BOPTN dan BPPTNBH. Bahan Biro Perencanaan dalam Rakor Pengawasan Bersama Itjen-BPKP. Solo, 28 Februari 2017

dokumen-dokumen yang mirip
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI

BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI

Otonomi Akademik & Peningkatan Peran Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum dalam Pengembangan Pendidikan Nasional

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM

2018, No Menimbang : a. bahwa dana bantuan operasional ditujukan untuk menjaga kelangsungan pelaksanaan tridharma perguruan tinggi sesuai denga

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 165/PMK.02/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLlK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 03/IT3/KU/2013 Tentang PERUBAHAN PAGU ANGGARAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pedoman Teknis Audit BOPTN BPPTN BH dan Beasiswa Mahasiswa Tahun Rakor Pengawasan Bersama BPKP-Inspektorat Jenderal Kemristekdikti 2017, Solo

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 34/PJ/2017

Disampaikan Dalam Pengarahan kepada Civitas Akademik UNS

TAHUN ANGGARAN 2013 PANDUAN PENYUSUNAN LAPORAN BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI (BOPTN)

2 Peraturan Pemerintah tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi Badan Hukum merupakan amanat dari Pasal 89 ayat (3) Undang-Undang Nomor

UNIVERSITAS GADJAH MADA PENYUSUNAN RKAT/RBA 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KANTOR PENJAMINAN MUTU INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM NOMOR 2951 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM

RENCANA PROGRAM DAN ANGGARAN UNIVERSITAS ANDALAS TAHUN Oleh: Wakil Rektor IV

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL

Standard Operating Procedure (SOP) Lintas Unit SPM

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setela

Sosialisasi Peraturan Perundangan Berkaitan Pendanaan PTN Badan Hukum

SALINAN PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 05/IT3/KU/2012 Tentang PERUBAHAN PAGU ANGGARAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA)

Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum.

PERSYARATAN SERTIFIKASI GURU

Implementasi Kebijakan BOPTN dan UKT : Implikasinya Terhadap Universitas Indonesia dan Perguruan Tinggi Negeri Lainnya

RINCIAN KERTAS KERJA SATKER T.A 2016

BAB I PENDAHULUAN. Aset merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan, organisasi, atau institusi

POKOK-POKOK PERUBAHAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NO. 10/PMK.02/2017 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TA 2017

SALINAN PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DANA UNIVERSITAS DIPONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Evaluasi Perencanaan dan Penganggaran Satuan Kerja. Direktorat Jenderal Anggaran

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM

Paparan Workshop Good Governance Week Subdit Anggaran dan Akuntansi

KEBIJAKAN ANGGARAN DAN PELAPORAN KEUANGAN. KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI 19 Agustus 2015

9 AGENDA NAWACITA. 2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya; 8. Melakukan revolusi karakter bangsa;

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 44 /PMK.05/2009 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 09/I3/KU/2011 Tentang PERUBAHAN SUSUNAN PROGRAM DAN KEGIATAN SERTA PAGU ANGGARAN DAFTAR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Standar Nasional Pendidikan Tinggi

Standar Nasional Pendidikan Tinggi

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 16/I3/KU/2011 Tentang PERUBAHAN PAGU ANGGARAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA)

Kebijakan Perencanaan dan Penganggaran Kemristekdikti Tahun Anggaran 2019

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92/PMK.05/2011 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 18/I3/KU/2011 Tentang PERUBAHAN PAGU ANGGARAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA)

1 of 6 18/12/ :41

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN TENTANG PENEGASAN PERLAKUAN PERPAJAKAN

STANDAR PEMBIAYAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

PANDUAN PENYUSUNAN USULAN BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI TAHUN ANGGARAN 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

Kebijakan Pengawasan Intern tahun 2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2018 NOMOR : SP DIPA /2018

2014, No.10 2 Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Republik Indonesia Nomor 4286); Lembaran Negara 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

