BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor utama yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu organisasi dalam berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam sebuah organisasi baik dalam skala besar maupun skala kecil, Tadjudin (dalam Raharjo & Durrotun, 2006). Agar dapat tercapai tujuan organisasi maka suatu organisasi membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi untuk dapat bekerja dengan baik, oleh sebab itu suatu organisasi atau perusahaan harus mengelolah sumber daya manusia secara lebih efektif dan efisien. Dalam penelitian ini cederung ke arah kepuasan kerja karyawan. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan adalah kepuasan kerja para karyawan (Suharsono, 2012). Organisasi atau perusahaan harus dapat mengelola sumber daya manusia dengan baik karena sumber daya manusia merupakan hal yang penting untuk keberhasilan perusahaan, tanpa sumber daya manusia yang berkualitas, maka organisasi tidak akan mampu bertahan dalam persaingan. Namun, mengelolah sumber daya manusia dalam organisasi bukan hal yang mudah karena melibatkan berbagai elemen dalam sebuah organisasi, yaitu karyawan, pimpinan, maupun sistem itu sendiri (Hidayati dkk. 2009). Ketiga hal tersebut diharapkan mampu memunculkan lingkungan kerja yang kondusif sehingga karyawan dan pimpinan 1
2 dapat melaksanakan pekerjaannya secara maksimal. Lingkungan kerja yang kondusif diharapkan mampu menciptakan kepuasan kerja. Menurut survei yang dilakukan Accenture "Defining Success Your Way" tahun 2013, mengungkapkan bahwa peningkatan kepuasan akan pekerjaan juga disebabkan oleh lingkungan kerja yang lebih menyenangkan dan kondusif untuk peningkatan kinerja mereka. Survei ini melaporkan bahwa 59 persen responden mengaku bahwa lingkungan kerja yang baik dan bisa memberikan kepuasan kerja adalah pemimpin yang tahu bagaimana cara menghargai karyawannya dalam segala hal (Setyanti, 2013). Oleh sebab itu kepuasan kerja mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap lingkungan yang kondusif, produktivitas kerja baik secara langsung maupun tidak langsung dan juga bagaimana cara para pemimpin menghargai bawahannya. Kepuasan kerja pada dasarnya adalah tentang apa yang membuat seseorang bahagia dalam pekerjaannya atau keluar dari pekerjaannya. Faktorfaktor utama yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan secara singnifikan adalah hal yang berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri, kondisi kerja, pemimpin, rekan kerja, pengawasan, promosi jabatan dan juga gaji. Hal ini sejalan dengan pendapat Hasibuan (2007), yang menyatakan bahwa kepuasan kerja dalam pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dinikmati dengan memperoleh pujian hasil kerja, penempatan, perlakuan, peralatan, dan suasana lingkungan kerja yang baik. Kepuasan kerja karyawan adalah terpenuhi atau tidaknya keinginan mereka terhadap pekerjaan, Timmreck (dalam Junaedi, dkk. 2012). Karyawan yang merasa tidak puas dengan pekerjaannya cenderung akan tidak bertahan pada pekerjaannya dan memilih keluar dari perusahaan dan
3 karyawan yang merasa puas dengan pekerjaannya akan bertahan. Secara singkat, tenaga kerja yang puas dengan pekerjaannya akan merasa senang dengan pekerjaanya (Munandar, 2008). Oleh sebab itu karyawan yang merasa puas dengan pekerjaannya akan melakukan pekerjaan dengan senang hati sehingga dapat menghasilkan pekerjaan yang baik dan meningkatkan kualitas bekerjanya untuk perusahaan dan begitupun sebaliknya, ketidakpuasan merupakan titik awal dari masalah-masalah yang akan muncul dalam organisasi, seperti kemangkiran, konflik karyawan dengan pimpinan dan keluarnya karyawan. Sejalan dengan pendapat Keirt Davis bahwa tingkat kepuasan kerja seseorang dapat mempengaruhi tingkat kemangkiran dalam aktivitas kerja, produktivitas kerja, pergantian karyawan (Turnover) dan pencurian (Suharsono, 2012). Kepuasan kerja merupakan dampak atau hasil dari keefektifan performance dan kesuksesan dalam bekerja. Kepuasan kerja yang rendah pada organisasi adalah rangkaian dari menurunnya pelaksanaan tugas, meningkatnya absensi dan penurunan moral organisasi. Sedangkan pada tingkat individu, ketidakpuasan kerja berkaitan dengan keinginan yang besar untuk keluar dari kerja, meningkatnya stress kerja, dan munculnya berbagai masalah psikologis dan fisik, Yukl (dalam Darwito, 2008). Dari beberapa indikator yang menyebabkan kepuasan atau ketidakpuasan pada karyawan di suatu perusahaan, gaya kepemimpinan juga merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawannya. Pendapat ini sejalan dengan Miller et.al yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan mempunyai hubungan yang positif terhadap kepuasan kerja para karyawan. Hasil
