JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) C78

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

PERENCANAAN MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA AMBON Hertine M. Kesaulya¹, Hanny Poli², & Esli D. Takumansang³

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

STUDI PEMANTAUAN LINGKUNGAN EKSPLORASI GEOTHERMAL di KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO dengan SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGANN PARIWISATA DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT FELIK DWI YOGA PRASETYA

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam sebagai salah satu fenomena alam dapat terjadi setiap saat,

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DAN ASTER (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

besar dan daerahnya rutin terkena banjir setiap masuk hujan. Padahal kecamatan ini memiliki luas yang sempit.hal tersebut menjadikan kecamatan ini men

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STUDI KASUS KABUPATEN BONDOWOSO

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. menggunakan Analisis Tidak Langsung berdasarkan SNI Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GEOMORFOLOGI

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

Gambar 7. Lokasi Penelitian

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 8 NOMOR 1 FEBRUARI Pemetaan Ancaman Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Konawe

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana.

Nomor : KT.304/ 689 /MJUD/XI/2014 Surabaya, 20 Nopember 2014 Lampiran : - Perihal : Awal Musim Hujan 2014/2015 Prov. Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PENGEMBANGAN MODEL SIG PENENTUAN KAWASAN RAWAN LONGSOR SEBAGAI MASUKAN RENCANA TATA RUANG Studi Kasus; Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

Pemanfaatan Analisa Spasial Untuk Kesesuaian Lahan Tanaman Jarak Pagar (Studi Kasus: Kabupaten Sumenep Daratan)

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014

Wilayah rawan bencana Wilayah rawan bencana adalah Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Pasuruhan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

BAB 1 PENDAHULUAN I-1

Pemetaan Potensi Rawan Banjir Berdasarkan Kondisi Fisik Lahan Secara Umum Pulau Jawa

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV.

Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali Sampean, Kabupaten Bondowoso

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN WAY KRUI TAHUN 2015 (JURNAL) Oleh. Catur Pangestu W

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR...

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR

RINGKASAN PROGRAM PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN ANGGARAN TAHUN 2013

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang untuk bermukim atau tidak bermukim di suatu tempat, preferensi bermukim

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bencana geologi merupakan bencana yang terjadi secara alamiah akibat

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah longsor merupakan bencana yang sering terjadi di Indonesia. Selama periode telah terjadi 850

EVALUASI LAHAN UNTUK KAWASAN LINDUNG DAN BUDIDAYA DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA TENGAH

ANALISIS DAERAH RAWAN LONGSOR BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus : Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

6 TINGKAT PERKEMBANGAN DESA-DESA SEKITAR KAWASAN DAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kondisi geologi Indonesia yang berupa bagian dari rangkaian

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

Gambar 1.1 Wilayah cilongok terkena longsor (Antaranews.com, 26 november 2016)

Transkripsi:

