BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
|
|
- Vera Chandra
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu zat gizi penting bagi kesehatan tubuh. Peran penting air dalam tubuh antara lain sebagai pelarut, katalisator, pelumas, pengatur suhu tubuh serta sebagai penyedia mineral dan elektrolit bagi tubuh (Sherwood, 2007; Almatsier, 2009). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan air tubuh dapat mencegah gejala berbagai penyakit, meningkatkan kemampuan kerja fisik dan daya ingat. Rasa haus merupakan indikator awal bahwa tubuh mengalami kekurangan air. Meskipun begitu, air tidak hanya dibutuhkan pada saat tubuh merasa haus. Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh dan keluar dari tubuh. Melalui mekanisme keseimbangan, tubuh akan mengeksresi cairan yang jumlahnya sama dengan cairan yang dikonsumsi. Adanya ketidakseimbangan cairan tubuh dapat mengakibatkan terjadinya dehidrasi. Dehidrasi merupakan kondisi disaat tubuh kekurangan banyak cairan dikarenakan pengeluaran cairan lebih besar daripada pemasukan (Almatsier, 2009). Tanda dan gejala dehidrasi yaitu pusing, kelemahan, keletihan, mual, muntah, anoreksia, haus, kekacauan mental, denyut jantung cepat, suhu tubuh meningkat, dan konstipasi. Apabila dehidrasi tidak segera diatasi dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan kematian (Santoso et al., 2011; Brown, 2014). Konsumsi air yang sesuai dengan kebutuhan sangat penting untuk mencegah dehidrasi. Dehidrasi memiliki hubungan yang erat dengan penyakit kanker, penyakit jantung koroner, penyakit ginjal, kelainan bronkopulmonari (Jiang et al., 2008), tingkat kebugaran jasmani, performa kognitif, gangguan psikologis (Ganio et al., 2011) berupa gangguan perasaan subjektif (mood) sehingga menurunkan produktifitas kerja (Barasi, 2007). Penigkatan konsumsi air minum memberikan dampak yang positif terhadap perasaan subjektifitas (mood), tingkat kewaspadaan, meningkatkan performa memori otak dan perhatian dalam
2 2 menyelesaikan test yang diberikan (Szinnai et al., 2005; Benton dan Burgess, 2009; Edmonds dan Burford, 2009; Edmonds dan Jeffes, 2009; Armstrong et al., 2012; Fadda et al., 2012). Tingkat kebutuhan air secara spesifik dipengaruhi oleh jenis kelamin dan usia (Ritz et al., 2008), tingkat aktivitas fisik di luar ruangan, intensitas jam aktivitas pada saat cuaca panas (D Anci et al., 2006), dan iklim tempat tinggal (Bar-David et al., 2005; Popkin et al., 2010). Prevalensi dehidrasi pada remaja diketahui lebih tinggi daripada dewasa. Dehidrasi pada remaja sebesar 48,1% dan pada dewasa sebesar 44,5% (Gustam, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Tawaniate et al. (2011) menunjukkan bahwa prevalensi dehidrasi yang tinggi pada mahasiswa, yaitu 70,1%. Mahasiswa termasuk kategorei remaja akhir. Rentang usia remaja akhir adalah tahun (Djiwandono, 2006). World Health Organization mengklasifikasikan menjadi remaja awal (10-14 tahun), remaja akhir (15-20 tahun), dan pemuda adalah usia tahun. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Masa peralihan ini merupakan masa pacu tumbuh (growth spurt), masa terjadinya perubahan-perubahan fisik, psikologik dan kognitif yang penting bagi pertumbuhan serta perkembangan remaja (Santrock, 2003; Soetijiningsih, 2007). Oleh sebab itu, usia remaja menjadi usia yang rentan terhadap kekurangan zat gizi apabila kebutuhan zat gizi tidak tercukupi sesuai dengan kebutuhannya. Berdasarkan data Riskesdas 2010 dan didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Hardinsyah et al. (2010), konsumsi air minum di Indonesia terutama pada usia remaja masih masuk dalam kategori rendah. Pada kelompok usia tahun, rata-rata tingkat konsumsi air per hari pada laki-laki hanya sebesar 55,63% dan pada perempuan sebesar 64,67% dari total kebutuhan air minum yang direkomendasikan (Hardinsyah, 2012 dalam AKG 2014). Tingkat kecukupan asupan air telah ditetapkan oleh the Institute of Medicine sebagai pedoman pencegahan dampak dehidrasi. Remaja usia tahun laki-laki memiliki kebutuhan air minum sebesar ml/hari sedangkan perempuan sebesar ml/hari (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004; The Institute of Medicine, 2005; Manz, 2007; Astuti et al., 2014).