BIRO ADMINISTRASI UMUM DAN KEUANGAN (BAUK) UNIVERSITAS DIPONEGORO Oleh : Purwati

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 139/PMK.02/2015 TENTANG

ARAH DAN KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISTEKDIKTI Oleh : Prof. Dr. Jamal Wiwoho, SH, M.Hum. Inspektur Jenderal Kemenristekdikti

RINCIAN KERTAS KERJA SATKER T.A 2016

VISI DAN MISI POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

STANDAR 6. PEMBIAYAAN, PRASARANA, SARANA, DAN SISTEM INFORMASI

PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN KOMITE PENILAIAN DAN/ATAU REVIEWER DAN TATA CARA PELAKSANAAN PENILAIAN PENELITIAN PADA PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun

BERITA NEGARA. No.1341, 2012 KEMENTERIAAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT. Petunjuk Operasional. Kegiatan. Revisi. Pedoman.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

Kebijakan Pengawasan Intern tahun 2017

Strategi Perencanaan, Penyusunan, dan Pelaksanaan Program dan Anggaran

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177/PMK.02/2014 TENTANG

2016, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Le

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RINCIAN ANGGARAN BELANJA KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN 2014 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI, PROGRAM, KEGIATAN, OUTPUT DAN KPJM

2014, No.16 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi adalah pengaturan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Oleh Prof.Dr.Bernadette Waluyo,SH., MH.,CN

16. Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN, KETERBATAN DAN SARAN

Pedoman Pelaksanaan Penyaluran Tunjangan Profesi Pendidik Melalui Dana Dekonsentrasi

Tanggal Desember Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERN INSPEKTORAT JENDERAL KEMENRISTEKDIKTI

Pokok Pokok Perubahan Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2015

PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN KOMITE PENILAIAN DAN/ATAU REVIEWER DAN TATA CARA PELAKSANAAN PENILAIAN PENELITIAN PADA PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN

Ada Apa Dengan BOPTN?

DIREKTORAT ANGGARAN BIDANG POLHUKHANKAM & BA BUN DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN 1

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

Transkripsi:

Bahan Biro Perencanaan dalam Rakor Pengawasan Bersama Itjen-BPKP BOPTN dan BPPTNBH Solo, 28 Februari 2017 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 1

BOPTN Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri BPPTNBH Bantuan Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (BPPTNBH) 2

1 BOPTN (Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri) 3

AMANAH UU No. 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI Pasal 98 (1)... (2)... (3)... (4)... (5) Pemerintah mengalokasikan dana bantuan operasional PTN dari anggaran fungsi Pendidikan. (6) Pemerintah mengalokasikan paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari dana sebagaimana dimaksud pada ayat (5) untuk dana Penelitian di PTN dan PTS. (7)... Dasar Penyusunan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri 4

BOPTN Bantuan biaya dari pemerintah yang diberikan kepada PTN untuk membiayai kekurangan operasional sebagai akibat adanya batasan sumbangan pendidikan di PTN 5

PENGGUNAAN BOPTN 1. PELAKSANAAN PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Biaya Penelitian Pada Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan 30 % dari Pagu BOPTN Ketersediaan dana untuk kegiatan penelitian dan pengabdian pada masyarakat masih sangat terbatas, sehingga dana BOPTN menjadi sangat penting sebagai penunjang dana penelitian dan pengabdian yang minim Belanja ini diberikan dalam bentuk bantuan langsung kepada dosendosen untuk melakukan penelitian sesuai dengan kompetensi/mandat PT 2. BIAYA PEMELIHARAAN Dalam kondisi keterbatasan biaya pemeliharaan, maka dana BOPTN untuk pemeliharaan gedung, bangunan, lingkungan dan sarana lain di perguruan tinggi sangat diperlukan. 6

