BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya Sunda merupakan budaya yang berpengaruh bagi perkembangan budaya Indonesia. Sunda sedikit banyak memiliki pengaruh pada perkembangan budaya di Indonesia, terutama pada masa kerajaannya. Selain secara langsung membantu berdirinya Kerajaan Majapahit (Raden Wijaya yang merupakan pendiri Kerajaan Majapahit adalah anak dari Rakeyan Jayadarma, Raja ke-26 Kerajaan Galuh Sunda) kekuasaan Kerajaan Sunda terbilang luas, bahkan sampai ada yang mengatakan bahwa Kerajaan Sunda menguasai setengah Pulau Jawa. Kata Sunda berasal dari kata Su yang berarti baik, arti keseluruhan Sunda adalah segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan. Sunda juga memiliki etos atau watak budaya mengenai jalan menuju keutamaan hidup yaitu cageur (waras), bageur (baik), singer (sehat), dan pinter (cerdas). Selain etos budaya itu, Sunda juga tidak kalah dengan seninya seperti Wayang Golek, tari Jaipongan, dan Angklung, alat musik khas Sunda yang sudah mendunia. Dengan sejarah dan tradisi yang beragam, sangat disayangkan bagi masyarakat Sunda sendiri bahwa identitas budaya dan tradisi ini sedikit demi sedikit mulai menghilang. Xenocentrisme, dimana budaya lain lebih dihargai dibandingkan dengan budaya sendiri merupakan kontribusi besar dalam hilangnya budaya Sunda. Bagi generasi masa kini, penyerapan budaya luar adalah sebuah proses modernisasi masyarakat, dan karena hal yang konstan di dunia adalah perubahan, maka manusia harus ikut berubah beriringan dengan zaman. Manusia memang harus berubah mengadaptasikan dengan perubahan zaman, tetapi modernisasi yang dimaksudkan oleh generasi sekarang merupakan persepsi yang salah terhadap arti sebenarnya dari modernisasi. Menurut Professor Hirai Naofusa dari Universitas Kokugakuin di Jepang, modernisasi adalah pembentukan ulang dari sebuah sistem menjadi bentuk baru. Sedangkan yang selama ini dilakukan oleh generasi muda adalah Westernisasi, yaitu eliminasi dari unsur-unsur budaya timur dan digantikan peranannya oleh budaya barat. Hasil dari kesalahpahaman tersebut adalah hilangnya budaya Sunda sedikit 1
2 demi sedikit. Tidak dibantu dengan kurangnya dokumentasi dari data-data mengenai budaya Sunda oleh masyarakat Sunda sendiri. Salah satu upaya untuk mempertahankan budaya adalah dengan seni. Seni merupakan representasi dari karakteristik dan gaya hidup sebuah budaya. Dengan melestarikan seni, terutama kepada generasi penerus, maka karakteristik budaya yang merupakan sebuah akar dari kebudayaan akan terus bertahan. Dalam hal ini, seni Sunda lebih dikenal dengan seni musik dan tarinya dibandingkan dengan seni lain. Seni musik dan tari merupakan seni yang interaktif dimana terjadi kerja sama dan gotong royong, sehingga watak budaya Sunda dapat disalurkan melalui interaksi yang terjadi dalam tari dan musik. Kegiatan budaya yang interaktif dapat menarik perhatian dan kecintaan masyarakat terhadap sebuah budaya. Mempelajari seni tari dan musik yang dilakukan secara berkelompok dapat menciptakan solidaritas organis yang terjadi dari kerja sama kelompok, sehingga menciptakan sebuah ketahanan budaya yang lebih kuat bila dibandingkan dengan interaksi satu arah. Budaya yang sesungguhnya berakar dari kebiasaan dan karakteristik masyarakat, maka inti budaya itulah yang dilestarikan dalam usaha mempertahankan budaya. Tidak hanya itu, transformasi budaya pun dirasa perlu sebagai bentuk usaha survival di dalam dunia dimana perubahan merupakan hal yang konstan dan pasti. Transformasi ini dilakukan tanpa menghilangkan inti dari budaya itu sendiri. 1.2 Ruang Lingkup 1.2.1 Ruang Lingkup Permasalahan Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang muncul adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana merancang interior sebuah Komunitas Seni Budaya Interaktif Priangan yang sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sebagai tempat pelestarian seni interaktif Sunda. 2. Bagaimana merancang interior yang sesuai dengan sistem pengajaran dan jadwal aktivitas yang ada sehingga kegiatan seni budaya dapat berjalan dengan efisien dan maksimal.
