BAB I PENDAHULUAN. Barat, sistem Hukum Adat dan sistem Hukum Islam. 1 Sebagai sistem hukum,

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN YURIDIS TENTANG HAK JANDA DALAM PEMBAGIAN WARISAN MENURUT HUKUM ADAT JAWA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Sukoharjo) PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat senantiasa mengalami perubahan dan yang menjadi pembeda

BAB I. Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan usahanya seperti untuk tempat perdagangan, industri, pendidikan, pembangunan sarana dan perasarana lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan masalah kepengurusan dan kelanjutan hak-hak serta

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

KEDUDUKAN JANDA TERHADAP HARTA BERSAMA MENURUT HUKUM WARIS ADAT JAWA

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WARISAN MENURUT HUKUM ADAT UNTUK SUAMI ATAU ISTRI YANG HIDUP TERLAMA

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Belanda, meskipun saat ini penggolongan penduduk telah dihapus semenjak adanya

BAB V PARA AHLI WARIS

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

ASPEK YURIDIS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN NURFIANTI / D

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan masyarakat diatur oleh hukum termasuk mengenai

BAB I PENDAHULUAN. (machstaat). Dengan demikian, berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 negara

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. pula harta warisan beralih kepada ahli waris/para ahli waris menjadi. Peristiwa pewarisan ini dapat terjadi ketika :

KEDUDUKAN ANAK DAN HARTA DALAM PERKAWINAN SIRI DITINJAU DARI UU NOMOR 1 TAHUN 1974

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang tidak ternilai

BAB I PENDAHULUAN. dan kerukunan dalam keluarga tetap terjaga. Pewarisan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan patrilinial yang menyebabkan sistem pertalian kewangsaan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum adat merupakan salah satu sumber penting untuk memperoleh bahan-bahan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Antara laki-laki dengan perempuan mempunyai rasa ketertarikan dan saling

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. (hidup berkelompok) yang biasa kita kenal dengan istilah zoon politicon. 1

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur baik materil maupun

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dikarenakan bahwa negara Indonesia merupakan negara agraris, terdapat simbol status sosial yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. seorang diri. Manusia yang merupakan mahluk sosial diciptakan oleh Tuhan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul. 1 Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila mereka melangsungkan perkawinan maka timbullah hak dan

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. pusaka peninggalan mayit kepada ahli warisnya. 1

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. lainnya dalam satu kesatuan yang utuh (Abdulsyani, 1994:123).

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Akan tetapi ahli hukum adat

PROSES PERALIHAN HAK ATAS TANAH WAKAF (Studi kasus di KUA Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN DALAM PEMBAGIAN WARISAN I WAYAN ADIARTA / D

BAB I PENDAHULUAN. lainnya sejalan dengan kebudayaan masyarakat masing-masing. 1 Banyak faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kodrat manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri.

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERALIHAN HAK ATAS TANAH KARENA WARISAN ( STUDI KASUS DI KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI )

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia Hukum Waris Adat bersifat pluralisme menurut suku-suku

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas

BAB I PENDAHULUAN. di atas selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dan saling berinteraksi. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa. adanya atau dengan membentuk sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. diberi nama. Meski demikian, Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB I PENDAHULUAN. paling baik untuk memperjuangkan kepentingan para pihak. Pengadilan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan utamanya adalah memperoleh keturunan guna melanjutkan. kebutuhan keluarga, termasuk di dalamnya suami, istri dan anak-anak.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pasal 1917 BW dijelaskan bahwa pada dasarnya suatu putusan itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. diantara mereka. Hal itu dikarenakan setiap manusia memiliki. kepentingannya, haknya, maupun kewajibannya.

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN. itu, harus lah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai azas pertama

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 82 A. Kesimpulan 82 B. Saran. 86 DAFTAR PUSTAKA 88

TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA WARISAN ORANG TUA ANGKAT PERSPEKRIF HUKUM ADAT (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI KLATEN)

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. lain. Dengan demikian setiap orang tidak mungkin hidup sendiri tanpa