A714 Pembuatan Peta Daerah Rawan Bencana Tanah Longsor dengan Menggunakan Metode Fuzzy logic (Studi Kasus: Kabupaten Probolinggo) Arief Yusuf Effendi, dan Teguh Hariyanto Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: teguh_hr@geodesy.its.ac.id Abstrak Tanah longsor merupakan suatu aktivitas dari proses gangguan keseimbangan yang menyebabkan bergeraknya massa tanah dan batuan dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Penyebab terjadinya tanah longsor dikarenakan gaya pendorong pada lereng lebih besar daripada gaya penahannya. Adapun beberapa faktor-faktor penyebab terjadinya tanah longsor seperti curah hujan, lereng terjal, kepadatan tanah, jenis batuan, jenis tata lahan, dan adanya getaran. Kabupaten Probolinggo merupakan salah satu dari 38 Kota/Kabupaten yang memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap terjadinya tanah longsor. Daerah rawan akan timbulnya bencana tanah longsor dapat diidentifikasi dengan memanfaatkan data penginderaan jauh dan sistem informasi geografis. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan peta daerah rawan bencana tanah longsor dengan menggunakan parameterparameter penyebab tanah longsor diantaranya curah hujan, jenis tanah, ketinggian, kemiringan lereng, dan tutupan lahan. Dari parameter tersebut akan diolah dan dilakukan analisa dengan menggunakan metode fuzzy logic, dimana fuzzy logic merupakan sistem cerdas yang dapat digunakan sebagai sistem kontrol dan pemecahan masalah yang dapat digunakan untuk mendeteksi daerah tanah longsor yang ada di Kabupaten Probolinggo. Dalam proses analisa tersebut dilakukan dengan cara menggunakan fitur spatial analysis tools berupa Overlay Fuzzy yang terdapat pada software ArcGIS. Kemudian akan didapatkan hasil berupa peta tingkat kerawanan tanah longsor yang memiliki 4 kelas kerawanan, diantaranya kelas kerawanan tidak rawan, kelas kerawanan rendah, kelas kerawanan sedang, dan kelas kerawanan tinggi. B Kata Kunci Fuzzy logic, Overlay, SIG, Tanah Longsor I. PENDAHULUAN ENCANA ALAM sebagai salah satu fenomena alam yang dapat terjadi setiap saat, dimanapun dan kapanpun, sehingga dapat menimbulkan kerugian material dan imaterial bagi kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah bencana tanah longsor yang sering mengakibatkan kerugian harta benda maupun korban jiwa dan menimbulkan kerusakan sarana dan prasarana lainnya yang bisa berdampak pada kondisi ekonomi dan sosial. Tanah longsor merupakan suatu aktivitas dari proses gangguan keseimbangan yang menyebabkan bergeraknya massa tanah dan batuan dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Kondisi topografi yang berbukit dan bergunung, tingginya tingkat kepadatan penduduk di wilayah perbukitan serta pemanfaatan lahan dan ruang yang kurang baik menimbulkan tekanan terhadap ekosistem. Untuk menghindari jatuhnya korban yang lebih besar dan banyak akibat bahaya tanah longsor, diperlukan upaya-upaya yang mengarah kepada tindakan meminimalisir akibat yang akan ditimbulkan. Untuk dapat memantau dan mengamati fenomena tanah longsor di suatu kawasan diperlukan adanya suatu identifikasi dan pemetaan daerah rawan tanah longsor yang mampu memberikan gambaran kondisi kawasan yang ada berdasarkan faktor penyebab terjadinya tanah longsor [1]. Provinsi Jawa Timur termasuk salah satu daerah yang sangat potensial akan terjadinya bencana tanah longsor. Hal ini disebabkan topografi sebagian besar wilayahnya yang berbukit dan bergunung. Disamping itu, juga disebabkan tingginya tingkat kepadatan penduduk di wilayah perbukitan sehingga menimbulkan tekanan terhadap ekosistem. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur menyebutkan, dari 38 kabupaten/kota, sebanyak 20 daerah masuk kategori rawan terjadinya tanah longsor, kategori tinggi, sedang, maupun ringan. 20 daerah tersebut yakni Pacitan, Kabupaten Blitar, Trenggalek, Ponorogo, Batu, Lumajang, Jombang, Kabupaten Malang, Kabupaten Probolinggo, Jember, Bojonegoro, Kabupaten Madiun, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Pasuruan, Nganjuk, Situbondo, Bondowoso, Tulungagung, Magetan, dan Kediri. Kabupaten Probolinggo merupakan salah daerah yang termasuk dalam kategori tinggi terjadinya tanah longsor. Pembuatan peta potensi bahaya tanah longsor dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) mampu memberikan solusi dan kemudahan dalam analisis spasial secara berulang, kontinu, cepat dan akurat. Bahaya tanah longsor dapat diidentifikasi secara cepat melalui sistem informasi geografis dengan menggunakan metode tumpang susun atau overlay terhadap parameter-parameter penyebab tanah longsor seperti: curah hujan, jenis tanah, kemiringan lereng, ketinggian, dan tutupan lahan [2]. Dari kelima parameter tersebut akan dilakukan proses analisa dengan menggunakan metode Fuzzy logic untuk menentukan tingkat kerawanan tanah longsor. Melalui sistem informasi geografis diharapkan akan mempermudah penyajian informasi spasial khususnya yang terkait dengan penentuan tingkat kerawanan tanah longsor

