BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. (2007) menjelaskan bahwa tubuh manusia rata-rata tersusun atas 75% air dan

BAB I PENDAHULUAN. gizi tubuh berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme.

BAB I PENDAHULUAN. dan kekuatan. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Tim Nasional PSSI

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUISIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia.

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia dirancang oleh Tuhan untuk bergerak dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat penuaan. Sesuai dengan pertambahan usia, terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah komponen penyusun tubuh terbesar, yaitu sebanyak 50%-60%

LEMBAR PERSETUJUAN...

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan pengeluaran cairan lebih besar daripada pemasukan. (Almatsier, 2009). Dehidrasi dapat terjadi tanpa disadari di saat

PEMANFAATAN CAKRAM KEBUTUHAN ASUPAN CAIRAN UNTUK PENINGKATAN KEBERHASILAN PELAKSANAAN PROGRAM AYO MINUM AIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai sarana untuk meraih prestasi. latihan fisik yang teratur dan sesuai untuk mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa

Kajian Karakteristik dan Asupan Cairan pada Atlet di SMA Negeri 1 Sewon

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Manusia dapat hidup

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aktivitas fisik merupakan pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa anak dan remaja adalah masa dimana manusia. mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik secara

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

Specific Dynamic Action

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hal yang sangat penting bagi seorang wanita. Penampilan bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan kesehatan terutama beban ganda masalah gizi (double burden

BAB I PENDAHULUAN. golongan, mulai dari golongan muda sampai tua. Sepak bola adalah permainan

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi olahraga yang benar dan professional (Depkes RI, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi. persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan tersebut ada beberapa hal yang dibutuhkan oleh. satu faktor yang penting lainnya adalah faktor fisik.

BAB I PENDAHULUAN. cairan sedikit banyak dapat menyebabkan permasalahan bagi atlet yang

BAB I PENDAHULUAN. lansia adalah mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Menurut Surini dan Utomo

1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PRODI KEDOKTERAN UNJA

Online di :

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Awaluddin Muharom,2013

BAB I PENDAHULUAN. (Mahardikawati & Roosita 2008). Menurut Kartasapoetra 2002 (dalam. Riwu 2011), aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Fisiologi dan Kedokteran Olahraga. rancangan one group pre- and post-test design.

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi abnormal atau berlebihnya lemak

BAB I PENDAHULUAN. Minuman isotonik atau dikenal juga sebagai sport drink kini banyak dijual

PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS ILMU- ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

KEBIASAAN MINUM DAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA HAFIDUDIN

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Kemajuan teknologi pada era globalisasi terjadi di. berbagai bidang. Hal ini berdampak pada penurunan

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air memenuhi sekitar 60-65% berat badan orang dewasa. Kandungan air tubuh (body water) berbeda antar manusia tergantung proporsi jaringan otot dan jaringan lemak (Briawan et al., 2011). Hal ini sesuai dengan penelitian Ritz et al. (2008) bahwa pada indeks massa tubuh (IMT) yang sama, perempuan memiliki lebih banyak lemak dibandingkan laki-laki. Jumlah body water yang tinggi ditemukan pada massa bebas lemak, sehingga jika proporsi lemak tinggi (massa bebas lemak rendah) maka jumlah body water akan sedikit. Hal tersebut menunjukkan bahwa per kilogram berat badan, perempuan mengandung lebih sedikit air dibandingkan laki-laki. Observasi komite DRI (Dietary Reference Intake) Amerika Serikat menyatakan bahwa jenis kelamin, ukuran tubuh, dan aktifitas fisik menjadi dasar pertimbangan selain dari faktor metabolisme dan kondisi lingkungan, untuk dijadikan rekomendasi kecukupan konsumsi air minum pada populasi dan individu yang sama (Popkin et al., 2010). Penelitian di Prancis mengenai konsumsi air minum pada subjek remaja sehat menunjukkan rata-rata total konsumsi air minum harian sebesar 1111,8 ml (577,8 ml atau 51,96% diperoleh dari air minum, sedangkan sisanya dari jenis minuman lain seperti alkohol, minuman panas, jus, soda, dan susu). Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa 80% total air minum harian dikonsumsi ketika di rumah (Bellisle et al., 2010; Drewnowski et al., 2013). Di Indonesia, berdasarkan analisis data Riskesdas 2010 yang dilakukan Hardinsyah et al. (2012), konsumsi air minum pada usia remaja baik laki-laki maupun perempuan masih rendah. Pada kelompok usia 10-19 tahun, rata-rata tingkat konsumsi air minum per hari laki-laki sebesar 55,63% (± 1600 ml) sedangkan perempuan sebesar 64,67% (± 1123 ml). Berdasarkan rekomendasi angka kecukupan air Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun 2004, remaja laki-laki usia 10-19 1