KULIAH WARDAT 10 April 2012 Pertemuan ke 9

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hukum waris di Indonesia, selama ini diwarnai oleh tiga sistem hukum waris. Ketiga sistem hukum waris itu adalah, sistem Hukum Barat, sistem Hukum Adat dan sistem Hukum Islam. 1 Sebagai sistem hukum, maka ketiga sistem hukum tersebut di dalam wujudnya seperti sekarang ini tidak lepas dari asas-asas yang mendukungnya. Sistem hukum meliputi susunan atau tatanan yang teratur, yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan satu dengan lainnya, tersusun menurut rencana atau pola sebagai hasil suatu pemikiran untuk mencapai tujuan. Setiap sistem hukum mengandung beberapa asas yang menjadi pedoman dalam pembentukannya, maka demikian juga adanya sistem Hukum Kewarisan Nasional, diharapkan asas-asasnya berasal dari sub sistem Hukum Kewarisan yang turut andil di dalam proses pembentukannya, dan tentunya adalah ketiga sistem hukum dimaksud di atas. Menurut Sudikno Mertokusumo 2 bahwa asas hukum adalah suatu pikiran dasar yang terdapat di dalam atau peraturan yang konkrit. Sebagai pikiran dasar kemudian terjelma di dalam peraturan konkrit, maka asas hukum menurut Nieuwenhuis dalam Sudikno Mertokusuma pada hakikatnya selain memiliki landasan atau berakar pada nilai-nilai sebagai pedoman oleh 1 Wery Gusmansyah, 2013, Pluralisme Hukum Waris di Indonesia. Manhaj, Vol. 1, Nomor 2, Mei Agustus, hal 153. 2 Sudikno Mertokusumo, 1996, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Liberty, Yogyakarta hal. 6 1

2 kehidupan bersama. Dan penerapan hukum adalah sesuatu hal yang menjadi harapan dan dambaan bagi setiap orang sebagai sebuah konsep nilai hukum bagi masyarakat. Seperti diketahui bahwa asas hukum adalah pikiran dasar yang terdapat di dalam atau di belakang dari setiap sistem hukum dan terjelma di dalam peraturan konkrit yang merupakan hukum posistif. Sedangkan penerapan hukum adalah keputusan dalam menjalankan peraturan konkrit yang juga merupakan hukum positif. 3 Menurut Kamaruddin, Asas hukum bersifat umum dan abstrak, maka pada umumnya tidak dituangkan atau diterapkan langsung pada peristiwa konkrit. Hanya saja dalam mencari asas-asas hukum dapat dicari pada sifatsifat atau ciri-ciri umum dalam peraturan konkrit. 4 Asas hukum dapat dijabarkan di atas aturan-aturan pokok atau perubahan konkrit atau bahwa asas hukum dapat ditemukan dalam hukum positif, asas hukum itu hanya berlaku dalam hukum positif termasuk pula dalam hal penerapannya. Misalnya, asas hukum kewarisan menurut hukum perdata Barat (BW) adalah berasal dari cara pikir dan pandangan hidup yang berakar dalam kenyataan masyarakat bangsa Eropa yang memiliki gaya hidup materialistis dan individualistis yang selanjutnya menjadi pedoman dalam hal bagaimanakah berbagai hak dan kewajiban pewaris dan ahli waris di dalam peralihan harta kekayaan sebagai harta warisan. Sementara asas hukum kewarisan menurut hukum adat berasal dari cara bagaimana dari abad ke abad penerusan dan peralihan dari harta kekayaan yang berwujud dan tidak berwujud dari generasi pada generasi. 5 3 Ibid. Hal. 5 4 Kamaruddin, 2013, Beragam Norma Hukum dalam Penerapan Waris. Al-Risalah, Volume 13, Nomor 1, Mei, hal 23. 5 Hilman Hadikusumo, 1996, Hukum Waris Indonesia menurut Perundangan, Hukum Adat, Hukum Agama Hindu, Islam. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, hal. 6

3 Sistem kewarisan menurut hukum adat dipengaruhi bentuk susunan masyarakat adat. 6 Sistem kewarisan menurut hukum adat berlatar belakang pada bentuk susunan kemasyarakatannya, yaitu sistem keturunan dan kekerabatannya yang pada pokoknya dibedakan dalam tiga macam yaitu sistem patrilineal, matrilineal, maupun parental/birateral. Sedangkan sistem kewarisan yang berlaku di Jawa adalah sistem individual, kolektif, dan mayorat. Sistem keturunan berkaitan dalam penetapan ahli waris, sedangkan sistem kewarisan berkaitan dalam menentukan metode pembagian harta warisan. Ketiga sistem kewarisan tersebut, dapat berlaku pada sistem patrilineal, matrilineal, maupun parental/birateral. System kewarisan parental di Jawa, menurut Hilman cenderung bersifat melaksanakan system individual dimana harta warisan dibagi-bagi pemilikannya kepada para waris. 7 Sistem kewarisan adat individual mempunyai sistem kewarisan dimana harta peninggalan dibagi-bagi pemilikannya kepada para waris 8. Kebaikan sistem individual ini ialah dengan adanya pembagian maka pribadi-pribadi waris mempunyai hak milik yang bebas ata bagian yang telah diterimanya. Para waris bebas menentukan kehendaknya atas harta warisan yang menjadi bagiannya, ia bebas untuk mentransaksikan hak warisan itu kepada orang lain. Kelemahannya ialah bukan saja pecahnya harta warisan, tetapi juga putusnya hubungan kekerabatan antara keluarga waris yang satu dan yang lainnya. Janda dalam sistem kewarisan adat Jawa dahulu tidak termasuk ahli waris. Pada umumnya menurut hokum adat dalam masyarakat yang bersifat 6 Ibid. Hal.13 7 Op.Cit. 1996. Hal 104 8 Ibid. Hal 15.

