BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dengan teknik komunikasi terapeutik, respon penerimaan, dan tingkat kecemasan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. landasan teoretis yang melandasi penelitian ini. Kemudian, definisi operasional

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. umum penelitian; paradigma dan klasifikasi penelitian; lokasi dan waktu

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab 5 ini akan disajikan simpulan dan saran berdasarkan hasil temuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan jumlah penderita gangguan jiwa (Nurdwiyanti,2008),

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam

2016 POLA TINDAK TUTUR DALAM KOMUNIKASI DOKTER GIGI DENGAN PASIEN DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas karakteristik tuturan guru sains berdasarkan jenis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI DESA BABADAN, PAGENTAN, BANJARNEGARA 2016 SKRIPSI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. tulis dalam berkomunikasi. Menurut Arifin (2000: 3), dalam wacana lisan,

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF PADA TUTURAN RAFFI DAN GIGI DALAM TAYANGAN REALITY SHOW JANJI SUCI RAFFI DAN GIGI PERIODE FEBRUARI 2017

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

BAB I PENDAHULUAN. pengertian antara pemberi informasi dengan penerima informasi. mendapatkan pengetahuan (Taylor, 1993 dalam Uripni, dkk. 2003).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KECEMASAN PASIEN DENGAN TINDAKAN KEMOTERAPI DI RUANG CENDANA RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi dan sebagainya. Setiap orang dianggap mampu untuk menjaga

BAB I PENDAHULUAN. dominan di antara sesama manusia. Realitas ini menunjukkan betapa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media komunikasi massa yang membawa pesan yang berisi gagasan

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

2016 ANALISIS PERCAKAPAN PADA INTERAKSI FRONT OFFICE DENGAN PASIEN DALAM PELAYANAN ADMINISTRASI REKAM MEDIK RSGM

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara

A. PENDAHULUAN Endang Sawitri* Agus Sudaryanto**

BAB I PENDAHULUAN. dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun. komunitas, dalam berhubungan dengan lingkungan manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. karena sehat sangatlah mahal. Orang yang mengalami sakit akan merasa

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN BANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

Koping individu tidak efektif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar.

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL DARI TANAH HARAM KE RANAH MINANG KARYA UMMUKI: SUATU TINJAUAN PRAGMATIK

I. PENDAHULUAN. Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memahami komunikasi non verbal (Santrock, 2007 cit. Dalimunthe, 2008). interaksi (Eggen, 2004 cit. Dalimunthe, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan mengkaji tentang proses penyampaian dan penerimaan. informasi. Melalui bahasa kita dapat menyampaikan pendapat atau

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Tekanan psikologis dan kekhawatiran tentang infertilitas memiliki efek

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar.

BAB I PENDAHULUAN. misalnya di rumah, di jalan, di sekolah, maupundi tempat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk menjaga kesopanan dalam bertutur atau mengucapkan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. terakhir ini diketahui bahwa terdapatnya kecendrungan masyarakat Indonesia

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang

BAB I PENDAHULUAN. dari kelompok bermain (0-4 tahun) dan Taman Kanak-kanak (4-6 tahun).

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Pada bab 5 ini, dijabarkan mengenai kesimpulan, diskusi, serta saran

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis argumentasi merupakan salah satu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

SOSIOLOGI KESEHATAN A. Pengertian-pengertian

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa pada uraian dari Bab I (satu) sampai dengan Bab IV. merupakan cangkupan dari bahasan sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung singkat dan dapat dikendalikan. Kecemasan berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. negara-negara maju penyebab kematian karena kanker menduduki urutan kedua

1. Bab II Landasan Teori

Ruko Jambusari No. 7A Yogyakarta Telp. : ; Fax. :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena sosial dan penggunaan tuturan dalam interaksi antara dokter dan pasien.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Tindak Tutur Direktif Guru dalam Komunikasi Proses Belajar

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

2014 PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF PEMBELAJARAN CERITA PENDEK BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

Transkripsi:

117 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini membahas tindak tutur direktif dokter gigi dan kaitannya dengan teknik komunikasi terapeutik, respon penerimaan, dan tingkat kecemasan pasien anak. Bab sebelumnya telah mengemukakan temuan, analisis, dan pembahasan penelitian yang merupakan dasar dalam menyusun simpulan pada bab ini. Gambaran temuan dari tindak tutur dokter gigi, teknik terapeutik, bentuk respon penerimaan, serta tingkat kecemasan pasien anak terkait tindak tutur tersebut merupakan poin-poin utama yang dihadirkan pada bab ini untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. 5.1 Simpulan Sebagaimana telah dikemukakan pada Bab I, tujuan penelitian ini pertama adalah untuk mengetahui realisasi tindak tutur direktif dokter gigi terhadap pasien anak usia sekolah dasar. Kedua, untuk mengetahui teknik terapeutik yang digunakan dokter gigi dalam tindak tutur direktifnya kepada pasien anak. Ketiga, untuk mengetahui respon penerimaan pasien anak terhadap tindak tutur direktif tersebut. Keempat, penelitian diarahkan untuk mengetahui tingkat kecemasan anak berdasarkan tindak tutur direktif yang digunakan oleh dokter gigi. Berdasarkan temuan, analisis, dan pembahasan pada Bab IV, penelitian ini telah