2 tahun memiliki kebutuhan sebesar 1800-2500 ml/hari sedangkan remaja perempuan sebesar 1800-2300 ml/hari (Astuti et al., 2014). Pertumbuhan tinggi badan, berat badan, dan kapasitas aerobik maksimal mencapai puncaknya pada periode usia remaja (Khodnapur et al., 2012). Remaja mengalami peningkatan kekuatan dan toleransi fisik karena adanya perubahan sistem sirkulasi dan respirasi selama masa pubertas. Ukuran anatomi jantung pada perempuan lebih kecil, aktifitas denyut jantung lebih rendah, dan jumlah sirkulasi sel darah merah lebih sedikit dibandingkan laki-laki (Huxley, 2007). Secara fisik remaja juga lebih aktif, dalam hal ini laki-laki lebih banyak melakukan aktifitas fisik dibandingkan perempuan (Jandric, 2010). Kehilangan cairan yang disebabkan karena aktifitas fisik merupakan kejadian yang sering ditemukan dalam kehidupan seharihari. Penurunan status hidrasi sebesar 3% memiliki dampak terhadap performa ketika melakukan aktifitas fisik (Carlton & Orr, 2015; Rew, 2005). Status hidrasi juga dapat berpengaruh secara signifikan terhadap performa daya tahan latihan anak-anak (Kavouras et al., 2012). Daya tahan merupakan salah satu komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan (Nieman, 2007). Manfaat kebugaran jasmani antara lain dapat meningkatkan level kecerdasan, aktifitas, dan perilaku social (Khodnapur et al., 2012). Wittberg et al. (2012) juga menunjukkan terdapat hubungan antara kebugaran jasmani (khususnya kapasitas aerobik) dengan pencapaian prestasi akademik anak sekolah. Berdasarkan penelitian mengenai tes kebugaran jasmani, laki-laki memiliki tingkat kebugaran yang lebih baik dibandingkan perempuan (Thomas & Thomas, 1988). Di Indonesia, proporsi dehidrasi ringan pada kelompok remaja lebih tinggi yaitu sebesar 41,67% dibandingkan kelompok dewasa sebesar 24% (Hardinsyah et al., 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Tawarniate (2011) menunjukkan prevalensi dehidrasi laki-laki usia 20 tahun di Yogyakarta sebesar 70,1%. Penelitian Rizqi (2013) menunjukkan prevalensi dehidrasi laki-laki usia 20 tahun di Yogyakarta sebesar 56,7%. Menurut Gustam (2012) tingkat pengetahuan, tingkat konsumsi air minum, suhu tubuh, jenis kelamin, dan wilayah ekologi merupakan faktor risiko