PENGGUNAAN BOPTN 3. PENAMBAHAN BAHAN PRAKTIKUM Dalam proses pembelajaran banyak dibutuhkan bahan habis pakai, baik untuk kegiatan pembelajaran di kelas, laboratorium, administrasi pendidikan, serta kegiatan akademik dan non akademik 4. BAHAN PUSTAKA Pengadaan buku-buku teks, jurnal nasional dan internasional, CD ROM artikel ilmiah, CD ROM data riset, langganan jurnal digital, dan lain-lain 5. PENJAMINAN MUTU Bertujuan untuk mencapai akreditasi A (Nasional) dan akreditasi Internasional. Belanja ini digunakan termasuk untuk biaya penyusunan dokumen, konsultan ISO dan sertifikasi ISO ke lembaga Sertifikasi Perguruan tinggi yang memiliki program studi vokasi atau diploma, agar kompetensi lulusannya mendapat pengakuan dari masyarakat pengguna, maka perlu melakukan sertifikasi kompetensi mahasiswa 7

PENGGUNAAN BOPTN 6. PELAKSANAAN KEGIATAN KEMAHASISWAAN Dinamika kegiatan kemahasiswaan termasuk kewirausahaan bagi mahasiswa yang begitu beragam sangat penting untuk didorong dan difasilitasi 7. LANGGANAN DAYA DAN JASA Langganan sumber daya listrik dan internet sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan operasional perguruan tinggi 8. PELAKSANAAN KEGIATAN PENUNJANG Kegiatan-kegiatan lain yang sangat beragam dalam perguruan tinggi seperti pengembangan kurikulum, pengembangan SDM, pengembangan metode belajar, seminar, lokakarya, dan lain-lain 8

PENGGUNAAN BOPTN 9. PENGEMBANGAN TIK DALAM PEMBELAJARAN Digunakan untuk pemeliharaan hardware, pengembangan software dan sistem jaringan, materi pembelajaran (handout, modul, animasi, audio visual) dan perangkat evaluasi (kuis, soal ujian, tugas mandiri, teleconference) 10. HONOR DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN NON PNS Jumlah pegawai perguruan tinggi sangat besar terutama dengan status honorer atau kontrak, karena adanya pembatasan perekrutan PNS dari pemerintah. Besarnya jumlah pegawai honorer atau kontrak membawa implikasi membengkaknya biaya gaji/honor. 11. PENGADAAN DOSEN TAMU Dalam meningkatkan mutu jurusan/program studi khususnya masalah kuliah tamu untuk dosen dan mahasiswa dapat dialokasikan untuk diberikan bantuan biaya, karena kegiatan ini berhubungan langsung dengan update pengetahuan. 9

PENGGUNAAN BOPTN 12. PENGADAAN SARANA PRASARANA SEDERHANA PTN dengan alokasi BOPTN sampai dengan Rp 50.000.000.000,- maka Total Nilai Sarpras Sederhana maksimum 20% dari Total Nilai BOPTN PTN dengan alokasi BOPTN lebih besar Rp 50.000.000.000,-, tetapi lebih kecil Rp 100.000.000.000,-, maka Total Nilai Sarpras Sederhana maksimum 15 % dari Total Nilai BOPTN PTN dengan alokasi BOPTN lebih besar Rp 100.000.000.000,-, maka Total Nilai Sarpras Sederhana maksimum 10% dari Total Nilai BOPTN Melanjutkan atau menyelesaikan pembangunan gedung penunjang kegiatan tridharma perguruan tinggi dengan nilai maksimum Rp 5.000.000.000,- per unit, maksimum 2 unit Rehabilitasi atau pemeliharaan gedung dengan nilai maksimum Rp 5.000.000.000,- per paket, maksimum 2 paket Perbaikan atau pembenahan tata ruang/halaman/taman dengan total nilai keseluruhan paket maksimum Rp 5.000.000.000,- Pembelian peralatan laboratorium dengan total nilai keseluruan paket maksimum Rp 2.500.000.000,- 10

13. SATUAN PENGAWAS INTERNAL PENGGUNAAN BOPTN Anggaran BOPTN dapat digunakan untuk pembiayaan operasional Satuan Pengawasan Internal dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkungan unit kerja serta menjalankan fungsi pengawasan bidang non-akademik yang meliputi: (1) bidang keuangan, (2) bidang asset, dan (3) bidang kepegawaian. 14. PEMBIAYAAN RUMAH SAKIT PTN Pemenuhan kebutuhan operasional RS Pendidikan dapat dibiayai melalui anggaran BOPTN. BOPTN tidak dapat diberikan untuk RS PTN yang belum beroperasi tetapi BOPTN diperbolehkan untuk diusulkan dalam tahun berjalan operasionalisasi disesuaikan dengan kebutuhan tiap RS PTN. 15. KEGIATAN LAIN YANG MERUPAKAN PRIORITAS RENSTRA PTN 11