4 parental/bilateral, janda atau duda tidak saling mewarisi. Tetapi janda atau duda apabila salah satu teman hidupnya wafat, maka yang masih hidup dapat menguasai harta peninggalan untuk kebutuhan biaya hidupnya dan memelihara anak-anaknya. Di Jawa, dalam rungah tangga suami istri, jikalau suami telah meninggal dunia, maka istri mempunyai kedudukan istimewa, oleh sebab itu jilakau misalnya anak-anaknya telah mencar semua, istri sebagai janda tinggal sendiri di dalam rumah tangga yang ditinggalkan oleh almarhum suaminya dan berhak tetap tinggal di rumah tangga itu dengan hak untuk memegang harta benda yang ditinggalkannya, jikalau ia memerlukannya dan selama ia memerlukannya untuk kehidupannya. 9 Perkembangan kedudukan janda yang semula hanya sebagai penguasa atas harta peninggalan suami yang wafat, dan bukan merupakan ahli waris, kemudian berubah menjadi ahli waris. Nampak pada putusan-putusan Mahkamah Agung R.I. sebagaimana digambarkan oleh IGN. Suganda (1978: 13) sebagai berikut: a. Putusan MARI tanggal 11 Februari 1959 No. 387 K/Sip/1958 menyatakan bahwa, Tidaklah tepat putusan yudex facti, bahwa janda harus menerima hanya sepertiga bagian dari harta gono-gini, oleh karena kalangan masyarakat di Jawa Tengah sudah makin lama makin meresap perasaan yang dipandang adil berdasarkan sama-sama ikut sertanya para wanita dalam perjuangan nasional, bahwa seorang janda layak mendapat separoh dari harta gono-gini, sehingga hal ini telah menjadi pertumbuhan adat di Jawa Tengah. Putusan ini diperkuat dengan tiga putusan MARI tanggal 25 Februari 1959, 7 Maret 1959 dan 9 April 1960. b. Putusan MARI tanggal 8 Juli 1959 No. 187 K/Sip/1960 yang menyatakan bahwa, 'Selama seorang janda belum kawin lagi, barang-barang gono-gini yang dipegang olehnya tidak dapat dibagi-bagi, guna menjamin kehidupannya. 9 Ibid. Hal 123

5 c. Putusan MARI tanggal 2 September 1960 No. 302 K/Sip/1960 yang menyatakan bahwa berdasarkan alasan tersebut ditambah dengan peninjauan sehari-hari dari Mahkamah Agung perihal isi hukum adat tentang warisan sekarang di seluruh Indonesia. Mahkamah Agung berkesimpulan bahwa hukum adat di Indonesia perihal warisan mengenai seorang janda perempuan selalu merupakan ahli waris terhadap barang asal dari suaminya dalam arti, bahwa sekurang-kurangnya dari barang asal itu sebagian harus tetap berada di tangan janda sepanjang perlu untuk hidup secara pantas sampai ia meninggal dunia atau kawin lagi. Dipertegas lagi dengan putusan-putusan tertanggal 26 Oktober 1960 dan tertanggal 1 November 1960. d. Putusan MARI tanggal 27 Desember 1961 No. 301 K/Sip/1961, yang menyatakan 'Seorang janda adalah ahli waris dari almarhum suaminya, demikian berhak atas bagian dari barang asal dan suaminya, bagian mana adalah sama dengan bagian anak kandung dari suaminya. e. Putusan MARI tanggal 14 Juni 1968 No. 100 K/Sip/1969 yang menyatakan bahwa 'Mengingat pertumbuhan masyarakat pada dewasa ini yang menuju ke arah persamaan kedudukan antara pria dan wanita, dan penetapan janda sebagai ahli waris telah merupakan jurisprudensi yang dianut oleh Mahkamah Agung, maka sudahlah tepat dan benar pertimbangan dan putusan Pengadilan Tinggi dalam perkara ini. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dalam rangka penulisan hukum yang berkaitan dengan pembagian harta warisan. Oleh karena itu penulis membuat penulisan hukum dengan judul: TINJAUAN YURIDIS TENTANG HAK JANDA DALAM PEMBAGIAN WARISAN MENURUT HUKUM ADAT JAWA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Sukoharjo). B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah Pembahasan tentang hak janda dalam pembagian warisan menurut hukum adat jawa, perlu dibatasi dan dirumuskan permasalahannya. Pembatasan dimaksudkan untuk memperoleh kajian yang mendalam dan