3 3. Bagaimana merancang interior yang dapat membantu menciptakan terjadinya interaksi sosial antar anggota komunitas dan pengunjung agar terjadi pertukaran informasi budaya Sunda. 4. Bagaimana merancang interior dengan pemakaian dan pemilihan material yang ramah lingkungan serta menghasilkan efek akustik yang maksimal. 5. Bagaimana merancang interior yang tahan lama dan kuat dalam menghadapi aktivitas yang berat dan pengguna dalam jumlah yang banyak agar kegiatan interaksi seni budaya dapat berjalan dengan efisien dan maksimal. 1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian 1) Kawasan Penelitian Penelitian dilakukan di beberapa institusi seni budaya di wilayah DKI Jakarta dan Kota Bandung. Dilakukan observasi terhadap Saung Angklung Udjo di Bandung, Rumah Angklung Jakarta, dan Komunitas Salihara di DKI Jakarta. 2) Batasan Penelitian A. Data Profil Data yang diteliti dari intitusi seni budaya tersebut merupakan data-data internal seperti sejarah berdirinya institusi, visi dan misi, sistem organisasi, jenis-jenis seni budaya yang ada, kegiatan yang dilakukan, target market, dan fasilitas institusi. B. Data Aktivitas dan Fasilitas Aktivitas apa saja yang dilakukan pada institusi seni budaya, jenis-jenis seni serta jenis pementasan yang diadakan sebagai penghitung kebutuhan ruang. C. Survei Dilakukan survei lapangan yang meliputi observasi lokasi, observasi pengunjung, penelitian data lapangan, pengambilan gambar lapangan, dan wawancara.
4 1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan Perancangan 1. Merancang interior Komunitas Seni Budaya Interaksi Priangan yang dapat menunjukkan identitas budaya Sunda. 2. Merancang interior Komunitas Seni Budaya Interaksi Priangan sebagai usaha pelestarian watak budaya Sunda. 3. Merancang interior yang dapat menjembatani antara nilai-nilai tradisi dan perkembangan zaman. 1.3.2 Manfaat Perancangan 1. Diharapkan perancangan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat Sunda, terutama pada generasi muda penerus bangsa dalam menumbuhkan kecintaan dan kesadaran pada budayanya sendiri. 2. Diharapkan perancangan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat yang tertarik untuk mempelajari seni tari dan musik tradisional Sunda. 3. Diharapkan perancangan ini dapat memberikan jalan bagi proses transformasi budaya yang menciptakan sebuah budaya yang tidak rigid dan terbuka dengan perubahan. 4. Diharapkan perancangan ini dapat berkontribusi dalam menambahkan pengetahuan bagi para mahasiswa desain interior Indonesia dalam mendesain sebuah tempat budaya interaktif. 5. Diharapkan perancangan ini dapat bermanfaat sebagai studi kasus kepada mahasiswa jurusan di luar desain interior. 1.4 Metodologi 1.4.1 Metode Pengumpulan Data a. Studi Literatur Merupakan metode pengumpulan data mengenai definisi umum dari seni budaya Sunda, jenis seni Sunda, fungsi, kebutuhan ruang untuk kegiatan, tata letak, tata cahaya, dan hal-hal lain yang
5 mendukung proses perancangan interior. Studi ini dilakukan media literatur seperti buku, jurnal, tesis, majalah, dan artikel. b. Survei Lapangan Survei lapangan dilakukan untuk mendapatkan data aktual mengenai lokasi dan kondisi dari institusi seni budaya yang menjadi lokasi survei agar mendapat gambaran dan pemahaman yang lebih jelas pada saat melakukan perencanaan. Selain itu juga dilakukan observasi pengunjung. Studi lapangan dilakukan langsung di Saung Angklung Udjo, Rumah Angklung Jakarta, dan Komunitas Salihara. c. Wawancara Wawancara dilakukan pada karyawan dan pengurus institusi seni budaya pada saat survei untuk mengetahui lebih dalam mengenai tugas-tugas yang diemban oleh pengurus, kegiataan pengunjung, serta kebutuhan, pemeliharaan, dan fungsi dari ruangan-ruangan yang ada. Perlunya wawancara agar saat merancang desain, tidak ada kesalahan dalam kebutuhan dan fungsi ruangan. 1.5 Sistematika Penulisan 1. BAB 1 PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang pemilihan judul, rumusan masalah, tujuan perancangan, kontribusi perancangan, ruang lingkup penelitian, metode penelitian, dan metode perancangan. 2. BAB 2 LANDASAN TEORI Berisi mengenai teori yang digunakan dalam membantu melakukan penelitian yang akan dilakukan. Tinjauan umum adalah penjelasan tempat preservasi budaya secara umum berupa definisi, fungsi, jenis-jenis, sarana, dan prasarana, serta semua hal-hal umum yang bersangkutan dengan penjelasan tentang tempat komunitas budaya. Tinjauan khusus berisikan data-data tentang hasil studi lapangan sebagai perbandingan dari studi kasus yang telah diambil. Dilihat dari sejarah, pembagian ruang, dan jenis kegiatan yang dilakukan.
6 3. BAB 3 METODE PERANCANGAN Berisi tentang studi fisik bangunan dan lingkungan, studi aktivitas pengguna, pengurus, dan pengunjung, studi fasilitas ruang yang dibutuhkan dalam perancangan, dan studi permasalahan interior. 4. BAB 4 HASIL DAN BAHASAN Berisi tentang penjabaran dari keputusan desain yang digunakan. Terdapat juga sketsa, analisa zoning, analisa grouping, konsep perancangan, dan konsep desain. 5. BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Berisi simpulan dan saran dari penelitian yang dilakukan. Hasil penelitian yang telah dituliskan pada Bab 1 sampai Bab 5 akan diringkas dan dijabarkan pada Bab ini secara singkat dan jelas agar mendapat kesimpulan dari keseluruhan penelitian perancangan.