BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Modal utama peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan. Pendidikan yang bermutu akan menghasilkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

I. PENDAHULUAN. Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini semakin hari kualitasnya makin

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. atau penghargaan ). Belajar yang dapat mencapai tahapan ini disebut dengan belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas dan keberhasilan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas pendidikannya. Hal mendasar yang perlu

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi kimia SMA Budaya Bandar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Geografi, yang diujikan dalam ujian nasional merupakan pelajaran

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut. Upaya peningkatan kualitas manusia harus

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia kelas XI IPA 2 SMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang paling tepat untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses belajar dan mengajar di pengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang

I. PENDAHULUAN. sehingga siswa menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori,

BAB I PENDAHULUAN. proses terjadinya perubahan prilaku sebagai dari pengalaman. kreatif, sehingga mampu memacu semangat belajar para siswa.

BAB I PENDAHULUAN. guru menempati titik sentral pendidikan. Peranan guru yang sangat penting adalah

I. PENDAHULUAN. Di SMK 2 Mei Bandar Lampung, mata pelajaran kimia merupakan salah satu mata

BAB I PENDA HULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan belajar mengajar yang terjadi, guru selalu memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran geografi yang dilakukan di SMA Negeri 3 Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN. tetapi siswa harus berperan aktif mencari sumber-sumber lain supaya tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Hasil wawancara dengan guru bidang studi kimia kelas XI SMA YP Unila Bandar

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan

I. PENDAHULUAN. belajar. Dalam proses pembelajaran di sekolah, guru diharapkan mengupayakan

JIME, Vol. 2. No. 2 ISSN Oktober 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan diperlukan suatu proses kegiatan belajar-mengajar.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pelajaran geografi di SMA merupakan indikasi bahwa selama ini proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN NHT (Numbered Heads Together) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Abas. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dari seluruh rakyat Indonesia, baik dari pemerhati pendidikan, birokrasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang paling penting dalam kehidupan kita. Seorang guru dalam pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu aspek yang paling penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk membenahi, meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) umumnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA POKOK MATERI EKOSISTEM DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran Sains SMP umumnya belum menggunakan metode/strategi. yang dapat menarik minat belajar siswa. Pembelajaran Sains di SMPN 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pernapasan manusia adalah sistem organ yang terjadi dalam tubuh manusia. Pada materi ini siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada hakekatnya belajar merupakan interaksi antara peserta didik dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan melalui kegiatan pembelajaran. Hal tersebut menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

I. PENDAHULUAN. Dalam kegiatan sehari-hari komunikasi dilakukan baik di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Modal utama peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan. Pendidikan yang bermutu akan menghasilkan manusia-manusia yang tangguh bagi pembangunan nasional. Masalah klasik dan sekarang masih hangatnya dibicarakan adalah mengenai mutu pendidikan nasional yang masih rendah, dunia pendidikan sesungguhnya dipenuhi berbagai keragaman. Sebab, tidak ada siswa yang mempunyai daya tangkap, daya serap, daya berpikir dan daya kecerdasan yang sama antara satu siswa dengan satu siswa lainnya dalam sebuah kelas atau sekolah. Untuk itu, cara mendidik pun sesungguhnya berbeda-beda tergantung tingkat kecerdasan masing-masing siswa. Namun yang terjadi selama ini adalah keseragaman tata cara pendidikan di setiap sekolah, seakan-akan semua siswa mempunyai karakteristik yang sama. Padahal, karakteristik siswa amat berbeda sehingga cara mengajarinya pun menjadi beragam. Pengetahuan awal siswa sangat penting untuk diketahui guru sebelum ia memulai dengan pembelajarannya, karena dengan demikian dapat diketahui apakah siswa telah memiliki pengetahuan yang merupakan prasyarat untuk mengikuti pembelajaran (Silalahi, 2010). Ilmu kimia sebagai salah satu bidang ilmu pengetahuan alam (IPA) sudah mulai diperkenalkan kepada siswa sejak dini. Mata pelajaran kimia menjadi sangat penting kedudukannya dalam masyarakat karena kimia berada di sekitar kita dalam kehidupan sehari-hari. Kimia adalah salah satu mata pelajaran yang mempelajari materi dan perubahan yang terjadi di dalamnya. Namun selama ini banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari kimia. Hal ini di karenakan pelajaran kimia yang bersifat abstrak. Keadaan ini menyebabkan siswa beranggapan bahwa pelajaran kimia itu adalah mata pelajaran yang sulit dan sangat membosankan (Slameto, 2010).