118 menemukan benang merah yang mengarahkan data kepada jawaban atas pertanyaan penelitian. Pertama, menjawab pertanyaan penelitian tentang realisasi tindak tutur direktif dokter gigi terhadap pasien yang paling sering digunakan oleh dokter gigi, ditemukan bahwa kategori tindak tutur direktif dokter gigi mencakup Questions sebanyak 40% dengan sub kategori bertanya sebanyak 32%. Kategori terbanyak berikutnya ialah Advisories sebanyak 24%. Selanjutnya kategori Requirements sebanyak 20.8% dan Requestives sebanyak 9.6%. Adapun kategori Permissives dan Prohibitives masing-masing sebanyak 4.8%. Secara operasional, realisasi tersebut digunakan oleh dokter gigi dengan pertimbangan tertentu mengacu kepada kondisi pasien serta perawatan yang dibutuhkan oleh pasien. Realisasi ini terkait dengan berbagai aspek yang melingkupi pola komunikasi antara dokter gigi dan pasien anak. Dokter gigi tentunya menempuh strategi komunikasi yang dilandaskan kepada pertimbangan yang berkenaan dengan kebutuhan perawatan anak. Kedua, menjawab pertanyaan penelitian terkait teknik terapeutik dalam tindak tutur direktif dokter gigi terhadap pasien anak, ditemukan bahwa lima teknik terapeutik terbanyak yang digunakan dokter gigi terhadap pasien anak ialah (1) memfokuskan, sebanyak 23.4%; (2) mengklarifikasi, sebanyak 19.8%; (3) refleksi, sebanyak 7.2%; (4) asertif, sebanyak 5.4%; dan (5) humor, sebanyak 7.2%.

119 Tingginya frekuensi teknik terapeutik dengan kategori memfokuskan dapat dijelaskan dari sisi peran dokter gigi dalam membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan. Temuan ini sejalan dengan gagasan Damaiyanti (2010) bahwa tujuan komunikasi terapeutik ini juga memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya sendiri. Teknik terapeutik berikutnya yang banyak digunakan dokter gigi ialah mengklarifikasi. Ini dapat dijelaskan dari perspektif Wilson dan Kneist (1992) bahwa komunikasi terapeutik terjadi antara dokter atau perawat dengan pasien dengan tujuan kebutuhan medis pasien. Tenaga medis secara aktif mendengarkan dan memberi respon dengan cara menunjukkan sikap mau menerima dan memahami sehingga dapat mendorong pasien untuk berbicara secara terbuka tentang keadaan dirinya. Secara operasional, berbagai teknik terapeutik digunakan oleh dokter gigi. Pola realisasi tindak tutur direktif dokter gigi terhadap pasien anak memiliki pola yang saling berkait. Ini terkait dengan performa bahasa yang memengaruhi kualitas komunikasi dokter dan pasien anak. Ketiga, menjawab pertanyaan penelitian tentang respon penerimaan pasien anak terhadap tindak tutur direktif. Dominannya jenis dispreferred dengan kategori delay sangat terkait konsep respon sebagai tahapan akhir dalam proses komunikasi sebagai realisasi dari tahapan reaction, dan memiliki tujuan dan

120 makna tersendiri dalam komunikasi. Bara (2010) menjelaskan bahwa respon dibangun oleh dua proses. Proses pertama berupa ekspresi ranah mental yang berhubungan dengan tujuan-tujuan komunikatif; proses kedua berupa ekspresi ranah mental yang diaktualisasikan melalui kode bahasa. Kombinasi dari kedua proses tersebut telah melahirkan empat empat jenis penerimaan pasien anak terkait tindak tutur direktif dari dokter gigi. Keempat, yang terakhir, menjawab pertanyaan penelitian tentang tingkat kecemasan anak, ditemukan bahwa kecemasan ringan ialah yang paling dominan sebesar 54%; diikuti kecemasan sedang sebanyak 27% dan kecemasan berat sebesar 18%. Sebagaimana dikemukakan Stuart dan Sundeen (1998), tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukkan atau dikemukakan oleh seseorang bervariasi, tergantung dari beratnya atau tingkatan yang dirasakan oleh individu tersebut. Pada tingkat kecemasan tertentu, kisaran tindak tutur yang memicu respon kecemasan tampak variatif dan tidak terpola pada kategori tindak tutur direktif. Ini sejalan dengan perubahan fisiologis dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme tertentu sebagai upaya untuk melawan timbulnya kecemasan (Stuart & Sundeen, 1998). Kelima, ini merupakan sebuah benang merah dari empat jawaban pertanyaan penelitian. Yakni arah komunikasi dalam bentuk direktif dari dokter gigi ini akan selalu menghadapi dua kemungkinan penerimaan respon dari pasien anak, baik yang berupa penerimaan atau penolakan. Kemudian, dalam setiap