A715 serta dapat menganalisis dan memperoleh informasi baru dalam mengidentifikasi daerah-daerah yang menjadi sasaran tanah longsor. A. Lokasi Penelitian II. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi penelitian ini terletak di Kabupaten Probolinggo dengan kondisi geografis 7 40 36.16-8 01 38.42 LS dan 112 55 42.50-113 38 34.38 BT. Gambar 1. Lokasi Penelitian (Sumber : BPBD, 2014) Dalam penelitian ini studi kasus yang digunakan terdiri dari empat kecamatan yang memiliki potensi terjadinya tanah

A716 longsor. Yaitu, kecamatan sukapura, kecamatan lumbang, kecamatan sumber, dan kecamatan kuripan. B. Diagram Alir Pengolahan Data Secara garis besar pengolahan data untuk pembuatan peta daerah rawan tanah longsor digambarkan sebagai berikut: Mulai Citra Landsat 8 Data Curah Hujan Kab. Probolinggo Data Jenis Tanah Kab. Probolinggo Data Kontur Kab. Probolinggo Cropping Citra Seleksi data kontur sesuai wilayah penelitian Klasifikasi Supervised Proses Klasifikasi dengan Metode Maximum Likelyhood Tidak Ubah dalam bentuk raster Ground Truth Uji Ketelitian 80 % Ya Pembuatan slope Citra Terklasifikasi Cropping Tutupan Lahan berdasarkan lokasi penelitian Cropping Curah Hujan berdasarkan lokasi penelitian Cropping Jenis Tanah berdasarkan lokasi penelitian Cropping Ketinggian berdasarkan lokasi penelitian Cropping Kemiringan Lereng berdasarkan lokasi penelitian Pembuatan Layout Pembuatan Layout Pembuatan Layout Pembuatan Layout Pembuatan Layout Peta Tutupan Lahan skala 1 : 125.000 Peta Curah Hujan skala 1 : 125.000 Peta Jenis Tanah skala 1 : 125.000 Peta Ketinggian skala 1 : 125.000 Peta Kemiringan Lereng skala 1 : 125.000 Overlay Fuzzy Peta Tingkat Kerawanan Tanah Longsor skala 1 : 125.000 Selesai Gambar 2. Tahap Pengolahan Data 1. Tahap Pembuatan Peta Parameter Gejala umum tanah longsor ditandai dengan munculnya retakan-retakan dilereng yang sejajar dengan arah tebing, biasanya terjadi setelah hujan, munculnya mata air baru secara tiba-tiba dan tebing rapuh serta kerikil mulai berjatuhan. Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya tanah longsor antara lain: lereng terjal, ketinggian, curah hujan, jenis tanah dan tutupan lahan [2]. Pada penelitian ini digunakan 5 parameter penyebab tanah longsor untuk menentukan daerah rawan tanah longsor. Berikut ini merupakan tabel-tabel dari setiap parameter