3 terjadinya dehidrasi pada remaja. Hasil penelitian Hardinsyah et al. (2009) menunjukkan sebanyak 42,4 49,7% remaja memiliki pengetahuan yang rendah tentang air minum. Pengetahuan tentang fungsi air, makanan sebagai sumber air, dan gejala dehidrasi merupakan beberapa aspek yang paling banyak tidak diketahui oleh remaja. Dibandingkan dengan subjek yang memiliki pengetahuan baik, risiko dehidrasi 1,33 kali lebih besar terjadi pada subjek dengan pengetahuan yang kurang (Gustam, 2012). Proses dalam mengolah informasi antara laki-laki dan perempuan berbeda. Penelitian menunjukkan laki-laki lebih sering menggunakan satu sisi otak sehingga lebih berpikir secara objektif, sedangkan perempuan menggunakan kedua sisi otaknya sehingga dalam mengakses informasi menggunakan pikiran dan perasaan (Smallie, 2004). Penelitian Cleary et al. (2012) menunjukkan bahwa pengetahuan remaja dapat ditingkatkan dengan pemberian intervensi edukasi, tetapi remaja hanya dalam batas sadar dan mengerti tentang perilaku hidrasi, mereka tidak dapat menerapkan pengetahuannya tersebut pada strategi perilaku hidrasi yang tepat. Hal tersebut menunjukkan bahwa perubahan perilaku hidrasi dan peningkatan status hidrasi remaja tidak akan terjadi jika intervensi yang diberikan hanya berupa edukasi. Penelitian Gustam (2012) menunjukkan bahwa risiko dehidrasi 1,31 kali lebih besar terjadi pada subjek dengan tingkat konsumsi air minum yang kurang dari 90%. Kondisi dehidrasi dapat pulih jika seseorang mengonsumsi air minum (Brown, 2014). Penerapan strategi untuk meningkatkan konsumsi air minum pada remaja lebih efektif melalui pemberian air minum dengan volume yang telah ditentukan dibandingkan konsumsi volume air minum secara bebas (tidak diatur volumenya) (Cleary et al., 2012). Tingkat pengetahuan dan tingkat konsumsi air minum merupakan dua faktor risiko terjadinya dehidrasi yang dapat dikendalikan dan diperbaiki sehingga menjadi dasar pertimbangan perlu dilakukannya penelitian mengenai perbedaan peningkatan konsumsi air minum, status hidrasi, dan kebugaran jasmani dengan mempertimbangkan faktor jenis kelamin akibat pemberian edukasi yang disertai air minum.

4 B. Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan konsumsi air minum pada remaja lakilaki dan perempuan setelah pemberian edukasi yang disertai air minum? 2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan konsumsi air minum pada remaja lakilaki dan perempuan setelah pemberian edukasi? 3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan konsumsi air minum pada remaja lakilaki dan perempuan setelah pemberian air minum? 4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan status hidrasi dan kebugaran jasmani pada remaja laki-laki dan perempuan? C. Tujuan Penelitian a. Tujuan umum Untuk menilai perbedaan peningkatan konsumsi air minum, status hidrasi, dan kebugaran jasmani berdasarkan jenis kelamin pada remaja setelah pemberian edukasi yang disertai air minum. b. Tujuan khusus 1. Menilai perbedaan peningkatan konsumsi air minum pada remaja laki-laki dan perempuan setelah memperoleh edukasi yang disertai air minum. 2. Menilai perbedaan peningkatan konsumsi air minum pada remaja laki-laki dan perempuan setelah memperoleh edukasi. 3. Menilai perbedaan peningkatan konsumsi air minum pada remaja laki-laki dan perempuan setelah memperoleh air minum. 4. Menilai perbedaan status hidrasi dan kebugaran jasmani pada remaja lakilaki dan perempuan.

5 D. Manfaat Penelitian a. Bagi Ilmu Pengetahuan 1) Untuk membuktikan teori yang sudah ada sebelumnya mengenai pengaruh edukasi dan pemberian air minum terhadap tingkat konsumsi air minum dan status hidrasi. 2) Berkontribusi dalam mengembangkan teori mengenai pengaruh intervensi edukasi dan pemberian air minum terhadap tingkat kebugaran jasmani remaja. b. Bagi Pemerintah dan Institusi 1) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perumusan kebijakan pemerintah terkait peningkatan status hidrasi remaja. 2) Memberikan bahan pertimbangan kurikulum di sekolah mengenai pengaturan konsumsi air minum, status hidrasi, upaya pencegahan dehidrasi, dan dampak dari status hidrasi terhadap tingkat kebugaran jasmani remaja. 3) Memberikan bahan pertimbangan upaya program pencegahan dehidrasi melalui pendekatan lingkungan sekolah dan tempat tinggal remaja. c. Bagi Peneliti Sebagai bahan acuan atau referensi bagi penelitian selanjutnya dengan topik hidrasi pada subjek penelitian yang berbeda. d. Bagi Masyarakat Meningkatkan edukasi masyarakat mengenai status hidrasi, pengaturan konsumsi air minum, deteksi gejala dehidrasi, dan dampak dehidrasi bagi kesehatan.