3 3 Menurut Gustam (2012), wilayah ekologi, suhu tubuh, jenis kelamin, tingkat pengetahuan dan tingkat asupan air merupakan faktor risiko terjadinya dehidrasi pada remaja. Dari berbagai faktor risiko tersebut, tingkat pengetahuan dan tingkat asupan air minum merupakan faktor yang dapat diintervensi dalam upaya pencegahan dehidrasi. Penelitian yang dilakukan oleh Hardinsyah et al. (2009) menunjukkan bahwa sebanyak 42,4 49,7% remaja memiliki pengetahuan yang rendah tentang air minum. Hasil penelitian Kavouras et al. (2012) menunjukkan bahwa perubahan positif pada status hidrasi akibat intervensi edukasi dapat menyebabkan peningkatan performa daya tahan latihan pada anak-anak secara signifikan. Hasil penelitian Cleary et al. (2012) menunjukkan bahwa intervensi berupa edukasi dapat meningkatkan pengetahuan remaja mengenai perilaku hidrasi. Namun, intervensi edukasi tanpa adanya intervensi lain yang dilakukan bersamaan, tidak cukup untuk mengubah perilaku hidrasi remaja. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa dengan intervensi pemberian air minum yang telah ditentukan jumlahnya lebih efektif dalam mengatasi masalah dehidrasi pada remaja. Berdasarkan berbagai penelitian intervensi yang telah dilakukan, ada beberapa rekomendasi yang disarankan dalam merancang sebuah intervensi, yaitu fokus pada perilaku, bersifat multikomponen atau multistrategis, adanya perubahan lingkungan sekolah dan aktivitas harian di tempat tinggal, melibatkan keluarga, serta penggunaan multimedia yang inovatif (Roseman et al., 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Lytle dan Achterberg (1995) menunjukkan bahwa intervensi di sekolah yang bersifat multistrategis berhasil memperbaiki perilaku makan pada anak. Maka penelitian ini ingin melihat bagaimana intervensi yang bersifat multistrategis dapat berpengaruh dalam mengatasi dehidrasi pada remaja dan hubungannya terhadap performa kognitif. Menjadi alasan yang lebih spesifik bagi peneliti untuk pengaruh edukasi yang disertai intervensi pemberian air minum terhadap tingkat konsumsi air minum, status hidrasi, dan performa kognitif remaja.
4 4 B. Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat perbedaan jumlah konsumsi air minum antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol? 2. Apakah terdapat perbedaan status hidrasi antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol? 3. Apakah terdapat perbedaan performa kognitif (konsentrasi dan memori jangka pendek) antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol? 4. Bagaimana hubungan konsumsi air minum dengan status hidrasi, dan performa kognitif (konsentrasi dan memori jangka pendek) remaja? C. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Mengetahui perbedaan pengaruh edukasi dan pemberian air minum, serta kombinasi keduanya terhadap tingkat konsumsi air minum, status hidrasi, dan performa kognitif (konsentrasi dan memori jangka pendek) remaja. b. Tujuan Khusus 1) Mengetahui pengaruh intervensi edukasi yang disertai pemberian air minum terhadap jumlah konsumsi air minum 2) Mengetahui pengaruh intervensi edukasi terhadap jumlah konsumsi air minum. 3) Mengetahui pengaruh intervensi pemberian air minum terhadap jumlah konsumsi air minum. 4) Mengetahui hubungan jumlah konsumsi air minum dengan status hidrasi, dan performa kognitif (konsentrasi dan memori jangka pendek) remaja.