A717 penyebab daerah rawan tanah longsor yang digunakan sebagai acuan dan referensi dalam penentuan daerah rawan tanah longsor. Pembagian tiap kelas dari masing-masing parameter disesuaikan dengan kondisi daerah yang diamati. Tabel 1. Parameter Kemiringan Lereng No Kelas Tingkat Kemiringan Lereng Nilai Linguistik 1 Datar 0-8% x 8 2 Landai 8-15% 8 < x 15 3 Agak Curam 15-25% 15 < x 25 4 Curam 25-40% 25 < x 40 5 Sangat Curam >40% x > 40 Sumber: SK Mentan No. 837/Kpts/Um/11/80 Tabel 2. Parameter Ketinggian No Kelas Ketinggian Nilai linguistik 1 Sangat Rendah < 1000m x < 1000 2 Rendah 1000-1500m 1000 < x 1500 3 Sedang 1500-2000m 1500 < x 2000 4 Tinggi 2000-2500m 2000 < x 2500 5 Sangat Tinggi >2500m x > 2500 Sumber: BPBD, 2014 Tabel 3. Parameter Curah Hujan No Kelas Curah Hujan Nilai Linguistik 1 Rendah 1500-1750mm/tahun 1500 x 1750 2 Sedang 1750-2000mm/tahun 1750 < x 2000 3 Tinggi 2000-2500mm/tahun 2000 < x 2500 Sumber: BPBD, 2014 Tabel 4. Parameter Jenis Tanah No Kepekaan terhadap erosi Jenis Tanah Nilai Linguistik 1 Kurang Peka Mediteran 45 < x 60 2 Peka Andosol, Grumosol 60 < x 75 3 Sangat Peka Regosol x > 75 Sumber: SK Mentan No. 837/Kpts/Um/11/80 Tabel 5. Parameter Tutupan Lahan No Kepekaan terhadap Nilai Tutupan Lahan erosi Linguistik 1 Kurang Peka Pasir, Hutan x < 10 2 Agak Peka Perkebunan, Semak Belukar 10 < x 30 3 Peka Sawah, Pemukiman 30 < x 50 4 Sangat Peka Tegalan x > 50 Sumber: Karnawati, 2003 Dari masing-masing parameter tersebut data yang didapat berupa data yang mencakup seluruh Kabupaten Probolinggo yang kemudian akan di klasifikasi berdasarkan studi kasus penelitian. Sehingga akan diperoleh peta parameter yang telah memiliki kelas masing-masing. 2. Tahap Overlay Fuzzy Pada tahapan ini bertujuan untuk mendapatkan peta tingkat kerawanan daerah tanah longsor. Dengan cara melakukan proses overlay terhadap kelima parameter yang telah dilakukan klasifikasi sebelumnya. Proses pembuatan overlay peta menggunakan toolbox Overlay Fuzzy yang terdapat pada ArcGIS. Sebelum dilakukan proses overlay terlebih dahulu ditentukan derajat keanggotaannya dengan cara pilih Fuzzy Membership. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Peta Parameter Tanah Longsor a. Peta Tutupan Lahan Berdasarkan hasil klasifikasi tutupan lahan terhadap lokasi penelitian didapatkan 7 kelas tutupan lahan yang ada di Kabupeten Probolinggo (Gambar 3). Diantaranya hutan, pasir, perkebunan, permukiman, sawah, semak belukar, dan tegalan. Dari hasil pengolahan tersebut didapatkan luasan pada masing-masing kelas tutupan lahan. Tabel 6. Luas Parameter Tutupan Lahan No Tutupan Lahan Luas (ha) % 1 Hutan 781.46 2.03 2 Pasir 1157.71 3.01 3 Perkebunan 6798.77 17.69 4 Permukiman 1056.99 2.75 5 Sawah 2760.58 7.18 6 Semak Belukar 6450.57 16.79 7 Tegalan 19417.00 50.53 b. Peta Curah Hujan Dari hasil klasifikasi terhadap lokasi penelitian didapatkan 3 tipe kelas curah hujan (Gambar 4). Diantaranya kelas dengan intensitas hujan 1500-1750 mm/tahun, 1750-2000 mm/tahun, dan 2000-2500 mm/tahun. Didapatkan hasil luasan dan persentase pada masing-masing kelas curah hujan. Tabel 7. Luas Parameter Curah Hujan No Curah Hujan Luas (ha) % 1 1500-1750 mm/tahun 3008.39 7.83 2 1750-2000 mm/tahun 35139.19 91.45 3 2000-2500 mm/tahun 275.50 0.72 c. Peta Jenis Tanah Dari hasil pengolahan didapatkan hasil klasifikasi jenis tanah pada daerah penelitian dengan 3 kelas jenis tanah (Gambar 5). Yaitu jenis tanah andosol, grumosol, mediteran, dan regosol. Didapatkan hasil luasan dan persentase pada tiap kelas jenis tanah. Tabel 8. Luas Parameter Jenis Tanah No Jenis Tanah Luas (ha) % 1 Andosol 21087.20 54.88 2 Grumosol 11073.86 28.82 3 Regosol 1978.28 5.15 4 Mediteran 4283.76 11.15