121 tuturan tersebut akan selalu mengandung maksud demi keberhasilan perawatan dan pengobatan pasien, inilah makna dari komunikasi terapeutik. Terakhir, tindak tutur direktif dokter kepada pasien anak cenderung akan selalu menimbulkan kecemasan, walaupun hanya ada pada tingkat kecemasan ringan. 5.2 Saran Penelitian ini menunjukkan pola tindak tutur direktif dokter gigi dan respon pasien anak dalam komunikasi terapeutik di antara keduanya. Isu-isu ini diharapkan dapat dicermati secara kritis oleh para pihak yang berkecimpung dalam pelayanan medis, khususnya dokter gigi. Dokter gigi dalam hal ini perlu mencermati pola penerimaan dan tingkat kecemasan pasien anak saat membuat tuturan dengan kategori tindak tutur direktif tertentu, demi kelancaran proses penanganan medis terhadap pasien anak. Selanjutnya, akan lebih baik jika penelitian selanjutnya memperluas sampel dan konteks yang diteliti, misalnya menggunakan perbandingan tingkat kecemasan di antara pasien-pasien yang ditangani dua dokter gigi, katakanlah dokter gigi pria dan wanita. Diharapkan, hasil penelitian semacam itu akan lebih bervariasi dan representatif. Penelitian dalam ranah linguistik klinis dan pragmatik juga akan lebih menantang jika dikombinasikan dengan kajian psikolinguistik, sehingga hasilnya tidak hanya membahas pola tindak tutur atau respon dan tingkat

122 kecemasan pasien anak, tetapi juga praktek-praktek bahasa tenaga medis dan respon atasnya dari perspektif psikologis yang lebih mendalam. Karena penelitian ini hanya menggunakan kerangka analisis tertentu dengan jumlah interaksi yang terbatas pada satu dokter gigi, ada baiknya jika penelitian-penelitian serupa di masa mendatang dapat menggunakan kerangka analisis lain dengan jumlah interaksi yang lebih banyak dan jumlah dokter gigi yang juga lebih banyak. Penelitian mendatang juga dapat menggunakan beberapa kerangka sekaligus untuk membandingkan hasilnya agar upaya pengungkapan pola komunikasi dokter gigi dan pasien anak dapat lebih eksplisit dan obyektif. Selanjutnya, dari tiga implikasi yang lebih luas pada bagian simpulan, maka ada tiga saran lain yang terkait dengan ketiga implikasi tersebut. Pertama, karena keterbatasan daya kerangka analisis yang digunakan dalam penelitian ini dalam mengungkap pola komunikasi dokter gigi telah terbukti, maka kajian linguistik klinis secara umum perlu disosialisasikan secara luas kepada berbagai lapisan masyarakat. Terlebih, linguistik klinis sendiri memiliki kapasitas sebagai kajian lintas disiplin ilmu yang tidak hanya memberikan manfaat kepada dunia linguistik, tapi juga dunia medis. Dengan memahami linguistik klinis, masyarakat akan lebih mampu menyikapi dan memahami bagaimana pola interaksi dalam konteks perawatan kesehatan dan penanganannya. Fungsi linguistik dalam dunia medis, dengan demikian, dapat dirasakan manfaatnya. Penting pula untuk mencari cara yang lebih populis, bukan hanya teoretis, agar masyarakat memberikan

123 perhatian yang lebih tinggi terhadap linguistik klinis, misalnya melalui media, tidak hanya melalui buku-buku teks yang membosankan. Terakhir, masyarakat perlu diberikan penyadaran agar mampu memahami pola-pola interaksi dalam dunia medis. Dengan demikian, disiplin linguistik dapat bersinergi dengan disiplin lainnya untuk memberikan sumbangsih yang besar kepada masyarakat dan kepentingan-kepentingan kesehatannya. 5.3 Penutup Demikian penelitian ini. Bab ini menutup rangkaian isi dari tesis ini. Pada dasarmya, hasil suatu penelitian memerlukan realisasi dan tindak lanjut yang dapat memberikan manfaat kepada masyarakat karena pengetahuan terhadap pola komunikasi yang menjadi tujuan utama dari pemahaman interaksi dokter gigi dan pasien anak dapat memberikan manfaat kepada masyarakat. Semoga tesis ini menjadi upaya-upaya sumbangsih yang dapat menginspirasi kajian-kajian selanjutnya yang lebih bermanfaat.