5 5 D. Manfaat Penelitian a. Manfaat secara teoritis 1) Untuk membuktikan pengaruh edukasi, pemberian air minum dan hubungannya terhadap tingkat konsumsi air minum, status hidrasi, serta performa kognitif remaja. 2) Sebagai upaya pengembangan teori sebelumnya tentang intervensi multistrategis terhadap tingkat konsumsi air minum, status hidrasi, serta performa kognitif. b. Manfaat secara praktis 1) Untuk memberikan dan meningkatkan edukasi remaja mengenai pentingnya asupan air, jumlah kebutuhan air, pemeriksaan dini gejala dehidrasi, dan dampak dehidrasi sebagai upaya program pencegahan dehidrasi melalui intervensi yang bersifat multistrategis. 2) Hasil dari penelitian dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya, industri air minum, dan media massa sebagai upaya menigkatkan informasi tentang kebutuhan dan asupan air serta deteksi dini gejala dehidrasi di tingkat remaja. 3) Hasil dari penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk pemerintah dan institusi pendidikan dalam merencanakan kebijakan dan pembuatan program pencegahan dehidrasi pada remaja sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.
6 6 E. Keaslian Penelitian No Judul Penelitian Tujuan Metode Hasil Perbedaan 1. Ganio et al. (2011). Mild dehydration impairs cognitive performance and mood of men Desain: three randomised, single-blind, Repeated-measures design study Subjek: 26 Laki-laki bukan atlet usia rata-rata 20 tahun Tidak ada perbedaan BMI, durasi tidur dan gravitasi spesifik urin pada kelompok kontrol dengan kelompok dehidrasi; 2. Hardinsyah et al. (2009). Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi Pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi yang Berbeda Untuk hubungan dehidrasi terhadap performa kognitif dan perasaan subjektif (mood) pada laki-laki dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk kebiasaan minum dan status hidrasi pada remaja dan dewasa di dua wilayah ekologi yang berbeda Pemeriksaan status hidrasi dengan pengambilan urin serta pemeriksaan urin urine specific grafity (berat jenis urin) Uji kognitif menggunakan comprehensive computerised six-task cognitive test battery, profile of mood diukur menggunakan kuesioner dan simptom kuesionare (headache, concentration and task difficulty) yang dilakukan selama latihan Desain: Cross sectional study Subjek: total 400 subjek remaja usia tahun, dan dewasa tahun Menggunakan 2 wilayah ekologi sebagai lokasi penelitian yaitu dataran tinggi dan dataran rendah. Metode pengambilan data: 1. Asupan minuman dengan record dan 7 hari semi FFQ 2. Status hidrasi dengan kuesioner dan (Setelah istirahat) Terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok kontrol dan perlakuan pada aspek kognitif (konsentrasi dan kerja memori jangka pendek); Terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok kontrol dan perlakuan pada 2 aspek profil mood yaitu tekanan dan kelelahan; (Selama latihan) Terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok kontrol dan perlakuan pada salah 1 aspek kognitif yaitu premature errors dan salah 1 aspek profil mood yaitu kelelahan. Di wilayah dataran rendah, sumber air minum remaja dari air galon sebanyak 74,3% dan dari ledeng sebanyak 32,1%. Di dataran rendah, frekuensi mengonsumsi air minum kemasan lebih tinggi sebesar 3,9 kali/hari dibandingkan di dataran tinggi sebesar 1,8 kali/hari. Sebanyak 81% remaja di dataran rendah mengonsumsi teh dan kopi sebagai minuman kedua setelah air minum. Desain: dibagi menjadi 4 kelompok random Subjek: 28 Remaja Lakilaki dan perempuan bukan atlet usia tahun Jenis dan desain epenelitian yang akan dilakukan Daerah yang menjadi lokasi penelitian Variabel outcome yang akan diteliti