Permenristekdikti No. 6 Tahun 2016 BOPTN TIDAK DIGUNAKAN UNTUK 1 Belanja Modal dalam Bentuk Investasi Fisik Berupa (Gedung Baru dan Kendaraan Dinas) 2 Tambahan Insentif Mengajar untuk PNS 3 Tambahan Insentif dan Honor untuk Pejabat Administrasi, Pejabat Fungsional, dan Pejabat Pimpinan Tinggi yang Berstatus PNS 4 Kebutuhan Operasional untuk Manajemen 12

Alokasi Dana BOPTN pada APBN DIAGRAM ALIR IMPLEMENTASI DANA BOPTN Revisi RKA-K/L Kemenristekdikti TIDAK TIDAK Kriteria Alokasi Dana BOPTN Satker PT menyusun kegiatan dalam RKA-K/L beserta TOR & RAB Penelitian RKA-K/L dengan Tim Itjen dan Biro Perencanaan YA Penelaahan di DJA YA Laporan PT melaksanakan kegiatan DIPA 13

2 BPPTNBH (Bantuan Pendanaan PTN Badan Hukum) 14

AMANAH UU No. 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI Pasal 83 (1) Pemerintah menyediakan dana Pendidikan Tinggi yang dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (2) Pemerintah Daerah dapat memberikan dukungan dana Pendidikan Tinggi yang dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Dasar Pemberian Alokasi Dana Pendidikan Tinggi 15

AMANAH UU No. 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI Pasal 89 (1) Dana Pendidikan Tinggi yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 dialokasikan untuk: a. PTN, sebagai biaya operasional, Dosen, dan tenaga kependidikan, serta investasi dan pengembangan; b. PTS, sebagai bantuan tunjangan profesi dosen, tunjangan kehormatan profesor, serta investasi dan pengembangan; dan c. Mahasiswa, sebagai dukungan biaya untuk mengikuti Pendidikan Tinggi. (2) Dana Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a untuk PTN badan hukum diberikan dalam bentuk subsidi dan/atau bentuk lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Ketentuan mengenai bentuk dan mekanisme pendanaan pada PTN badan hukum diatur dengan Peraturan Pemerintah Dasar Pemberian Subsidi Dasar Penyusunan PP 16

OTONOMI PTN BADAN HUKUM UU No. 12 TAHUN 2012 OTONOMI PTN BH AKADEMIK NON AKADEMIK SARPRAS ORGANISASI KEMAHASISWAAN KETENAGAAN KEUANGAN PTN BH (UU No. 12 Tahun 2012 Pasal 65) Kekayaan awal berupa kekayaan negara yang dipisahkan kecuali tanah Tata kelola dan pengambilan keputusan secara mandiri Unit yang melaksanakan fungsi akuntabilitas dan transparansi Wewenang untuk membuka, menyelenggarakan, dan menutup Program Studi Wewenang mendirikan badan usaha dan mengembangkan dana abadi Wewenang mengangkat dan memberhentikan sendiri Dosen dan tenaga kependidikan Hak mengelola dana secara mandiri, transparan, dan akuntabel Pasal 89 Ayat (2) Dana untuk PTN BH diberikan dalam bentuk subsidi dan/atau bentuk lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 17

PP No. 26 TAHUN 2015 Pasal 16 (1) PTN Badan Hukum menyampaikan usulan alokasi Bantuan Pendanaan PTN Badan Hukum kepada Menteri sesuai dengan jadwal dan tahapan penyusunan anggaran pendapatan dan belanja negara. (2) Usulan alokasi Bantuan Pendanaan PTN Badan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat: a. target kinerja; b. kebutuhan biaya operasional, biaya dosen, biaya tenaga kependidikan, biaya investasi, dan biaya pengembangan; dan c. perhitungan satuan biaya operasional Perguruan Tinggi dan rencana penerimaan PTN Badan Hukum. (3) Menteri bersama PTN Badan Hukum membahas usulan alokasi Bantuan Pendanaan PTN Badan Hukum yang akan diberikan kepada PTN Badan Hukum. 18

