan CMC > 6 gram. Water Boiling Test Water boiling test adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan bioetanol gel sehingga dapat mendidihkan 1 ml air. Hasil bioetanol terbaik yakni dengan bahan pengental karbopol 6 gram diujikan kembali dengan water boiling test. Dari uji ini, waktu yang dibutuhkan untuk mendidihkan air sebanyak 1 ml adalah 16 menit, sedangkan bioetanol gel yang diperlukan sebanyak 15 gram. 4. KESIMPULAN Bioetanol gel dengan hasil terbaik dari hasil penelitian ini adalah bioetanol gel dengan pengental karbopol sebanyak 6 gram. Hasil pengamatan dan uji bioetanol gel dengan pengental karbopol 6 gram meliputi warna bioetanol gel nya putih bersih dan nyala api bioetanol gel biru kemerahan. Lama nyala api per 5 gram bioetanol gel adalah 5,28 menit dan viskositasnya mencapai 1.38. cp. Sedangkan untuk water boiling test, untuk dapat mendidihkan air 1 ml diperlukan waktu 16 menit dan bioetanol gel yang diperlukan adalah 15 gram. DAFTAR PUSTAKA Aprilia, L. 29. Preparasi Produk Nata de Pina dan Aplikasi Pengikatannya Terhadap Logam Kobalt (II). Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. IPB. Bogor. Idral, Daniel De, M. Salim dan E. Mardiah. 212. Pembuatan Bioetanol Dari Ampas Sagu Dengan Proses Hidrolisis Asam dan Menggunakan Saccharomyces cerevisiae. Jurusan Kimia FMIPA Unand: Jurnal Kimia Unand. Volume 1 Nomor 1. Indriyati, L. Indrarti dan E. Rahmini. 26. Pengaruh Carboxymethyl Cellulose (CMC) dan Gliserol Terhadap Sifat Mekanik Lapisan Tipis komposit Bakterial Selulosa. Jurnal Sains Materi Indonesia. Vol. 8, No. 1. Oktober 26. Istighfarini, V.N. 21. Kajian Plastisitas Lempung Asal Ds. Getaan Kec. Pagelaran Kab. Malang Dengan Zat Imbuh Abu Layang. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim. Malang. Lloyd, P.J.D. dan Vissagie, E.M. 27. A Comparison of Gel Fuels With Alternative Cooking Fuels. Journal of Energy in Southern Africa. Vol 18 No. 3. August 27 Meilianti, S. 29. Formulasi Gel Bioetanol dengan Pengental Polimer Asam Akrilat. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor. Melani, D., T. Purwanti dan W. Soeratri. 25. Korelasi Kadar Propilenglikol Dalam Basis dan Pelepasan Dietilammonium Diklofenak Dari Basis Gel Carbopol ETD 22. Bagian Farmasetika Fakultas Farmasi. Universitas Airlangga. Surabaya Riyanti, A. 29. Kajian Produksi Gel Bioetanol Dengan Menggunakan Carboxymethyl-cellulose (CMC) Sebagai Bahan Pengental. Skripsi. IPB. Bogor. Sa id, E. 1987. BIOINDUSTRI. Penerapan Teknologi Fermentasi. Jakarta : PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Saputra, R. 212, Pengaruh Konsentrasi Alkali dan Rasio Rumput Laut-Alkali Terhadap Viskositas dan Kekuatan Gel Semi Refined Carragenan (SRC) dari Rumput Laut Eucheuma Cottonii. Skripsi. Jurusan Teknologi Pertanian. Universitas Hasanudin. Makassar. Setyaningsih, D. 26. Produksi dan Analisis Mutu Bioetanol. Sosialisasi Pemanfaatan Pati Sagu Sebagai Bahan Baku Bio Enerji. SBRC LPPM-IPB. Tambunan, L. A. 28. Bioetanol Antitumpah. Trubus.28.Vol XXXIX.pp.24-25. Triaswati, I. dan L. Nurhayati. 21. Pembuatan Bioetanol Gel Sebagai Bahan Bakar Alternatif Pengganti Minyak Tanah. Skripsi. Jurusan Teknik Kimia. Universitas Diponegoro. Semarang. 64