7 7 3. Kavouras et al. (2012). Educational Intervention on Water Intake Improves Hydration Status and Enhances Exercise Performance in Athletic Youth 4. Lieberman et al., (2005). Severe Decrements in Cognition Function and Mood Induced by Sleep Loss, Heat, Dehydration, and Undernutrition Penelitian ini bertujuan untuk pengaruh intervensi edukasi pada peningkatan konsumsi air minum terhadap status hidrasi dan performa latihan atlet muda. Untuk pengaruh dehidrasi terhadap kognitif dan tanggapan fisiologis seperti kelelahan, dan pemeriksaan fisik (gejala dan tanda dehidrasi), urinalisis (berat jenis, warna, mikroskopik urin) Desain: Kuasi eksperimental dengan non randomized pretest and posttest control group design Subjek: atlet remaja Intervensi yang diberikan berupa edukasi dan pemberian air secara ad libitum. Pemeriksaan status hidrasi dengan osmolalitas urin dan urine specific grafity (berat jenis urin). Periode intervensi 2 hari Desain: random control trial, pre-post test control group design Subjek: 31 laki-laki dengan rata-rata usia 31 tahun. Tidak dilakukan intervensi dehidrasi selain yang telah diberikan sesuai standar pelatihan militer selama 5 hari. Pemberian air dilakukan secara ad libitum. Sebanyak 42,4-49,7% remaja memiliki pengetahuan tentang air minum yang rendah. Prevalensi dehidrasi ringan remaja di dataran rendah yaitu 41,6%. Berdasarkan kriteria urine specific gravity: Sebanyak 96,7% kelompok kontrol dan 91,7% kelompok intervensi dalam kondisi dehidrasi (pada hari ke-2 camp); Sebanyak 96,7% kelompok kontrol dan 66,1% kelompok intervensi dalam kondisi dehidrasi (pada hari ke-4 camp). Berdasarkan osmolalitas urin: Sebanyak 90,3% kelompok kontrol dan 83,3% kelompok intervensi dalam kondisi dehidrasi (pada hari ke-2 sebelum intervensi). Pada kelompok intervensi yang mengalami dehidrasi menurun menjadi 62,1%, sementara tidak ada beda pada kelompok kontrol (90%). Performa daya tahan pada tes meningkat hanya pada kelompok intervensi. Peningkatan status hidrasi melalui asupan air minum dapat meningkatkan performa daya tahan saat latihan. Berat badan mengalami penurunan rata-rata 4,1 kg (p 0,001), didominasi oleh air water 3.1 L (p 0,001). Dehidrasi mempengaruhi penurunan kemampuan kognitif tentara militer secara signifikan terutama pada Vigilance, reaction time, attention, dan memory (p 0,001). Pada aspek Mood, yaitu kewaspadaan, Subjek penelitian yang akan dilakukan bukan atlet Adanya modifikasi model intervensi edukasi dan pemberian air. Lama waktu periode intervensi. Variabel outcome berupa tingkat konsumsi air minum, status hidrasi dan performa kognitif. Subjek penelitian yang akan diteliti adalah remaja usia tahun Adanya modifikasi model intervensi edukasi dan pemberian air. Lama waktu periode
8 8 During Simulated Combat 5. Lentini B., dan Margawati A. (2014). Hubungan Kebiasaan Sarapan dan Status Hidrasi dengan Konsentrasi Berfikir pada Remaja daya tahan manusia yang mengalami stress akut ketika menjalani latihan militer. Untuk hubungan antara kebiasaan sarapan dan status hidrasi dengan konsentrasi berfikir pada remaja Pemeriksaan status hidrasi dilakukan dengan pengukuran berat badan dan pemeriksaan komposisi cairan tubuh dengan menggunakan bioelectric impedance spectroscopy (BIS). Uji kognitif berupa memory test, concentration, attention dan evecutive function dengan menggunakan tes kognitif yang terprogram pada computer. Periode intervensi 5 hari Desain: Cross sectional study Subjek: 80 remaja perempuan usia tahun Pemeriksaan status hidrasi dengan berat jenis urin Uji konsentrasi dengan menggunakan digit symbol test dan digit span test yang merupakan 2 subtes dari WAIS dan dilakukan oleh lembaga psikologi terapan tersertifikasi kebingungan, kelelahan, depresi dan tekanan,level kortisol dan testosterone lebih tinggi dibandingkan sebelum latihan. Sebanyak 52,5% siswa terbiasa sarapan dan 47,5% siswa tidak terbiasa sarapan. Bedasarkan berat jenis urin, sebanyak 70% subjek mengalami dehidrasi dan 30% subjek tidak dehidrasi. Berdasarkan hasil tes konsentrasi, didapat 48,24% subjek memiliki kemampuan konsentrasi rendah, dan 51,75% memiliki kemampuan konsentrasi tinggi. Terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan dan konsentrasi berfikir (p=0,00). Tidak terdapat hubungan antara status hidrasi dengan konsentrasi berfikir (p=0,35) intervensi. Variabel outcome berupa tingkat konsumsi air minum, status hidrasi dan performa kognitif berua konsentrasi dan memori jangka pendek. Uji kognitif menggunakan 2 subtes WAIS Subjek penelitian yang akan diteliti adalah remaja laki-laki dan perempuan usia tahun Desain, eksperimental murni dengan adanya intervensi edukasi dan pemberian air. Variabel outcome berupa tingkat konsumsi air minum, status hidrasi dan performa kognitif berupa memori jangka pendek dan tingkat konsentrasi.