PP No. 26 TAHUN 2015 Pasal 16 (lanjutan) (4) Berdasarkan hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Menteri menyetujui besaran usulan alokasi Bantuan Pendanaan PTN Badan Hukum untuk diajukan kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan. (5) Pengajuan besaran usulan alokasi Bantuan Pendanaan PTN Badan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan tahapan penyusunan anggaran pendapatan dan belanja negara. 19

MEKANISME PENDANAAN PTN BADAN HUKUM BANTUAN PENDANAAN PTN BADAN HUKUM Biaya Operasional Biaya Dosen Non PNS Biaya Tenaga Kependidikan Non PNS Biaya Investasi Biaya Pengembangan Penyelenggaraan pendidikan Penyelenggaraan penelitian Penyelenggaraan pengabdian kepada masyarakat Pengelolaan manajemen Gaji dan tunjangan Tunjangan jabatan akademik Tunjangan profesi Tunjangan kehormatan Uang makan Honorarium sesuai penugasan dari pemimpin PTN BH Gaji dan tunjangan Uang makan Tunjangan kinerja Gedung dan bangunan Jalan dan jembatan Irigasi dan jaringan Peralatan dan mesin Aset tetap lainnya Aset tidak berwujud Aset lainnya selain tanah Pengembangan program penyelenggaraan pendidikan tinggi Pengembangan keilmuan/keahlian dosen dan tenaga kependidikan Pengembangan lain sesuai renstra PTN BH Pengembangan yang merupakan penugasan dari pemerintah PP Nomor 26 Tahun 2015 Pasal 5 dan Pasal 6 20

MEKANISME PENDANAAN PTN BADAN HUKUM PTN BH menyampaikan usulan alokasi BPPTNBH Memuat Menteri bersama PTN BH membahas usulan alokasi BPPTNBH Menteri menyetujui besaran alokasi BPPTNBH sesuai hasil pembahasan Target Kinerja Kebutuhan biaya: operasional, dosen, tenaga kependidikan, investasi, pengembangan Penghitungan satuan biaya operasional PT dan rencana penerimaan PTNBH 21

MEKANISME PENDANAAN PTN BADAN HUKUM PTNBH menyusun RKA Definitif yang ditetapkan oleh MWA Pemberian BPPTNBH sesuai alokasi PTNBH menggunakan BPPTNBH sesuai dengan peruntukan yang telah ditetapkan dalam RKA Pemimpin PTNBH menyusun Laporan Kinerja dan Laporan Keuangan PTNBH 22

PENCAIRAN BPPTNBH PMK Nomor 139 Tahun 2015 Pencairan BPPTNBH dengan mekanisme pembayaran langsung dalam bentuk transfer uang ke rekening PTN BH Pencairan secara Triwulanan Triwulan I pada awal Januari Triwulan II pada awal April Triwulan III pada Awal Juli Triwulan IV pada awal Oktober Dasar Pencairan Alokasi BPPTNBH dalam APBN/APBN-P Kontrak Kinerja yang telah ditetapkan 23

PELAPORAN KEUANGAN PTN BADAN HUKUM PMK Nomor 139 Tahun 2015 Pertanggungjawaban Penggunaan BPPTNBH Laporan realisasi penggunaan BPPTNBH Disampaikan kepada KPA dan MWA setiap triwulan Laporan Kinerja dan Laporan Keuangan yang telah diaudit Disampaikan kepada MWA, Menteri Keuangan, Menristekdikti setiap tahun anggaran Permenristekdikti Nomor 40 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Kinerja PTN Badan Hukum 24

TERIMA KASIH KEMENTERIAN RISTEK DAN PENDIDIKAN TINGGI 25