6. Peneliti, Tahun, dan Judul Cleary, et al. (2012). Hydration Behaviors Before and After an Educational and Prescribed Hydration Intervention in Adolescent Athletes. Hardinsyah, et al. (2009). Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi Pada Remaja dan Dewasa di Dua E. Keaslian Penelitian Deskripsi Persamaan Perbedaan Penelitian ini menilai status hidrasi dan perilaku hidrasi sebelum dan sesudah intervensi edukasi dan prescribed hydration. Desain: Repeated-measures design study. Subjek: remaja perempuan atlet bola voli. Intervensi: 4 periode observasi antara lain periode kontrol, intervensi edukasi, intervensi prescribed hydration, dan periode observasi. - Perubahan berat badan sebelum dan sesudah latihan pada periode intervensi prescribed hydration menunjukkan angka positif (tidak ada penurunan berat badan) dibandingkan periode lainnya. - Total cairan yang dikonsumsi pada periode intervensi prescribed hydration paling banyak diantara periode lainnya. - Persentase cairan yang dikonsumsi untuk menjaga massa tubuh pada periode intervensi prescribed hydration paling tinggi. - Nilai osmolalitas urin setelah latihan pada seluruh periode menunjukkan nilai yang lebih besar dibandingkan sebelum latihan. - Pada periode intervensi prescribed hydration, perubahan nilai osmolalitas urin sebelum dan sesudah latihan paling rendah dibanding periode lainnya. Penelitian ini mempelajari jenis, jumlah, dan sumber air minum serta minuman yang biasa dikonsumsi; kebiasaan minum air dan minuman meliputi frekuensi, waktu, dan tempat; alasan pemilihan jenis air minum dan minuman; pengetahuan mengenai kebutuhan air, air minum yang aman serta manfaatnya; mempelajari besaran masalah dehidrasi pada remaja dan orang dewasa. Desain: cross sectional. Subjek: remaja dan dewasa laki-laki dan perempuan. Pengumpulan data: sosial-ekonomi-demografi, konsumsi air dan minuman, kebiasaan - Observasi periode intervensi edukasi, intervensi pemberian air minum dan follow-up. - Subjek remaja. - Pemeriksaan status hidrasi melalui pengambilan dan pemeriksaan urin berdasarkan parameter urine specific grafity (berat jenis urin). - Subjek remaja (pelajar). - Wilayah ekologi dataran rendah. - Pengumpulan data berupa konsumsi air minum, pengetahuan tentang hidrasi, berat - Rancangan penelitian pre-post with control group - Subjek bukan atlet tetapi pelajar. - Adanya tes pengukuran tingkat kebugaran jasmani. - Adanya modifikasi model intervensi edukasi dan pemberian air minum. - Jenis penelitian quasi eksperimental study dengan rancangan pre-post with control group - Wilayah