9 9
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air memenuhi sekitar 60-65% berat badan orang dewasa. Kandungan air tubuh (body water) berbeda antar manusia tergantung proporsi jaringan otot dan jaringan lemak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikarenakan pengeluaran cairan lebih besar daripada pemasukan. (Almatsier, 2009). Dehidrasi dapat terjadi tanpa disadari di saat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dehidrasi merupakan ketidakseimbangan cairan tubuh dikarenakan pengeluaran cairan lebih besar daripada pemasukan (Almatsier, 2009). Dehidrasi dapat terjadi tanpa disadari
Lebih terperinciSTUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA
http://dbriawan.staff.ipb.ac.id/research/studi-kebiasaan-minum-dan-hidrasi-pada-remaja-dan-dewas a STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA STUDI KEBIASAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen utama pada tubuh manusia. Pada orang dewasa, air menyumbang sebanyak 60% berat badan total, dan persentase tersebut lebih tinggi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (2007) menjelaskan bahwa tubuh manusia rata-rata tersusun atas 75% air dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen utama dalam tubuh manusia. Batmanghelidj (2007) menjelaskan bahwa tubuh manusia rata-rata tersusun atas 75% air dan 25% bahan padat. Air
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gizi tubuh berperan dalam media transportasi dan eliminasi produk sisa metabolisme.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurangnya konsumsi cairan merupakan masalah penting di bidang kesehatan karena sel tubuh manusia memerlukan air dalam proses metabolisme. Air sebagai zat gizi tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Manusia dalam menjalankan kehidupannya. akan tetapi manusia dapat hidup berminggu-minggu tanpa makan
BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia dan zat gizi yang dibutuhkan oleh manusia. Manusia dalam menjalankan kehidupannya memerlukan air untuk minum. Manusia tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan zat yang sangat esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa mengandung air. Air memiliki beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air adalah komponen penyusun tubuh terbesar, yaitu sebanyak 50%-60%
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah komponen penyusun tubuh terbesar, yaitu sebanyak 50%-60% pada orang dewasa (Almatsier, 2004). Menurut Fraser (2009), tercapainya keseimbangan asupan dan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu kelompok remaja dan kelompok dewasa. Karakteristik subyek terdiri dari umur, wilayah ekologi, jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lansia adalah mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Menurut Surini dan Utomo
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arisman (2004) mengungkapkan bahwa secara umum lanjut usia atau lansia adalah mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Menurut Surini dan Utomo dalam Azizah (2011), lanjut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat penuaan. Sesuai dengan pertambahan usia, terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut biasanya ditandai dengan adanya berbagai masalah kesehatan akibat penuaan. Sesuai dengan pertambahan usia, terjadi perubahan fisiologi yang menurunkan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyebaran transportasi di Indonesia kini semakin mengalami peningkatan seiring dengan berjalannya waktu. Jumlah kendaraan yang masih beroperasi di seluruh Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengobatan komplementer beberapa penyakit. 1 Selain itu, beberapa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan salah satu kegiatan gaya hidup sehat yang manfaatnya sudah banyak diteliti terutama untuk kesehatan jasmani. Aktivitas fisik secara teratur selama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa makanan, tetapi hanya dapat bertahan selama beberapa hari tanpa air. Air merupakan komponen utama dari semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu dilaksanakan berbagai upaya kesehatan termasuk pengawasan kualitas air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat.