6 konsisten, sedangkan rumusan dimaksudkan untuk menentukan acuan langkah-langkah penelitian. 1. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah merupakan batasan permasalahan yang dikaji dalam penelitian. Batasan masalah pada penelitian ini adalah hal-hal pengaturan dan pelaksanaan pembagian warisan bagi janda menurut adat Jawa. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana hak janda dalam pelaksanaan pembagian warisan menurut hukum adat Jawa? b. Apa dasar pertimbangan hakim terhadap hak janda dalam pembagian waris menurut hukum adat di PN Sukoharjo? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan sasaran yang ingin dicapai sebagai jawaban atas permasalahan yang dihadapi (tujuan objektif) maupun untuk memenuhi kebutuhan (tujuan subjektif). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Objektif a. Untuk mengetahui hak janda dalam pelaksanaan pembagian warisan menurut hukum adat Jawa. b. Untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim terhadap hak janda dalam pembagian waris menurut hukum adat di PN Sukoharjo.

7 2. Tujuan Subjektif a. Untuk memperoleh data sebagai bahan utama penyusunan penulisan hukum guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. b. Sebagai sarana bagi penulis untuk menyumbangkan gagasan pemikiran guna mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan bidang hukum serta masyarakat pada khususnya. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum di bidang hukum dan masyarakat khususnya tentang pembagian warisan bagi seorang janda menurut hukum adat jawa. 2. Manfaat Praktis a. Untuk memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti. b. Membantu memberikan pemahaman mengenai hak seorang janda dalam pembagian warisan menurut hukum adat jawa. c. Memberikan sumbangan pemikiran bagi para pihak yang berkepentingan dalam penelitian atau bidangnya. E. Kerangka Pemikiran Dalam suatu perkawinan yang sah dimana suami isteri telah lama hidup bersama, telah mampu mengumpulkan harta bersama atau bahkan telah

8 mempunyai keturunan apabila suatu saat suami meninggal dunia maka perlu ada kejelasan pembagian harta kekayaan yang ditinggalkan suami. Dalam hukum adat Jawa seorang janda yang telah lama hidup bersama dengan suami dan telah memperoleh keturunan, maka janda berhak mendapat bagian atas harta kekayaan yang ditinggalkan suami. Adapun besar bagian yang diterima adalah jika janda tersebut mempunyai anak yang belum dewasa maka harta peninggalan suami bisa dikuasai penuh oleh janda asalkan digunakan untuk keperluan sehari-hari untuk menghidupi dirinya dan anakanaknya. Tetapi setelah anak tersebut dewasa atau telah berkeluarga maka harta peninggalan suami harus dibagi rata antara janda dan anaknya, artinya antara anak dan janda mendapat bagian yang sama besar. Berdasarkan pemikiran di atas, dapat disusun bagan kerangka pemikiran sebagai berikut: Perkawinan Sah Antara Laki-Laki Perempuan bisa menjadi janda karena Perceraian Kematian suami Berakibat adanya pembagian harta gono gini Berakibat adanya pembagian warisan Menurut Hukum Adat Jawa Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Menurut Peraturan Perundang-undangan