A718 d. Peta Ketinggian dan Kemiringan Lereng Dalam pembuatan peta ketinggian dan kemiringan lereng data yang digunakan adalah data kontur. Dari data kontur yang telah diolah didapatkan hasil peta ketinggian dan peta kemiringan lereng yang masing-masing memiliki 5 tipe kelas (Gambar 6 dan 7). Untuk parameter ketinggian terdapat kelas sangat rendah (<1000 m), rendah (1000-1500 m), sedang (1500-2000 m), tinggi (2000-2500 m), dan sangat tinggi (>2500 m). Untuk parameter kemiringan lereng didapatkan kelas datar (0-8%), landai (8-15%), agak curam (15-25%), curam (25-40%), dan sangat curam (>40%). Dari kedua parameter tersebut juga didapat hasil luasan dan persentase masing-masing. Tabel 9. Luas Parameter Ketinggian No Ketinggian Luas (ha) % 1 < 1000 m 17515.96 45.59 2 1000-1500 m 8711.97 22.67 3 1500-2000 m 6253.47 16.28 4 2000-2500 m 5632.63 14.66 5 > 2500 m 309.06 0.80 Tabel 10. Luas Parameter Kemiringan Lereng No Kemiringan Luas (ha) % 1 0-8% 11474.28 29.86 2 8-15% 9268.24 24.12 3 15-25% 11207.87 29.17 4 25-40% 4430.03 11.53 5 >40% 2042.66 5.32 B. Hasil Peta Tingkat Kerawanan Daerah Tanah Longsor Dari hasil pengolahan overlay terhadap kelima parameter tanah longsor dengan sistem fuzzy logic pada ArcGIS didapatkan hasil peta tingkat kerawanan daerah tanah longsor (Gambar 8). Dari hasil tersebut didapatkan 4 kelas tingkat kerawanan longsor diantaranya kelas dengan tingkat kerawanan tidak rawan, kelas dengan tingkat kerawanan rendah, kelas dengan tingkat kerawanan sedang dan kelas dengan tingkat kerawanan tinggi. Didapatkan juga hasil luas dan persentase pada tiap kelas kerawanan serta tingkat kerawanan pada tiap desa. Tabel 11. Luas Tingkat Kerawanan Tanah Longsor Tingkat Kerawanan Tanah Longsor Luas (ha) % Tidak Rawan 22376,63 58,24 Rendah 8657,29 22,53 Sedang 3159,90 8,22 Tinggi 4229,26 11,01 Total 38423,09 100 Dari hasil tersebut juga didapatkan analisa berdasarkan tingkat kerawanan pada desa. Berikut hasilnya yang didapat: Tabel 12 Tingkat Kerawanan Tidak Rawan Tidak Rawan No Kecamatan Desa Luas 1 Kuripan Jatisari 1581.38 2 Kuripan Karangrejo 810.96 3 Kuripan Kedawung 1313.15 4 Kuripan Menyono 314.45 5 Kuripan Resongo 1173.47 6 Kuripan Wonoasri 1511.02 7 Kuripan Wringinanom 731.94 8 Lumbang Boto 632.70 9 Lumbang Branggah 659.06 10 Lumbang Lambangkuning 306.10 11 Lumbang Lumbang 586.90 12 Lumbang Negororejo 552.53 13 Lumbang Palangbesi 1012.92 14 Lumbang Purut 975.03 15 Lumbang Sapih 406.69 16 Lumbang Tandonsentul 1100.74 17 Lumbang Wonogoro 261.66 18 Sukapura Jetak 9.96 19 Sukapura Kedasih 294.87 20 Sukapura Kepung 687.55 21 Sukapura Ngadas 241.63 22 Sukapura Ngadirejo 412.72 23 Sukapura Ngadisari 424.15 24 Sukapura Pakel 209.04 25 Sukapura Sapikerep 68.80 26 Sukapura Sariwani 700.02 27 Sukapura Sukapura 700.48 28 Sukapura Wonokerto 57.10 29 Sukapura Wonotoro 765.71 30 Sumber Cepoko 661.49 31 Sumber Gemito 181.80 32 Sumber Ledokombo 430.88 33 Sumber Pandansari 375.03 34 Sumber Rambaan 579.43 35 Sumber Sumber 1066.40 36 Sumber Sumberanom 106.58 37 Sumber Tukul 577.90 38 Sumber Wonokerso 309.47 Tabel 13 Tingkat Kerawanan Rendah Rawan Rendah No Kecamatan Desa Luas 1 Lumbang Pandansari 378.86 2 Lumbang Sapih 944.65 3 Sukapura Jetak 82.30 4 Sukapura Kedasih 635.68 5 Sukapura Ledokombo 198.20 6 Sukapura Ngadas 153.99 7 Sukapura Ngadirejo 220.95 8 Sukapura Ngadisari 56.80 9 Sukapura Pakel 393.83 10 Sukapura Sapikerep 662.61 11 Sukapura Sariwani 542.04 12 Sukapura Sukapura 566.89 13 Sukapura Wonokerto 229.21 14 Sukapura Wonotoro 36.62 15 Sumber Cepoko 835.88 16 Sumber Gemito 789.91 17 Sumber Rambaan 511.94 18 Sumber Sumber 824.17 19 Sumber Sumberanom 173.52 20 Sumber Tukul 418.55