Lebih terperinciPEMANFAATAN CAKRAM KEBUTUHAN ASUPAN CAIRAN UNTUK PENINGKATAN KEBERHASILAN PELAKSANAAN PROGRAM AYO MINUM AIR
PEMANFAATAN CAKRAM KEBUTUHAN ASUPAN CAIRAN UNTUK PENINGKATAN KEBERHASILAN PELAKSANAAN PROGRAM AYO MINUM AIR Darsini, Faris Hamidi Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Insan Cendekia Medika Jombang Email
Lebih terperinciBAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or
BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or Dehidrasi adalah gangguan keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Penyebabnya adalah pengeluaran air/cairan lebih banyak daripada pemasukan
Lebih terperinciDr.Or. Mansur, M.S. Dr.Or. Mansur, M.S
PENTINGNYA CAIRAN Dr.Or. Mansur, M.S Dr.Or. Mansur, M.S mansur@uny.ac.id Fungsi air dan elektrolit 1. Mempertahankan keseimbangan cairan 2. Hilangnya kelebihan air terjadi selama aktivitas 3. Dehidrasi
Lebih terperinciMETODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek
METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas
Lebih terperinciPROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUISIONER PENELITIAN
Tanggal: PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUISIONER PENELITIAN Salam, perkenalkan nama saya Ririn Triana Putri, mahasiswi Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kekuatan. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Tim Nasional PSSI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga sepak bola merupakan olahraga yang memerlukan ketahanan dan kekuatan. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Tim Nasional PSSI didapatkan hasil bahwa atlet sepak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan di masa mendatang.
Lebih terperinciHYDRATION & EXERCISE. 17 March 2016 JW Marriot Hotel, Kuningan Jakarta 1 st Indonesian H2C
HYDRATION & EXERCISE 17 March 2016 JW Marriot Hotel, Kuningan Jakarta 1 st Indonesian H2C 2 Status Hidrasi Meningkatkan Exercise Performance Status hidrasi yang baik meningkatkan daya tahan/endurance pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berjalannya waktu, terdapat perubahan gaya hidup masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga mempengaruhi jumlah pesanan pada katering (Tristar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zat gizi, termasuk air merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi kebutuhan zat gizi melalui
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah case study. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2, Kota Bogor. Penentuan lokasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi abnormal atau berlebihnya lemak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi abnormal atau berlebihnya lemak yang dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan. Ukuran yang menentukan obesitas adalah
Lebih terperinciMETODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek
18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai
Lebih terperinci2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air sebagai Zat Gizi Esensial Air merupakan komponen yang yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Asupan air yang kurang ataupun
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
60 Lampiran I Kuesioner Penelitian Petunjuk : Isilah pertanyaan berikut ini dengan lengkap dan jelas 1. Identitas Responden (diisi petugas) ID Responden : [ ] [ ] Nama : Umur : Jenis kelamin : Petunjuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Manusia dapat hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia hidup tidak hanya bergantung pada makanan tetapi juga minuman, karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Manusia dapat hidup beminggu minggu tanpa
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap orang mampu menyadari berbagai keadaan aktivitas otak, salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang mampu menyadari berbagai keadaan aktivitas otak, salah satunya adalah kegiatan tidur. Tidur merupakan suatu keadaan bawah sadar saat seseorang dapat dibangunkan
Lebih terperinciMETODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek
METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai Kebiasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada suatu objek untuk menghadapi objek tersebut. 1. mempunyai kemampuan yang berbeda-beda untuk mengontrol atensi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atensi merupakan salah satu aspek dari fungsi kognitif yang mempunyai peran penting. Atensi adalah usaha pemusatan pikiran secara jelas dan sadar pada suatu objek untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam ruang lingkup ilmu penyakit dalam, depresi masih sering terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena seringkali pasien depresi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya
16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang semakin berkembang dan peningkatan berbagai macam teknologi yang memudahkan semua kegiatan, seperti diciptakannya remote control, komputer,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12% seluruh kematian disebabkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup Fisiologi dan Ilmu Kedokteran Olahraga. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di