2 Masalah umum dalam pendidikan nasional adalah rendahnya mutu pendidikan, rendahnya mutu pendidikan ditandai dengan rendahnya prestasi (kompetensi) belajar. Hal ini dilihat dari nilai hasil ujian nasional mata pelajaran Kimia. Nilai ujian nasional pada mata pelajaran Kimia mengalami penurunan, nilai bidang studi Kimia pada tahun ajaran 2003/2004 adalah 4,6 kemudian pada tahun 2007/2008 rata-rata adalah 4.50 dan tahun 2008/2009 menjadi 4,45. Siswa juga lulus jika nilai minimal 4.00 untuk paling banyak dua mata pelajaran. http://ruangpikir.multiply.com (diakses 10 april 2013) Masalah yang dihadapi guru dalam mengajar kimia di SMA adalah kemampuan awal siswa yang rendah dan seringnya siswa tidak berminat terhadap pelajaran yang diajarkan. Hal ini terlihat dari sikap siswa dalam menerima pelajaran. Beberapa diantaranya adalah kebiasaan siswa berbicara dalam kelas pada saat guru menerangkan, siswa tidak memperhatikan guru saat menerangkan didepan kelas dan siswa sering permisi pada saat jam pelajaran belangsung. Salah satu penyebabnya adalah penyajian atau model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang tepat atau tidak sesuai dengan materi yang diajarkan. Untuk mengatasi masalah ini maka guru dituntut untuk memperbaiki dan memperbaharui cara penyajian materi pelajaran, sehingga setiap guru harus mepersiapkan diri dengan sebaik-baiknya baik penguasaan keterampilannya maupun tentang prosedur yang tepat untuk satu usaha yang dilakukan untuk mengurangi pembelajaran yang monoton. Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah maupun praktisi pendidikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari usaha pemerintah dalam melakukan inovasi seperti peubahan kurikulum, penataan guru dan dosen, memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan, penggunaan metode dan pendekatan mengajar juga pendekatan penelitian. Penelitian tentang pembelajaran kimia menunjukkan bahwa banyak faktor yang dapat membuat pembelajaran kimia menjadi menarik dan menghasilkan hasil belajar kimia yang tinggi adalah keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran.

3 Dalam suatu pengajaran sering kali harus diperlukan lebih dari satu pendekatan pembelajaran. Oleh sebab tujuan-tujuan yang hendak dicapai biasanya juga saling berkaitan satu dengan lainnya dalam rangka usaha pencapaian tujuan yang lebih umum. Karena kesulitan belajar bagi siswa tidak terlepas dari pendekatan yang diterapkan oleh guru. Oleh kerena itu upaya untuk meningkatkan prestasi (kompetensi) belajar siswa, guru harus mempunyai suatu pendekatan yang cocok disamping dengan yang biasa dipakai guru. Kemampuan awal (Cognitive Entery Behavior) merupakan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang telah dipelajari atau dikuasai oleh siswa sebagai prasyarat untuk mempelajari tugas-tugas pembelajaran yang baru. Kemampuan awal mungkin saja sesuatu yang perrnah dipelajari siswa, tetapi perlu dikeluarkan untuk mempelajari tes atau memecahkan soal-soal yang sedang dipelajari. Melalui tes Entery Behavior (kemampuan awal) siswa, guru akan mengetahui apa yang akan dibawa atau yang diketahui oleh siswa terhadap suatu pelajaran pada saat pelajaran dimulai (Depdiknas,2009). Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam suatu kelompok kecil untuk saling berinteraksi (Nurulhayati, 2002). Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Tiap anggota kelompok terdiri dari 4 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi hasil kelompok dan pelaporan hasil kerja setiap kelompok belajar siswa (Dwi, 2009). Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together). Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000:

4 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengetahui pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD model pembelajaran kooperatif, tipe STAD merupakan pendekatan kooperatif yang paling sederhana. Tipe ini menumbuhkan kemampuan siswa untuk bekerja sama, berfikir kritis dan kemampuan membantu teman. Guru yang menggunakan tipe STAD mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik yang baru kepada siswa setiap minggu dengan menggunakan presentase verbal atau teks. Peran guru dalam proses belajar mengajar hanya sebagai fasilitator belajar dan mampu membangun pengajaran yang interaktif. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok yang heterogen antara 4-5 orang. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Iin Rahmadani (2007) menunjukkan bahwa hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan penggunaan pembelajaran kooperatif tife NHT (Numbered Head Together) pada materi struktur atom mengalami ketuntasan belajar 86,75%, kemudian penelitian yang dilakukan oleh Fransisca (2010) menunjukkan hasil belajar kimia siswa meningkat sebesar 62,35% setelah diberikan model pembelajaran kooperatif NHT. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Winta Sinaga menunjukkan kenaikan hasil belajar kimia sebesar 67% dengan menggunakan model pembelajaran STAD pada materi struktur atom. Dari hasil observasi di SMA Negeri 6 Medan diketahui bahwa hasil belajar kimia siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian siswa tergolong rendah berkisar 50-65 dibawah KKM yaitu 75. Pembelajaran kimia di SMA Negeri 6 Medan secara umum menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum optimal karena Pengajaran kimia cenderung menggunakan metode ceramah dan di sekolah ini sudah memiliki fasilitas belajar seperti Laptop dan Infokus tetapi kebanyakan guru hanya menggunakan metode ceramah saja.