9 F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Mengacu pada judul dan perumusan masalah, maka penelitian ini termasuk ke dalam kategori penelitian normatif, yaitu penelitian yang mempergunakan sumber data sekunder. Dalam penelitian hukum normatif, biasanya hanya menggunakan sumber-sumber data sekunder saja yang berupa peraturan perundang-undangan, keputusan-keputusan pengadilan, teori hukum dan pendapat para sarjana hukum terkemuka. Adapun analisisnya menggunakan analisis normatif kualitatif. 10 Menurut Soemitro, para peneliti hukum adat dapat memanfaatkan konsepsi pokok penelitian hukum normatif karena konsepsi ini tidak hanya diterapkan untuk penelitian inventarisasi hukum tak tertulis saja, akan tetapi juga karena konsepsi ini dapat mewujudkan sekaligus aspek normatif hukum yang secara berat sebelah dikemukakan oleh konsepsi legistis dan aspek tingkah laku masyarakat yang secara berat sebelah dikemukakan oleh konsepsi yang sosiologis. 11 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian dalam penulisan hukum ini bersifat kualitatif. Dengan menggunakan data yang dinyatakan secara verbal dan kualifikasinya bersifat teoritis yang diolah dan ditarik kesimpulannya dengan metode berfikir induktif. Penyajian secara induktif maksudnya adalah metode penyajian yang mendasarkan pada hal-hal yang bersifat umum untuk kemudian ditarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus. 10 M. Ali, 2009, Metodologi Penelitian Hukum: Penelitian Hukum Empirik/ Nondoctrinal dan Analisis Statistik. Surakarta: Unesa University Press, hal. 17. 11 Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta: Ghalia Indonesia, hal. 15-16.

10 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pengadilan Negeri Sukoharjo. 4. Jenis Data Jenis data yang digunakan peneliti dalam menunjang penulisan skripsi ini menggunakan data sebagai berikut: a. Data primer Data primer merupakan data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. 12 Data yang diperoleh melalui penelitian pada Pengadilan Negeri Sukoharjo. b. Data sekunder Data sekunder merupakan data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. 13 Data diperoleh melalui studi pustaka yang bertujuan untuk memperoleh landasan teori yang bersumber dari perundang-undangan dan buku literatur yang ada hubungannya dengan materi yang dibahas. 5. Metode Pengumpulan Data Oleh karena itu didalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Studi Dokumen Merupakan salah satu cara yang untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan pokok bahasan melalui dokumen-dokumen dan mengkaji bahan-bahan yang bersangkutan dengan masalah-masalah 12 Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta, hal. 137. 13 Ibid.

11 yang diteliti, yaitu dokumen putusan hakim Pengadilan Negeri Sukoharjo. b. Wawancara Mengadakan dialog langsung dengan Hakim Pengadilan Negeri Sukoharjo untuk memberikan keterangan atau informasi yang diperlukan bagi penulis untuk penelitian ini agar mendapatkan hasil secara tepat dan akurat. 6. Metode Analisis Data Teknik analisa data yang digunakan penulis adalah teknik analisa kualitatif dengan model interaktif (interactive model of analysis) yaitu dilakukan dengan cara interaksi, baik antara komponennya maupun dengan proses pengumpulan data dalam proses yang berbentuk siklus. Dalam bentuk ini peneliti mengacu pada tiga komponen analisis dengan proses pengumpulan data selama kegiatan pengumpulan data berlangsung. Sesudah pengumpulan data berakhir, peneliti tetap mengacu pada tiga komponen analisisnya dengan menggunakan waktu yang masih tersisa bagi penelitiannya. Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini kemudian diproses dalam tiga alur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data, dan pengumpulan data atau verifikasi. Tiga hal utama tersebut secara siklus dan interaktif yang bergerak bolak-balik diantara kegiatan tersebut. G. Sistematika Skripsi Penulisan skripsi ini penulis membagi pokok masalah secara terperinci dan dimengerti secara jelas, maka dibuat suatu sistematika secara garis besar

12 yang terdiri dari beberapa bagian atau bab-bab yang susunannya sebagai berikut. Bab I Pendahuluan, dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian dan sistematika skripsi. Bab II adalah Tinjauan Pustaka, yang terdiri dari tinjauan umum tentang hukum waris yang meliputi hukum waris barat, hukum waris adat, hukum waris Islam, tinjauan umum tentang hukum waris adat yang meliputi pengertian pewarisan, sistem kewarisan dan sistem kekerabatan adat menurut hukum adat, ahli waris menurut hukum adat dan sistem parental individual, harta waris menurut hukum hukum adat, dan kedudukan janda menurut hukum adat, tinjauan umum tentang pewarisan untuk janda menurut hukum adat Jawa yang meliputi pengertian tentang janda dan kedudukan janda dalam pewarisan adat. Bab III adalah Hasil Penelitian dan Pembahasan yang berisi mengenai pembahasan dan jawaban atas pokok permasalahan seperti yang telah ditentukan sebelumnya di dalam rumusan masalah yaitu hak janda dalam pelaksanaan pembagian warisan menurut hukum adat Jawa dan dasar pertimbangan hakim terhadap hak janda dalam pembagian waris menurut hukum adat di PN Sukoharjo. Bab IV adalah Penutup, yaitu berisi kesimpulan dan saran atas obyek penelitian ini.