A719 21 Sumber Wonokerso 116.71 Tabel 14 Tingkat Kerawanan Sedang Rawan Sedang No Kecamatan Desa Luas 1 Lumbang Sapih 470.13 2 Sukapura Jetak 34.83 3 Sukapura Ngadas 496.96 4 Sukapura Ngadirejo 497.42 5 Sukapura Ngadisari 193.79 6 Sukapura Sapikerep 315.76 7 Sukapura Sariwani 791.51 8 Sukapura Wonokerto 106.57 9 Sukapura Wonotoro 193.56 10 Sumber Ledokombo 36.49 11 Sumber Pandansari 18.63 12 Sumber Wonokerso 2.08 Tabel 15 Tingkat Kerawanan Tinggi Rawan Tinggi No Kecamatan Desa Luas 1 Lumbang Pandansari 267.62 2 Lumbang Sapih 612.78 3 Sukapura Jetak 131.11 4 Sukapura Kedasih 46.72 5 Sukapura Ledokombo 568.37 6 Sukapura Ngadas 202.92 7 Sukapura Ngadirejo 354.22 8 Sukapura Ngadisari 156.13 9 Sukapura Pakel 7.15 10 Sukapura Sapikerep 275.60 11 Sukapura Sariwani 302.46 12 Sukapura Wonokerto 95.16 13 Sukapura Wonotoro 126.13 14 Sumber Gemito 104.04 15 Sumber Sumber 25.13 16 Sumber Sumberanom 319.54 17 Sumber Wonokerso 633.23 Gambar 3. Peta Tutupan Lahan

A720 Gambar 4. Peta Curah Hujan Gambar 5. Peta Jenis Tanah

A721 Gambar 6. Peta Ketinggian Gambar 7. Peta Kemiringan Lereng

A722 Gambar 8. Peta Tingkat Kerawanan Tanah Longsor IV. KESIMPULAN Dari hasil pengolahan tersebut dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Didapatkan peta tingkat kerawanan tanah longsor yang terdiri dari 4 kelas kerawanan, diantaranya tidak rawan, rawan rendah, rawan sedang, rawan tinggi. 2. Dari hasil pengolahan data dan hasil overlay terhadap kelima parameter didapatkan sebagai berikut: Peta curah hujan memiliki 3 kelas. Luas daerah curah hujan tertinggi pada kelas sedang dengan luas sebesar 35139,19 ha dengan persentase 91,45%. Peta jenis tanah memiliki 3 kelas. Luas daerah jenis tanah tertinggi pada jenis tanah andosol dengan luas sebesar 21087,20 ha dengan persentase 54,88%. Peta ketinggian memiliki 5 kelas. Luas tertinggi terdapat pada kelas sangat rendah sebesar 17515,96 ha dengan persentase 45,59%. Peta kemiringan lereng memiliki 5 kelas. Luas terbesar dari kemiringan lereng pada kelas datar sebesar 11474,28 ha dengan persentase 29,86%. Dari hasil peta tingkat kerawanan tanah longsor tersebut didapatkan luasan pada masing-masing kelas untuk kelas tidak rawan memiliki luas sebesar 22376,63 ha, kelas rendah sebesar 8657,29 ha, kelas sedang sebesar 3159,9 ha, dan kelas tinggi sebesar 4229,26 ha. DAFTAR PUSTAKA [1] Karnawati, D., 2003. Bencana Alam Gerakan Massa Tanah di Indonesia dan Upaya Penanggulangannya. Jurusan Teknik Geologi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. [2] Badan Geologi. 2010. Gerakan Tanah. Bandung. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.