5 Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok belajar. Berdasaran uraian diatas, disini peneliti ingin mengetahui Pengaruh Kemampuan Awal dan Model pembelajaran Koperatif untuk mengajarkan pokok bahasan Laju Reaksi. Jadi peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul: Pengaruh Kemampuan Awal (Entry Behavior) Dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan STAD Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Pokok Bahasan Laju Reaksi di Kelas XI SMA Negeri 6 Medan T.A 2013/2014. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah pengetahuan awal siswa dapat mempengaruhi hasil belajar siswa? 2. Apakah kurang variatifnya guru dalam melaksanakan proses pembelajaran mengakibatkan siswa kurang tertarik dalam PBM akan berdampak pada hasil belajar yang diperoleh oleh siswa? 3. Apakah materi Laju reaksi materi yang bersifat abstrak, mempengaruhi kesulitan belajar siswa, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran? 4. Apakah dengan Kemampuan awal siswa dan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD dapat membuat siswa tertarik dalam proses belajar mengajar? 5. Apakah pendekatan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD dapat meningkatkan hasil belajar dengan mengasah Kemampuan awal yang dimiliki siswa?

6 1.3 Batasan Masalah Melihat luasnya cakupan masalah yang teridentifikasi maka penelitian ini dibatasi pada : 1. Model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD. 2. Pokok bahasan Laju Reaksi dikelas XI IPA SMA 3. Kemampuan awal siswa yang diperoleh dari nilai tes kemampuan awal siswa kelas XI IPA SMA. 4. Hasil belajar siswa yang dilihat dari hasil evaluasi siswa setelah pemberian perlakuan. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah ada pengaruh kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar siswa. 2. Apakah ada perbedaan hasil belajar model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD yang dikombinasikan dengan kemampuan awal terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan laju reaksi. 3. Apakah ada interaksi antara kemampuan awal siswa dan model pembelajaran koopertaif tipe NHT dan STAD dalam pengaruh hasil belajar siswa. 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kemampuan awal siawa terhadap hasil belajar siswa. 2. Untuk mengetahui Apakah ada perbedaan hasil belajar model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD yang dikombinasikan dengan kemampuan awal terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan laju reaksi.

7 3. Untuk menhetahui apakah ada interaksi antara kemampuan awal siswa dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. 1.6 Manfaat Penelitian Data hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk : Penelitian ini dilaksanakan dengan harapan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Bagi siswa ; Untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman bagi siswa perlunya kemampuan awal untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa khususnya pada pokok bahasan Laju reaksi. 2. Manfaat Bagi Guru ; Memberikan masukan kepada guru mengenai pentingnya kemampuan awal dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran. 3. Bagi sekolah ; Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan dalam pembelajaran kimia. 4. Bagi peneliti yang lain ; Sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan strategi pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah di masa yang akan datang. 1.7 Defenisi Operasional Adapun defenisi operasional dalam penelitian ini adalah : 1. Kemampuan awal Adalah kemampuan dasar yang dimiliki sebelum peserta didik akan mempelajari kemampuan baru. Atau dengan kata lain pengetahuan prasyarat merupakan pengetahuan yang menjadi landasan berpikir pengetahuan yang inti yang benar-benar harus dikuasai sebelum

8 pengetahuan inti tersebut dipelajari. Kemampuan prasyarat ini harus mengadap sedini mungkin sebelum pengetahuan inti diberikan. Dan kemampuan awal dapat dilihat dari nillai hasil test soal kemampuan awal. 2. Pembelajaran kooperatif adalah suatu bentuk pendekatan pembelajaran yang merupakan paham kontruktivisme, pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa. 3. Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. 4. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD model pembelajaran kooperatif, tipe STAD merupakan pendekatan kooperatif yang paling sederhana. Tipe ini menumbuhkan kemampuan siswa untuk bekerja sama, berfikir kritis dan kemampuan membantu teman. 5. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki anak/siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Hasil belajar yang digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan belajar adalah hasil postes.