Lebih terperincilebih lambat daripada pertumbuhan bayi. Akan tetapi, kegiatan fisik pada pertumbuhan tersebut meningkat. Dengan demikian dalam kondisi keseimbangan
TINJAUAN PUSTAKA Anak-anak Anak-anak mempunyai perkembangan fisik maupun fisiologis yang khusus pada setiap tahapan kehidupannya. Banyak perbedaan perkembangan saat anak masih pada usia pra sekolah, sekolah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Obyek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Kampanye sosial merupakan suatu gerakan yang dilakukan untuk mengubah perilaku sesuatu yang berkenaan dengan kelompok masyarakat melalui pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cairan sedikit banyak dapat menyebabkan permasalahan bagi atlet yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yang berkaitan dengan termoregulasi dan keseimbangan cairan sedikit banyak dapat menyebabkan permasalahan bagi atlet yang melakukan latihan saat suhu udara panas.
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang fisiologi dan kedokteran
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang fisiologi dan kedokteran olahraga. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Fakultas
Lebih terperinciMETODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data
22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent killer merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi karena merupakan pembunuh tersembunyi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memulai aktifitas sehari-hari dengan sarapan pagi merupakan kebiasaan yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja, maupun dewasa. Sangat
Lebih terperinciHUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012
HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi kurang yang ada di Indonesia masih belum teratasi dengan baik. Saat ini Indonesia telah dihadapkan dengan masalah gizi baru yaitu masalah gizi lebih.
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
Lampiran 2 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MEDIA PERMAINAN MONOPOLI TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN KONSUMSI CAIRAN PADA SISWA SMP KELAS VII DI SMPN 220 JAKARTA BARAT TAHUN 2016 Assalamualaikum
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan di masa datang. Untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)
anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang ingin menjalani kehidupannya senantiasa dalam keadaan sehat. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, berbagai upaya telah dilakukan, salah satu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi masyarakat, terutama remaja yang memiliki aktivitas yang padat. Salah satu cara agar tubuh tetap sehat adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kecukupan air dan homeostasis elektrolit dalam tubuh sangat penting untuk kesehatan fungsi fisiologis. Hal ini juga tergantung dari keseimbangan air dan elektrolit.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.
47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah merupakan masa pertumbuhan bagi anak sehingga memerlukan gizi yang cukup dan seimbang. Defisiensi gizi pada usia sekolah dapat menyebabkan anak menjadi
Lebih terperinciKonsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi
KERANGKA PEMIKIRAN Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola praktek yang terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan dapat didefinisikan sebagai seringnya (kerap kalinya) makanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Fauzi Mukti, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan suatu pekerjaan fisik yang dikerjakan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang sangat berarti. Artinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan status kesehatannya. Melalui perbaikan gizi dan kesehatan anak sebagai generasi penerus bangsa, maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang masih menjadi masalah di bidang kesehatan. Hipertensi yang dikenal juga sebagai tekanan darah tinggi, adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double Burden Nutrition). Masalah gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara gizi lebih juga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Anak-anak khususnya anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak khususnya anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa, dimana anak-anak merupakan investasi bangsa untuk masa yang akan datang. Kualitas bangsa pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi mengakibatkan perilaku penduduk berubah dan menimbulkan ketidakseimbangan antara asupan makanan dengan aktivitas yang lebih banyak kurang gerak sehingga
Lebih terperinciPERBEDAAN KEBIASAAN MINUM DAN STATUS HIDRASI PADA REMAJA OVERWEIGHT DAN NON OVERWEIGHT DI SMK BATIK 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI
PERBEDAAN KEBIASAAN MINUM DAN STATUS HIDRASI PADA REMAJA OVERWEIGHT DAN NON OVERWEIGHT DI SMK BATIK 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan aset bangsa. Dari data terbaru yang dikeluarkan United. negara (1). Menurut UNESCO pada tahun 2012, dari 120 negara yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini peran pendidikan penting bagi kemajuan peradaban suatu bangsa. Karena dengan adanya kemajuan peradaban, diharapkan manusia akan hidup lebih nyaman