4 penelitian Gruenberg diperoleh bahwa hubungan yang akrab dan saling tolong menolong dengan teman kerja serta penyelia adalah sangat penting dan memiliki hubungan kuat dengan kepuasan kerja (Baihaqi, 2010). Berdasarkan survei yang dilakukan Right Management pada akhir 2011, 84% karyawan yang masih bekerja secara aktif mencari lowongan pekerjaan lain, baik melalui internet ataupun media lainnya (dibanding tahun 2009, hanya 60%). Angka ini terus bertambah dari tahun ke tahun. Tingginya angka, menunjukkan ketidakpuasan yang dirasakan karyawan, berkaitan dengan tempat bekerja, pendapatan, ketidak-cocokan dengan atasan, ataupun jenis pekerjaan yang tidak sesuai dengan perjanjian (Shiftindonesia, 22 Mei 2014). Ketidakpuasan pun dapat diduga berasal dari hubungan yang tidak baik antara karyawan dengan pemimpin, dimana cara atau gaya pemimpin dalam memberikan arahan tidak membuat nyaman para karyawannya, selain itu tidak adanya penghargaan dari atasan, dan promosi jabatan, sehingga tidak mencapai harapan karyawan. Oleh sebab itu karyawan menjadi apatis terhadap pekerjaanya dan mengabaikan peran pemimpin sehingga produktivitas kerja karyawan dapat menurun dan produktivitas perusahaan menjadi terganggu. Menurut laporan Talent Trend 2014 yang diluncurkan oleh LinkedIn, jaringan profesional di internet, terungkap beberapa alasan yang mendorong profesional untuk pindah kerja. Mereka antara lain mencari kompensasi dan tunjangan pekerjaan yang lebih baik, pekerjaan yang lebih menantang, keseimbangan antara kehidupan profesional dan personal, serta kesempatan untuk meningkatkan karier. Laporan tersebut dibuat berdasarkan survei terhadap 18.000 profesional di 26 negara,
5 termasuk lebih dari 570 profesional di Indonesia. Laporan ini juga mengungkapkan penyebab utama untuk berpindah pekerjaan, yakni persoalan hubungan (relationship). Pernyataan Hubungan buruk dengan manajer dan Tidak menyukai rekan kerja mendapatkan suara terbanyak dari kandidat aktif atau orang yang sedang mencari kerja secara aktif (Kompas, Jumat, 7 Maret 2014). Dalam penelitian terdahulu yang berjudul Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja pada Karyawan FISE Universitas Negeri Yogyakarta. Hidayati dkk (2009). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa variabel gaya kepemimpinan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel kepuasan kerja karyawan FISE UNY, dengan koefisien sebesar 1.587 dan signifikan pada 0,000. Sedangkan berdasarkan penelitian dari Pratama (2012) yang berjudul Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja (Studi kasus: RSIA Anna, Pekayon, Bekasi) menyimpulkan bahwa gaya kepemimpinan mempengaruhi secara positif terhadap kepuasan kerja karyawan pelayanan medis di RSIA Anna, Pekayon, Bekasi. Bila tidak ada faktor gaya kepemimpinan, maka tingkat kepuasan kerja akan menurun konstan sebesar 59,61 kali per penurunan. Beberapa fenomena permasalahan pada perusahaan antara lain adanya gejala turnover, permasalahan pada gaji yang diberikan tidak mencukupi dan permasalahan lingkungan rekan kerja yang kurang mendukung terciptanya suasana yang kondusif, kepuasan kerja menjadi faktor yang penting dalam perkembangan organisasi. Kepuasan kerja sendiri dipengaruhi banyak aspek, namun salah satu aspek yang penting adalah faktor atasan atau pimpinan.
6 Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mempelajari Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja Karyawan di PT. K-Link Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Apakah ada pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja karyawan di PT. K-Link Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja karyawan di PT. K-Link Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diambil dari penelitian ini : 1. Manfaat Praktis Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi semua pemimpin khususnya untuk PT. K-Link Indonesia mengenai gaya kepemimpinan atasan yang lebih efektif untuk menimbulkan kepuasan kerja pada pegawai sehingga jalannya perusahaan diharapkan semakin maju dan semakin baik kedepannya, terutama yang berkaitan dengan hubungan antara atasan dan bawahan.
7 2. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang bermanfaat untuk menambah wawasan bagi perkembangan ilmu psikologi industri dan organisasi serta dapat digunakan sebagai pedoman di dalam penelitian lebih lanjut, terutama untuk mengkaji variabel lain yang berhubungan dengan gaya kepemimpinan, dan kepuasan kerja.