7 Wilayah Ekologi yang Berbeda. Kavouras, et al. (2012). Educational Intervention on Water Intake Improves Hydration Status and Enhances Exercise Performance in Athletic Youth. minum air dan minuman, pengetahuan tentang kebutuhan air, minum air yang sehat serta manfaatnya, asupan air minum, berat dan tinggi badan, aktifitas fisik, urin pagi hari, gejala dehidrasi, aktifitas fisik, pemeriksaan fisik dan riwayat penyakit. - Sumber air minum remaja di wilayah dataran rendah berasal dari air galon sebanyak 74,3% dan dari ledeng sebanyak 32,1%. - Jenis air galon yang digunakan remaja adalah bermerk (65-70%) dan sebanyak 88,2% menggunakan merk Aqua. - Frekuensi mengonsumsi air minum kemasan di dataran rendah lebih tinggi sebesar 3,9 kali/hari dibandingkan di dataran tinggi sebesar 1,8 kali/hari. - Di wilayah dataran rendah, sebanyak 81% remaja mengonsumsi teh dan kopi sebagai minuman kedua setelah air minum. - Remaja yang memiliki pengetahuan tentang air minum yang rendah sebanyak 42,4-49,7%. Fungsi air, makanan sebagai sumber air, dan gejala dehidrasi merupakan aspek yang paling banyak tidak diketahui. - Prevalensi dehidrasi ringan remaja di dataran rendah yaitu 41,6%. Penelitian ini mengevaluasi sebuah program intervensi dalam upaya untuk meningkatkan asupan cairan yang dapat berpengaruh terhadap peningkatan performa latihan pada anakanak yang berlatih dalam kondisi suhu panas. Desain: kuasi eksperimental dengan non randomized pretest and posttest control group Subjek: atlet muda bola voli dan basket. Intervensi: pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi berupa tes performa fisik saat pagi hari antara lain tes lari 600m, lari sprint 30m, lompat vertikal, dan tes keahlian bola voli dan basket; pemberian air minum kemasan botol. Pada kelompok intervensi terdapat intervensi edukasi. Pengumpulan data: pengukuran denyut nadi, konsumsi minuman dengan FFQ, pengukuran status hidrasi menggunakan sampel urin pagi hari berdasarkan parameter berat jenis (urine specific gravity) dan osmolalitas urin, serta persepsi berdasarkan asupan dan akses cairan. dan tinggi badan, serta urin pagi hari. - Metode pengukuran status hidrasi berdasarkan parameter berat jenis urin. - Subjek remaja. - Intervensi berupa edukasi dan pemberian air minum. - Pengumpulan data berupa pengukuran denyut nadi serta pemeriksaan status hidrasi melalui pengambilan dan pemeriksaan urin pagi hari berdasarkan parameter urine penelitian. - Variabel outcome berupa tingkat kebugaran jasmani. - Rancangan penelitian pre-post with control group - Subjek bukan atlet tetapi pelajar. - Adanya modifikasi model intervensi edukasi dan pemberian air minum. - Pengukuran konsumsi air minum dengan record 3 hari (2

8 Yuliati (2014). Promosi Gizi di Sekolah untuk Meningkatkan Konsumsi Air Pada Anak Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta. - Berdasarkan kriteria urine specific gravity, sebanyak 96,7% kelompok kontrol dan 91,7% kelompok intervensi dalam kondisi dehidrasi (pada hari ke-2 camp). - Berdasarkan kriteria urine specific gravity, sebanyak 96,7% kelompok kontrol dan 66,1% kelompok intervensi dalam kondisi dehidrasi (pada hari ke-4 camp). - Berdasarkan osmolalitas urin, sebanyak 90,3% kelompok kontrol dan 83,3% kelompok intervensi dalam kondisi dehidrasi (pada hari ke-2 sebelum intervensi). - Sebagai respon dari intervensi, kelompok intervensi yang mengalami dehidrasi menurun menjadi 62,1%, sementara tidak ada beda pada kelompok kontrol (90%). - Performa daya tahan pada tes lari 600 meter meningkat hanya pada kelompok intervensi. - Program intervensi yang relatif sederhana dan menyeluruh terbukti berhasil untuk meningkatkan status hidrasi hanya pada periode 2 hari. - Peningkatan status hidrasi melalui asupan air secara ad libitum di lingkungan latihan atlet remaja pada suhu yang panas, dapat meningkatkan performa daya tahan saat latihan. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan yang berkaitan dengan gizi di sekolah, dalam upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap konsumsi air. Desain: kuasi eksperimen dengan rancangan pre-post with control group Subjek: siswa SD kelas 4 dan 5. Intervensi: pendidikan gizi dengan metode pembelajaran aktif berupa permainan dan diskusi serta pembiasaan dilakukan dengan meminta anak membawa minuman dari rumah dan minum bersama sebelum pelajaran dimulai dan ketika akan pulang sekolah. Pengumpulan data: pengukuran pengetahuan dan sikap serta konsumsi air minum mengunakan 3 hari fluid record. - Promosi gizi melalui pendidikan gizi menggunakan metode pembelajaran aktif dan pembiasaan mampu meningkatkan pengetahuan anak terkait konsumsi air. - Promosi gizi melalui pendidikan gizi menggunakan metode pembelajaran aktif dan pembiasaan belum mampu meningkatkan sikap dan perilaku anak terkait konsumsi air. specific grafity (berat jenis urin). - Model intervensi menggunakan pendidikan gizi dengan metode pembelajaran aktif (diskusi). - Pengumpulan data berupa pengukuran tingkat pengetahuan. hari sekolah dan 1 hari libur). - Lama waktu periode intervensi. - Adanya tes pengukuran tingkat kebugaran jasmani. - Subjek pelajar SMA. - Jenis penelitian berupa quasi eksperimental dengan rancangan pre-post with control group - Adanya intervensi pemberian air minum. - Adanya modifikasi pemberian edukasi berupa penambahan