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa
ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Lansia Asupan dan Keluaran Air
4 TINJAUAN PUSTAKA Lansia Masa lanjut usia pada kelompok lansia merupakan masa penutup dari kehidupan manusia. Seseorang diatas umur 55 tahun disebut dalam tahap masuk lanjut usia (Setiyono 2010). Departemen
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data
29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan jumlah kadar hemoglobin 1. Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di seluruh dunia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh pemerintah telah mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara umum antara lain dapat dilihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis. Maslow (1970) mengatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Awaluddin Muharom,2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan kebutuhan setiap manusia untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Sehat menurut Santoso (2004:16) terbagi menjadi dua tingkatan
Lebih terperinci1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia defisiensi besi ialah suatu kondisi anemia dan terdapat bukti yang jelas akan kehilangan zat besi. Anemia defisiensi besi merupakan tahap berat dari defisiensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi pada perempuan dengan rentang usia 48 sampai 55 tahun. Masa ini sangat kompleks bagi perempuan karena berkaitan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi kurang banyak dihubungkan dengan penyakit-penyakit infeksi, maka masalah gizi lebih dianggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia adalah berkurangnya jumlah kadar Hb (sel darah merah) hingga dibawah nilai normal, kuantitas hemoglobin dan volume packed red blood cells ( hematokrit)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai masa strom and stress karena banyaknya. goncangan-goncangan dan perubahan yang cukup radikal dari masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Masa remaja merupakan masa yang paling indah. Namun masa remaja juga identik dengan kata pemberontakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari normal, anemia merefleksikan eritrosit yang kurang dari normal di dalam sirkulasi dan anemia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara urutan ke-4 dengan jumlah lansia paling banyak sesudah Cina, India dan USA. Peningkatan jumlah lansia di negara maju relatif lebih cepat
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air dan tubuh adalah hal yang tidak bisa dipisahkan. air adalah unsur penting dalam pembentukan sel bagi setiap makhluk hidup baik tumbuhan, hewan, dan manusia. Kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa di masyarakat saat ini mulai meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya konsumsi junk food dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia defisiensi besi, yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah khususnya remaja (Bakta, 2006).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan oleh banyaknya klub-klub sepak bola yang ada dan penggemar yang tidak sedikit.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek yang diamati adalah karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, dan pengeluaran
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal dan berlebihan yang dapat menggangu kesehatan. (1) Obesitas adalah penyakit yang timbul sebagai akibat dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegemukan atau obesitas selalu berhubungan dengan kesakitan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gemuk merupakan suatu kebanggaan dan merupakan kriteria untuk mengukur kesuburan dan kemakmuran suatu kehidupan, sehingga pada saat itu banyak orang berusaha
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ke-4 di dunia dengan tingkat produksi sebesar ton dengan nilai USD 367 juta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kafein merupakan zat psikoaktif yang terdapat pada banyak sumber seperti kopi, teh, soda dan cokelat. Indonesia dikenal sebagai negara penghasil kopi terbesar ke-4
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan keterbukaan untuk mendapatkan pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Allah SWT tidak membiarkan seseorang untuk tidak tidur dan akan. hilang di waktu tidurnya ( As-Aya rawi, 2001 ).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah individu yang unik dan mempunyai suatu kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya, salah satunya adalah tidur. Tidur adalah salah satu kenikmatan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman dahulu makanan berfungsi untuk menghilangkan rasa lapar. Akan tetapi makanan bagi manusia merupakan sumber energi utama. Yang didapat dari dari asupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Faktor gizi memegang peranan penting dalam
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =
17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu
Lebih terperinci