9 Septianingrum (2014). Hubungan Antara Persentase Lemak Tubuh, Status Hidrasi, Indeks Kebugaran Jasmani Pada Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Sepak Bola di UGM & UNY. Viandaru (2010). Pengaruh Kecukupan Hidrasi dan Energi Terhadap Kebugaran Tubuh Manusia Pada Mahasiswa Teknik Penelitian ini mengetahui hubungan antara persentase lemak tubuh, status hidrasi, dan indeks kebugaran jasmani pada anggota UKM Sepak Bola di UGM dan UNY. Desain: cross sectional Subjek: mahasiswa UGM dan UNY Pengumpulan data: persen lemak tubuh, status hidrasi dengan indikator warna urin, ph, dan berat jenis urin, recall 24 jam, dan hasil yoyo intermittent recovery test. - Subjek yang memiliki status hidrasi baik berdasarkan warna yaitu sebesar 53,9%, rata-rata status hidrasi berdasarkan ph urin sebesar 5,77, dan berat jenis urin sebesar 1012,69. - Rata-rata indeks kebugaran jasmani subjek termasuk tidak baik, sebesar 50,38. - Tidak ada hubungan antara status hidrasi berdasarkan warna, ph, dan berat jenis urin dengan indeks kebugaran jasmani. Penelitian ini mengetahui pengaruh kecukupan asupan cairan dan energi terhadap kebugaran tubuh mahasiswa Teknik UGM. Desain: observasional dengan rancangan eksperimental Subjek: mahasiswa Teknik UGM usia 18-25 tahun Pengumpulan data: asupan energi dengan recall 24 jam (2 hari), antropometri, tingkat kebugaran jasmani. - Sebanyak 90,8% subjek memiliki kebugaran yang baik. - Pengumpulan data berupa pengukuran status hidrasi melalui pengambilan urin pagi hari dan pemeriksaan berdasarkan berat jenis urin, serta pengukuran tingkat kebugaran jasmani. - Melihat hubungan status hidrasi dengan tingkat kebugaran jasmani. - Adanya intervensi pemberian air minum. - Adanya pengukuran tingkat kebugaran jasmani yang dilakukan setelah intervensi pemberian air minum. media (leaflet dan video animasi). - Pengukuran konsumsi air minum dengan record 3 hari (2 hari sekolah dan 1 hari libur). - Subjek pelajar SMA. - Jenis penelitian berupa quasi eksperimental dengan rancangan pre-post with control group - Metode pengukuran tingkat kebugaran jasmani (Harvard step up test). - Jenis penelitian berupa quasi eksperimental dengan rancangan pre-post with control group - Subjek: pelajar SMA

10 UGM. - Sebanyak 47,4% subjek memiliki asupan cairan baik dan 43,4% dengan asupan cairan kurang. - Sebanyak 44,7% subjek memiliki asupan energi baik dan 46,1% dengan asupan energi kurang. - Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan cairan dan energi dengan tingkat kebugaran - Metode penilaian konsumsi air minum dengan record 3 hari (2 hari sekolah dan 1 hari libur).